Riset dan Inovasi

Upaya Meningkatkan Kualitas Riset Di Indonesia Melalui Program S3 Berorientasi Pada Riset

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Program Doktor Berbasis Riset: Meningkatkan Mutu Penelitian di Indonesia

Pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat doktoral menjadi semakin menarik bagi mahasiswa sarjana yang ingin mengembangkan karier akademik mereka. Salah satu opsi yang semakin populer adalah program doktor berbasis riset, yang menawarkan pelatihan doktoral yang lebih fleksibel dan kesempatan untuk melakukan penelitian mendalam di berbagai bidang ilmu.

Program doktor berbasis riset memungkinkan siswa untuk menggabungkan penelitian akademis mereka dengan penelitian berorientasi penelitian yang lebih mendalam. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang tertentu secara lebih mendalam.

Beberapa universitas terkemuka telah meluncurkan program doktoral berbasis riset, seperti yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Sosialisasi gelar S3 riset yang diadakan di Gedung BJ Habibie 720 KST pada Rabu (11/8) merupakan salah satu langkah untuk memperkenalkan program ini kepada masyarakat.

Menyampaikan dukungannya terhadap program ini, Direktur Pusat Penelitian Teknologi Transportasi Aam Muharam menyatakan harapannya bahwa kerja sama antara ilmu pengetahuan dan industri melalui penelitian dapat membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa. Demikian pula, Ketua Program Penelitian Doktor Teknik Mesin UNS, Triyono, menekankan pentingnya kerja sama antara perguruan tinggi dan lembaga pemerintah dalam memajukan penelitian di Indonesia.

Program doktor berbasis riset menawarkan pendekatan penelitian yang mendalam, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi ilmu dan penelitian pada tingkat yang lebih maju. Diharapkan, kehadiran program ini dapat melahirkan inovasi-inovasi baru yang berdampak positif bagi kemajuan bangsa, khususnya dalam pengembangan riset dan inovasi berkelanjutan bagi Indonesia.

Dengan adanya program doktor berbasis riset, diharapkan dapat tercipta lingkungan penelitian yang lebih berkualitas dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan mutu penelitian di Indonesia.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
Upaya Meningkatkan Kualitas Riset Di Indonesia Melalui Program S3 Berorientasi Pada Riset

Riset dan Inovasi

12 Terobosan Teknologi dari BPPT untuk Mengurangi Risiko Bencana

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi risiko bencana alam, non-alam, sosial, dan akibat dari kurangnya teknologi yang tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadinya 4.650 bencana alam pada tahun 2020, dengan bencana alam hidrometeorologi menjadi yang paling dominan. Untuk mengurangi kerentanan dan potensi risiko bencana, diperlukan upaya peningkatan kapasitas melalui program penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi dalam bidang kebencanaan.

Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai lembaga penyelenggara ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, aktif dalam pengembangan teknologi kebencanaan. Ini terwujud melalui pengenalan Sistem Deteksi Dini Tsunami Terpadu (InaTEWS), teknologi modifikasi cuaca, dan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penanggulangan tsunami serta kebakaran hutan dan lahan (Kalhuttra).

Hammam Riza, Kepala BPPT, menegaskan komitmennya dalam mendorong inovasi dan mengawal penerapan teknologi kebencanaan di Indonesia. Ia menyatakan bahwa BPPT akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya ekosistem inovasi. Menurutnya, Indonesia harus siap dan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini dapat bertahan dari bencana.

Dalam sebuah webinar bertema "Kebijakan dan Strategi Penelitian dan Inovasi Teknologi Kebencanaan", Hammam mengemukakan bahwa ekosistem inovasi bencana perlu mempertimbangkan isu-isu kunci dalam pengembangan teknologi. Hal ini mencakup sistem peringatan dini multi-ancaman berbasis komunitas, peramalan dampak, peringatan berbasis risiko, dan sistem peringatan multi-bahaya global.

