Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam era Industry 4.0, teknologi digital telah menjadi kunci utama dalam meningkatkan kinerja berkelanjutan (Sustainable Performance/S.P.) perusahaan, terutama di tengah tantangan pandemi COVID-19. Artikel ini, yang ditulis oleh Sudhanshu Joshi dan Manu Sharma, mengeksplorasi bagaimana teknologi Industry 4.0 (I4TEs) dan rantai pasok digital (Digital Supply Chains/DSCs) dapat membantu perusahaan mencapai stabilitas ekonomi, ketangkasan, dan kinerja berkelanjutan. Studi ini menggunakan metode survei dengan 202 responden yang valid, dan analisis data dilakukan melalui Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Studi Kasus dan Temuan Utama
1. Pengaruh I4TEs pada Kinerja Berkelanjutan (S.P.)
Studi ini menemukan bahwa I4TEs seperti Big Data Analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan manufaktur aditif (Additive Manufacturing/AM) secara langsung meningkatkan kinerja berkelanjutan perusahaan. Misalnya, penggunaan IoT dalam rantai pasok membantu perusahaan mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah, sementara BDA memungkinkan prediksi permintaan yang lebih akurat, mengurangi risiko kelebihan stok atau kekurangan stok.
2. Peran Mediasi Rantai Pasok Digital (DSCs)
Rantai pasok digital berperan sebagai mediator penuh antara I4TEs dan S.P. Artinya, tanpa DSCs, dampak I4TEs terhadap kinerja berkelanjutan tidak akan signifikan. DSCs memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan transparansi, kolaborasi, dan responsivitas, yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan dan kesiapan perusahaan dalam menghadapi gangguan seperti pandemi.
3. Dimensi Rantai Pasok Digital
Studi ini mengidentifikasi lima dimensi utama DSCs yang berkontribusi pada kinerja berkelanjutan:
- Agility and Responsiveness (AaR) : Kemampuan perusahaan untuk merespons perubahan dengan cepat.
- Digital Collaboration (D.C.) : Kolaborasi digital dengan mitra strategis untuk mengurangi risiko.
- Intelligent Optimization (IO) : Penggunaan kombinasi manusia-mesin untuk pengambilan keputusan yang optimal.
- End-to-End Transparency (E.E.) : Transparansi penuh dalam rantai pasok untuk meningkatkan kepercayaan.
- Holistic Decision-Making (H.D.) : Pendekatan terintegrasi untuk pengambilan keputusan.
4. Implikasi Pandemi COVID-19
Pandemi telah menguji ketahanan rantai pasok global. Studi ini menunjukkan bahwa 35% produsen melaporkan kegagalan jaringan rantai pasok akibat COVID-19. Namun, perusahaan yang mengadopsi I4TEs dan DSCs menunjukkan pemulihan yang lebih cepat dan lebih baik dalam menghadapi gangguan.
Analisis dan Kritik
1. Kontribusi Teoritis
Artikel ini memberikan kontribusi signifikan dalam literatur manajemen rantai pasok dengan mengintegrasikan teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory/IPT) untuk menjelaskan bagaimana DSCs dapat meningkatkan kinerja berkelanjutan. Studi ini juga memperluas pemahaman tentang peran mediasi DSCs dalam hubungan antara I4TEs dan S.P.
2. Keterbatasan Studi
Meskipun memberikan wawasan berharga, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, data dikumpulkan selama pandemi, yang mungkin memengaruhi respons responden. Kedua, studi ini hanya berfokus pada perusahaan di India, sehingga temuan mungkin tidak dapat digeneralisasi ke negara lain. Terakhir, studi ini tidak mempertimbangkan ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi, yang mungkin memengaruhi hasil.
3. Implikasi Manajerial
Studi ini menawarkan beberapa rekomendasi praktis bagi manajer:
- Integrasi I4TEs dan DSCs : Perusahaan harus mengintegrasikan teknologi Industry 4.0 dengan rantai pasok digital untuk meningkatkan pengambilan keputusan strategis.
- Membangun Rantai Pasok yang Tangguh : DSCs dapat membantu perusahaan membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan berkelanjutan, terutama dalam situasi pasca-pandemi.
- Responsivitas dan Transparansi : DSCs meningkatkan responsivitas dan transparansi, yang penting untuk mitigasi risiko proaktif.
