Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Perguruan tinggi menjadi awal terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mendorong percepatan transformasi digital. Kampus dengan latar belakang teknologi informasi dan komputer, menjadi salah satu motivator utama dalam pelaksanaan tranformasi digital tersebut. Universitas Nusa Mandiri (UNM) merupakan perguruan tinggi berbasis inovasi teknologi infomasi didukung dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, yang sedang berkembang saat ini. Dalam perannya menjadi penyelenggara utama kegiatan Rakornas Aptikom (Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer) 2021, tentunya berharap dapat terus berkolaborasi dengan seluruh perguruan tinggi lainnya, yang ada di Indonesia untuk mendukung akselerasi tranformasi digital.
Dr Dwiza Riana, rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM) mengatakan, Aptikom merupakan wadah bagi seluruh perguruan tinggi yang aktif di bidang teknologi informasi dan komputer. Bersama bersinergi memberi peran demi mewujudkan automatisasi dan digitalisasi di segala aspek kehidupan masyarakat. “Inovasi di bidang teknologi, saat ini telah berkembang cukup pesat, seiring dengan kebutuhan masyarakat yang kian berkembang. Tentunya, perguruan tinggi yang senantiasa mengunggulkan inovasi di bidang teknologi, akan mengambil peran cukup penting pada seluruh peluang yang ada,” katanya pada media, Rabu (3/11).
Oleh karena itu, lanjutnya, Universitas Nusa Mandiri (UNM) siap mengambil peran tersebut guna menyiapkan SDM-SDM unggul di bidang teknologi informasi. Agar percepatan tranformasi digital ini dapat dicapai dengan cukup baik. “Berbagai upaya UNM telah mulai berjalan, seperti berkolaborasi dengan dunia industri guna menyiapkan lulusan yang berkualitas dan berkompeten, melalui kerja sama magang bersertifikat, menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi luar negeri, guna melaksanakan program pertukaran pelajar. Dengan kegiatan ini, akan memberi pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga bagi mahasiswa,” tandasnya.
UNM pun, imbuhnya, telah memiliki beberapa wadah pembinaan secara internal di Universitas Nusa Mandiri (UNM) guna memotivasi dan membimbing mahasiswa agar lebih siap lagi menghadapi tantangan perkembangan teknologi. Seperti wadah Nusamandiri Entrepreneur Center (NEC), Nusamandiri Career Center (NCC), Nusamandiri Inovation Center (NIC), dan Nusamandiri Startup Center (NSC). “Wadah-wadah untuk membina dan mendorong mahasiswa dalam upaya menumbuhkan semangat berinovasi dan meningkatkan kreativitas, agar mahasiswa terbiasa dengan perkembangan teknologi digital yang tumbuh begitu cepat. Sehingga, diharapkan mahasiswa mampu dan siap menjawab segala tantangan yang ada,” ujarnya.
Peran serta Universitas Nusa Mandiri (UNM), ungkapnya dalam kegiatan Rakornas Aptikom 2021 ini memantapkan visi misi Universitas Nusa Mandiri (UNM) dalam upaya menciptakan lulusan yang berkualitas dan unggul di bidang teknologi digital. “Sinergi dengan tujuan dari Aptikom dalam upaya melaksanakan percepatan tranformasi digital, Universitas Nusa Mandiri (UNM) telah merancang semua kurikulum yang dibutuhkan guna mendukung tujuan tersebut,” tutupnya.
