Rantai Pasok Digital

Teknologi Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Prinsip IoT, Big Data, Blockchain, dan Digital Supply Chain Twin

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Industri 4.0 menjadi tonggak revolusi digital dalam dunia manufaktur dan rantai pasokan. Dengan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, blockchain, dan digital supply chain twin, rantai pasokan digital kini menawarkan pendekatan yang lebih cerdas, efisien, dan berorientasi pada data. Artikel ini mengulas komponen utama dari rantai pasokan digital, termasuk tantangan dan manfaat aplikasinya, serta memberikan studi kasus yang relevan untuk menunjukkan dampaknya dalam skenario nyata.

Definisi Rantai Pasokan Digital (Digital Supply Chain)

Rantai pasokan digital didefinisikan sebagai sistem yang mengintegrasikan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi untuk mendukung interaksi antarorganisasi dalam rantai pasokan global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan nilai bisnis melalui teknologi inovatif.

Beberapa perbedaan utama antara rantai pasokan digital dan rantai pasokan cerdas (smart supply chain) adalah:

  1. Digital Supply Chain: Berfokus pada penerapan teknologi digital seperti IoT dan big data untuk mendukung proses rantai pasokan.
  2. Smart Supply Chain: Menggabungkan teknologi digital dengan kolaborasi manusia yang cerdas untuk meningkatkan kinerja dan fleksibilitas rantai pasokan.

Komponen Utama Teknologi

Artikel ini menyoroti empat komponen teknologi utama dalam rantai pasokan digital:

1. Internet of Things (IoT)

IoT menghubungkan perangkat secara langsung melalui jaringan, memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses secara real-time. Studi menunjukkan:

  • Aplikasi: Pemantauan inventaris dan pelacakan logistik secara akurat.
  • Dampak: Mengurangi limbah material hingga 20% dan meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.

2. Big Data

Big data menyediakan analisis prediktif yang mendukung pengambilan keputusan strategis. Implementasi big data memungkinkan:

  • Analisis pola permintaan pelanggan.
  • Optimalisasi rantai pasokan berdasarkan data waktu nyata.

3. Blockchain

Blockchain menghadirkan transparansi dan keamanan dalam transaksi rantai pasokan. Contoh aplikasinya adalah:

  • Walmart dan IBM: Blockchain digunakan untuk melacak asal-usul produk pangan, mengurangi risiko pelanggaran keamanan pangan hingga 35%.

4. Digital Supply Chain Twin

Digital twin menciptakan model virtual dari sistem fisik untuk simulasi dan optimalisasi. Studi menunjukkan bahwa digital twin meningkatkan fleksibilitas rantai pasokan hingga 25% dan mengurangi biaya operasional sebesar 15%.

Studi Kasus

1. IoT di Industri Pertanian
IoT digunakan untuk memantau kondisi tanah dan cuaca secara real-time, memungkinkan petani mengambil keputusan cepat. Hasil:

  • Peningkatan hasil panen hingga 20% melalui optimalisasi sumber daya.

2. Blockchain dalam Rantai Pasokan Pangan
Blockchain memungkinkan pelacakan transparan dari petani hingga konsumen, memastikan kualitas dan keaslian produk. Sebagai contoh:

  • Sebuah perusahaan ritel besar mampu memangkas waktu pelacakan produk dari 7 hari menjadi 2 jam.

3. Digital Twin dalam Manufaktur Otomotif
Dengan simulasi produksi menggunakan digital twin, produsen mobil berhasil:

  • Mengurangi waktu desain prototipe hingga 30%.
  • Meningkatkan efisiensi energi hingga 10%.

Manfaat Teknologi

  • Efisiensi Operasional: Proses otomatisasi mengurangi waktu siklus produksi.
  • Visibilitas Rantai Pasokan: Data real-time memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat.
  • Keberlanjutan: Mengurangi limbah material dan dampak lingkungan melalui optimalisasi rantai pasokan.

Tantangan

Namun, adopsi teknologi ini tidak tanpa kendala. Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Biaya Implementasi: Perangkat IoT dan infrastruktur big data memerlukan investasi awal yang besar.
  • Keamanan Data: Blockchain dan IoT menghadapi risiko peretasan jika protokol keamanan tidak memadai.
  • Interoperabilitas: Integrasi berbagai teknologi sering kali menghadapi masalah ketidakcocokan sistem.