Daftar 12 Inovasi Teknologi Kebencanaan yang Siap Diterapkan oleh Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) di BPPT meliputi:

  1. Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS) untuk Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami;
  2. Flood Early Warning System (FEWS) untuk Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir;
  3. Landslide Early Warning System (LEWS) untuk Sistem Peringatan Dini Bencana Longsor;
  4. SIJAGAT untuk Sistem Kaji Kerentanan Struktur Gedung Bertingkat;
  5. SIKUAT untuk Sistem Informasi Kesehatan Struktur Gedung Bertingkat;
  6. Simulan untuk Sistem Simulasi Perubahan Guna Lahan dalam Konteks Bencana Tsunami;
  7. Sistem Deteksi Dini Kebakaran Lahan dan Hutan;
  8. PEKA Tsunami untuk Penanganan Kebencanaan Menggunakan Kecerdasan Buatan dalam Sistem Prediksi Kejadian Tsunami;
  9. Karhutla untuk Kecerdasan Buatan dalam Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan;
  10. INDI untuk Indonesia Network for Disaster Information;
  11. Kajian Bencana Gagal Teknologi Sektor Industri;
  12. Biotextile untuk Perlindungan Tanah dan Erosi Tanah.

Kerugian Akibat Bencana

Peningkatan frekuensi bencana di Indonesia menyebabkan kerugian ekonomi, dengan rata-rata kerugian mencapai Rp 22,8 triliun tiap tahun. Menyadari hal tersebut, pemerintah saat ini fokus pada pemulihan ekonomi di semua sektor, terutama di masa pandemi ini. Hammam, seorang ahli, menilai bahwa kerugian akibat bencana dapat diminimalisir dengan kajian mendalam untuk setiap jenis bencana dan wilayah tertentu. BPPT telah memulai langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini melalui program-program seperti PEKA Tsunami dan PEKA Karhutla. Selain itu, paradigma penanggulangan bencana juga mengalami perubahan global, dengan adanya fokus pada isu-isu seperti SDGs, DRR, perubahan iklim, emisi nol, dan pelestarian lingkungan. Indonesia, sebagai tuan rumah pertemuan Global Platform for DRR di Bali pada tahun 2020, dihadapkan dengan tantangan baru untuk aktif berperan dalam mengurangi risiko bencana, baik secara nasional maupun global.

Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina

Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)
 

Sumber: liputan6.com

Selengkapnya
12 Terobosan Teknologi dari BPPT untuk Mengurangi Risiko Bencana

Riset dan Inovasi

Inovasi Teknologi Meningkatkan Mutu Hasil Pertanian

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Inovasi Teknologi Presisi dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Pertanian Untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, diperlukan inovasi teknologi, salah satunya adalah teknologi presisi. Teknologi presisi merupakan pengelolaan sistem informasi teknologi yang menggabungkan strategi manajemen dan teknologi untuk efisiensi penggunaan sumber daya, dengan tujuan mencapai hasil optimal dan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH), bekerja sama dengan PT Habibi Digital Nusantara dalam mengembangkan riset keberlanjutan menggunakan teknologi presisi dengan layanan Internet of Things (IoT) dan sensor real time. Tujuan kerja sama ini adalah mengembangkan pengetahuan terkait teknologi berbasis digital untuk mendukung keberlanjutan di sektor energi dan pangan.

Kepala PR SPBPDH BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menjelaskan bahwa kerja sama ini melibatkan riset keberlanjutan dalam pemanfaatan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, termasuk analisis keberlanjutan dan penilaian daur hidup. BRIN dan PT Habibi Digital Nusantara akan melakukan identifikasi potensi keberlanjutan dan pengembangan menggunakan teknologi presisi dengan layanan IoT dan sensor real time, serta melakukan penilaian keberlanjutan dan daur hidup budi daya di lingkungan terkendali komoditas hortikultura.