Sumber: www.republika.co.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Sirkuit Formula E dan konstruksi jalan Tol Semarang-Demak sama-sama dilapisi dengan bambu. Pada sirkuit Formula E digunakan sebagai lapisan bawah untuk area berlumpur. Sedangkan pada jalan tol digunakan sebagai sistem matras. Bambu merupakan salah satu inovasi teknologi konstruksi. Alasan pemilihan bambu yaitu dianggap kuat, lebih murah, dan mempercepat konsolidasi pada tanah di lokasi pembangunan konstruksi. Namun selain bambu, ternyata ada inovasi teknologi lainnya dalam dunia konstruksi. Apa saja itu? Berikut penjelasannya yang dikutip dari laman Universitas Lampung:
Inovasi Konstruksi
Untuk mengatasi polusi udara di kota-kota besar yang sering kali kehilangan lahan hijau karena pembangunan gedung-gedung, muncul ide konstruksi hutan vertikal. Konsep ini menambahkan pepohonan sebagai bagian dari bangunan untuk mengurangi emisi CO2 dan menjaga keseimbangan lingkungan perkotaan. Selain memberikan manfaat fungsional, desain hutan vertikal juga tetap memperhatikan aspek estetika.
Dalam mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada konstruksi bangunan, peneliti dari Harvard mengembangkan teknologi robot rayap. Robot ini dirancang untuk bekerja secara kolektif dalam proses perancangan, meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko kecelakaan kerja yang terkait dengan tugas-tugas konstruksi.
Inovasi beton self-healing mengintegrasikan bakteri ke dalam bahan beton untuk memungkinkan perbaikan diri secara otomatis ketika terjadi retakan. Bakteri tersebut bereaksi ketika terpapar air, menghasilkan kalsit untuk memperbaiki retakan. Dengan demikian, konstruksi yang menggunakan beton self-healing dapat memiliki umur pakai yang lebih panjang dan berkelanjutan.
Konsep smart roads menghadirkan jalan-jalan pintar yang multifungsi dan berorientasi pada teknologi. Smart roads dilengkapi dengan sensor dan teknologi IoT yang dapat menghasilkan energi listrik dari gerakan kendaraan untuk menerangi lampu jalan dan memasok energi untuk kendaraan listrik. Selain itu, smart roads juga menyediakan informasi real-time tentang kondisi cuaca dan lalu lintas, dengan harapan dapat mengurangi polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dan penggunaan pembangkit listrik konvensional.
Sumber: detik.com
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Para peneliti kembali berhasil menemukan dan mengindetifikasikan spesies cecak baru yakni cecak jarilengkung hamidy dari pulau terbesar ketiga di dunia yakni Pulau Kalimantan (Borneo), Indonesia. Cecak jarilengkung hamidy ini memiliki nama ilmiah Cyrtodactylus hamidyi (C. hamidyi). Peneliti Zoologi dari Museum Zoologicum Bogoriense, Awal Riyanto, mengatakan, setelah serangkaian panjang penelitiannya, akhirnya hasil penemuan terbaru ini telah dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa pada 25 Agustus 2021. Riyanto dalam keterangan tertulisnya di laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan, penemuan cecak jenis baru ini bermula dari pemeriksaan detail spesimen Cyrtodactylus dari Kalimantan yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Cibinong, Jawa Barat.
Semula, Riyanto fokus untuk mengungkap diversitas marga cecak jarilengkung Indonesia dan bagaimana biogeografi serta evolusinya. Namun, Riyanto bersama dengan beberapa peneliti lainnya dari Kyoto University dan University of Hyogo, Jepang, La Sierra University USA serta Universitas Brawijaya kemudian mengidentifikasi beberapa spesies baru. Saat pemeriksaan spesimen koleksi marga cecak jarilengkung dari Kalimantan, mereka menemukan spesies baru, salah satunya C. hamidy ini. "C. hamidyi semula adalah empat spesimen berlabel C.baluensis dan dikoleksi tahun 2011 dari Kalimantan Timur," ujar Riyanto. Sementara itu, tiga spesies baru lainnya sedang dalam tahap finalisasi penulisan manuskripnya.