Kesimpulan

Rantai pasokan digital memegang peran penting dalam transformasi industri modern. Dengan memanfaatkan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, dan digital twin, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan. Meskipun terdapat tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, menjadikannya investasi yang layak untuk masa depan.

Sumber:
Juan, S.-J. (2023). The Technologies of Digital Supply Chain in Industry 4.0: The Principles of Internet of Things, Big Data, Blockchain, and Digital Supply Chain Twin and Their Challenges. In Proceedings of The International Conference on Electronic Business (pp. 659-666). Chiayi, Taiwan.

Selengkapnya
Teknologi Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Prinsip IoT, Big Data, Blockchain, dan Digital Supply Chain Twin

Rantai Pasok Digital

Meningkatkan Performa Rantai Pasokan dengan Teknologi Industri 4.0: Manfaat, Tantangan, dan Faktor Keberhasilan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Industri 4.0 telah membawa perubahan mendasar dalam dunia rantai pasokan melalui penerapan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, augmented reality (AR), dan lainnya. Artikel ini adalah hasil tinjauan literatur sistematis terhadap 221 penelitian antara tahun 2005 dan 2021, yang bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat, tantangan, dan faktor kritis keberhasilan 11 teknologi inti Industri 4.0 dalam meningkatkan performa rantai pasokan.

Potensi teknologi ini mencakup efisiensi operasional, transparansi, dan keberlanjutan, namun penerapannya juga menghadapi berbagai tantangan, seperti biaya tinggi dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang kompeten. Artikel ini mengulas setiap teknologi secara individual, dengan menyoroti manfaat dan tantangannya, serta memberikan wawasan praktis untuk implementasi.

Teknologi Inti Industri 4.0 dalam Rantai Pasokan

Berikut adalah ikhtisar manfaat dan tantangan dari beberapa teknologi inti Industri 4.0:

1. Internet of Things (IoT)

  • Manfaat: Meningkatkan transparansi, konektivitas, dan fleksibilitas melalui pemantauan waktu nyata. Implementasi IoT terbukti meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
  • Tantangan: Infrastruktur teknologi dan kekurangan sumber daya manusia yang kompeten menjadi kendala utama.
  • Studi Kasus: Perusahaan retail menggunakan sensor IoT untuk pelacakan inventaris, yang mengurangi limbah material hingga 20%.

2. Big Data

  • Manfaat: Memungkinkan analisis prediktif untuk pengambilan keputusan strategis, meningkatkan keandalan data, dan menciptakan konektivitas informasi.
  • Tantangan: Masalah tata kelola data besar, ancaman keamanan siber, dan privasi.
  • Studi Kasus: Dengan memanfaatkan analitik big data, sebuah perusahaan manufaktur berhasil meningkatkan prediksi permintaan hingga 25%.

3. Blockchain

  • Manfaat: Meningkatkan transparansi dan keamanan data, memungkinkan kontrak pintar (smart contracts), serta mendukung desentralisasi.
  • Tantangan: Isu teknis, biaya tinggi, dan kebutuhan akan tata kelola yang baik.
  • Studi Kasus: Walmart menggunakan blockchain untuk pelacakan produk pangan, memangkas waktu pelacakan dari 7 hari menjadi 2 jam.

4. Augmented Reality (AR)

  • Manfaat: Meningkatkan efisiensi layanan pelanggan melalui visualisasi dan simulasi. Contoh: penggunaan AR dalam logistik mempercepat proses pengambilan barang hingga 15%.
  • Tantangan: Kebutuhan pelatihan kompetensi baru untuk pengguna.
  • Studi Kasus: AR membantu pekerja logistik dengan smart glasses untuk navigasi gudang secara real-time.

5. Digital Twin (Simulasi Digital)

  • Manfaat: Membantu simulasi dan perencanaan operasional dengan model virtual. Teknologi ini mengurangi biaya operasional hingga 20%.
  • Tantangan: Kebutuhan infrastruktur teknologi dan kualitas input data.
  • Studi Kasus: Produsen otomotif menggunakan digital twin untuk simulasi produksi, mengurangi waktu pengembangan prototipe sebesar 30%.

Manfaat dan Tantangan Umum

Manfaat:

  • Efisiensi Operasional: Otomatisasi dan konektivitas mendukung proses rantai pasokan yang lebih cepat dan hemat biaya.
  • Keberlanjutan: Teknologi seperti 3D printing mengurangi limbah material dan konsumsi energi.
  • Transparansi: Blockchain dan IoT meningkatkan visibilitas di seluruh rantai pasokan.

