Rantai Pasok Digital

Kinerja Berkelanjutan melalui Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Di Tengah Pengalaman Pandemi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


     Pendahuluan

Dalam era Industry 4.0, teknologi digital telah menjadi kunci utama dalam meningkatkan kinerja berkelanjutan (Sustainable Performance/S.P.) perusahaan, terutama di tengah tantangan pandemi COVID-19. Artikel ini, yang ditulis oleh Sudhanshu Joshi dan Manu Sharma, mengeksplorasi bagaimana teknologi Industry 4.0 (I4TEs) dan rantai pasok digital (Digital Supply Chains/DSCs) dapat membantu perusahaan mencapai stabilitas ekonomi, ketangkasan, dan kinerja berkelanjutan. Studi ini menggunakan metode survei dengan 202 responden yang valid, dan analisis data dilakukan melalui Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM).

     Studi Kasus dan Temuan Utama

1.  Pengaruh I4TEs pada Kinerja Berkelanjutan (S.P.)   

   Studi ini menemukan bahwa I4TEs seperti Big Data Analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan manufaktur aditif (Additive Manufacturing/AM) secara langsung meningkatkan kinerja berkelanjutan perusahaan. Misalnya, penggunaan IoT dalam rantai pasok membantu perusahaan mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah, sementara BDA memungkinkan prediksi permintaan yang lebih akurat, mengurangi risiko kelebihan stok atau kekurangan stok.

2.  Peran Mediasi Rantai Pasok Digital (DSCs)   

   Rantai pasok digital berperan sebagai mediator penuh antara I4TEs dan S.P. Artinya, tanpa DSCs, dampak I4TEs terhadap kinerja berkelanjutan tidak akan signifikan. DSCs memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan transparansi, kolaborasi, dan responsivitas, yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan dan kesiapan perusahaan dalam menghadapi gangguan seperti pandemi.

3.  Dimensi Rantai Pasok Digital   

   Studi ini mengidentifikasi lima dimensi utama DSCs yang berkontribusi pada kinerja berkelanjutan:

   -  Agility and Responsiveness (AaR) : Kemampuan perusahaan untuk merespons perubahan dengan cepat.

   -  Digital Collaboration (D.C.) : Kolaborasi digital dengan mitra strategis untuk mengurangi risiko.

   -  Intelligent Optimization (IO) : Penggunaan kombinasi manusia-mesin untuk pengambilan keputusan yang optimal.

   -  End-to-End Transparency (E.E.) : Transparansi penuh dalam rantai pasok untuk meningkatkan kepercayaan.

   -  Holistic Decision-Making (H.D.) : Pendekatan terintegrasi untuk pengambilan keputusan.

4.  Implikasi Pandemi COVID-19   

   Pandemi telah menguji ketahanan rantai pasok global. Studi ini menunjukkan bahwa 35% produsen melaporkan kegagalan jaringan rantai pasok akibat COVID-19. Namun, perusahaan yang mengadopsi I4TEs dan DSCs menunjukkan pemulihan yang lebih cepat dan lebih baik dalam menghadapi gangguan.

     Analisis dan Kritik

1.  Kontribusi Teoritis   

   Artikel ini memberikan kontribusi signifikan dalam literatur manajemen rantai pasok dengan mengintegrasikan teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory/IPT) untuk menjelaskan bagaimana DSCs dapat meningkatkan kinerja berkelanjutan. Studi ini juga memperluas pemahaman tentang peran mediasi DSCs dalam hubungan antara I4TEs dan S.P.

2.  Keterbatasan Studi   

   Meskipun memberikan wawasan berharga, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, data dikumpulkan selama pandemi, yang mungkin memengaruhi respons responden. Kedua, studi ini hanya berfokus pada perusahaan di India, sehingga temuan mungkin tidak dapat digeneralisasi ke negara lain. Terakhir, studi ini tidak mempertimbangkan ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi, yang mungkin memengaruhi hasil.

3. Implikasi Manajerial 

   Studi ini menawarkan beberapa rekomendasi praktis bagi manajer:

   -  Integrasi I4TEs dan DSCs : Perusahaan harus mengintegrasikan teknologi Industry 4.0 dengan rantai pasok digital untuk meningkatkan pengambilan keputusan strategis.

   -  Membangun Rantai Pasok yang Tangguh : DSCs dapat membantu perusahaan membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan berkelanjutan, terutama dalam situasi pasca-pandemi.

