Riset dan Inovasi

BRIN:Diperlukan Komitmen Pemangku Kepentingan untuk Mewujudkan Potensi Penuh Energi Baru Terbarukan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Industrial talk menjadi salah satu agenda pada hari kedua penyelenggaraan “The International Conference on Sustainable Energy Engineering and Application (ICSEEA) 2024”, pada Kamis (29/2) yang lalu di The Stones Hotel, Bali.

Transisi menuju energi terbarukan, industri berkelanjutan, dan transportasi ramah lingkungan bukan hanya merupakan keharusan bagi lingkungan hidup namun merupakan keharusan moral. "Ini adalah komitmen terhadap keadilan, kesetaraan, dan solidaritas dengan kelompok paling rentan di antara kita," ungkap Haznan Abimanyu, kepala OR Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN.

Haznan menambahkan, untuk mewujudkan potensi penuh energi terbarukan memerlukan lebih dari sekadar kecakapan teknologi. Hal ini memerlukan kepemimpinan visioner, tindakan kebijakan yang berani, dan komitmen teguh dari seluruh pemangku kepentingan.

Haznan menyatakan tugas yang diemban merupakan urgensi yang tidak dapat dilebih-lebihkan. "Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman terbesar yang dihadapi umat manusia, dengan konsekuensi yang luas terhadap ekosistem, perekonomian, dan masyarakat di seluruh dunia. Namun, dalam menghadapi kesulitan, kita menemukan harapan dalam tekad bersama untuk menghasilkan perubahan positif," ungkapnya.

Sektor industri berada di persimpangan jalan dan siap untuk mendefinisikan kembali perannya dalam transisi menuju masyarakat dekarbonisasi. "Mulai dari manufaktur, konstruksi, hingga ekstraksi sumber daya, setiap aspek industri harus menjadikan inovasi dan keberlanjutan sebagai prinsip panduannya," paparnya.

Oki Muraza selaku Direktur Strategi, Portofolio, dan Usaha Baru PT. Pertamina menyampaikan bahwa Indonesia memiliki bahan bakar diesel ramah lingkungan atau biodiesel.  Biodiesel yang PT. Pertamina miliki memadukan sekitar 35% bahan campuran. Selain itu juga memiliki bahan bakar penerbangan berkelanjutan dan bioetanol. 

“Kami ingin meningkatkan ketersediaan etanol di negara ini agar kita memiliki opsi untuk mencampurkan bensin kita. Kami ingin menekankan pentingnya bioetanol dan berharap agar rekan-rekan dari BRIN dan lembaga lain dapat bekerja sama untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar bioetanol di Indonesia," harap Muraza.

Muraza menambahkan jika kolaborasi terkait energi terbarukan telah dilakukan dengan BRIN dan universitas lainnya. “Tidak hanya kolaborasi dari bidang teknik, tetapi juga dari bidang ilmu sosial.” imbuh Muraza

Dalam kesempatan yang sama Yudistian Yunis, Presiden Direktur PT Geo Dipa Energi (Persero), perusahaan  yang fokus pada bidang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mengatakan harapan ke depannya untuk kerja sama dengan BRIN terkait energi terbarukan. “Mungkin BRIN mempunyai rencana percontohan yang dapat ditempatkan di Dieng. Kita bisa mencari tahu pembangkit listrik apa yang bisa kita buat bersama dan juga kegunaannya secara langsung," ungkapnya.

Sebagai informasi ICSEEA 2024, menjadi ajang para ahli, peneliti, dan pemimpin industri dari seluruh dunia akan berkumpul untuk berbagi wawasan, inovasi, dan strategi untuk mempercepat transisi menuju masyarakat dekarbonisasi. ICSEEA menjadi platform dinamis untuk mengeksplorasi kemajuan teknologi energi, industri, dan transportasi yang membentuk masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN:Diperlukan Komitmen Pemangku Kepentingan untuk Mewujudkan Potensi Penuh Energi Baru Terbarukan

Riset dan Inovasi

BRIN Bahas Smart Defense untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, sebagai proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia memiliki implikasi besar terhadap keamanan nasional. IKN yang dirancang sebagai kota cerdas (smart city) perlu dipikirkan ulang Smart Defense yang cocok dan dapat diaplikasikan di Indonesia dan juga dapat diterima oleh TNI. Koordinator Pelaksana Fungsi Kebijakan Bidang Pertahanan dan Keamanan, Gerald Theodorus L.Toruan mengungkapkan bahwa Smart Defense yang sementara ini ada dalam Perpres belum secara jelas mengatur dan belum memiliki indikator atau kriteria untuk dapat digunakan di Indonesia.