Untuk diketahui, ketiga spesimen tersebut berasal dari Tawau, Sabah, Malaysia. Riyanto menjelaskan bahwa sebagai peneliti, dia tentu tidak bisa bersikap tertutup dalam dunia ilmu pengetahuan. Seorang peneliti harus mempunyai koneksi yang luas untuk menembus batas administrasi antar negara untuk berdiskusi dalam bidang yang sama. Hal ini dibuktikannya dalam mempelajari spesimen dari Tawau ini. Tanpa berangkat ke Institute for Tropical Biology and Conservation, University Malaysia Sabah, yang merupakan tempat di mana spesimen dari Tawau dideposit atau pun Osaka Museum of Natural History Jepang, data yang dibutuhkan tetap dapat diperoleh Riyanto.
Alasan Penamaan C. Hamidyi
Menurut Riyanto, nama hamidy disematkan dalam penemuan tersebut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Dr Amir Hamidy, salah satu herpetologis Indonesia. Sebagai informasi, herpetologis adalah pakar atau ahli yang berfokus dalam bidang keilmuan reptilia dan amfibia.
Dr Amir Hanidy sendiri pada saat ini masih bertugas sebagai peneliti Zoologi di BRIN. Ia juga aktif mengajarkan dan memasyarakatkan herpetologi kepada generasi muda Indonesia, serta berkontribusi terhadap pengungkapan keanekaragaman dankonservasi herpetofauna Indonesia.
Ciri Khas Morfologi Cecak Jarilengkung
Riyanto menjelaskan bahwa secara morfologi, C. hamidy memiliki kemiripan dengan C. matsuii. Kedua populasi ini tidak menunjukkan adanya perbedaan karakter diagnostik. "Meskipun didokumentasikan dari dua tempat yang berbeda, yaitu Nunukan dan Tawau dengan jarak sekitar 80 km di antara keduanya. Kedua populasi tidak menunjukkan adanya perbedaan karakter diagnostik," jelasnya.
Akan tetapi, hal yang paling membedakan kedua jenis cecak ini adalah jumlah tuberkular punggung, pori-pori percloacal dan jumlah baris sisi vetral. Perbedaan tersebut sesuai dengan variasi populasi karena jarak geografis. "Namun demikian, bila di kemudian hari analisis molekuler menunjukkan sebaliknya (karakter diagnostik keduanya), itu bisa saja terjadi. Inilah namanya ilmu pengetahuan nothing absolute truths," tegasnya.
Berikut adalah ciri khas dari C. hamidy:
Sumber: www.kompas.com
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Tiga peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terpilih menjadi Science Diplomats of Asia 2021. Ketiganya adalah dr Eddy Kurniawan. Masteria Yunovirsa Putra dan Dr. Indri Badria Adilina. Hal tersebut diumumkan pada acara ``Pengumuman Pemenang 2021'' yang diadakan secara online pada Jumat sore, 1 Oktober. ASIAN Science Diplomats (ASD) merupakan jaringan ilmuwan muda Asia, khususnya di ASEAN, yang mempunyai misi untuk mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di kawasan Asia Tenggara.
“Saya bersyukur telah terpilih menjadi salah satu dari 28 penerima Asia Science Diplomat Award 2021 dari negara-negara ASEAN. Masteria Putra dan Indri Badria Adilina turut membenarkan penghargaan tersebut, sedangkan Eddy Kurniawan mengatakan, “Para pemenang penghargaan diharapkan dapat berperan sebagai duta perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing.”
Edi Kurniawan, seorang peneliti di Pusat Penelitian Fisika, Badan Riset dan Inovasi (BRIN), lahir di Pemalang pada tanggal 15 Agustus 1982. Ia menyelesaikan studi doktoralnya di Swinburne University of Technology, Australia. Sepanjang karirnya, Edi telah menulis berbagai publikasi internasional dan menjadi pembicara di berbagai seminar ilmiah. Dia memegang tidak kurang dari sepuluh paten selama satu dekade terakhir, salah satunya berkaitan dengan sistem pemantauan drone untuk menjaga jarak di keramaian.