   -  Responsivitas dan Transparansi : DSCs meningkatkan responsivitas dan transparansi, yang penting untuk mitigasi risiko proaktif.

Studi Kasus Nyata

Sebagai contoh, perusahaan farmasi di India yang mengadopsi DSCs dan I4TEs mampu mengurangi waktu pengiriman obat-obatan penting selama pandemi. Dengan menggunakan IoT dan BDA, perusahaan ini dapat memprediksi permintaan obat secara real-time dan mengoptimalkan distribusi, sehingga mengurangi risiko kekurangan stok.

Tren Industri dan Relevansi

Studi ini sangat relevan dengan tren industri saat ini, di mana digitalisasi dan keberlanjutan menjadi fokus utama. Dengan meningkatnya tekanan untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan perlu mengadopsi teknologi canggih seperti I4TEs dan DSCs untuk tetap kompetitif.

Kesimpulan

Artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana teknologi Industry 4.0 dan rantai pasok digital dapat meningkatkan kinerja berkelanjutan perusahaan, terutama di tengah tantangan pandemi. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, studi ini menawarkan rekomendasi praktis yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan untuk membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Sumber Artikel:

Joshi, S.; Sharma, M. Sustainable Performance through Digital Supply Chains in Industry 4.0 Era: Amidst the Pandemic Experience. *Sustainability 2022, 14*, 16726.

Selengkapnya
Kinerja Berkelanjutan melalui Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Di Tengah Pengalaman Pandemi

Rantai Pasok Digital

Digitalisasi Rantai Pasok Volvo Group: Tantangan dan Faktor Keberhasilan di Era Industry 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi elemen penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di industri manufaktur. Artikel ini, hasil penelitian Fredrik Greftén dan Anton Gunneberg, membahas bagaimana Volvo Group, melalui divisi International Manufacturing (IM), memanfaatkan digitalisasi untuk mentransformasi rantai pasok mereka dalam konteks manufaktur global. Fokus utama penelitian ini adalah pada tantangan, peluang, dan faktor keberhasilan kritis yang terkait dengan inisiatif digitalisasi di Volvo Group.

Latar Belakang

Volvo Group adalah salah satu perusahaan manufaktur kendaraan terbesar di dunia, dengan lebih dari 240.000 truk yang diproduksi setiap tahunnya. Divisi International Manufacturing (IM) menangani produksi berbasis knock-down (KD), yaitu pengiriman truk dalam bentuk komponen untuk dirakit di lokasi lokal. Strategi ini sering digunakan untuk mengurangi bea impor dan mematuhi regulasi perdagangan setempat. Namun, proses ini menghadirkan tantangan kompleks dalam integrasi teknologi digital ke rantai pasok.

Masalah Utama:
IM menghadapi kesenjangan dalam tingkat digitalisasi, dengan beberapa proses masih bergantung pada sistem manual yang terputus. Kurangnya peta jalan digitalisasi yang jelas juga menjadi hambatan besar dalam mengoptimalkan operasi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam, survei, dan dokumen internal Volvo. Sebanyak 9 wawancara dilakukan dengan karyawan Volvo dari berbagai tingkatan operasional, strategis, dan taktis. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan kerangka kerja Industry 4.0 Maturity Index.

Hasil Utama

1. Pemetaan Proses Digitalisasi Penelitian ini menemukan bahwa beberapa proses di IM telah mencapai tahap “visibility” dalam kerangka Industry 4.0 Maturity Index. Artinya, proses ini telah terhubung secara digital, memungkinkan wawasan waktu nyata (real-time insights). Namun, sejumlah proses penting masih bergantung pada sistem manual, menciptakan "media breaks" yang menghambat aliran data.

2. Faktor Keberhasilan Kritis

  • Manajemen Perubahan Digital: Keberhasilan digitalisasi memerlukan dukungan budaya organisasi yang kuat untuk menerima perubahan teknologi.
  • Penggunaan Data yang Efektif: Data yang ada harus dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan berbasis informasi.
  • Struktur Organisasi Digital yang Jelas: Struktur organisasi yang mendukung inisiatif digitalisasi sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang.

