Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025
Pendahuluan
Industri 4.0 menjadi tonggak revolusi digital dalam dunia manufaktur dan rantai pasokan. Dengan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, blockchain, dan digital supply chain twin, rantai pasokan digital kini menawarkan pendekatan yang lebih cerdas, efisien, dan berorientasi pada data. Artikel ini mengulas komponen utama dari rantai pasokan digital, termasuk tantangan dan manfaat aplikasinya, serta memberikan studi kasus yang relevan untuk menunjukkan dampaknya dalam skenario nyata.
Definisi Rantai Pasokan Digital (Digital Supply Chain)
Rantai pasokan digital didefinisikan sebagai sistem yang mengintegrasikan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi untuk mendukung interaksi antarorganisasi dalam rantai pasokan global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan nilai bisnis melalui teknologi inovatif.
Beberapa perbedaan utama antara rantai pasokan digital dan rantai pasokan cerdas (smart supply chain) adalah:
Komponen Utama Teknologi
Artikel ini menyoroti empat komponen teknologi utama dalam rantai pasokan digital:
1. Internet of Things (IoT)
IoT menghubungkan perangkat secara langsung melalui jaringan, memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses secara real-time. Studi menunjukkan:
2. Big Data
Big data menyediakan analisis prediktif yang mendukung pengambilan keputusan strategis. Implementasi big data memungkinkan:
3. Blockchain
Blockchain menghadirkan transparansi dan keamanan dalam transaksi rantai pasokan. Contoh aplikasinya adalah:
4. Digital Supply Chain Twin
Digital twin menciptakan model virtual dari sistem fisik untuk simulasi dan optimalisasi. Studi menunjukkan bahwa digital twin meningkatkan fleksibilitas rantai pasokan hingga 25% dan mengurangi biaya operasional sebesar 15%.
Studi Kasus
1. IoT di Industri Pertanian
IoT digunakan untuk memantau kondisi tanah dan cuaca secara real-time, memungkinkan petani mengambil keputusan cepat. Hasil:
2. Blockchain dalam Rantai Pasokan Pangan
Blockchain memungkinkan pelacakan transparan dari petani hingga konsumen, memastikan kualitas dan keaslian produk. Sebagai contoh:
3. Digital Twin dalam Manufaktur Otomotif
Dengan simulasi produksi menggunakan digital twin, produsen mobil berhasil:
Manfaat Teknologi
Tantangan
Namun, adopsi teknologi ini tidak tanpa kendala. Beberapa tantangan utama meliputi:
Kesimpulan
Rantai pasokan digital memegang peran penting dalam transformasi industri modern. Dengan memanfaatkan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, dan digital twin, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan. Meskipun terdapat tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, menjadikannya investasi yang layak untuk masa depan.
Sumber:
Juan, S.-J. (2023). The Technologies of Digital Supply Chain in Industry 4.0: The Principles of Internet of Things, Big Data, Blockchain, and Digital Supply Chain Twin and Their Challenges. In Proceedings of The International Conference on Electronic Business (pp. 659-666). Chiayi, Taiwan.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025
Pendahuluan
Industri 4.0 telah membawa perubahan mendasar dalam dunia rantai pasokan melalui penerapan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, augmented reality (AR), dan lainnya. Artikel ini adalah hasil tinjauan literatur sistematis terhadap 221 penelitian antara tahun 2005 dan 2021, yang bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat, tantangan, dan faktor kritis keberhasilan 11 teknologi inti Industri 4.0 dalam meningkatkan performa rantai pasokan.
Potensi teknologi ini mencakup efisiensi operasional, transparansi, dan keberlanjutan, namun penerapannya juga menghadapi berbagai tantangan, seperti biaya tinggi dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang kompeten. Artikel ini mengulas setiap teknologi secara individual, dengan menyoroti manfaat dan tantangannya, serta memberikan wawasan praktis untuk implementasi.
Teknologi Inti Industri 4.0 dalam Rantai Pasokan
Berikut adalah ikhtisar manfaat dan tantangan dari beberapa teknologi inti Industri 4.0:
1. Internet of Things (IoT)
3. Blockchain
4. Augmented Reality (AR)
5. Digital Twin (Simulasi Digital)
Manfaat dan Tantangan Umum
Manfaat:
Tantangan:
Faktor Keberhasilan Kritis
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor keberhasilan penting untuk mengoptimalkan manfaat teknologi:
Kesimpulan
Teknologi Industri 4.0 memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan transparansi dalam rantai pasokan global. Namun, tantangan seperti biaya, keamanan, dan sumber daya manusia harus diatasi untuk memastikan keberhasilan implementasi. Artikel ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, manfaat jangka panjang dapat jauh melebihi hambatan awal.