“Sistem Pertahanan Negara di IKN harus menyesuaikan dengan ancaman militer yang ada di kawasan Indo Pasifik. Kajian Smart Defense Indonesia akan menyempurnakan Kebijakan Smart Defense yang sudah ada saat ini,” kata Gerald.

Sementara itu, Dosen Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia, Broto Wardoyo dalam Focuss Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertema "Smart Defense Indonesia : Penguatan Sistem Pertahanan Ibu Kota Nusantara mengungkapkan bahwa ancaman pertahanan yang paling dekat dari letak IKN adalah adanya pangkalan militer negara asing yang berada di kawasan Indo Pasifik yaitu pangkalan militer milik Amerika Serikat.

Ia mengatakan mundurnya Amerika Serikat dari Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF Treaty) pada tahun 2019 membuat potensinya untuk meletakan intermediate-range nuclear forces desainnya di kawasan Guam semakin besar.

“Ini beberapa yang perlu untuk kita pertimbangkan kalau nanti kita berbicara dalam konteks kemungkinan konflik terbuka dengan senjata nuklir,” kata Broto pada Kamis (07/03), di Gedung BJ Habibie, Jakarta. 

Menurutnya di kawasan Asia Pasifik ada 4 titik konflik aktif dengan intensitas dan potensi peningkatan intensitas yang berbeda - beda, diantaranya berada di Semenanjung Korea, Selat Taiwan, Laut Tiongkok Selatan, dan krisis Myanmar.

“Tiga diantara empat titik konflik tersebut berstatus critical bagi amerika serikat, jika konflik mencapai klimaks dimungkinkan adanya deployment pasukan dan alokasi resources dalam jumlah besar,” jelasnya.

Lebih lanjut Broto menguraikan bahwa untuk membentuk Smart Defense Indonesia perlu untuk membangun tiga kekuatan, yaitu internal balancing, external balancing serta kebijakan dan aksi yang terkoordinasi.

“Problem mendasar yang dialami oleh Indonesia, saya melihat ada pada koordinasi kebijakan dan aksinya, ini terkait dengan ego sektoral juga urusan otoritas dan kewenangan. Harapannya ketika kita nanti memiliki presiden baru yang memahami pertahanan, hubungan internasional, geopolitik tapi juga terlatih untuk mengurusi politik domestik maka urusan otoritas dan kewenangan itu nantinya bisa tertata dengan baik,” tutupnya. 

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
BRIN Bahas Smart Defense untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara

Riset dan Inovasi

BRIN Dorong Periset Daerah Manfaatkan Skema Pendanaan Penelitian Kompetitif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Daerah Papua khususnya Provinsi Papua Barat Daya memiliki sumber daya hayati dan budaya yang luar biasa, sehingga menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian dan kajian. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong periset daerah untuk bisa memanfaatkan skema pendanaan penelitian kompetitif yang ada di BRIN, dengan proposal penelitian berbasis Papua.

Pernyataan tersebut disampaikan Yopi Deputi Bidang Riset dan Inovasi Daerah (RID) BRIN saat melakukan kunjungan kerja untuk berdiskusi dengan PJ Gubernur dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapperida) Provinsi Papua Barat Daya di Sorong Provinsi Papua Barat Daya, Kamis (07/03).

Pada  pertemuan tersebut, Yopi memberikan dukungan dan apresiasi kepada Pj. Gubernur Papua Barat Daya atas dibentuknya Bapperida di Provinsi Papua Barat Daya.  Dirinya berharap agar gubernur dapat mendorong kabupaten/kota untuk segera membentuk BRIDA. Sementara ini baru kabupaten Sorong Selatan yang telah mengajukan permohonan pembentukan.

“BRIN siap memberikan dukungan dan pendampingan kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya melalui Bapperida. Silakan memasukkan sebanyak mungkin muatan iptek di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), jangka menengah, maupun jangka pendek. Apalagi saat ini daerah sedang mempersiapkan dokumen perencanaan pembangunan tersebut,” jelasnya.