3. Tantangan Utama

  • Sistem Usang: Banyak proses di IM masih bergantung pada perangkat lunak lama yang tidak kompatibel dengan teknologi baru.
  • Kesenjangan Kompetensi: Kurangnya pelatihan membuat karyawan sulit beradaptasi dengan alat digital baru.
  • Integrasi Sistem: Kompleksitas rantai pasok KD membuat integrasi teknologi menjadi tantangan besar.

Studi Kasus: Efek Digitalisasi di IM

Salah satu hasil menonjol dari penelitian ini adalah pemanfaatan sistem Sales and Operations Planning (S&OP) untuk meningkatkan efisiensi operasional. Setelah implementasi digitalisasi, waktu perencanaan kapasitas berkurang hingga 30%, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan permintaan pasar.

Efek pada Pemeliharaan Proaktif: Dengan analisis data waktu nyata, Volvo mampu mengidentifikasi peralatan yang membutuhkan perawatan sebelum kerusakan terjadi. Pendekatan ini mengurangi waktu henti mesin hingga 15%, memberikan dampak positif pada produktivitas.

Penggunaan IoT untuk Visibilitas: IoT digunakan untuk memantau aliran komponen secara real-time dari pemasok ke lokasi perakitan KD. Teknologi ini meningkatkan akurasi pengiriman hingga 20%, mengurangi biaya logistik.

Relevansi dengan Tren Global

Penelitian ini menunjukkan bagaimana digitalisasi dapat membantu Volvo beradaptasi dengan tantangan global di era Industry 4.0:

  1. Keberlanjutan: Teknologi digital membantu Volvo mengurangi limbah dan emisi karbon dengan meningkatkan efisiensi logistik.
  2. Kebutuhan Respons Cepat: Di pasar global yang berubah dengan cepat, digitalisasi memungkinkan Volvo merespons permintaan pelanggan dengan lebih fleksibel.
  3. Persaingan Teknologi: Dengan adopsi teknologi seperti IoT dan Big Data, Volvo dapat bersaing dengan produsen kendaraan global lainnya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Artikel ini menyoroti pentingnya evaluasi digitalisasi yang menyeluruh untuk memastikan keberhasilan jangka panjang. Volvo Group perlu:

  • Memprioritaskan pelatihan tenaga kerja untuk mengurangi kesenjangan keterampilan.
  • Mengembangkan peta jalan digitalisasi yang mencakup integrasi teknologi baru dengan sistem lama.
  • Meningkatkan investasi dalam teknologi IoT dan Big Data untuk memperkuat visibilitas dan analisis data.

Digitalisasi bukan hanya solusi operasional tetapi juga kunci untuk mempertahankan daya saing di pasar global. Penelitian ini memberikan panduan penting bagi perusahaan lain yang ingin memulai perjalanan digitalisasi mereka.

Sumber Artikel:
Fredrik Greftén & Anton Gunneberg, Digitalization of Volvo Group’s International Manufacturing Supply Chain, Lund University, 2021.

Selengkapnya
Digitalisasi Rantai Pasok Volvo Group: Tantangan dan Faktor Keberhasilan di Era Industry 4.0

Rantai Pasok Digital

Mengukur Dampak Digitalisasi pada Manajemen Rantai Pasok Manufaktur dalam Industri Pembangkitan Energi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi katalisator penting dalam transformasi industri modern, khususnya dalam manajemen rantai pasok manufaktur (SCM). Paulina Gisbrecht, dalam tesisnya, mengeksplorasi dampak inisiatif digitalisasi pada faktor kinerja rantai pasok manufaktur, seperti produktivitas, pemeliharaan, dan pemanfaatan mesin. Penelitian ini dilakukan dalam konteks industri pembangkitan energi menggunakan data dari sebuah pabrik percontohan.

Melalui pendekatan kuantitatif, Gisbrecht mengukur dampak dari inisiatif digital seperti visualisasi data, yang melibatkan pengelolaan dan analisis data secara real-time. Penelitian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan dalam literatur yang sebagian besar masih bersifat teoritis dan kurang didukung oleh bukti empiris.

Latar Belakang Digitalisasi dalam SCM

Digitalisasi dalam SCM melibatkan penerapan teknologi seperti:

  • Internet of Things (IoT): Menghubungkan perangkat untuk berbagi data real-time.
  • Big Data Analytics: Analisis data skala besar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
  • Visualisasi Data: Menampilkan informasi dalam format yang mudah dipahami guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Menurut penelitian sebelumnya, inisiatif seperti ini dapat meningkatkan keandalan aset, mengurangi waktu henti yang tidak direncanakan, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya.

