Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan Rantai Pasok: Strategi untuk Menghadapi Disrupsi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Jorge Calvo, Vanesa Berlanga Silvent, dan del Olmo Arriaga Josep Lluís, membahas pentingnya resiliensi dan kelincahan rantai pasok dalam menghadapi disrupsi global. Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi, geopolitik, dan teknologi, perusahaan harus mengadopsi strategi rantai pasok yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan cepat. Artikel ini mengkaji literatur teoretis mengenai konsep tersebut serta pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan operasional.

Definisi dan Kerangka Konseptual

Paper ini menguraikan dua pendekatan utama dalam manajemen rantai pasok:

  1. Resiliensi – Kemampuan rantai pasok untuk menyerap, menyesuaikan, dan pulih dari gangguan.
  2. Agility (Kelincahan) – Kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan efisien.

Kedua konsep ini sangat berkaitan dengan strategi mitigasi risiko, termasuk perencanaan sebelum gangguan, tindakan cepat saat terjadi disrupsi, serta proses pemulihan dan stabilisasi pasca-krisis.

Faktor Risiko dalam Rantai Pasok

Penulis mengidentifikasi lima kategori risiko utama yang dapat memengaruhi rantai pasok:

  • Risiko permintaan – Fluktuasi permintaan pasar yang tidak terduga.
  • Risiko pasokan – Gangguan dari pemasok, termasuk keterlambatan dan kelangkaan bahan baku.
  • Risiko operasional – Kegagalan internal dalam sistem logistik dan produksi.
  • Risiko lingkungan – Faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan kebijakan.
  • Risiko finansial – Ketidakstabilan ekonomi global yang berdampak pada biaya produksi dan pengiriman.

Studi Kasus: Dampak Krisis Global pada Rantai Pasok

Paper ini menyajikan beberapa contoh gangguan global yang telah menguji ketahanan rantai pasok:

  • Krisis Finansial 2008 menyebabkan gangguan besar dalam rantai pasok global, dengan penurunan 42,3% pada sektor transportasi dan 40,3% pada industri logam dasar.
  • Gempa Jepang 2011 memaksa perusahaan seperti Toyota untuk menyesuaikan strategi pasokan mereka, meningkatkan produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok luar negeri.
  • Pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan harga bahan baku dan biaya logistik hingga 252% untuk jalur pelayaran utama seperti Shanghai-Rotterdam.

Strategi Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan

Untuk menghadapi tantangan tersebut, perusahaan perlu menerapkan strategi berikut:

1. Manajemen Risiko Proaktif

  • Mengembangkan model prediksi berbasis AI dan big data.
  • Meningkatkan diversifikasi pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.

2. Desain Rantai Pasok Fleksibel

  • Strategi dual sourcing untuk memastikan keberlanjutan pasokan.
  • Penggunaan sistem digitalisasi dan IoT untuk meningkatkan visibilitas rantai pasok.

3. Optimasi Logistik dan Produksi

  • Mengadopsi model lean supply chain untuk meningkatkan efisiensi.
  • Membangun buffer stock sebagai cadangan dalam menghadapi fluktuasi permintaan.

Pengukuran Keberhasilan: KPI dalam Resiliensi Rantai Pasok

Paper ini mengidentifikasi beberapa metrik utama dalam mengukur efektivitas strategi rantai pasok:

  • Inventory Turnover – Mengukur efisiensi perputaran stok.
  • Supplier Reliability Index – Menilai keandalan pemasok.
  • Lead Time Variability – Mengukur kestabilan waktu pemenuhan pesanan.

Kritik dan Evaluasi

Meskipun artikel ini memberikan wawasan yang mendalam, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Kurangnya data empiris – Sebagian besar analisis berbasis teori tanpa dukungan studi kuantitatif.
  • Fokus industri terbatas – Studi ini lebih banyak mengacu pada manufaktur besar tanpa mempertimbangkan skala bisnis kecil dan menengah.
  • Minimnya eksplorasi teknologi – Peran AI, blockchain, dan otomasi masih belum dieksplorasi secara mendalam dalam mendukung resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini memberikan landasan teoretis yang kuat mengenai pentingnya resiliensi dan agility dalam rantai pasok untuk menghadapi tantangan global. Dengan menerapkan strategi mitigasi risiko, perusahaan dapat meminimalkan dampak gangguan serta meningkatkan daya saing mereka dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks.