Tantangan:

  • Biaya Implementasi: Teknologi canggih memerlukan investasi besar di awal.
  • Keamanan Data: Ancaman siber dan kebutuhan akan perlindungan privasi menjadi tantangan utama.
  • Sumber Daya Manusia: Kurangnya tenaga kerja yang terampil dalam teknologi ini menghambat adopsi.

Faktor Keberhasilan Kritis

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor keberhasilan penting untuk mengoptimalkan manfaat teknologi:

  1. Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan: Misalnya, integrasi data antara produsen, distributor, dan pelanggan untuk mendukung rantai pasokan yang lebih baik.
  2. Infrastruktur Teknologi yang Andal: Penerapan IoT, blockchain, dan big data membutuhkan jaringan yang kuat dan data berkualitas tinggi.
  3. Dukungan Manajemen: Kepemimpinan yang mendukung transformasi digital memegang peran penting.
  4. Pelatihan dan Pengembangan: Perusahaan perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk melatih karyawannya agar dapat menguasai teknologi baru.

Kesimpulan

Teknologi Industri 4.0 memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan transparansi dalam rantai pasokan global. Namun, tantangan seperti biaya, keamanan, dan sumber daya manusia harus diatasi untuk memastikan keberhasilan implementasi. Artikel ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, manfaat jangka panjang dapat jauh melebihi hambatan awal.

Sumber:
Rad, F. F., Oghazi, P., Palmie, M., Chirumalla, K., Pashkevich, N., et al. (2022). Industry 4.0 and supply chain performance: A systematic literature review of the benefits, challenges, and critical success factors of 11 core technologies. Industrial Marketing Management, 105: 268-293.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Performa Rantai Pasokan dengan Teknologi Industri 4.0: Manfaat, Tantangan, dan Faktor Keberhasilan

Rantai Pasok Digital

Digital Supply Chain dan Smart Operations: Meningkatkan Nilai di Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Bab 16 dari buku "Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value" yang berjudul "Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0" oleh Dmitry Ivanov, Tsipoulanidis, A., dan Jörn Schönberger, membahas tentang digitalisasi rantai pasok dan manajemen operasi (SCOM) di era Industri 4.0. Bab ini memberikan pengantar yang berorientasi pada pengambilan keputusan untuk menciptakan nilai melalui teknologi digital dalam SCOM.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Bab ini dilatarbelakangi oleh pentingnya teknologi digital dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok. Para penulis menekankan bahwa rantai pasok saat ini sebaiknya didukung oleh teknologi digital yang mumpuni. Mereka juga menggarisbawahi perlunya memahami bagaimana teknologi digital dapat diterapkan untuk meningkatkan pengambilan keputusan dalam SCOM.

 

  Kerangka Teoretis 

Bab ini membahas konsep-konsep kunci seperti keunggulan SCOM, rantai pasok digital, operasi cerdas, dan Industri 4.0.

  •       Keunggulan SCOM:   Mengacu pada upaya perusahaan untuk mencapai kinerja terbaik dalam manajemen rantai pasok dan operasi.
  •       Rantai Pasok Digital:   Mengacu pada penggunaan teknologi digital untuk mengotomatiskan, mengoptimalkan, dan mengintegrasikan berbagai proses rantai pasok.
  •       Operasi Cerdas:   Mengacu pada penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan responsivitas operasi.
  •       Industri 4.0:   Mengacu pada revolusi industri keempat yang ditandai dengan integrasi teknologi digital, fisik, dan biologis.

 

  Metodologi Penelitian 

Bab ini didasarkan pada tinjauan literatur dan analisis kasus. Para penulis membahas berbagai studi kasus dan contoh untuk mengilustrasikan bagaimana teknologi digital dapat diterapkan dalam SCOM.