Studi Kasus: Pabrik Percontohan di Industri Pembangkitan Energi

Penelitian dilakukan di sebuah pabrik manufaktur peralatan pembangkit energi. Pabrik ini mengimplementasikan program Smart Manufacturing yang mencakup inisiatif visualisasi data. Data dikumpulkan dari sistem Manufacturing Execution System (MES) dan Enterprise Resource Planning (ERP), yang kemudian dianalisis menggunakan alat visualisasi Tableau.

Hasil Utama:

  1. Waktu Henti Mesin yang Tidak Direncanakan:
    • Penelitian menemukan bahwa meskipun ada penurunan kecil dalam waktu henti, hasilnya belum mencapai tingkat signifikan secara statistik.
  2. Pemeliharaan Terencana:
    • Peningkatan signifikan ditemukan pada pemeliharaan terencana, terutama pada tahap awal implementasi inisiatif visualisasi.
  3. Pemanfaatan Mesin:
    • Penggunaan mesin meningkat secara signifikan, menunjukkan dampak positif dari digitalisasi pada efisiensi operasional.

Analisis Hasil dan Implikasi

1. Produktivitas dan Efisiensi Operasional: Digitalisasi terbukti dapat meningkatkan pemanfaatan mesin. Dalam penelitian ini, pemanfaatan mesin meningkat lebih dari 10% setelah implementasi sistem visualisasi. Hal ini menunjukkan bahwa analisis visual membantu operator memahami kondisi mesin secara real-time, sehingga mempercepat pengambilan keputusan.

2. Pemeliharaan Proaktif: Pemeliharaan terencana meningkat di awal implementasi, yang diharapkan menurun pada tahap selanjutnya. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memindahkan fokus dari reaktif ke proaktif dalam pengelolaan aset.

3. Tantangan: Namun, waktu henti mesin yang tidak direncanakan belum menurun secara signifikan. Ini menunjukkan perlunya pengujian jangka panjang untuk mengevaluasi efektivitas penuh dari inisiatif digitalisasi.

Relevansi dengan Tren Industri

  1. Transformasi Digital: Penelitian ini relevan dengan transformasi digital yang sedang berlangsung di berbagai sektor, terutama industri berat seperti manufaktur pembangkitan energi.
  2. Keberlanjutan: Dengan digitalisasi, perusahaan dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya, yang penting untuk mencapai target keberlanjutan global.
  3. Keterampilan Teknologi: Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pelatihan tenaga kerja untuk memaksimalkan manfaat teknologi baru.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Tesis ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana digitalisasi dapat meningkatkan kinerja rantai pasok manufaktur. Inisiatif seperti visualisasi data menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi dampaknya dalam jangka panjang, terutama dalam pengurangan waktu henti yang tidak direncanakan.

Sumber Artikel:
Paulina Gisbrecht, Quantifying the Impact of Digitalization on Manufacturing Supply Chain Management in a Power Generation Company, Massachusetts Institute of Technology, 2018.

Selengkapnya
Mengukur Dampak Digitalisasi pada Manajemen Rantai Pasok Manufaktur dalam Industri Pembangkitan Energi

Rantai Pasok Digital

Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Digitalisasi telah menjadi elemen kunci dalam mendukung efisiensi, transparansi, dan keberlanjutan pada berbagai sektor ekonomi, termasuk logistik. Artikel "Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0" karya Erwin Raza, La Ode Sabaruddin, dan Aziza Leila Komala dalam Jurnal Logistik Indonesia (Vol. 4, No. 1, 2020) menyoroti bagaimana teknologi Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) mengubah paradigma logistik tradisional menjadi lebih modern dan berbasis teknologi digital. Penulis mengkaji manfaat, tantangan, dan dampak digitalisasi logistik dengan mendalam, menggunakan berbagai teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Wearable Technology (WT), Advanced Robotics (AR), dan 3D Printing (3DP).

