Bagaimana Industri 4.0 Meningkatkan Kapabilitas dan Resiliensi Rantai Pasok? (Resensi Paper)

Dipublikasikan oleh Admin

14 Februari 2025, 09.50

Sumber: pexels.com

Pendahuluan

Industri 4.0 telah menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia bisnis dan manufaktur dalam dekade terakhir. Perkembangan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), big data analytics (BDA), Internet of Things (IoT), dan blockchain membawa perubahan besar dalam rantai pasok global. Banyak perusahaan menginvestasikan sumber daya besar untuk mengadopsi teknologi ini guna meningkatkan efisiensi operasional, transparansi, dan resiliensi rantai pasok.

Namun, pertanyaan utama yang masih belum terjawab adalah: Sejauh mana adopsi Industri 4.0 benar-benar meningkatkan ketahanan rantai pasok? Apakah teknologi ini secara langsung memperkuat rantai pasok, atau ada faktor perantara yang harus diperhitungkan?

Paper yang ditulis oleh Kerry Huang, Kedi Wang, Peter K.C. Lee, dan Andy C.L. Yeung dalam International Journal of Production Economics mencoba menjawab pertanyaan ini. Menggunakan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok, penelitian ini mengungkap hubungan antara adopsi Industri 4.0, kemajuan teknologi informasi (IT advancement), kapabilitas rantai pasok, dan ketahanan rantai pasok.

Kerangka Teoretis: Dynamic Resource-Based View (RBV)

Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan pendekatan Dynamic Resource-Based View (RBV) untuk menjelaskan bagaimana sumber daya teknologi dapat diubah menjadi keunggulan kompetitif.

Pendekatan ini berpendapat bahwa:

  1. Industri 4.0 dan kemajuan IT adalah sumber daya strategis yang bersifat heterogen.
  2. Kapabilitas rantai pasok, seperti kolaborasi dan visibilitas, merupakan kemampuan dinamis yang memungkinkan perusahaan mengadaptasi perubahan dalam lingkungan bisnis.
  3. Resiliensi rantai pasok adalah keunggulan kompetitif yang memungkinkan perusahaan menghadapi disrupsi dengan lebih baik.

Dengan kata lain, adopsi Industri 4.0 tidak langsung meningkatkan resiliensi rantai pasok, tetapi melalui peningkatan kemajuan IT yang kemudian memperkuat kapabilitas rantai pasok.

Metodologi Penelitian: Studi Empiris di 408 Perusahaan

Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data dari 408 perusahaan manufaktur di Tiongkok. Responden yang dipilih adalah manajer atau eksekutif yang memiliki pengalaman dalam manajemen rantai pasok dan implementasi teknologi digital.

Penelitian ini meneliti 16 teknologi utama Industri 4.0, antara lain:

  • Artificial Intelligence (AI)
  • Big Data Analytics (BDA)
  • Internet of Things (IoT)
  • Blockchain
  • Enterprise Resource Planning (ERP)
  • Cloud Computing
  • Robotics
  • Augmented Reality (AR) & Virtual Reality (VR)
  • 3D Printing

Para peneliti menguji hubungan antara adopsi teknologi ini dengan peningkatan kemajuan IT, kapabilitas rantai pasok (kolaborasi & visibilitas), dan resiliensi rantai pasok.

Hasil Penelitian dan Temuan Utama

Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama:

  1. Adopsi Industri 4.0 memiliki dampak positif terhadap kemajuan IT.
    • Semakin banyak perusahaan mengadopsi teknologi Industri 4.0, semakin besar kemungkinan mereka meningkatkan infrastruktur IT mereka.
    • Contohnya, perusahaan yang mengimplementasikan IoT dan big data analytics mampu mengembangkan sistem prediksi berbasis data yang lebih baik.
  2. Kemajuan IT meningkatkan kapabilitas rantai pasok (kolaborasi dan visibilitas).
    • Perusahaan yang memiliki infrastruktur IT yang lebih maju lebih mampu berbagi informasi dengan pemasok dan pelanggan.
    • Hal ini mendukung peningkatan kolaborasi antar perusahaan dalam rantai pasok.
  3. Kapabilitas rantai pasok meningkatkan resiliensi rantai pasok.
    • Kolaborasi yang lebih baik dengan pemasok dan pelanggan membantu perusahaan merespons gangguan lebih cepat.
    • Visibilitas rantai pasok memungkinkan perusahaan mengidentifikasi potensi risiko sebelum menjadi krisis besar.
  4. Adopsi Industri 4.0 tidak secara langsung meningkatkan kapabilitas rantai pasok.
    • Teknologi saja tidak cukup untuk meningkatkan kolaborasi atau visibilitas tanpa strategi implementasi yang baik.
    • Dengan kata lain, perusahaan harus berinvestasi dalam infrastruktur IT dan strategi manajemen untuk benar-benar mendapatkan manfaat dari Industri 4.0.

Studi Kasus: Implementasi Industri 4.0 dalam Rantai Pasok

Sebagai contoh nyata, penelitian ini mengutip investasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok.

  • RMB 1,4 triliun telah dialokasikan untuk pengembangan teknologi 5G, kota pintar, dan manufaktur cerdas.
  • Tujuan utama investasi ini adalah membangun infrastruktur digital yang dapat memperkuat rantai pasok manufaktur di negara tersebut.

Di sektor bisnis, perusahaan seperti Foxconn dan Huawei telah sukses mengadopsi teknologi Industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok mereka.

  • Foxconn menggunakan robotika dan AI untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia.
  • Huawei mengembangkan sistem blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam transaksi rantai pasoknya.

Selain itu, beberapa perusahaan di industri otomotif juga mulai menggunakan IoT dan big data analytics untuk memprediksi kebutuhan bahan baku dan menghindari keterlambatan produksi akibat gangguan pasokan.

Analisis Perbandingan dengan Penelitian Lain

Beberapa penelitian lain juga menyoroti pentingnya teknologi Industri 4.0 dalam rantai pasok:

  1. Penelitian oleh Zouari et al. (2021) menunjukkan bahwa 15 teknologi digital secara langsung meningkatkan ketahanan rantai pasok. Namun, penelitian mereka tidak meneliti peran kapabilitas rantai pasok sebagai mediator.
  2. Penelitian oleh Ivanov & Dolgui (2021) menyoroti bahwa visibilitas rantai pasok adalah faktor kunci dalam membangun ketahanan rantai pasok di era digital.
  3. Penelitian oleh Tortorella et al. (2020) menemukan bahwa adopsi Industri 4.0 meningkatkan ketahanan operasional, tetapi membutuhkan kesiapan organisasi yang baik.

Dibandingkan penelitian lain, paper ini memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai hubungan antara teknologi, kapabilitas rantai pasok, dan resiliensi rantai pasok.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penting:

  1. Teknologi Industri 4.0 harus didukung dengan strategi IT yang matang.
  2. Kolaborasi dan visibilitas rantai pasok adalah kunci resiliensi rantai pasok.
  3. Pemerintah dan organisasi industri perlu mendukung digitalisasi rantai pasok melalui investasi infrastruktur.

Bagi perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa hanya mengadopsi teknologi Industri 4.0 tidak cukup. Perusahaan harus mengembangkan strategi integrasi digital yang kuat agar benar-benar mendapatkan manfaat dari transformasi digital ini.

Sumber:

Huang, K., Wang, K., Lee, P.K.C., & Yeung, A.C.L. (2023). The impact of industry 4.0 on supply chain capability and supply chain resilience: A dynamic resource-based view. International Journal of Production Economics, 262, 108913. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2023.108913