 

  Temuan Penelitian Utama 

Bab ini mengidentifikasi berbagai teknologi digital yang dapat diterapkan dalam SCOM, termasuk: 

  • Big Data Analytics:   Untuk menganalisis data rantai pasok dan mengidentifikasi tren dan pola.
  • Digital Twin:   Untuk membuat model virtual rantai pasok dan mensimulasikan berbagai skenario.
  •  eProcurement:   Untuk mengotomatiskan proses pengadaan.   
  • Supplier Collaboration Portals:   Untuk memfasilitasi kolaborasi dengan pemasok.
  • Blockchain:   Untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran rantai pasok.
  • Robotic Process Automation (RPA) dan Artificial Intelligence (AI) dalam Procurement:   Untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan meningkatkan pengambilan keputusan.
  •       3D Printing dan Additive Manufacturing:   Untuk memproduksi barang sesuai permintaan dan mengurangi biaya inventaris.
  •       Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR):   Untuk meningkatkan pelatihan dan pemeliharaan.
  •       Robotika:   Untuk mengotomatiskan tugas-tugas fisik.
  •       Drones atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV):   Untuk pengiriman barang.
  •       Smart Driverless Transportation Systems:   Untuk mengotomatiskan transportasi.
  •       Smart Forklifts, Pallet Movers, and Cranes:   Untuk mengotomatiskan penanganan material.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Bab ini menyajikan studi kasus   SupplyOn  , sebuah platform SCM yang menghubungkan lebih dari 2.500 hubungan pelanggan/pemasok di industri kedirgantaraan. SupplyOn menggunakan sensor untuk memantau kondisi dan posisi suku cadang selama pengiriman, memungkinkan identifikasi gangguan rantai pasok dan deteksi kerusakan material secara dini. Dengan menggunakan platform ini, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas, mengurangi waktu tunggu, dan mengoptimalkan proses penerimaan barang.

 

  Potensi Kualitatif dan Kuantitatif Teknologi Digital dalam SCOM 

Bab ini juga membahas potensi kualitatif dan kuantitatif teknologi digital dalam SCOM.

  •       Peningkatan Kualitatif:   Peningkatan visibilitas, responsivitas, fleksibilitas, dan kolaborasi.
  •       Potensi Kuantitatif:   Pengurangan biaya, peningkatan efisiensi, dan peningkatan pendapatan.

 

  Kemungkinan Hambatan dan Keterbatasan SCOM Digital 

Para penulis juga mengakui adanya hambatan dan keterbatasan dalam menerapkan SCOM digital, termasuk biaya implementasi yang tinggi, kurangnya keterampilan dan pengetahuan, serta masalah keamanan dan privasi.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

Bab ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, bab ini mengintegrasikan berbagai konsep dan teori terkait dengan SCOM, teknologi digital, dan Industri 4.0. Secara manajerial, bab ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam SCOM mereka.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Para penulis mengakui bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi hambatan dan keterbatasan SCOM digital dan untuk mengembangkan strategi implementasi yang efektif.

 

  Kesimpulan 

Bab ini menyimpulkan bahwa teknologi digital memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas SCOM. Namun, implementasi teknologi digital memerlukan perencanaan yang cermat, investasi yang signifikan, dan komitmen dari seluruh organisasi.

 

  Sumber Artikel: 

Ivanov D., Tsipoulanidis, A., Schönberger, J. (2019) Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0. In: Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value, Springer Nature, Cham, 2nd Ed.

Selengkapnya
Digital Supply Chain dan Smart Operations: Meningkatkan Nilai di Era Industri 4.0

Rantai Pasok Digital

Memahami Supply Chain 4.0: Konsep, Kematangan, dan Agenda Riset untuk Masa Depan Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Artikel "Supply Chain 4.0: Concepts, Maturity and Research Agenda" yang diterbitkan di  Supply Chain Management: an International Journal , membahas tentang konseptualisasi  Supply Chain 4.0  (SCM 4.0) dan menawarkan kerangka kerja konseptual untuk memahami evolusinya. Artikel ini ditulis berdasarkan tinjauan literatur sistematis (SLR) untuk mengidentifikasi elemen-elemen inti dari SCM 4.0 dan mengusulkan tingkat kematangan untuk memfasilitasi pengembangan strategi SCM 4.0.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya minat terhadap Industri 4.0 (I4.0) baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Meskipun banyak artikel telah dipublikasikan tentang I4.0, belum ada penelitian yang secara jelas mengonseptualisasikan I4.0 dalam konteks rantai pasok. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan istilah "Supply Chain 4.0" dan mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menangkap esensi I4.0 dalam konteks rantai pasok.