Manfaat Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Digitalisasi logistik menciptakan peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang diuraikan:

  1. Artificial Intelligence (AI): AI memungkinkan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan berbasis data dalam rantai pasokan. Contoh studi kasus adalah penerapan teknologi AI pada sistem logistik global yang memungkinkan kendaraan tanpa pengemudi dan sistem produksi otomatis. Dengan algoritma pembelajaran mesin, perusahaan dapat memproses data real-time untuk memprediksi permintaan dan mengoptimalkan stok produk.
  2. Internet of Things (IoT): IoT memberikan kemampuan pelacakan yang transparan sepanjang rantai pasok. Teknologi ini mengintegrasikan sensor dan perangkat pintar untuk mengumpulkan data, yang kemudian diproses menggunakan analitik big data. Misalnya, arsitektur IoT seperti yang diuraikan dalam artikel menciptakan sistem manajemen data end-to-end, memungkinkan pelacakan barang secara real-time.
  3. Wearable Technology (WT): Teknologi wearable, seperti smartwatch dan kacamata pintar, membantu pekerja logistik untuk melakukan tugas dengan lebih efisien tanpa perlu perangkat tambahan. Dalam contoh penerapannya, perusahaan e-commerce besar telah menggunakan wearable devices untuk meningkatkan efisiensi di gudang.
  4. Advanced Robotics (AR): Robot canggih digunakan untuk meningkatkan produktivitas, seperti dalam pengelolaan gudang dan pemrosesan pesanan. Penulis mencatat bagaimana logika fuzzy diterapkan untuk meningkatkan presisi pada sistem robotik, misalnya dalam pengendalian suhu ruangan berdasarkan aturan IF-THEN.
  5. 3D Printing (3DP): Teknologi pencetakan 3D mendukung produksi terdesentralisasi dan pengurangan biaya logistik. Barang tidak lagi perlu dikirim dari lokasi yang jauh karena bisa diproduksi langsung di dekat konsumen. Ini menghasilkan efisiensi dalam biaya transportasi dan pengurangan emisi karbon.

Studi Kasus Digitalisasi Logistik

Artikel ini memuat beberapa studi kasus yang relevan untuk mendemonstrasikan manfaat digitalisasi logistik:

  1. IoT dalam Sistem Logistik Transparan: Pada salah satu perusahaan logistik di Eropa, implementasi IoT memungkinkan pelacakan kontainer secara real-time, yang menghasilkan penurunan waktu tunggu hingga 30%. Sistem ini juga mengurangi kesalahan administratif yang sebelumnya sering terjadi pada dokumen pengiriman.
  2. Penerapan 3D Printing untuk Spare Parts: Dalam industri dirgantara, 3D printing digunakan untuk mencetak komponen pengganti sesuai permintaan, sehingga menghemat biaya penyimpanan hingga 50%. Ini juga mempercepat waktu perbaikan mesin yang sebelumnya terhambat oleh logistik tradisional.
  3. AI dalam Prediksi Permintaan: Sebuah perusahaan retail global menggunakan AI untuk menganalisis pola pembelian pelanggan dan memperkirakan permintaan selama periode liburan. Hasilnya, mereka berhasil meningkatkan akurasi stok hingga 90%, mengurangi kelebihan persediaan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dampak Digitalisasi pada Keberlanjutan

Transformasi digital dalam logistik membawa dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial:

  • Lingkungan: Digitalisasi mengurangi emisi karbon melalui optimasi rute pengiriman dan pengurangan konsumsi bahan bakar. Pencetakan 3D, misalnya, hanya menggunakan bahan yang diperlukan, sehingga meminimalkan limbah produksi.
  • Ekonomi: Efisiensi operasional meningkatkan profitabilitas perusahaan. Teknologi seperti AI dan IoT memungkinkan pengurangan biaya operasional hingga 20%, berdasarkan analisis dari artikel.
  • Sosial: Meskipun digitalisasi menciptakan ancaman terhadap tenaga kerja tradisional, integrasi teknologi baru juga membuka peluang pekerjaan di bidang teknologi informasi dan manajemen data.

Tantangan Digitalisasi Logistik

Penulis juga mengidentifikasi tantangan yang perlu diatasi untuk keberhasilan digitalisasi logistik:

  1. Standarisasi Dokumen: Banyak proses logistik domestik di Indonesia masih bergantung pada dokumen konvensional, sehingga memperlambat implementasi digitalisasi.
  2. Kepercayaan Antar Pemangku Kepentingan: Membangun kepercayaan antar pelaku dalam rantai pasok sangat penting. Teknologi blockchain dapat menjadi solusi untuk menciptakan transparansi yang lebih besar.
  3. Biaya Implementasi: Biaya awal untuk mengadopsi teknologi seperti AI dan IoT masih relatif tinggi, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM).