Dia menegaskan, BRIN juga siap mendampingi pemerintah dalam mengeluarkan suatu kebijakan melalui dukungan kajian atau riset berbasis bukti bersinergi dengan Bapperida. Dirinya menjelaskan, Bapperida tidak perlu menjadi satu pusat riset sendiri tetapi diharapkan lebih berperan sebagai manajemen riset yang dilakukan di daerah.

“Bapperida dapat mengoptimalkan jaringan periset atau perguruan tinggi yang ada di daerah, untuk melaksanakan penelitian atau kajian yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah,” tambahnya.

Muhammad Musa'ad Pj. Gubernur Papua Barat Daya dalam balasannya menyampaikan terima kasih dan menyambut baik dukungan yang diberikan BRIN untuk membangun Provinsi Papua Barat Daya melalui riset dan inovasi.

“Rekomendasi kebijakan sebagai hasil dari kajian berbasis bukti sangat dibutuhkan pemerintah daerah dalam membuat keputusan. Hasil penelitian atau kajian selayaknya tidak selesai dan disimpan di dalam meja saja, tetapi dapat secara nyata berkontribusi bagi pembangunan daerah,”tandasnya.

Secara khusus Musa'ad meminta BRIN untuk melakukan kajian yang mendalam terkait pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sorong. “Status KEK Sorong terancam dicabut oleh pemerintah yang dianggap lambat untuk masuknya investasi dari luar. Hal ini terjadi karena berbagai kendala di lapangan, sedangkan investasi yang dikeluarkan sudah banyak untuk membangun infrastruktur,” jelasnya.

Pada akhir pertemuan, Yopi mengundang Pj. Gubernur untuk berkunjung ke BRIN, berdiskusi lebih mendalam dengan pimpinan dan para periset BRIN, serta menjadi narasumber di BRINTV.

“Tentunya  untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menjawab permasalahan daerah Papua Barat Daya. Diharapkan juga agar dapat berbagi ide, menjelaskan visi dalam mengembangkan riset dan inovasi di daerah,” pungkas Yopi. 

Sumber: https://brin.go.id/

 

Selengkapnya
BRIN Dorong Periset Daerah Manfaatkan Skema Pendanaan Penelitian Kompetitif

Riset dan Inovasi

Enam Jenis Tumbuhan yang Direkomendasikan untuk Restorasi Ekosistem Gambut

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laode Alhamd menyebutkan, enam jenis tumbuhan yang memiliki laju pertumbuhan terbaik dengan tingkat kematian rendah.

Menurutnya, keenam jenis vegetasi ini penting direkomendasikan untuk program restorasi ekosistem gambut. Yaitu, Acronychia porterEugenia clavatum, Calophyllum biflorum, Shorea teysmaniana, Lithocarpus leptogyne, dan Palaquium leiocapum.

Jenis-jenis tumbuhan tersebut melengkapi tumbuhan yang sudah dikenal dalam restorasi ekosistem gambut, seperti ramin, jelutung, punak, meranti rawa, balangeran, nyatoh, dan perepat,” ungkap Laode, pada Jamming Session seri ke-2, secara daring, Kamis (7/3).

Kepala PREE BRIN Anang Setiawan Achmadi menyampaikan, Indonesia adalah pemilik hutan rawa gambut tropis atau lebih dikenal dengan ekosistem gambut terluas di dunia, mencapai 13,4 juta hektar.

Ekosistem unik yang terbentuk secara alami sejak ribuan tahun lalu ini, faktanya memegang peranan penting sebagai salah satu faktor pengendali perubahan iklim global. Misalnya, pengatur tata air, perosot karbon, dan penyimpan biodiversitas.

“Untuk itu, perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut berbasis riset dan inovasi sangat penting dan masih menjadi tantangan bersama, baik secara nasional maupun internasional,” katanya.

Sementara itu, Peneliti Ahli Utama PREE BRIN Budi Hadi Narendra, mengatakan, upaya restorasi lahan gambut dengan fungsi lindung harus diusahakan melalui kegiatan pembasahan dan pemeliharaan kedalaman muka air tanah.

“Selain itu budidaya pertanian dapat diterapkan dengan menggunakan jenis-jenis tanaman adaptif,” terangnya.

Sebab, lanjut dia, pengelolaan pertanian secara intensif di lahan gambut akan menghasilkan nilai kerapatan gambut yang lebih tinggi. Namun, nilai porositas, kadar air total tanah, dan variabel konduktivitas hidrolik menjadi rendah.