 

  Kerangka Teoretis 

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti Industri 4.0,  Supply Chain 4.0 , dan tingkat kematangan. Industri 4.0 mencakup berbagai teknologi mutakhir dan disruptif seperti  Cyber Physical Systems  (CPS),  Internet of Things  (IoT), dan  Cloud Computing .  Supply Chain 4.0  didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip dan teknologi I4.0 dalam manajemen rantai pasok. Tingkat kematangan digunakan untuk menggambarkan evolusi SCM 4.0 dan membantu dalam formulasi strategi.

 

  Metodologi Penelitian 

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif dan strategi kualitatif.  Systematic Literature Review  (SLR) diadopsi sebagai metode penelitian untuk memahami hubungan antara rantai pasok, Industri 4.0, dan penelitian tingkat kematangan. Proses SLR terdiri dari tiga fase: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Teknik berorientasi konsep diterapkan pada  output  SLR untuk mendapatkan konstruk kunci yang akan memfasilitasi pengembangan kerangka kerja konseptual  Supply Chain 4.0 .

 

  Temuan Penelitian Utama 

SLR menunjukkan bahwa ada penelitian terbatas yang menghubungkan Industri 4.0 dengan rantai pasok. Namun, dimungkinkan untuk mengekstrak serangkaian kategori tematik dari analisis artikel yang disebut sebagai konstruk karena mereka membentuk inti dari kerangka kerja konseptual  Supply Chain 4.0 . Konstruk ini adalah:

  •       Pendukung Manajerial & Kemampuan ( Managerial & Capabilities Supporters ) 
  •       Tuas Teknologi ( Technology Levers ) 
  •       Persyaratan Kinerja Proses ( Processes Performance Requirements ) 
  •       Hasil Strategis ( Strategic Outcomes ) 

Setiap konstruk terdiri dari sejumlah elemen yang disebut sebagai 'dimensi' dalam penelitian ini dan total dua puluh satu (21) dimensi diidentifikasi selama SLR. SLR juga menunjukkan bahwa proposisi kematangan untuk Industri 4.0 masih embrionik dan sama sekali tidak ada dalam konteks Rantai Pasokan. Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan dan mengusulkan kerangka kerja tingkat kematangan yang didasarkan pada konstruk inti dari  Supply Chain 4.0  dan dimensi yang sesuai.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Ini adalah penelitian konseptual yang didasarkan pada tinjauan literatur sistematis.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini memperkenalkan kerangka kerja konseptual baru untuk memahami  Supply Chain 4.0  dan tingkat kematangannya. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi para praktisi untuk mengembangkan strategi SCM 4.0 dan mengevaluasi kematangan organisasi mereka.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Para penulis mengakui bahwa kerangka kerja yang diusulkan bersifat konseptual dan memerlukan penelitian empiris lebih lanjut untuk memvalidasinya dan mendapatkan wawasan baru. Mereka juga mengidentifikasi serangkaian pertanyaan penelitian terbuka yang dapat berfungsi sebagai panduan bagi para peneliti untuk mengembangkan lebih lanjut konsep  Supply Chain 4.0 .

 

  Kesimpulan 

Artikel ini menyimpulkan bahwa  Supply Chain 4.0  adalah bidang penelitian yang menjanjikan dengan potensi untuk mengubah manajemen rantai pasok. Penelitian ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang SCM 4.0 dan menawarkan kerangka kerja untuk memandu penelitian dan praktik di masa depan.

 

Sumber Artikel:  Kamble, S. S., Gunasekaran, A., & Gawankar, S. A. (2018). Supply Chain 4.0: Concepts, maturity and research agenda.  Supply Chain Management: An International Journal .

Selengkapnya
Memahami Supply Chain 4.0: Konsep, Kematangan, dan Agenda Riset untuk Masa Depan Rantai Pasok

Rantai Pasok Digital

Faktor Kunci Sukses dalam Digital Supply Chain: Panduan untuk Transformasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Artikel berjudul "Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain" oleh Chelinka Rafiesta Sahara, Jemica Damar Elyanto Paluluh, dan Ammar Mohamed Aamer, membahas tentang identifikasi dan klasifikasi faktor-faktor penting bagi organisasi yang ingin beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital (DSC). Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang relevan.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya fenomena DSC sebagai hasil dari kemajuan teknologi, kompleksitas, dan dinamika pasar yang kompetitif saat ini. Para peneliti telah menjelajahi keunggulan kompetitif dari beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital. Beberapa manfaat yang paling jelas termasuk integrasi rantai pasok fisik dengan teknologi digital, secara  real time , untuk mengoptimalkan kinerja organisasi melalui peningkatan visibilitas, responsivitas, ketahanan, dan resiliensi rantai pasok.

