Riset dan Inovasi

Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Periset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menekankan perlunya menetapkan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat perlu memiliki peta bahaya tsunami. Terlebih lagi beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami tsunami, sehingga masyarakat harus lebih waspada dalam menghadapi risiko ketika terjadi bahaya tsunami.

Dikatakan Rahma, terkait kesiapan tsunami dalam kerangka piloting UNESCO-IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission) Tsunami Ready, ada beberapa indikator yang harus dilakukan. Salah satunya agar ditetapkannya wilayah bahaya tsunami, dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami.

Hal ini disampaikan Rahma saat gelaran Geohazard #3 Tsunami Hazards In Indonesia: a workshop to discuss recent events, their impact and their mitigation. Kegiatan ini merupakan milestone dari kerja sama antara PRKG BRIN dan British Geological Survey (BGS), yang dilaksanakan di Bandung pada Jum’at (15/3).

Wanita yang akrab dipanggil Rahma, adalah Peneliti Ahli Muda sekaligus Ketua Kelompok Riset Komunikasi Sains, Risiko dan Resiliensi Gempa Tsunami BRIN. Dirinya memaparkan tentang riset dan inovasi terkait Building (Geo) Science to policy and Action Nexus in strengthening Earthquake and Tsunami Resilience in Case of Archipelagic and Diverse Country: Indonesia.

“Dengan pembuatan peta risiko tsunami dan peta jalur evakuasi berbasis teknologi foto udara, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap tsunami. Tentunya dalam rangka meminimalkan korban jiwa dan kerugian ekonomi,” imbuhnya.

Untuk membangun penguatan kesiapsiagaan tsunami, Rahma menekankan semua pihak untuk melakukan standarisasi penerapan sistem peringatan dini tsunami di daerah rawan bencana. Dengan metode, persyaratan, dan prosedur praktik terbaik, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan tsunami.

“Tentunya substansi penguatan kesiapsiagaan tsunami ini meliputi Risk Assessment, Penyebaran dan Komunikasi Pengetahuan, Layanan Pemantauan dan Peringatan, Response Capability, Komitmen otoritas dan masyarakat terhadap keberlanjutan Sistem Peringatan Dini,” himbaunya.

David Tappin salah seorang nara sumber dari BGS menyatakan, biasanya tsunami dipelajari oleh para seismolog karena sumber gempa bumi yang dominan.

“Namun, sejak akhir tahun 1980-an, para ahli geosains mengungkapkan bahwa gempa bumi bukan satu-satunya sumber tsunami. Melainkan longsoran sedimen di bawah laut maupun permukaan atau subaerial juga merupakan sumber dari tsunami,” tutur David.

Menurut David, gempa bumi dapat menghasilkan tsunami secara tidak langsung melalui tanah longsor koseismik. Tsunami yang terutama disebabkan oleh perpindahan komponen vertikal dasar laut dari bawah ke atas, pada wilayah perpindahan dasar laut yang lebih luas cenderung menghasilkan tsunami dengan jangka waktu yang lama.

“Gaya dorong dan patahan normal merupakan sumber langsung tsunami dibandingkan strike slip atau sesar yaitu gaya gesekan yang membuat lempeng-lempeng saling bergerak. Dorongan dan patahan yang jatuh menukik tajam adalah yang paling utama penyebab tsunami,” tuturnya.

David Tappin juga menambahkan, berdasarkan besarannya, tidak semua gempa menimbulkan tsunami. Menurutnya, tsunami yang berbahaya disebabkan oleh gempa bumi yang lebih besar dari 7 magnitudo. Bahkan untuk peristiwa tsunami yang besar kekuatan gempanya adalah pada 8 sampai 9 magnitudo.

"Tiga proses yang harus diperhatikan berdasar dampaknya dari tsunami adalah sumber pembuatan gelombang, perbanyakan gelombang melalui lautan. Kemudian run-up atau ketinggian tsunami pada titik inundasi maksimum di daratan, dihitung dari referensi muka air laut di darat," tegas David.

Menurut laman gawpalu.id, inundasi adalah jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Semakin landai pantai maka jarak jangkauan inundasi semakin jauh dan panjang dari garis pantai.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari dalam sambutannya menyebutkan, bencana tsunami perlu dipelajari dengan baik sehingga dapat memberikan peringatan dini dan mengedukasi masyarakat. Sehingga jika terjadi bencana tsunami jatuhnya korban dapat diminimalisir.