Kesimpulan dan Rekomendasi

Artikel ini menyimpulkan bahwa digitalisasi logistik di era RI 4.0 memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan. Namun, implementasi yang sukses membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan penyedia teknologi.

Penulis merekomendasikan langkah-langkah berikut:

  1. Edukasi dan Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja untuk memahami teknologi baru.
  2. Kolaborasi: Mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik untuk menciptakan platform yang saling mendukung.
  3. Inovasi Kebijakan: Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung investasi teknologi digital, khususnya untuk UKM.

Sumber Artikel: Raza, Erwin, La Ode Sabaruddin, & Aziza Leila Komala. (2020). Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0. Jurnal Logistik Indonesia, Vol. 4, No. 1, April 2020, pp. 49-63.

Selengkapnya
Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0

Rantai Pasok Digital

Bagaimana Industri 4.0 Meningkatkan Kapabilitas dan Resiliensi Rantai Pasok? (Resensi Paper)

Dipublikasikan oleh Admin pada 14 Februari 2025


Pendahuluan

Industri 4.0 telah menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia bisnis dan manufaktur dalam dekade terakhir. Perkembangan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), big data analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan blockchain membawa perubahan besar dalam rantai pasok global. Banyak perusahaan menginvestasikan sumber daya besar untuk mengadopsi teknologi ini guna meningkatkan efisiensi operasional, transparansi, dan resiliensi rantai pasok.

Namun, pertanyaan utama yang masih belum terjawab adalah: Sejauh mana adopsi Industri 4.0 benar-benar meningkatkan ketahanan rantai pasok? Apakah teknologi ini secara langsung memperkuat rantai pasok, atau ada faktor perantara yang harus diperhitungkan?

Paper yang ditulis oleh Kerry Huang, Kedi Wang, Peter K.C. Lee, dan Andy C.L. Yeung dalam International Journal of Production Economics mencoba menjawab pertanyaan ini. Menggunakan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok, penelitian ini mengungkap hubungan antara adopsi Industri 4.0, kemajuan teknologi informasi (IT advancement), kapabilitas rantai pasok, dan ketahanan rantai pasok.

Kerangka Teoretis: Dynamic Resource-Based View (RBV)

Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan pendekatan Dynamic Resource-Based View (RBV) untuk menjelaskan bagaimana sumber daya teknologi dapat diubah menjadi keunggulan kompetitif.

Pendekatan ini berpendapat bahwa:

  1. Industri 4.0 dan kemajuan IT adalah sumber daya strategis yang bersifat heterogen.
  2. Kapabilitas rantai pasok, seperti kolaborasi dan visibilitas, merupakan kemampuan dinamis yang memungkinkan perusahaan mengadaptasi perubahan dalam lingkungan bisnis.
  3. Resiliensi rantai pasok adalah keunggulan kompetitif yang memungkinkan perusahaan menghadapi disrupsi dengan lebih baik.

Dengan kata lain, adopsi Industri 4.0 tidak langsung meningkatkan resiliensi rantai pasok, tetapi melalui peningkatan kemajuan IT yang kemudian memperkuat kapabilitas rantai pasok.

Metodologi Penelitian: Studi Empiris di 408 Perusahaan

Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok. Responden yang dipilih adalah manajer atau eksekutif yang memiliki pengalaman dalam manajemen rantai pasok dan implementasi teknologi digital.

Penelitian ini meneliti 16 teknologi utama Industri 4.0, antara lain:

  • Artificial Intelligence (AI)
  • Big Data Analytics (BDA)
  • Internet of Things (IoT)
  • Blockchain
  • Enterprise Resource Planning (ERP)
  • Cloud Computing
  • Robotics
  • Augmented Reality (AR) & Virtual Reality (VR)
  • 3D Printing

Para peneliti menguji hubungan antara adopsi teknologi ini dengan peningkatan kemajuan IT, kapabilitas rantai pasok (kolaborasi & visibilitas), dan resiliensi rantai pasok.