“Kondisi ini menyebabkan degradasi sifat fisik dan hidrolik gambut yang dapat mengurangi fungsi gambut dalam menyimpan, menampung, dan mengalirkan air,” ungkapnya.

Berkurangnya fungsi ekosistem gambut, menurut Budi, dapat meningkatkan kerentanan terhadap bencana kekeringan hidrologis dan risiko kebakaran.  

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Enam Jenis Tumbuhan yang Direkomendasikan untuk Restorasi Ekosistem Gambut

Riset dan Inovasi

Memahami Data Sekunder: Sumber Informasi Berharga

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 11 Februari 2025


Data sekunder mengacu pada data yang dikumpulkan oleh pengguna selain pengguna utama. Sumber data sekunder yang umum dalam ilmu sosial meliputi sensus, informasi yang dikumpulkan oleh lembaga pemerintah, catatan organisasi, dan data yang awalnya dikumpulkan untuk tujuan penelitian lainnya. Di sisi lain, data primer dikumpulkan oleh peneliti yang melakukan penelitian.

Analisis data sekunder dapat menghemat waktu yang dihabiskan untuk pengumpulan data dan, khususnya untuk data kuantitatif, dapat menyediakan basis data yang lebih besar dan berkualitas tinggi yang tidak dapat dibuat oleh seorang peneliti. Selain itu, para analis perubahan sosial dan ekonomi percaya bahwa data sekunder penting karena tidak mungkin melakukan penelitian baru yang dapat menangkap perubahan dan perkembangan masa lalu secara memadai. Namun, analisis data sekunder mungkin tidak terlalu berguna dalam riset pasar karena datanya mungkin sudah ketinggalan zaman atau tidak akurat.

Sumber data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber:

  • sensus dan departemen pemerintah seperti perumahan, jaminan sosial, statistik pemilu, catatan pajak
  • pencarian internet dan perpustakaan
  • GPS dan penginderaan jauh
  • laporan kemajuan km
  • jurnal, surat kabar dan majalah

Data administrasi dan sensus

Departemen dan lembaga pemerintah secara rutin mengumpulkan informasi ketika mendaftarkan individu, melakukan transaksi, dan menyimpan catatan, biasanya ketika memberikan layanan. Informasi ini disebut data administratif.

Ini dapat mencakup:

  • informasi pribadi seperti nama, tanggal lahir, alamat
  • informasi tentang sekolah dan prestasi pendidikan
  • informasi tentang kesehatan
  • informasi tentang hukuman pidana atau hukuman penjara
  • catatan pajak, seperti pendapatan

Sensus adalah proses memperoleh dan mencatat informasi secara sistematis tentang anggota kelompok populasi tertentu. Ini adalah sensus resmi dan berkala terhadap populasi tertentu. Meskipun ini adalah data administratif, namun dikumpulkan secara berkala untuk tujuan penelitian. Sebagian besar data pemerintah dikumpulkan secara berkelanjutan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kelebihan dan kekurangan data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari sumber lain dan mungkin telah digunakan dalam penelitian sebelumnya, sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Menghemat waktu dan menghemat biaya: Pengumpulan data dilakukan oleh orang lain selain peneliti. Data administratif dan sensus dapat mencakup sampel populasi besar dan kecil secara rinci. Informasi yang dikumpulkan pemerintah juga mencakup segmen masyarakat yang cenderung tidak berpartisipasi dalam sensus (jika sensus bersifat sukarela).

Keuntungan yang jelas dari penggunaan data sekunder adalah bahwa sebagian besar pekerjaan latar belakang yang diperlukan, seperti tinjauan literatur dan studi kasus, telah diselesaikan. Data tersebut sudah dapat digunakan dalam teks dan statistik yang dipublikasikan di tempat lain, dipromosikan di media, dan untuk membuat kontak pribadi yang berguna. Data sekunder umumnya memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak memerlukan pengujian ulang oleh peneliti yang menggunakan kembali data tersebut. Data sekunder adalah kunci dari konsep pengayaan data. Hal ini melibatkan pengaitan kumpulan data sumber sekunder dengan kumpulan data penelitian dan menambahkan atribut dan nilai kunci untuk meningkatkan akurasi kumpulan data.