Sebagai badan berbasis riset, BRIN akan terlibat dalam penyusunan proposal pembiayaan riset kepada pihak ketiga, penyusunan karya tulis ilmiah nasional/internasional, dan penyusunan permohonan kekayaan intelektual. Metodologi yang digunakan dalam analisis keberlanjutan adalah MSA dan dalam analisis penilaian daur hidup menggunakan LCA. Direktur PT Habibi Digital Nusantara, Irsan Rajamin, menegaskan bahwa perusahaannya berfokus pada inovasi teknologi pertanian. Visi perusahaan tersebut adalah membangun peradaban melalui IoT agriculture. Harapannya, kerja sama ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan sektor pertanian.


Sumber: brin.go.id

Selengkapnya
Inovasi Teknologi Meningkatkan Mutu Hasil Pertanian

Riset dan Inovasi

Turbin ORC Mini Diharapkan Menjadi Alternatif Energi Bersih dan Ekonomis

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Humas BRIN melaporkan bahwa Teknologi Organic Rankine Cycle (ORC) dianggap sebagai solusi potensial untuk energi baru terbarukan (EBT) yang efisien dan dapat diandalkan. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dari berbagai sumber panas, termasuk energi panas bumi, limbah panas, dan energi matahari. ORC adalah siklus termodinamika yang menggunakan cairan organik sebagai media kerja untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini dapat digunakan pada berbagai rentang suhu panas, termasuk sumber panas yang tidak dapat dimanfaatkan dengan teknologi konvensional, seperti panas bumi suhu rendah dan limbah panas.

Untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi ORC guna meningkatkan efisiensi dan kinerjanya, Organisasi Penelitian Energi dan Manufaktur (OREM) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Bumi Resik Nusantara Raya (PT. BRNR) sepakat untuk bekerja sama. Mereka akan mengoptimalkan penggunaan listrik dan menghasilkan energi listrik yang lebih bersih dan terjangkau. Kesepakatan ini dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada Rabu (17 Januari 2021) di BJ Habibie Serpong KST.

Hasnan Abimanyu, Ketua OREM, menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah penting dalam mengeksplorasi potensi energi terbarukan. Xhaka, perwakilan PT Bumi Resik Nusantara Raya, menyambut baik kesempatan untuk berkolaborasi dengan BRIN dalam pengembangan teknologi ORC. Mereka berharap kerja sama ini dapat mencapai kemajuan signifikan dalam energi ramah lingkungan.

Proyek pengembangan prototipe turbin ORC yang dilakukan oleh tim kolaboratif ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap penyediaan listrik yang bersih dan terjangkau. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antara sektor publik dan swasta. Pengembangan turbin ORC kecil ini dianggap sebagai langkah maju dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat.

Sebagai informasi tambahan, kegiatan ini didukung oleh mekanisme RISPRO (Pendanaan Penelitian Inovatif-Produktif Komersial) - LPDP - dan kontribusi dari mitra PT. Bumi Resik Nusantara.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
Turbin ORC Mini Diharapkan Menjadi Alternatif Energi Bersih dan Ekonomis

Riset dan Inovasi

BRIN dan PT Nafas Indonesia Kolaborasi untuk Mengembangkan Teknik Investigasi Polusi Menggunakan Data Sensor

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Humas BRIN di Tangsel, Jakarta, sebuah wilayah metropolitan yang padat penduduk di Asia Tenggara dan sekitarnya, mengidentifikasi polusi udara sebagai masalah serius. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, urbanisasi yang cepat, dan mobilitas penduduk yang tinggi telah meningkatkan emisi gas dan partikel berbahaya ke atmosfer. Sumber polusi ini berasal dari aktivitas industri, lalu lintas, dan gaya hidup sehari-hari, yang menghasilkan emisi yang merusak kualitas udara. Tingkat partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2.5) di wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi perhatian utama. Partikel PM 2.5 berasal dari berbagai sumber seperti knalpot kendaraan, industri, pembakaran biomassa, serta proses alami seperti debu dan bakteri. Kepadatan lalu lintas dan banyaknya industri di wilayah tersebut memperparah tingkat PM 2.5.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan PT Nafas Applications India melalui Pusat Pengujian Teknologi dan Standar (PRTPS) untuk mengembangkan data sensor dan metode berbasis data dalam mempelajari sumber polusi. Kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan memantau kualitas udara menggunakan data sensor dari berbagai sumber, yang kemudian digunakan untuk menyelidiki sumber pencemaran, termasuk menentukan sumber yang paling berkontribusi terhadap peningkatan PM 2.5. Selain itu, kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan zona udara bersih di wilayah yang terkena dampak emisi energi tradisional. BRIN dan PT Nafas Application India akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk mengurangi tingkat PM 2.5.