Studi Kasus Nyata
Sebagai contoh, perusahaan farmasi di India yang mengadopsi DSCs dan I4TEs mampu mengurangi waktu pengiriman obat-obatan penting selama pandemi. Dengan menggunakan IoT dan BDA, perusahaan ini dapat memprediksi permintaan obat secara real-time dan mengoptimalkan distribusi, sehingga mengurangi risiko kekurangan stok.
Tren Industri dan Relevansi
Studi ini sangat relevan dengan tren industri saat ini, di mana digitalisasi dan keberlanjutan menjadi fokus utama. Dengan meningkatnya tekanan untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan perlu mengadopsi teknologi canggih seperti I4TEs dan DSCs untuk tetap kompetitif.
Kesimpulan
Artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana teknologi Industry 4.0 dan rantai pasok digital dapat meningkatkan kinerja berkelanjutan perusahaan, terutama di tengah tantangan pandemi. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, studi ini menawarkan rekomendasi praktis yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan untuk membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Sumber Artikel:
Joshi, S.; Sharma, M. Sustainable Performance through Digital Supply Chains in Industry 4.0 Era: Amidst the Pandemic Experience. *Sustainability 2022, 14*, 16726.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Digitalisasi telah menjadi elemen penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di industri manufaktur. Artikel ini, hasil penelitian Fredrik Greftén dan Anton Gunneberg, membahas bagaimana Volvo Group, melalui divisi International Manufacturing (IM), memanfaatkan digitalisasi untuk mentransformasi rantai pasok mereka dalam konteks manufaktur global. Fokus utama penelitian ini adalah pada tantangan, peluang, dan faktor keberhasilan kritis yang terkait dengan inisiatif digitalisasi di Volvo Group.
Latar Belakang
Volvo Group adalah salah satu perusahaan manufaktur kendaraan terbesar di dunia, dengan lebih dari 240.000 truk yang diproduksi setiap tahunnya. Divisi International Manufacturing (IM) menangani produksi berbasis knock-down (KD), yaitu pengiriman truk dalam bentuk komponen untuk dirakit di lokasi lokal. Strategi ini sering digunakan untuk mengurangi bea impor dan mematuhi regulasi perdagangan setempat. Namun, proses ini menghadirkan tantangan kompleks dalam integrasi teknologi digital ke rantai pasok.
Masalah Utama:
IM menghadapi kesenjangan dalam tingkat digitalisasi, dengan beberapa proses masih bergantung pada sistem manual yang terputus. Kurangnya peta jalan digitalisasi yang jelas juga menjadi hambatan besar dalam mengoptimalkan operasi.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam, survei, dan dokumen internal Volvo. Sebanyak 9 wawancara dilakukan dengan karyawan Volvo dari berbagai tingkatan operasional, strategis, dan taktis. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan kerangka kerja Industry 4.0 Maturity Index.
Hasil Utama
1. Pemetaan Proses Digitalisasi Penelitian ini menemukan bahwa beberapa proses di IM telah mencapai tahap “visibility” dalam kerangka Industry 4.0 Maturity Index. Artinya, proses ini telah terhubung secara digital, memungkinkan wawasan waktu nyata (real-time insights). Namun, sejumlah proses penting masih bergantung pada sistem manual, menciptakan "media breaks" yang menghambat aliran data.
2. Faktor Keberhasilan Kritis
3. Tantangan Utama
Studi Kasus: Efek Digitalisasi di IM
Salah satu hasil menonjol dari penelitian ini adalah pemanfaatan sistem Sales and Operations Planning (S&OP) untuk meningkatkan efisiensi operasional. Setelah implementasi digitalisasi, waktu perencanaan kapasitas berkurang hingga 30%, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan permintaan pasar.
Efek pada Pemeliharaan Proaktif: Dengan analisis data waktu nyata, Volvo mampu mengidentifikasi peralatan yang membutuhkan perawatan sebelum kerusakan terjadi. Pendekatan ini mengurangi waktu henti mesin hingga 15%, memberikan dampak positif pada produktivitas.
Penggunaan IoT untuk Visibilitas: IoT digunakan untuk memantau aliran komponen secara real-time dari pemasok ke lokasi perakitan KD. Teknologi ini meningkatkan akurasi pengiriman hingga 20%, mengurangi biaya logistik.