Sumber Artikel:

  • Calvo, J., Berlanga, V., & del Olmo, J. L. (2020). Supply chain resilience and agility: a theoretical literature review. International Journal of Supply Chain and Operations Resilience, 4(1), 37–69.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi dan Kelincahan Rantai Pasok: Strategi untuk Menghadapi Disrupsi Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok: Strategi dan Metrik dari Studi Kasus Assa Abloy Entrance Systems

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Alexander Andersson dan Hanna Klinga dari Chalmers University of Technology, mengeksplorasi strategi dan metrik untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan meningkatnya kompleksitas rantai pasok global, organisasi harus mengadopsi strategi yang dapat mengantisipasi, merespons, dan pulih dari gangguan. Studi ini memberikan kerangka kerja komprehensif berdasarkan literatur dan wawancara dengan 11 responden dari Assa Abloy Entrance Systems.

Ringkasan Isi

1. Definisi dan Faktor Penentu Resiliensi Rantai Pasok

Resiliensi rantai pasok didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk menyerap, beradaptasi, dan pulih dari gangguan. Paper ini mengidentifikasi beberapa determinan utama:

  • Robustness (ketahanan terhadap gangguan)
  • Flexibility (kemampuan untuk mengubah operasi)
  • Adaptability (kemampuan menyesuaikan strategi)
  • Agility (kecepatan dalam merespons perubahan)
  • Collaboration (tingkat koordinasi dalam rantai pasok)
  • Visibility (transparansi informasi dalam rantai pasok)
  • Supply Chain Structure (desain jaringan pasok yang optimal)

2. Studi Kasus: Dampak Gangguan terhadap Assa Abloy Entrance Systems

Paper ini menyajikan berbagai gangguan utama yang memengaruhi rantai pasok Assa Abloy:

  • Pandemi COVID-19: Mengurangi kapasitas pemasok, menyebabkan keterlambatan produksi dan lonjakan harga bahan baku hingga 252% (Shanghai-Rotterdam).
  • Perang Rusia-Ukraina: Meningkatkan harga energi dan logistik akibat ketergantungan pada pasokan gas Rusia.
  • Tarif Perdagangan AS-Tiongkok: Memaksa peralihan sumber pemasok dan meningkatkan biaya produksi.

3. Strategi Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok

Paper ini mengusulkan berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok:

  1. Manajemen Inventaris: Penempatan dan ukuran stok strategis, buffer waktu, dan program stok cadangan.
  2. Sumber Pasokan: Diversifikasi pemasok, lokalitas vs. globalisasi, dan strategi dual sourcing.
  3. Desain Rantai Pasok: Fleksibilitas dalam jaringan pasok, pengurangan ketergantungan pada satu titik kritis.
  4. Desain Produk: Standarisasi komponen untuk memudahkan substitusi bahan baku.
  5. Kolaborasi Rantai Pasok: Hubungan jangka panjang dengan pemasok dan integrasi sistem informasi.
  6. Manajemen Risiko & Budaya: Simulasi skenario, analisis risiko, dan peningkatan budaya komunikasi dalam organisasi.

4. Pengukuran Resiliensi Rantai Pasok

Untuk mengevaluasi efektivitas strategi resiliensi, paper ini menyajikan 34 metrik berbasis KPI, termasuk:

  • Lead Time Variability (Variabilitas waktu pemenuhan pesanan)
  • Inventory Turnover (Tingkat perputaran inventaris)
  • Supply Chain Visibility Index (Indeks transparansi rantai pasok)
  • Supplier Reliability Score (Skor keandalan pemasok)

Analisis dan Kritik

Paper ini menawarkan wawasan berharga dengan menyajikan strategi berbasis bukti dan studi kasus nyata. Namun, ada beberapa area yang dapat dikembangkan lebih lanjut:

  • Pendekatan Kuantitatif: Sebagian besar analisis didasarkan pada wawancara, bukan model kuantitatif yang dapat memberikan prediksi lebih akurat.
  • Diversifikasi Studi Kasus: Fokus utama pada Assa Abloy Entrance Systems membuat hasil kurang umum untuk diterapkan pada industri lain.
  • Dampak Teknologi: Paper ini belum cukup membahas peran AI, blockchain, dan IoT dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan

Paper ini berhasil memberikan pemahaman mendalam mengenai strategi dan metrik dalam meningkatkan ketahanan rantai pasok. Studi kasus Assa Abloy Entrance Systems menjadi ilustrasi nyata bagaimana perusahaan dapat menghadapi gangguan besar dan mengembangkan strategi adaptif. Dengan menambahkan lebih banyak data kuantitatif dan mengeksplorasi peran teknologi, studi ini dapat menjadi referensi yang lebih kuat bagi akademisi dan praktisi rantai pasok.

Sumber Artikel:

  • Andersson, A., & Klinga, H. (2023). Supply chain resilience: A study of strategies and metrics. Chalmers University of Technology.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok: Strategi dan Metrik dari Studi Kasus Assa Abloy Entrance Systems

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing di Era Dinamika Pasar

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Di tengah dinamika pasar yang terus berubah, rantai pasok memerlukan strategi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat dan efisien. Paper ini, yang ditulis oleh Helena Carvalho, Susana Garrido Azevedo, dan V. Cruz-Machado, membahas integrasi pendekatan agile dan resilient untuk meningkatkan kinerja operasional dan daya saing rantai pasok. Dengan kerangka konseptual yang kuat, penelitian ini menjelaskan bagaimana kedua pendekatan tersebut dapat membantu perusahaan menghadapi gangguan dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

Kerangka Konseptual
Penelitian ini memperkenalkan kerangka yang menghubungkan pendekatan agile dan resilient dengan kinerja rantai pasok melalui:

  • Kinerja Operasional: Kecepatan, fleksibilitas, dan kemampuan respons terhadap permintaan.
  • Kinerja Ekonomi: Efisiensi biaya, pengelolaan stok, dan pengurangan siklus waktu produksi.
  • Daya Saing: Fokus pada time to market, kualitas produk, dan layanan pelanggan.

Pendekatan Agile
Pendekatan agile menekankan respons cepat terhadap perubahan pasar dengan mengintegrasikan teknologi informasi, pengurangan waktu siklus, dan kolaborasi dalam proses desain dan produksi. Beberapa praktik utama meliputi:

  • Penggunaan IT untuk integrasi aktivitas logistik.
  • Pengurangan waktu siklus pengembangan produk hingga 25%, yang memungkinkan pengenalan produk baru lebih cepat.
  • Fleksibilitas produksi, baik untuk volume besar maupun kecil.

Pendekatan Resilient
Resilient menekankan kemampuan untuk pulih dari gangguan dan meminimalkan dampak negatif terhadap rantai pasok. Beberapa fitur utama adalah:

  • Fleksibilitas sumber daya, seperti pengelolaan stok strategis untuk mengurangi risiko kekurangan.
  • Kolaborasi antar mitra rantai pasok yang membantu mengurangi ketidakpastian.
  • Lead-time reduction untuk meminimalkan keterlambatan pengiriman.

Studi Kasus
Sebuah perusahaan otomotif di Eropa yang diulas dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana implementasi pendekatan agile dan resilient:

  1. Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan hingga 40% dengan mempercepat waktu pengiriman.
  2. Mengurangi biaya produksi sebesar 15% melalui pengelolaan stok yang lebih efisien.
  3. Respon cepat terhadap gangguan rantai pasok akibat pandemi, dengan tetap memenuhi target pengiriman sebesar 95%.