Sementara itu, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, peneliti bidang Bioteknologi Kesehatan di Pusat Penelitian Bioteknologi, BRIN, lahir di Padang pada tanggal 16 November 1984. Beliau telah mempelajari senyawa aktif dari keanekaragaman hayati laut yang berpotensi sebagai antikanker, antibakteri, dan antivirus. Upaya yang sedang dilakukannya berfokus pada pengungkapan potensi senyawa aktif dalam bahan alam untuk tujuan pengobatan. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Koordinator Penelitian Penemuan dan Pengembangan Obat dan Koordinator Kegiatan Uji Klinis Imunomodulator Herbal untuk Penanganan COVID-19 di LIPI. Sepanjang karir penelitiannya, Masteria telah mempublikasikan tidak kurang dari 43 artikel di jurnal internasional, 8 makalah konferensi, dan memperoleh 2 paten.
Indri Badria Adilina, peneliti di Pusat Penelitian Kimia, BRIN, menguasai bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Prancis. Beliau memiliki spesialisasi dalam penelitian di bidang kimia, khususnya kimia hijau, katalisis, dan biomassa. Indri menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Chiba, Jepang, pada tahun 2013. Sebagai seorang peneliti, Indri telah menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional, termasuk AONSA Young Research Fellowship (2020), ISIS Impact Awards (2019), L'Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship (2013), dan Chiba University Environmental Award (2012).
Menurut Masteria, setiap negara membutuhkan ilmuwan yang dapat menjadi panutan bagi generasi muda. "Oleh karena itu, pemilihan ASD yang berusia di bawah 45 tahun merupakan salah satu langkah untuk mencari ilmuwan-ilmuwan potensial di tingkat ASEAN," ujarnya.
Lebih lanjut Indri Badria Adilina menjelaskan bahwa jaringan ASD juga berfungsi sebagai platform untuk menumbuhkan pemahaman yang erat di antara para ilmuwan di negara-negara ASEAN. "Di Asia Tenggara banyak sekali ilmuwan-ilmuwan yang handal, terutama ilmuwan muda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah wadah untuk memfasilitasi diskusi yang lebih produktif di antara mereka, untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai isu global yang sedang kita hadapi," ujar Indri.
ASD juga memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk belajar bagaimana mengkomunikasikan hasil penelitian mereka secara efektif kepada para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan. Menurut Indri, tujuan akhirnya adalah agar para peneliti dapat berkontribusi dalam membuat kebijakan berbasis sains untuk mengatasi isu-isu global.
"ASD Award memberikan wadah untuk memilih peneliti-peneliti handal di bidang keilmuan masing-masing yang juga berpotensi menjadi diplomat sains. Kami akan dilatih lebih lanjut mengenai diplomasi sains dan bagaimana berkontribusi dalam pembuatan kebijakan berbasis sains dengan para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan," pungkas Indri.
Sumber: brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Studi Generale Program Studi Teknik Biosistem di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan acara yang membahas Penerapan Teknologi untuk Pertanian Presisi secara daring pada Rabu (9/9/2020). Pertanian 4.0 atau pertanian presisi merupakan sistem pertanian yang menggunakan teknologi dan teknik yang tepat untuk menghindari pemborosan sumber daya. Bidang ini menjadi salah satu fokus utama dalam Program Studi Teknik Biosistem di ITERA.
Dalam acara tersebut, dua topik utama dibahas, yaitu Praktik Pertanian Presisi dengan Rasa Lingkungan yang dipelajari melalui studi kasus di Brasil, dan Teknologi Telemonitoring berbasis IoT untuk alat dan mesin pertanian.
Acara Studium Generale dihadiri oleh lebih dari 350 peserta, termasuk dosen, praktisi, akademisi dari berbagai universitas di Indonesia, serta mahasiswa ITERA. Acara ini disiarkan secara daring melalui Zoom dan YouTube. Narasumber yang hadir berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agustami Sitorus, S.TP, M.Si, dan akademisi dari Fakultas Teknologi IPB University Dr. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si. Acara tersebut dimoderatori oleh Dosen Teknik Biosistem ITERA, Budi Priyonggo, S.T., M.Si.