Relevansi dengan Tren Global
Penelitian ini menunjukkan bagaimana digitalisasi dapat membantu Volvo beradaptasi dengan tantangan global di era Industry 4.0:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Artikel ini menyoroti pentingnya evaluasi digitalisasi yang menyeluruh untuk memastikan keberhasilan jangka panjang. Volvo Group perlu:
Digitalisasi bukan hanya solusi operasional tetapi juga kunci untuk mempertahankan daya saing di pasar global. Penelitian ini memberikan panduan penting bagi perusahaan lain yang ingin memulai perjalanan digitalisasi mereka.
Sumber Artikel:
Fredrik Greftén & Anton Gunneberg, Digitalization of Volvo Group’s International Manufacturing Supply Chain, Lund University, 2021.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Digitalisasi telah menjadi katalisator penting dalam transformasi industri modern, khususnya dalam manajemen rantai pasok manufaktur (SCM). Paulina Gisbrecht, dalam tesisnya, mengeksplorasi dampak inisiatif digitalisasi pada faktor kinerja rantai pasok manufaktur, seperti produktivitas, pemeliharaan, dan pemanfaatan mesin. Penelitian ini dilakukan dalam konteks industri pembangkitan energi menggunakan data dari sebuah pabrik percontohan.
Melalui pendekatan kuantitatif, Gisbrecht mengukur dampak dari inisiatif digital seperti visualisasi data, yang melibatkan pengelolaan dan analisis data secara real-time. Penelitian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan dalam literatur yang sebagian besar masih bersifat teoritis dan kurang didukung oleh bukti empiris.
Latar Belakang Digitalisasi dalam SCM
Digitalisasi dalam SCM melibatkan penerapan teknologi seperti:
Menurut penelitian sebelumnya, inisiatif seperti ini dapat meningkatkan keandalan aset, mengurangi waktu henti yang tidak direncanakan, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya.
Studi Kasus: Pabrik Percontohan di Industri Pembangkitan Energi
Penelitian dilakukan di sebuah pabrik manufaktur peralatan pembangkit energi. Pabrik ini mengimplementasikan program Smart Manufacturing yang mencakup inisiatif visualisasi data. Data dikumpulkan dari sistem Manufacturing Execution System (MES) dan Enterprise Resource Planning (ERP), yang kemudian dianalisis menggunakan alat visualisasi Tableau.
Hasil Utama:
Analisis Hasil dan Implikasi
1. Produktivitas dan Efisiensi Operasional: Digitalisasi terbukti dapat meningkatkan pemanfaatan mesin. Dalam penelitian ini, pemanfaatan mesin meningkat lebih dari 10% setelah implementasi sistem visualisasi. Hal ini menunjukkan bahwa analisis visual membantu operator memahami kondisi mesin secara real-time, sehingga mempercepat pengambilan keputusan.
2. Pemeliharaan Proaktif: Pemeliharaan terencana meningkat di awal implementasi, yang diharapkan menurun pada tahap selanjutnya. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memindahkan fokus dari reaktif ke proaktif dalam pengelolaan aset.
3. Tantangan: Namun, waktu henti mesin yang tidak direncanakan belum menurun secara signifikan. Ini menunjukkan perlunya pengujian jangka panjang untuk mengevaluasi efektivitas penuh dari inisiatif digitalisasi.
Relevansi dengan Tren Industri
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tesis ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana digitalisasi dapat meningkatkan kinerja rantai pasok manufaktur. Inisiatif seperti visualisasi data menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi dampaknya dalam jangka panjang, terutama dalam pengurangan waktu henti yang tidak direncanakan.
Sumber Artikel:
Paulina Gisbrecht, Quantifying the Impact of Digitalization on Manufacturing Supply Chain Management in a Power Generation Company, Massachusetts Institute of Technology, 2018.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Digitalisasi telah menjadi elemen kunci dalam mendukung efisiensi, transparansi, dan keberlanjutan pada berbagai sektor ekonomi, termasuk logistik. Artikel "Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0" karya Erwin Raza, La Ode Sabaruddin, dan Aziza Leila Komala dalam Jurnal Logistik Indonesia (Vol. 4, No. 1, 2020) menyoroti bagaimana teknologi Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) mengubah paradigma logistik tradisional menjadi lebih modern dan berbasis teknologi digital. Penulis mengkaji manfaat, tantangan, dan dampak digitalisasi logistik dengan mendalam, menggunakan berbagai teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Wearable Technology (WT), Advanced Robotics (AR), dan 3D Printing (3DP).