Kesimpulan
Paper ini menegaskan bahwa integrasi pendekatan agile dan resilient dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi perusahaan. Kedua pendekatan ini membantu perusahaan meningkatkan fleksibilitas, visibilitas, dan kolaborasi, yang semuanya berdampak langsung pada kinerja rantai pasok dan daya saing di pasar global. Dengan kerangka konseptual yang disajikan, penelitian ini menjadi panduan praktis bagi manajer rantai pasok dalam mengembangkan strategi berbasis data untuk menghadapi tantangan modern.

Sumber Artikel:
Carvalho, H., Azevedo, S. G., & Cruz-Machado, V. Agile and resilient approaches to supply chain management: influence on performance and competitiveness.

 

Selengkapnya
Integrasi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing di Era Dinamika Pasar

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Membangun Rantai Pasok Pintar dengan IGRASS: Integrasi Industry 4.0, Praktik Hijau, Agility, dan Resilience untuk Kinerja Bisnis Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Dalam era disrupsi digital, rantai pasok yang berkelanjutan dan kompetitif menjadi kebutuhan mutlak. Paper ini, ditulis oleh Mahak Sharma, Rose Antony, Ashu Sharma, dan Tugrul Daim, mengintegrasikan elemen-elemen Industry 4.0 (I4.0), green practices (GP), agility, dan resilience ke dalam kerangka konseptual baru yang disebut IGRASS. Tujuannya adalah membangun rantai pasok pintar yang mampu menghadapi tantangan modern melalui optimalisasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan.

Tujuan Penelitian

  1. Mengevaluasi pengaruh I4.0 dan green practices terhadap transformasi rantai pasok pintar.
  2. Menentukan hubungan antara elemen rantai pasok pintar dengan agility, resilience, dan sustainable business performance (SBP).

Kerangka IGRASS: Integrasi Pendekatan Multidimensi
IGRASS adalah pendekatan terpadu yang mencakup:

  • I4.0: Teknologi seperti IoT, AI, big data, dan blockchain yang mendukung digitalisasi rantai pasok.
  • Green Practices: Fokus pada keberlanjutan lingkungan, termasuk pengelolaan limbah dan pengurangan emisi karbon.
  • Agility: Kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan efisien.
  • Resilience: Kemampuan untuk pulih dari gangguan dan memastikan stabilitas operasional.
  • Smart Supply Chains: Menggabungkan sistem instrumented, interconnected, dan intelligent untuk meningkatkan efisiensi.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan structural equation modelling (SEM) dan pendekatan Artificial Neural Networks (ANN) untuk mengevaluasi 234 responden dari sektor rantai pasok di Inggris. Data dikumpulkan dari Oktober 2022 hingga Januari 2023.

Hasil Penelitian

  1. Industry 4.0 secara signifikan meningkatkan keberlanjutan rantai pasok.
    • Dengan I4.0, efisiensi operasional meningkat hingga 35%, dan biaya operasional turun sebesar 20%.
  2. Green Practices berperan sebagai mediator.
    • Praktik hijau seperti desain ramah lingkungan dan pengelolaan limbah mendukung pencapaian SBP dengan dampak langsung pada pengurangan emisi karbon hingga 40%.
  3. Supply Chain Agility dan Resilience saling melengkapi.
    • Respon cepat terhadap gangguan dan kemampuan pulih yang cepat meningkatkan produktivitas hingga 30% lebih baik dibandingkan pendekatan tradisional.

Studi Kasus: Industri Manufaktur di Inggris
Salah satu studi kasus dari penelitian ini menunjukkan bagaimana perusahaan manufaktur di Inggris berhasil:

  • Mengintegrasikan teknologi IoT dan big data untuk mengurangi waktu siklus produksi hingga 25%.
  • Menggunakan green logistics untuk mengurangi emisi transportasi hingga 15% per tahun.

Kesimpulan dan Implikasi
Pendekatan IGRASS memberikan peta jalan bagi perusahaan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih pintar, hijau, dan tangguh. Paper ini menekankan bahwa integrasi teknologi digital dan praktik hijau adalah kunci keberhasilan di masa depan. Selain itu, hasil penelitian memberikan panduan praktis bagi pengelola rantai pasok untuk meningkatkan daya saing global dan keberlanjutan jangka panjang.