Dr. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si, memberikan solusi terkait penerapan pertanian presisi di Indonesia berdasarkan pengalaman sistem pertanian presisi di Brasil. Salah satunya adalah mengusulkan penyatuan luas lahan melalui organisasi kelompok tani atau gabungan kelompok tani sebagai alternatif atas lahan individual yang terbatas.
Tidak hanya itu, pemilihan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan lahan juga perlu disesuaikan dengan skala luas lahan dan ketersediaan sumber daya, serta penerapan metode budidaya yang lebih efisien.
Dr. Mohamad Solahudin menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi monitoring dan control berbasis IoT harus melibatkan tenaga mekanis secara selektif. Oleh karena itu, pelatihan penggunaan alat dan mesin yang menggunakan teknologi Pertanian Presisi dan penyuluhan mengenai manfaatnya dalam meningkatkan hasil produksi, mengurangi penggunaan input, dan menjaga keberlanjutan lingkungan sangat diperlukan.
Dukungan dari kebijakan pemerintah setempat terkait dengan penyediaan infrastruktur pertanian, termasuk kebijakan finansial terkait dengan paket kredit untuk memiliki peralatan, baik secara individu maupun dalam kelompok, juga memengaruhi kesuksesan pertanian presisi.
"Penerapan praktik pertanian dengan alat yang efisien dan ekonomis, didukung oleh teknologi informasi dan metode konservasi tanah dan air yang baik, akan meningkatkan produksi dan kualitas berbagai hasil pertanian, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing di pasar global," kata Dr. Solahudin.
Teknologi Telemonitoring
Sementara itu, Agustami Sitorus, S.TP, M.Si dari LIPI, membahas tentang pemanfaatan teknologi telemonitoring berbasis IoT untuk alat dan mesin pertanian, yang menekankan perbedaan antara telemonitoring dan telekontroling. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam telemonitoring, outputnya berupa informasi data yang terus-menerus, sementara dalam telekontroling, selain informasi data, juga dapat menghasilkan informasi tertentu dan melakukan tindakan tertentu.
Menurut Agustomi M.Si., dengan memanfaatkan IoT, dapat diketahui bagaimana cara mengolah data sesuai dengan kebutuhan agar menjadi informasi yang lebih cepat dan akurat untuk melakukan pemantauan di berbagai lingkungan, baik itu rumah tanaman maupun lahan pertanian terbuka.
Sumber: www.itera.ac.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 25 April 2024
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brojonegoro mengharapkan bahwa pembuatan atau pengembangan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan domestik akan mengikuti kemajuan dalam era Revolusi Industri 4.0. Dalam pengumuman dana riset kepada PTNBH, Menristek Bambang menyatakan bahwa tantangan bagi perusahaan dan perguruan tinggi negeri adalah bagaimana memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan arus Revolusi Industri 4.0. Acara ini diselenggarakan secara virtual di Jakarta pada hari Selasa.
Bambang menggarisbawahi bahwa banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan dan bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber utama penghidupan. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, diperlukan teknologi yang tepat guna. Namun, pengadopsian teknologi ini dalam era Revolusi Industri 4.0 tidaklah mudah. Oleh karena itu, penggunaan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor pertanian.
Contohnya, para peneliti tidak hanya mengubah traktor menjadi traktor digital, tetapi juga mengembangkan teknologi untuk mendeteksi kematangan buah mangga menggunakan kecerdasan buatan atau sensor. Tujuan utamanya adalah menciptakan daya saing dan efisiensi dalam kegiatan perekonomian sehari-hari yang berbasis pertanian.
Menurut Direktur BRIN, Indonesia perlu memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian secara maksimal untuk meningkatkan nilai tambah produk. Kegiatan penelitian dan inovasi di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan teknologi tepat guna, menggantikan impor, meningkatkan produk lokal, komersialisasi, peningkatan nilai, dan pengembangan teknologi terkini.
Sumber: www.antaranews.com