Namun, transformasi rantai pasok ini juga membawa serta sejumlah tantangan dan masalah yang dapat membuat organisasi "lebih rentan" dan "sumber kekacauan." Fenomena DSC masih dalam tahap awal penelitian akademik, dan tinjauan literatur masih "terfragmentasi." Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor bagi organisasi untuk bermigrasi dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital.

 

  Kerangka Teoretis 

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti  Supply Chain Management  (SCM), rantai pasok digital (DSC), digitalisasi, dan Industri 4.0. SCM melibatkan manajemen dan penciptaan nilai barang dan jasa dalam aliran rantai pasok. DSC muncul sebagai hasil dari kemajuan teknologi dan dinamika pasar yang kompetitif. Digitalisasi dan Industri 4.0 memainkan peran penting dalam transformasi rantai pasok.

 

  Metodologi Penelitian 

Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Analisis konten terstruktur digunakan untuk meninjau 106 artikel berbahasa Inggris yang diterbitkan di jurnal  peer-review  dan terakreditasi dari tahun 2002 hingga 2019.

 

  Temuan Penelitian Utama 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa   integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas   adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital.

      Integrasi Rantai Pasok (36.58%):   Integrasi rantai pasok sangat penting untuk memastikan kelancaran aliran informasi dan material di seluruh rantai pasok.

      Kolaborasi (14.63%):   Kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasok, seperti pemasok, produsen, dan pelanggan, penting untuk mencapai tujuan bersama.

      Koordinasi (17.07%):   Koordinasi yang efektif antara berbagai kegiatan rantai pasok, seperti perencanaan, pengadaan, produksi, dan distribusi, penting untuk mengoptimalkan kinerja rantai pasok.

      Strategi (4.87%):   Strategi rantai pasok harus selaras dengan strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan dan harus mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

      Teknologi & Keterampilan Pekerja (19.51%):   Adopsi teknologi digital dalam rantai pasok memerlukan pekerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi tersebut secara efektif.

      Adaptabilitas (7.31%):   Rantai pasok harus adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis, seperti perubahan permintaan pelanggan, gangguan pasokan, dan inovasi teknologi.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Penelitian ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Namun, tinjauan literatur sistematis memberikan gambaran komprehensif tentang faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok berdasarkan penelitian yang ada.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

 

Penelitian ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi organisasi yang ingin mengadopsi rantai pasok digital.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya berfokus pada artikel-artikel yang diterbitkan dalam jurnal  peer-review  dan terakreditasi, yang mungkin tidak mencakup semua penelitian yang relevan. Kedua, penelitian ini tidak memberikan analisis mendalam tentang hubungan antara berbagai faktor kunci. Penelitian mendatang dapat mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan dengan menyelidiki hubungan antara berbagai faktor kunci.

 

  Kesimpulan 

Artikel ini menyimpulkan bahwa integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital. Faktor-faktor ini dapat digunakan untuk menilai kesiapan suatu organisasi, dan sebagai panduan umum untuk menerapkan rantai pasok digital.

 

  Referensi : Sahara, C. R., Paluluh, J. D. E., & Aamer, A. M. (2019). Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain.  9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam .

Selengkapnya
Faktor Kunci Sukses dalam Digital Supply Chain: Panduan untuk Transformasi Rantai Pasok

Rantai Pasok Digital

Pengembangan Roadmap Digital untuk Rantai Pasok: Mengintegrasikan Prinsip Industri 4.0 di Sektor Baja

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Artikel "Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles" yang ditulis oleh Júlio Fernandes, Luciana Paula Reis, dan Sérgio Evangelista Silva, membahas tentang pengembangan  roadmap  teknologi untuk mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi Industri 4.0 (I4.0) dalam mewujudkan Rantai Pasok Digital (Digital Supply Chain/DSC). Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan di industri baja yang mengadopsi teknologi I4.0 untuk meningkatkan proses manajemen rantai pasoknya.

 

 Latar Belakang dan Motivasi Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh era digital baru yang didorong oleh revolusi industri keempat, yang ditandai dengan munculnya inovasi teknologi dengan berbagai aplikasi di perusahaan. Digitalisasi rantai pasok dipandang sebagai proses cerdas baru yang memberikan nilai tambah dengan menggunakan teknologi I4.0. Meskipun konsep DSC banyak dibahas, pemahaman tentang istilah ini masih dalam tahap awal. Kesenjangan penelitian terletak pada kurangnya karya empiris tentang pengembangan I4.0 dengan pedoman yang jelas untuk digitalisasi rantai pasok.