“Kita juga harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Indonesia termasuk wilayah yang rawan terjadinya bencana termasuk bencana tsunami juga penting sehingga meningkatkan kewaspadaan yang tinggi. Paham mengenai bahaya tsunami, seperti bagaimana terjadinya, bagaimana dampaknya, dan bagaimana mitigasinya,” tuturnya.

Dalam riset kebencanaan yang mampu menunjukkan sumber suatu bencana sangat penting, karena dari sumber itulah dapat ditentukan teknologi mitigasinya. Demikian juga dengan bencana tsunami dimana dampak yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Selain terjadi kerusakan sarana dan prasarana, bahkan korban jiwa. Bencana tsunami pada akhirnya memberikan dampak terhadap perekonomian bahkan kemanusiaan.

Para nara sumber dari PRKG BRIN menyampaikan berbagai hasil risetnya, antara lain Peneliti Ahli Utama Eko Yulianto dan Semeidi Husrin. Perekayasa Ahli Utama Dwi Abad Tiwi, Peneliti Ahli Madya Purna Sulastya Putra, dan Peneliti Ahli Muda Nuraini Rahma Hanifa.

Hadir pula Vulkanolog Mirzam Abdurahman nara sumber dari ITB, dan dari UNPAD ada Teuku Yan Waliana Muda Iskandarsyah Dosen Fakultas Teknik Geologi. 

Sumber: https://brin.go.id/

 

Selengkapnya
Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

Riset dan Inovasi

Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farida Rahayu mengungkapkan, permasalahan sulitnya fermentasi etanol yang selama ini dilakukan dalam produksi bioetanol. Di mana, biomassa dikonversi menjadi etanol melalui tahapan yang cukup panjang.

“Metode ini dianggap kurang efektif karena menyebabkan tingginya biaya produksi,” ungkap Farida, dalam webinar Friday Scientific Sharing Seminar series 31, Jumat (15/3).

Dijelaskannya, perkembangan generasi bioetanol berdasarkan jenis substratnya saat ini sudah sampai generasi ke-4, yaitu dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme.

Sehingga dalam risetnya, Farida menawarkan metode fermentasi baru dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang telah direkayasa genetiknya.

“Dalam kegiatan riset ini, kita menggunakan bakteri acetogen,” rincinya.

“Untuk metode riset ini kita menawarkan tahapan yang dipersingkat, di mana antara tahapan sakarifikasi, fermentasi, dan distilasi dijadikan satu dalam satu bioreaktor,” imbuh Farida.

Farida meyakini, dengan menggunakan mikroorganisme thermophilic yang notabene memiliki suhu optimum pertumbuhan tinggi dan hampir berdekatan dengan destilasi. Sehingga, harapannya tidak perlu untuk memindahkan mikroorganisme ini untuk melakukan destilasi.

“Diharapkan pula dengan metode fermentasi thermophilic ini, hasil etanol yang didapatkan menjadi lebih optimal. Karena selain proses destilasi itu terjadi, mikroba masih bisa melakukan produksi. Berbeda dengan bila kita menggunakan mikroorganisme mesofilik pada saat destilasi, maka kegiatan produksi itu akan berhenti,” jelas Farida.

Harapannya, lanjut dia, menggunakan thermophilic fermentasi dengan mikroorganisme yang sudah di rekayasa genetiknya akan bisa mendapatkan hasil etanol yang lebih optimal.

“Adapun pendekatan dari strain improvement bisa kita lakukan melalui mutant selectionrecombination atau recombinant DNA Technology. Kegiatan riset yang dilakukan di sini menggunakan recombinant DNA technology,” terang Farida.

Dirinya mengatakan tujuan riset tersebut untuk meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan aktivitas regulasi dari suatu enzim.

Selain itu, tujuan lainnya adalah memanfaatkan ilmu dan teknologi recombinant DNA/genetic engineering, untuk bisa mendapatkan suatu mutan yang bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri.

Menurutnya, ilmu dan teknologi tentang manipulating dan improving microbial strains penting untuk meningkatkan kapasitas metabolisme mikroorganisme yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Maka, ilmu semakin berkembang dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai informasi, dijelaskan juga oleh Farida tiga generasi bioetanol sebelumnya. Pada bioetanol generasi pertama masih menggunakan substrat yang berdekatan dengan pangan seperti gula atau pati. Karena dirasa ada kompetisi antara pangan dan energi, maka ilmu itu akan berkembang terus hingga pada generasi kedua.