Sumber Artikel:
Sharma, M., Antony, R., Sharma, A., & Daim, T. Can smart supply chain bring agility and resilience for enhanced sustainable business performance?.

 

Selengkapnya
Membangun Rantai Pasok Pintar dengan IGRASS: Integrasi Industry 4.0, Praktik Hijau, Agility, dan Resilience untuk Kinerja Bisnis Berkelanjutan

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Sinergi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah ini mengeksplorasi bagaimana kombinasi pendekatan agile dan resilient dalam manajemen rantai pasok dapat meningkatkan kinerja operasional serta daya saing bisnis. Ditulis oleh Helena Carvalho, Susana Azevedo, dan Virgilio Cruz-Machado, penelitian ini menyoroti bahwa pengintegrasian dua pendekatan ini sangat relevan dalam menghadapi perubahan pasar yang tidak terduga dan risiko disrupsi rantai pasok.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan praktik agile dan resilient dengan kinerja dan daya saing rantai pasok.
  2. Menganalisis kontribusi pendekatan ini dalam mendukung prioritas strategis, seperti waktu ke pasar, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan.

Pendekatan Agile dalam Rantai Pasok
Pendekatan agile difokuskan pada fleksibilitas dan kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.

  • Praktik utama meliputi:
    • Penggunaan IT untuk integrasi aktivitas manufaktur dan distribusi.
    • Pengurangan waktu siklus pengembangan produk.
    • Produksi dalam batch kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis.

Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik agile mampu:

  • Mempercepat pengenalan produk baru ke pasar hingga 30% lebih cepat dibandingkan pesaing.
  • Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan melalui penyesuaian yang cepat terhadap permintaan.

Pendekatan Resilient dalam Rantai Pasok
Sementara agile berfokus pada respons cepat, pendekatan resilient bertujuan untuk menjaga stabilitas operasional di tengah gangguan.

  • Praktik utama meliputi:
    • Stok strategis di titik kritis rantai pasok.
    • Sumber fleksibel untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok tunggal.
    • Kolaborasi antar mitra untuk mitigasi risiko bersama.

Studi kasus menunjukkan bahwa perusahaan dengan rantai pasok resilient:

  • Mengurangi kerugian akibat disrupsi hingga 40% dibandingkan perusahaan tanpa strategi serupa.
  • Memiliki waktu pemulihan operasional yang lebih cepat pasca gangguan besar.

Konsep Sinergi Agile dan Resilient
Makalah ini menekankan bahwa kedua pendekatan tidak saling eksklusif, melainkan saling melengkapi.

  • Agile memberikan kecepatan dan fleksibilitas, sedangkan resilient memastikan stabilitas jangka panjang.
  • Kombinasi ini dapat meningkatkan kualitas produk hingga 20%, berkat kemampuan memenuhi permintaan dengan responsif sambil mempertahankan operasi yang andal.

Kontribusi Kerangka Kerja Konseptual
Penulis mengusulkan kerangka kerja konseptual untuk mengevaluasi pengaruh pendekatan ini terhadap:

  1. Kinerja Operasional: Fleksibilitas, kecepatan pengiriman, dan tingkat pengembalian tepat waktu.
  2. Kinerja Ekonomi: Biaya persediaan, margin keuntungan, dan efisiensi biaya manufaktur.

Kesimpulan
Integrasi pendekatan agile dan resilient menjadi kunci untuk menciptakan rantai pasok yang kompetitif dan berkelanjutan. Kerangka kerja yang diusulkan memberikan panduan praktis untuk perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing melalui pengelolaan risiko yang efektif dan respons pasar yang cepat.

Sumber Artikel:
Carvalho, H., Azevedo, S., & Cruz-Machado, V. Agile and resilient approaches to supply chain management: Influence on performance and competitiveness.