 

 Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti rantai pasok digital (DSC), prinsip dan arsitektur Industri 4.0, serta  roadmap  teknologi. DSC mengacu pada evolusi bagaimana rantai pasok tradisional mengimplementasikan I4.0 dalam proses mereka. Teknologi I4.0 mencakup  cloud computing, big data, internet of things ,  blockchain , kecerdasan buatan, dan lain-lain, untuk meningkatkan kinerja rantai pasok.

Prinsip-prinsip I4.0 dianggap sebagai indikator yang membantu dalam evaluasi terperinci dan implementasi teknologi dari paradigma teknologi ini dalam organisasi. Hermann, Pentek dan Otto (2016) mengusulkan enam prinsip I4.0: interoperabilitas, virtualisasi, desentralisasi keputusan, kemampuan  real-time , orientasi layanan, dan modularitas.

 Roadmap  teknologi menjadi salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan untuk adopsi teknologi baru.  Roadmap  ini memungkinkan manajer perusahaan untuk mengoptimalkan waktu adopsi teknologi digital baru dan berguna untuk mengidentifikasi kekuatan yang dapat mendorong masa depan perusahaan dalam skenario yang berbeda.

 

 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menerapkan strategi studi kasus dengan pendekatan kualitatif di departemen rantai pasok sebuah perusahaan baja global di Brasil. Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap: pertemuan penyelarasan awal, wawancara, dan lokakarya. Wawancara semi-terstruktur dilakukan sesuai dengan setiap lapisan  roadmap . Lokakarya menggunakan  brainstorming  berdasarkan hasil wawancara untuk menghasilkan peta akhir yang diusulkan.

 

 Temuan Penelitian Utama

Penelitian ini menghasilkan  roadmap  teknologi untuk digitalisasi rantai pasok, yang divalidasi dalam sebuah pabrik baja.  Roadmap  ini mencakup prinsip-prinsip I4.0, arsitektur teknologi, dan teknologi yang relevan untuk implementasi DSC.

     Prinsip I4.0:  Penelitian ini mengidentifikasi prinsip-prinsip I4.0 yang relevan untuk rantai pasok, seperti interoperabilitas dan kemampuan  real-time .

     Arsitektur Teknologi:  Arsitektur teknologi mengacu pada kombinasi teknologi yang digunakan perusahaan untuk menstandardisasi dan mengintegrasikan proses mereka.

     Roadmap Teknologi:   Roadmap  ini memberikan panduan bagi manajer untuk menyalurkan sumber daya mereka secara efisien dalam mengadopsi teknologi digital.

 

 Studi Kasus dan Angka-Angka

Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan baja global di Brasil. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 12 profesional dari departemen pasokan dan intelijen. Hasilnya adalah  roadmap  teknologi yang membantu manajer untuk mengimplementasikan teknologi I4.0 dalam proses mereka. Sayangnya, artikel ini tidak memberikan angka-angka spesifik mengenai dampak keuangan atau operasional dari implementasi roadmap tersebut.

 

 Implikasi Teoretis dan Manajerial

Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat mengembangkan dan menerapkan  roadmap  teknologi untuk digitalisasi rantai pasok mereka. Ini juga menyoroti pentingnya menyelaraskan prinsip-prinsip I4.0 dengan arsitektur teknologi dan strategi bisnis perusahaan. Secara manajerial, artikel ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka.

 

 Keterbatasan dan Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk fokus pada satu perusahaan di industri baja. Penelitian mendatang dapat memperluas studi ini ke industri lain dan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak dari digitalisasi rantai pasok.

 

 Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa  roadmap  teknologi dapat membantu perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi I4.0 untuk mencapai DSC. Studi ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan manajemen rantai pasok mereka.

 

 Sumber Artikel: Fernandes, J., Reis, L. P., & Silva, S. E. (2023). Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles.  IFAC PapersOnLine ,  56 (2), 10339-10344.

Selengkapnya
Pengembangan Roadmap Digital untuk Rantai Pasok: Mengintegrasikan Prinsip Industri 4.0 di Sektor Baja
« First Previous page 4 of 6 Next Last »