“Di generasi kedua ini, substrat yang digunakan untuk produksi bioetanol adalah dari residu/limbah lignoselulosa biomassa. Dari sini diharapkan ada renewable energy. Karena kalau berasal dari lignoselulosa ke biomassa bisa diperbarui setiap saat,” jelasnya.

Setelah itu, berkembang lagi di generasi ke-3, dengan memanfaatkan biomassa alga atau mikroalga yang juga digunakan sebagai substrat untuk produksi bioetanol.

Hingga dalam perkembangannya saat ini, generasi ke-4 dengan memanfaatkan genetik dari suatu mikroorganisme. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Tekan Biaya, BRIN Tawarkan Metode Fermentasi Baru dalam Produksi Bioetanol

Riset dan Inovasi

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyiapkan platform kolaborasi biologi struktur biomolekul keanekaragaman hayati.

“Kita mempelajari struktur molekuler untuk memahami bagaimana sistem biologi organisme bekerja,” kata Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN Ahmad Fathoni, dalam Webinar Series on Structural Biology 02, bertajuk Studying Cell and Tissue Structure with Aquilos 2 Cryo-EM, Jumat (15/3).

Platform ini, jelas Fathoni, meliputi keanekaragaman hayati tumbuhan, mikroba dan hewan, dengan target biomolekulnya adalah protein, protein kompleks, sel, dan jaringan.

Dikatakan Fathoni, para ilmuwan telah merevolusi cara memahami dunia mikroskopis untuk memberikan gambar yang luar biasa tajam dan detail pada skala nanometer. Laboratorium biokimia di seluruh dunia memilih cryo electron microscopy (cryo-EM) karena membantu mempercepat penelitian.

Dengan cryo-EM, ungkapnya, detail molekuler dapat terlihat pada resolusi yang relevan secara biologis.

Selain itu juga memberikan wawasan tentang fungsi protein dan mekanisme penyakit, memfasilitasi desain obat yang efektif, dan memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang proses dan jalur biologis yang kompleks.

“Dengan platform kolaborasi ini, diharapkan menghasilkan SDM unggul di bidang biologi struktur, selain karya tulis ilmiah, kekayaan intelektual, dan struktur 3D,” tuturnya.

Khusus Sel dan Jaringan

Peneliti Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir BRIN Arbi Dimyati menjelaskan, Aquilos 2 Cryo-FIB diciptakan khusus untuk sel dan jaringan.

“Alat ini merupakan alat preparasi untuk mempersiapkan sampel agar dapat dikarakterisasi di Krios,” terangnya.

Menurut Thermoscientific, jelas Arbi, Aquilos 2 Cryo-FIB adalah generasi terbaru dari sistem cryo-dual beam. Disebut dual beam karena memiliki dua sumber cahaya, yakni ion dan elektron.

“Alat ini dikhususkan untuk persiapan lamela tipis, elektron-transparan untuk tomografi cryo-electron resolusi tinggi atau microED dari mikrokristal,” paparnya.

Arbi menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, single particle cryo-EM telah muncul sebagai teknik biologi struktural utama yang dapat menentukan struktur 3D protein dan kompleks protein pada resolusi atom. Namun, single particle cryo-EM terbatas pada protein yang sangat dimurnikan, tidak bisa menganalisa hubungan antara struktur kecil protein dengan selnya.

Karena itu, sel bisa direkonstruksi ke dalam 3D melalui tomografi. “Tomografi adalah pencitraan melalui berbagai sudut yang diproyeksikan dan direkonstruksi ke dalam komputer. Maka akan mendapatkan struktur partikel yang dianalisa,” beber Arbi.

Cara kerja Aquilos, urainya, sama seperti scanning eletron microscope (SEM). Tetapi menggunakan dual beam, yaitu electron column untuk membuat gambar dan ion column untuk memotong sampel.

“Kelebihan lain dari alat ini adalah menggunakan cryo stage, di mana sampel didinginkan sampai minus 194 derajat menggunakan gas nitrogen,” jelas Arbi.