Manfaat Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0
Digitalisasi logistik menciptakan peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang diuraikan:
Studi Kasus Digitalisasi Logistik
Artikel ini memuat beberapa studi kasus yang relevan untuk mendemonstrasikan manfaat digitalisasi logistik:
Dampak Digitalisasi pada Keberlanjutan
Transformasi digital dalam logistik membawa dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan sosial:
Tantangan Digitalisasi Logistik
Penulis juga mengidentifikasi tantangan yang perlu diatasi untuk keberhasilan digitalisasi logistik:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Artikel ini menyimpulkan bahwa digitalisasi logistik di era RI 4.0 memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan. Namun, implementasi yang sukses membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan penyedia teknologi.
Penulis merekomendasikan langkah-langkah berikut:
Sumber Artikel: Raza, Erwin, La Ode Sabaruddin, & Aziza Leila Komala. (2020). Manfaat dan Dampak Digitalisasi Logistik di Era Industri 4.0. Jurnal Logistik Indonesia, Vol. 4, No. 1, April 2020, pp. 49-63.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Admin pada 14 Februari 2025
Pendahuluan
Industri 4.0 telah menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia bisnis dan manufaktur dalam dekade terakhir. Perkembangan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), big data analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan blockchain membawa perubahan besar dalam rantai pasok global. Banyak perusahaan menginvestasikan sumber daya besar untuk mengadopsi teknologi ini guna meningkatkan efisiensi operasional, transparansi, dan resiliensi rantai pasok.
Namun, pertanyaan utama yang masih belum terjawab adalah: Sejauh mana adopsi Industri 4.0 benar-benar meningkatkan ketahanan rantai pasok? Apakah teknologi ini secara langsung memperkuat rantai pasok, atau ada faktor perantara yang harus diperhitungkan?
Paper yang ditulis oleh Kerry Huang, Kedi Wang, Peter K.C. Lee, dan Andy C.L. Yeung dalam International Journal of Production Economics mencoba menjawab pertanyaan ini. Menggunakan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok, penelitian ini mengungkap hubungan antara adopsi Industri 4.0, kemajuan teknologi informasi (IT advancement), kapabilitas rantai pasok, dan ketahanan rantai pasok.
Kerangka Teoretis: Dynamic Resource-Based View (RBV)
Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan pendekatan Dynamic Resource-Based View (RBV) untuk menjelaskan bagaimana sumber daya teknologi dapat diubah menjadi keunggulan kompetitif.
Pendekatan ini berpendapat bahwa:
Dengan kata lain, adopsi Industri 4.0 tidak langsung meningkatkan resiliensi rantai pasok, tetapi melalui peningkatan kemajuan IT yang kemudian memperkuat kapabilitas rantai pasok.
Metodologi Penelitian: Studi Empiris di 408 Perusahaan
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok. Responden yang dipilih adalah manajer atau eksekutif yang memiliki pengalaman dalam manajemen rantai pasok dan implementasi teknologi digital.
Penelitian ini meneliti 16 teknologi utama Industri 4.0, antara lain:
Para peneliti menguji hubungan antara adopsi teknologi ini dengan peningkatan kemajuan IT, kapabilitas rantai pasok (kolaborasi & visibilitas), dan resiliensi rantai pasok.
Hasil Penelitian dan Temuan Utama
Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama:
Studi Kasus: Implementasi Industri 4.0 dalam Rantai Pasok
Sebagai contoh nyata, penelitian ini mengutip investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok.
Di sektor bisnis, perusahaan seperti Foxconn dan Huawei telah sukses mengadopsi teknologi Industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok mereka.
Selain itu, beberapa perusahaan di industri otomotif juga mulai menggunakan IoT dan big data analytics untuk memprediksi kebutuhan bahan baku dan menghindari keterlambatan produksi akibat gangguan pasokan.
Analisis Perbandingan dengan Penelitian Lain
Beberapa penelitian lain juga menyoroti pentingnya teknologi Industri 4.0 dalam rantai pasok:
Dibandingkan penelitian lain, paper ini memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai hubungan antara teknologi, kapabilitas rantai pasok, dan resiliensi rantai pasok.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penting:
Bagi perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa hanya mengadopsi teknologi Industri 4.0 tidak cukup. Perusahaan harus mengembangkan strategi integrasi digital yang kuat agar benar-benar mendapatkan manfaat dari transformasi digital ini.
Sumber:
Huang, K., Wang, K., Lee, P.K.C., & Yeung, A.C.L. (2023). The impact of industry 4.0 on supply chain capability and supply chain resilience: A dynamic resource-based view. International Journal of Production Economics, 262, 108913. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2023.108913