Data sekunder berfungsi sebagai dasar penelitian primer untuk membandingkan hasil data primer yang dikumpulkan dan juga membantu dalam desain penelitian. Namun, data sekunder juga dapat menimbulkan masalah. Data tersebut mungkin sudah usang atau tidak akurat. Jika data yang dikumpulkan digunakan untuk tujuan penelitian lain, data tersebut mungkin tidak mencakup populasi sampel yang ingin diteliti oleh peneliti atau mungkin tidak cukup rinci. Data administratif yang awalnya tidak dikumpulkan untuk tujuan penelitian mungkin tidak tersedia atau sulit diakses dalam format penelitian yang umum.

Analisis sekunder atau penggunaan kembali data kualitatif

Meskipun "data sekunder" dikaitkan dengan database kuantitatif, analisis yang berfokus pada materi verbal atau visual yang dibuat untuk tujuan lain merupakan alat yang sah bagi peneliti kualitatif. Faktanya, analisis data sekunder kualitatif dapat dikatakan “dapat dipahami, namun tidak sebaik menganalisis data yang sudah ada”. Dokumentasi yang baik tidak boleh diremehkan dalam analisis data kualitatif sekunder, karena dokumentasi tersebut memberikan latar belakang dan konteks bagi peneliti masa depan dan memungkinkan replikasi.

 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Memahami Data Sekunder: Sumber Informasi Berharga

Riset dan Inovasi

Mengupas Tuntas Penelitian Sekunder

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 11 Februari 2025


Penelitian sekunder melibatkan perangkuman, kompilasi dan/atau sintesis dari temuan-temuan penelitian yang sudah ada. Penelitian sekunder berbeda dengan penelitian primer. Hal ini dikarenakan penelitian primer melibatkan pembuatan data, sedangkan penelitian sekunder menggunakan sumber penelitian primer sebagai sumber data untuk dianalisis. Fitur penting dari penelitian primer adalah adanya bagian "Metode" di mana penulis menjelaskan bagaimana data dihasilkan. Contoh umum dari penelitian sekunder termasuk buku teks, ensiklopedia, artikel berita, artikel ulasan, dan meta-analisis. Ketika melakukan penelitian sekunder, penulis dapat memperoleh data dari makalah akademis yang diterbitkan, dokumen pemerintah, database statistik, dan catatan sejarah.

Bidang

Istilah ini sering digunakan dalam bidang-bidang seperti sejarah, penelitian hukum, dan penelitian pasar. Metodologi utama dalam penelitian perawatan sekunder adalah tinjauan sistematis, biasanya menggunakan metode statistik meta-analitik. Pada abad ke-21, metode integratif lainnya seperti tinjauan realis dan tinjauan meta-naratif telah dikembangkan.

Riset pasar sekunder adalah penggunaan kembali data yang dikumpulkan oleh pihak pertama, seperti: B. Wawancara atau survei telepon oleh pihak kedua. Riset pasar sekunder dapat dibagi menjadi dua kategori: informasi dari sumber internal, seperti organisasi atau perusahaan, dan informasi dari sumber eksternal di luar organisasi atau perusahaan. Riset pasar sekunder lebih ekonomis karena menggunakan informasi historis dan menggunakan kembali data yang telah dikumpulkan.

Riset primer vs riset sekunder

Riset primer adalah riset yang dikumpulkan secara langsung dan unik bagi mereka yang menggunakannya. Tujuan dari riset primer adalah untuk menjawab pertanyaan yang tidak terjawab dalam literatur yang dipublikasikan. Selain itu, penelitian ini perlu ditinjau oleh orang lain untuk menghilangkan biasnya sendiri. Penelitian primer dapat berupa survei, observasi, atau wawancara. Jenis investigasi ini biasanya lebih memakan waktu dan mahal. Jika memungkinkan, penelitian sekunder sebaiknya dilakukan sebelum penelitian primer untuk mengidentifikasi informasi yang belum tersedia.

Penelitian sekunder didasarkan pada data dan informasi yang telah dipublikasikan yang diperoleh dari penelitian lain yang telah dilakukan. Para peneliti biasanya melakukan penelitian sekunder sebelum penelitian primer untuk menentukan informasi apa yang kurang. Riset sekunder merupakan titik awal yang mudah untuk sebuah proyek penelitian baru. Tingkat kepercayaan penelitian sekunder tergantung pada sumber data dan siapa yang membagikan penelitian tersebut.


Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengupas Tuntas Penelitian Sekunder
« First Previous page 12 of 14 Next Last »