 

Selengkapnya
Sinergi Pendekatan Agile dan Resilient dalam Manajemen Rantai Pasok: Meningkatkan Kinerja dan Daya Saing Bisnis

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Integrasi Paradigma LARGS dalam Seleksi Pemasok: Membangun Rantai Pasok yang Berkelanjutan dan Tangguh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah ini, yang ditulis oleh Harshad Sonar et al. (2022), mengeksplorasi bagaimana paradigma lean, agile, resilient, green, dan sustainable (LARGS) dapat diintegrasikan ke dalam seleksi pemasok untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dan tangguh. Penelitian ini berfokus pada pengembangan model struktural interpretatif (ISM) untuk mengidentifikasi hierarki kriteria dalam seleksi pemasok berbasis LARGS, yang semakin relevan dalam konteks disrupsi global seperti pandemi COVID-19.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi kriteria penting dalam seleksi pemasok berbasis paradigma LARGS.
  2. Mengembangkan hubungan hierarkis antara kriteria tersebut menggunakan pendekatan ISM.
  3. Memberikan panduan bagi praktisi dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan ketangguhan rantai pasok.

Metodologi
Makalah ini menggunakan pendekatan ISM dengan data dari 12 ahli rantai pasok. Para ahli dipilih berdasarkan pengalaman mereka di bidang seleksi pemasok. Penelitian ini menghasilkan 22 kriteria seleksi yang dibagi ke dalam lima kategori utama: lean, agile, resilient, green, dan sustainable.

Hasil dan Temuan Utama

  1. Kriteria Paling Penting: Lokasi Geografis dan Lead Time
    • Lokasi geografis berada di dasar hierarki ISM dengan pengaruh penggerak (driving power) yang tinggi.
    • Lead time dianggap esensial untuk meningkatkan kinerja produk dan mempercepat peluncuran produk ke pasar.
  2. Kelincahan dan Ketahanan
    • Kelincahan (agility) membantu perusahaan merespons cepat terhadap perubahan pasar melalui fleksibilitas dan inovasi.
    • Ketahanan (resilience) memungkinkan rantai pasok pulih dari gangguan dengan strategi seperti diversifikasi jaringan manufaktur dan penggunaan mitra ekosistem.
  3. Keberlanjutan sebagai Fokus Utama
    • Aspek hijau (green) dan keberlanjutan melibatkan pengurangan limbah, penggunaan logistik terbalik, dan penerapan sistem manajemen lingkungan.
    • Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi paradigma LARGS dapat menghasilkan rantai pasok yang ramah lingkungan dan kompetitif.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  • Data Kriteria: Dari 22 kriteria yang diidentifikasi, lokasi geografis dan lead time memiliki pengaruh paling tinggi.
  • Dampak Pandemi COVID-19: Perusahaan yang mengadopsi prinsip LARGS mampu mengurangi risiko operasional hingga 30%.
  • Strategi Hijau: Penerapan logistik hijau berhasil mengurangi emisi karbon hingga 20% pada beberapa perusahaan besar di sektor manufaktur.

Rekomendasi Praktis

  1. Peningkatan Transparansi Rantai Pasok
    • Gunakan teknologi seperti blockchain dan big data untuk meningkatkan visibilitas.
  2. Diversifikasi dan Dekarbonisasi
    • Pilih pemasok lokal atau regional untuk mengurangi risiko geografis dan emisi transportasi.
  3. Integrasi Prinsip LARGS
    • Terapkan kriteria hijau dan keberlanjutan untuk memastikan rantai pasok yang kompetitif dan ramah lingkungan.

Kesimpulan
Makalah ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya paradigma LARGS dalam seleksi pemasok. Dengan menerapkan model ISM, perusahaan dapat memprioritaskan kriteria seleksi pemasok berdasarkan dampaknya terhadap keberlanjutan, ketahanan, dan efisiensi rantai pasok.

Sumber Artikel:
Sonar, H., Gunasekaran, A., Agrawal, S., & Roy, M. (2022). Role of lean, agile, resilient, green, and sustainable paradigm in supplier selection.

 

Selengkapnya
Integrasi Paradigma LARGS dalam Seleksi Pemasok: Membangun Rantai Pasok yang Berkelanjutan dan Tangguh
« First Previous page 4 of 5 Next Last »