Dirinya lantas menjelaskan proses preparasi menggunakan Aquilos. Di antaranya, sampel diletakkan di atas grid, kemudian dibekukan agar menghindari dehidrasi. Lalu, di-mapping untuk menentukan sel mana yang akan dipreparasi.

Setelah proses tersebut, sel akan dipotong supaya menjadi tipis dan dapat dianalisa dengan transmission electron microscope (TEM). Dengan syarat, partikel/lapisan memiliki dimensi maksimum 100 nanometer. Maka, kita dapat melihat struktur internal dari sel.

“Aquilos 2 Cryo-FIB juga bisa digunakan dengan fluorescence microscope yang berfungsi untuk mempermudah preparasi sampel. Sehingga, mendapatkan posisi sampel yang diinginkan, bahkan dalam ukuran nano,” pungkas Arbi.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Riset dan Inovasi

Memahami Matahari sebagai Bintang Terdekat dari Bumi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Matahari adalah salah satu bintang yang paling dekat dengan bumi. Aktivitas dan pengaruhnya sangat besar terhadap kehidupan manusia. Sehingga, berbagai penampakan fisik, aktivitas, dan fenomena yang terjadi selalu menjadi kajian yang menarik.

Salah satu kajian matahari dan aktivitasnya adalah tentang pergerakan bintik matahari. “Di matahari ada bintik-bintik yang disebut sunspotSunspot mengalami perubahan dalam setiap kemunculannya,” ungkap periset Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhamad, dalam Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa (DOFIDA), secara daring, Jumat (15/3).

Selain sunspot, lidah api atau prominensa adalah fenomena matahari yang juga menarik untuk dikaji. “Kami mengkaji filamen tersebut dari mulai evolusinya, pembentukannya, sampai kemudian karakteristiknya. Sehingga, kita bisa ketahui kira-kira yang akan berbahaya bagi bumi itu seperti apa,” jelasnya.

Fenomena lain yang menjadi kajian periset yakni cuaca antariksa. Cuaca antariksa adalah keadaan di lingkungan antariksa, khususnya antara matahari dan bumi. Seperti halnya cuaca di bumi, cuaca antariksa bersifat dinamis dan sangat bergantung pada aktivitas matahari.

Berbagai aktivitas matahari dapat secara langsung mengubah kerapatan dan tekanan plasma di ruang antarplanet dan ionosfer. Selain itu meningkatkan tekanan magnetik pada magnetosfer bumi, dan dapat menyebabkan munculnya berbagai macam fenomena alam yang terkait dengan medan magnet dan medan listrik di bumi.

Siklus Matahari

Menurut Johan, di samping berbagai fenomena tersebut, gerhana matahari merupakan salah satu peristiwa yang paling umum diketahui. Tahun 2023, terjadi gerhana matahari total di Indonesia bagian timur.

“Kami melakukan ekspedisi untuk melakukan pengamatan gerhana matahari dan data-datanya itu sangat banyak. Termasuk kami kerja sama juga dengan Institut Teknologi Sumatra (ITERA) menggunakan data mereka untuk mengkaji bentuk-bentuk korona matahari,” tuturnya.

Korona matahari yaitu lapisan terluar dari atmosfer matahari yang bentuknya menyerupai mahkota dan dapat menjadi penanda siklus matahari. Siklus matahari adalah daur aktivitas matahari yang berulang setiap sekitar sebelas tahun sekali.

Artinya, aktivitas matahari tidak selalu sama di setiap saat. Terkadang, matahari sangat aktif melepaskan energi eksplosif. Sementara, di periode lainnya matahari bersikap sangat tenang.

Manusia telah lama mengenal keberadaan siklus sebelas tahun ini. Setidaknya, keberadaan siklus matahari telah terdokumentasikan dengan baik sejak abad 18. Saat ini, kita sedang berada di awal siklus ke-25, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024-2025.

Pada saat itu, aktivitas matahari diperkirakan akan meningkat dengan frekuensi kejadian flare dan lontaran massa korona kemungkinan akan bertambah.

Masyarakat dapat mengetahui kondisi cuaca antariksa dengan memantau web penyedia layanan informasi cuaca antariksa. Tersedia juga layanan informasi seperti ini melalui web Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS) di laman http://swifts.brin.go.id/.