Hasil Penelitian dan Temuan Utama

Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama:

  1. Adopsi Industri 4.0 memiliki dampak positif terhadap kemajuan IT.
    • Semakin banyak perusahaan mengadopsi teknologi Industri 4.0, semakin besar kemungkinan mereka meningkatkan infrastruktur IT mereka.
    • Contohnya, perusahaan yang mengimplementasikan IoT dan big data analytics mampu mengembangkan sistem prediksi berbasis data yang lebih baik.
  2. Kemajuan IT meningkatkan kapabilitas rantai pasok (kolaborasi dan visibilitas).
    • Perusahaan yang memiliki infrastruktur IT yang lebih maju lebih mampu berbagi informasi dengan pemasok dan pelanggan.
    • Hal ini mendukung peningkatan kolaborasi antar perusahaan dalam rantai pasok.
  3. Kapabilitas rantai pasok meningkatkan resiliensi rantai pasok.
    • Kolaborasi yang lebih baik dengan pemasok dan pelanggan membantu perusahaan merespons gangguan lebih cepat.
    • Visibilitas rantai pasok memungkinkan perusahaan mengidentifikasi potensi risiko sebelum menjadi krisis besar.
  4. Adopsi Industri 4.0 tidak secara langsung meningkatkan kapabilitas rantai pasok.
    • Teknologi saja tidak cukup untuk meningkatkan kolaborasi atau visibilitas tanpa strategi implementasi yang baik.
    • Dengan kata lain, perusahaan harus berinvestasi dalam infrastruktur IT dan strategi manajemen untuk benar-benar mendapatkan manfaat dari Industri 4.0.

Studi Kasus: Implementasi Industri 4.0 dalam Rantai Pasok

Sebagai contoh nyata, penelitian ini mengutip investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok.

  • RMB 1,4 triliun telah dialokasikan untuk pengembangan teknologi 5G, kota pintar, dan manufaktur cerdas.
  • Tujuan utama investasi ini adalah membangun infrastruktur digital yang dapat memperkuat rantai pasok manufaktur di negara tersebut.

Di sektor bisnis, perusahaan seperti Foxconn dan Huawei telah sukses mengadopsi teknologi Industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok mereka.

  • Foxconn menggunakan robotika dan AI untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia.
  • Huawei mengembangkan sistem blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam transaksi rantai pasoknya.

Selain itu, beberapa perusahaan di industri otomotif juga mulai menggunakan IoT dan big data analytics untuk memprediksi kebutuhan bahan baku dan menghindari keterlambatan produksi akibat gangguan pasokan.

Analisis Perbandingan dengan Penelitian Lain

Beberapa penelitian lain juga menyoroti pentingnya teknologi Industri 4.0 dalam rantai pasok:

  1. Penelitian oleh Zouari et al. (2021) menunjukkan bahwa 15 teknologi digital secara langsung meningkatkan ketahanan rantai pasok. Namun, penelitian mereka tidak meneliti peran kapabilitas rantai pasok sebagai mediator.
  2. Penelitian oleh Ivanov & Dolgui (2021) menyoroti bahwa visibilitas rantai pasok adalah faktor kunci dalam membangun ketahanan rantai pasok di era digital.
  3. Penelitian oleh Tortorella et al. (2020) menemukan bahwa adopsi Industri 4.0 meningkatkan ketahanan operasional, tetapi membutuhkan kesiapan organisasi yang baik.

Dibandingkan penelitian lain, paper ini memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai hubungan antara teknologi, kapabilitas rantai pasok, dan resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penting:

  1. Teknologi Industri 4.0 harus didukung dengan strategi IT yang matang.
  2. Kolaborasi dan visibilitas rantai pasok adalah kunci resiliensi rantai pasok.
  3. Pemerintah dan organisasi industri perlu mendukung digitalisasi rantai pasok melalui investasi infrastruktur.

Bagi perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa hanya mengadopsi teknologi Industri 4.0 tidak cukup. Perusahaan harus mengembangkan strategi integrasi digital yang kuat agar benar-benar mendapatkan manfaat dari transformasi digital ini.

Sumber:

Huang, K., Wang, K., Lee, P.K.C., & Yeung, A.C.L. (2023). The impact of industry 4.0 on supply chain capability and supply chain resilience: A dynamic resource-based view. International Journal of Production Economics, 262, 108913. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2023.108913

Selengkapnya
Bagaimana Industri 4.0 Meningkatkan Kapabilitas dan Resiliensi Rantai Pasok? (Resensi Paper)
« First Previous page 6 of 6