Direktur Organization for Research on Energy and Manufacturing (OREM), Hasnan Abimanyu, menyatakan bahwa kemitraan ini akan memperkuat kontribusi BRIN dalam kemajuan teknologi dan penelitian terkait pengumpulan data. Sementara itu, CEO PT Nafas Applications India, Nathan Roestady, menggarisbawahi pentingnya kerja sama dengan BRIN dalam mengatasi masalah polusi udara yang kompleks. Teg Muttaky, direktur Pusat Penelitian Teknologi dan Standar Pengujian, menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal yang baik untuk tahun 2024. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga dan langkah nyata dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya, serta memberikan dasar untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi seluruh masyarakat di wilayah tersebut.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
BRIN dan PT Nafas Indonesia Kolaborasi untuk Mengembangkan Teknik Investigasi Polusi Menggunakan Data Sensor

Riset dan Inovasi

Menggunakan Biomassa Kelapa Sawit untuk Membuat Ban

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 24 April 2024


Agus Kissmant, seorang peneliti di Pusat Penelitian Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah mengembangkan karbon hitam hijau sebagai bahan baku dari biomassa kelapa sawit. Karbon hitam tersebut digunakan sebagai pewarna dan penguat dalam produk non-ban, seperti ban mobil, ikat pinggang, tabung, dan barang-barang karet lainnya.

Pada acara monitoring dan evaluasi hibah penelitian kelapa sawit yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Samaung Samadikun BRIN Bandung Sains dan Bidang Teknologi pada 10 hingga 11 Januari, Agus menjelaskan latar belakang penelitian ini. Dia menyoroti bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan sumber biomassa yang sangat melimpah. Namun, limbah seperti daun-daun, tandan kosong, dan batang pohon kelapa sawit yang tersisa dari proses reboisasi belum dimanfaatkan secara optimal.

Agus menekankan bahwa limbah tandan kosong kelapa sawit yang mencapai 59 juta ton per tahun dapat diolah menjadi karbon hitam, menghasilkan sekitar 3 juta ton. Pengembangan teknologi ini dianggap sebagai potensi besar untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknologi produksi karbon hitam dari biomassa, dengan melakukan proses pirolisis biomassa di bagian hulu untuk mencapai efisiensi ekonomi yang optimal.

Agus menyoroti bahwa karbon hitam dari biomassa kelapa sawit menjadi pasar baru yang penting, terutama karena selama ini hanya tersedia dari bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mencapai net-zero emisi, yang menjadi prioritas saat ini. Teknologi produksi yang diusulkan melibatkan proses gasifikasi pada tandan kosong pada suhu rendah untuk menghasilkan gas sintesis dan minyak pirolisis atau tar. Gas sintesis digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi, sementara minyak pirolisis berfungsi sebagai bahan baku.

Hasil dari penelitian tahun pertama telah menghasilkan karbon hitam berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku di beberapa pabrik ban. Teknologi pengolahan bahan baku dan bahan bakar jelaga berbasis gas sintesis termal harus segera diimplementasikan. Penelitian lebih lanjut akan meliputi penyiapan bahan baku produksi gas pirosin dari tandan kosong kelapa sawit, optimalisasi produksi di reaktor karbon hitam untuk mencapai kualitas yang lebih baik, dan pengembangan ekstraksi karbon hitam dari jelaga.


Sumber: www.brin.go.id

Selengkapnya
Menggunakan Biomassa Kelapa Sawit untuk Membuat Ban
« First Previous page 12 of 14 Next Last »