Di dalam web SWIFtS, masyarakat dapat menemukan informasi mengenai aktivitas matahari yang terjadi dalam 24 jam terakhir. Selain itu, kondisi geomagnet dan ionosfer global serta regional wilayah Indonesia. Data-data yang disampaikan dalam SWIFtS merupakan rangkuman dari hasil pengamatan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan dunia, serta pengamatan dari antariksa.

“Selain itu, masyarakat juga dapat mengetahui prediksi cuaca antariksa dalam 24 jam mendatang berdasarkan hasil analalisis para peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN. Laman web SWIFtS ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, untuk memfasilitasi pembaca dari Indonesia dan mancanegara,” pungkas Johan. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Memahami Matahari sebagai Bintang Terdekat dari Bumi

Riset dan Inovasi

Jamin Ketersediaan Air Tanah Pedesaan, BRIN dan IHP UNESCO Kembangkan Program MARVI

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Penelitian Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) bekerja sama dengan Komite Nasional Indonesia Program Hidrologi Internasional (IHP) UNESCO menyelenggarakan workshop “Managing Aquifer Recharge and Sustaining Groundwater Use through Village-level Intervention (MARVI), Kamis (14/3). Hal ini sebagai salah satu upaya untuk lebih memahami permasalahan dan tantangan air tanah di Indonesia.

“Hingga saat ini, permasalahan air tanah di Indonesia menjadi tantangan besar untuk diselesaikan. Selain permukaan air tanah yang terus menurun, polusi, dan eksploitasi air tanah untuk konsumsi masyarakat menjadi permasalahan yang semakin serius, sehingga perlu segera ditangani,” ungkap Budi Heru Santoso selaku Ketua IHP UNESCO. 

Budi yang saat ini aktif menjadi Peneliti PRLSDA menjelaskan bahwa MARVI merupakan program IHP UNESCO terkait pemantauan air tanah di India yang melibatkan partisipatif aktif di tingkat desa. Sedangkan workshop MARVI adalah salah satu bentuk program IHP yang khusus di selenggarakan di Indonesia untuk peningkatan pengetahuan dan kapasitas sumber daya manusia terkait pemantauan air. 

Rachmat Fajar Lubis Peneliti PRLSDA yang didapuk menjadi moderator acara tersebut menambahkan, forum ini tentunya menjadi peluang bagi BRIN untuk mengidentifikasi mitra kolaborasi dan mengidentifikasi lokasi percontohan utama pemantauan air tanah serta adanya partisipatif dan proposal awal untuk pendanaan program.

Basant Maheswari, Professor ahli di bidang air dan keberlanjutan lingkungan yang menjadi narasumber tunggal workshop menginformasikan, proyek MARVI menggunakan pendekatan ‘transdisipliner’ (berbeda dengan pendekatan multidisiplin dan interdisipliner). Ia menambahkan, MARVI adalah program pengumpulan data partisipatif, saling berbagi informasi untuk membangun pemahaman; dan kegiatan yang melibatkan pengambil kebijakan, instansi pemerintah, pengguna dan pemangku kepentingan lainnya.

Profesor dari Western Sidney University Australia ini menjelaskan, prinsipnya pendekatan untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengelolaan air tanah melalui pendekatan tim. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk saling saling memberi informasi, menangkap kompleksitas pengelolaan air tanah dan membantu mereka menciptakan pemahaman baru di luar disiplin ilmu mereka mengenai air tanah di Tingkat desa.

“Dalam proyek ini, kami memiliki peneliti dari berbagai disiplin. Mereka menyumbangkan keahlian di bidang pengelolaan air tanah, namun pada tingkat yang sama mereka bekerja di luar disiplin ilmu mereka sendiri. Kami berupaya memahami kompleksitas keseluruhan proyek, bukan hanya satu bagian saja,” katanya. 

Tujuan program MARVI adalah untuk meningkatkan keamanan pasokan air irigasi dan meningkatkan peluang mata pencaharian bagi masyarakat pedesaan di India. Proyek ini telah berjalan sejak 2011 yang didanai oleh Australian Water Partnership (AWP) dan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Mitra utama proyek ini adalah Western Sydney University, CSIRO Land & Water, International Water Management Institute, Development Support Centre, Arid Communities and Technologies, Maharana Pratap University of Agriculture and Technology dan Vidya Bhawan Krishi Vigyan Kendra. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Jamin Ketersediaan Air Tanah Pedesaan, BRIN dan IHP UNESCO Kembangkan Program MARVI

Riset dan Inovasi

Studi Perubahan Iklim dan Siklus Biogeokimia Penting untuk Susun Strategi Mitigasi dan Adaptasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aan Johan Wahyudi memaparkan topik keragaman hayati laut Indonesia, pada The 7th International Symposium JAAI, bertajuk “Peran JAAI Menuju Indonesia Emas 2045”, di Bogor, Kamis (7/3) lalu.

Menurutnya, menghadapi tantangan permasalahan laut akibat perubahan iklim memerlukan studi dampak perubahan iklim terhadap siklus biogeokimia.

Studi holistik ini menggarisbawahi adanya interaksi yang rumit antara perubahan iklim dan dinamika biogeokimia di perairan Indonesia.

“Pemahaman yang berbeda mengenai dampak-dampak ini sangat penting untuk menyusun strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif dalam menghadapi krisis global yang sedang berlangsung,” ungkapnya.

Dia menekankan, hasil penelitian menggarisbawahi tren penurunan konsentrasi, yang dipengaruhi oleh makronutrien dan produktivitas primer, dengan potensi tidak langsung dampak dari kegiatan antropogenik dan pemanasan global.

Simposium ini merupakan kerja sama antara BRIN dengan Ikatan Alumni Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) melalui organisasi JSPS Alumni Association of Indonesia (JAAI).

Acting President of JAAI Puspita Lisdiyanti mengungkapkan, kontribusi riset dan inovasi untuk terobosan baru sangat diperlukan untuk mewujudkan impian Indonesia Emas 2045.

“Pengalaman riset dan pengetahuan para narasumber serta adanya diskusi terkait pembangunan sumber daya manusia dan industri berbasis teknologi, seperti bioenergi dan bioteknologi tentunya akan sangat bermanfaat untuk menambah ide, gagasan, dan pengetahuan para peserta,” tuturnya.

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN yang akrab disapa Lilis tersebut menambahkan, kegiatan yang dihadiri 112 peneliti dan pengajar dari Indonesia, Jepang, Malaysia, India, Thailand, Mesir, Filipina, dan Bangladesh tentunya akan menjadi media berbagi ilmu dan mendorong munculnya peluang kolaborasi yang sangat dibutuhkan para peneliti di Indonesia.

Skema Pendanaan Riset Kolaborasi dengan Jepang

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN Ajeng Arum Sari menginformasikan, para peserta simposium dapat memanfaatkan beberapa program pendanaan riset dan inovasi BRIN, melalui skema Kolaborasi Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM). Tahun anggaran 2024, BRIN telah merekomendasikan 12 proyek yang kini sedang diseleksi pihak Jepang.

“Ada tiga jenis kerja sama dengan lembaga pendanaan luar negeri. Pertama, joint call, misalnya e-ASIA, SEA-EU JFS, dan KONEKSI. Kedua pendanaan bersama, contohnya BMGF dan JST. Dan ketiga, program kolaboratif, contohnya SATREPS,” tuturnya.

Ajeng menjelaskan, SATREPS adalah contoh program kolaboratif Jepang dan Indonesia. Proyek SATREPS terbuka untuk semua peneliti Indonesia, dan pembiayaannya mencakup infrastruktur dan kegiatan penelitian yang memerlukan kolaborasi dengan universitas-universitas Jepang.

Simposium ini juga menghadirkan Peneliti Pusat Riset Eijkman dan Biologi Molekuler BRIN. Dirinya menjelaskan tentang penemuan obat antiparasit dan upaya identifikasi malaria dengan tes diagnotik cepat.

Sementara itu dari lembaga lain, hadir pula Kosuke Mizuno dari Kyoto University, Satria Gentur Pinandita dari PT Ajinomoto Indonesia, Evy Hariyadi dari PT. PLN, dan Ika Dewi Ana dari Universitas Gadjah Mada.

Sebagai informasi, selain menyelenggarakan simposium, Rapat Umum Majelis menjadi agenda terakhir dalam pertemuan internasional ini untuk memilih Presiden JAAI periode April 2024-Maret 2026. Berdasarkan rapat tersebut, Puspita Lisdiyanti terpilih menjadi Presiden JAAI periode selanjutnya. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Studi Perubahan Iklim dan Siklus Biogeokimia Penting untuk Susun Strategi Mitigasi dan Adaptasi
« First Previous page 9 of 14 Next Last »