Sumber:
Rad, F. F., Oghazi, P., Palmie, M., Chirumalla, K., Pashkevich, N., et al. (2022). Industry 4.0 and supply chain performance: A systematic literature review of the benefits, challenges, and critical success factors of 11 core technologies. Industrial Marketing Management, 105: 268-293.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025
Bab 16 dari buku "Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value" yang berjudul "Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0" oleh Dmitry Ivanov, Tsipoulanidis, A., dan Jörn Schönberger, membahas tentang digitalisasi rantai pasok dan manajemen operasi (SCOM) di era Industri 4.0. Bab ini memberikan pengantar yang berorientasi pada pengambilan keputusan untuk menciptakan nilai melalui teknologi digital dalam SCOM.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Bab ini dilatarbelakangi oleh pentingnya teknologi digital dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok. Para penulis menekankan bahwa rantai pasok saat ini sebaiknya didukung oleh teknologi digital yang mumpuni. Mereka juga menggarisbawahi perlunya memahami bagaimana teknologi digital dapat diterapkan untuk meningkatkan pengambilan keputusan dalam SCOM.
Kerangka Teoretis
Bab ini membahas konsep-konsep kunci seperti keunggulan SCOM, rantai pasok digital, operasi cerdas, dan Industri 4.0.
Metodologi Penelitian
Bab ini didasarkan pada tinjauan literatur dan analisis kasus. Para penulis membahas berbagai studi kasus dan contoh untuk mengilustrasikan bagaimana teknologi digital dapat diterapkan dalam SCOM.
Temuan Penelitian Utama
Bab ini mengidentifikasi berbagai teknologi digital yang dapat diterapkan dalam SCOM, termasuk:
Studi Kasus dan Angka-Angka
Bab ini menyajikan studi kasus SupplyOn , sebuah platform SCM yang menghubungkan lebih dari 2.500 hubungan pelanggan/pemasok di industri kedirgantaraan. SupplyOn menggunakan sensor untuk memantau kondisi dan posisi suku cadang selama pengiriman, memungkinkan identifikasi gangguan rantai pasok dan deteksi kerusakan material secara dini. Dengan menggunakan platform ini, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas, mengurangi waktu tunggu, dan mengoptimalkan proses penerimaan barang.
Potensi Kualitatif dan Kuantitatif Teknologi Digital dalam SCOM
Bab ini juga membahas potensi kualitatif dan kuantitatif teknologi digital dalam SCOM.
Kemungkinan Hambatan dan Keterbatasan SCOM Digital
Para penulis juga mengakui adanya hambatan dan keterbatasan dalam menerapkan SCOM digital, termasuk biaya implementasi yang tinggi, kurangnya keterampilan dan pengetahuan, serta masalah keamanan dan privasi.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Bab ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, bab ini mengintegrasikan berbagai konsep dan teori terkait dengan SCOM, teknologi digital, dan Industri 4.0. Secara manajerial, bab ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam SCOM mereka.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Para penulis mengakui bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi hambatan dan keterbatasan SCOM digital dan untuk mengembangkan strategi implementasi yang efektif.
Kesimpulan
Bab ini menyimpulkan bahwa teknologi digital memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas SCOM. Namun, implementasi teknologi digital memerlukan perencanaan yang cermat, investasi yang signifikan, dan komitmen dari seluruh organisasi.
Sumber Artikel:
Ivanov D., Tsipoulanidis, A., Schönberger, J. (2019) Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0. In: Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value, Springer Nature, Cham, 2nd Ed.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025
Artikel "Supply Chain 4.0: Concepts, Maturity and Research Agenda" yang diterbitkan di Supply Chain Management: an International Journal , membahas tentang konseptualisasi Supply Chain 4.0 (SCM 4.0) dan menawarkan kerangka kerja konseptual untuk memahami evolusinya. Artikel ini ditulis berdasarkan tinjauan literatur sistematis (SLR) untuk mengidentifikasi elemen-elemen inti dari SCM 4.0 dan mengusulkan tingkat kematangan untuk memfasilitasi pengembangan strategi SCM 4.0.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya minat terhadap Industri 4.0 (I4.0) baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Meskipun banyak artikel telah dipublikasikan tentang I4.0, belum ada penelitian yang secara jelas mengonseptualisasikan I4.0 dalam konteks rantai pasok. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan istilah "Supply Chain 4.0" dan mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menangkap esensi I4.0 dalam konteks rantai pasok.
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti Industri 4.0, Supply Chain 4.0 , dan tingkat kematangan. Industri 4.0 mencakup berbagai teknologi mutakhir dan disruptif seperti Cyber Physical Systems (CPS), Internet of Things (IoT), dan Cloud Computing . Supply Chain 4.0 didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip dan teknologi I4.0 dalam manajemen rantai pasok. Tingkat kematangan digunakan untuk menggambarkan evolusi SCM 4.0 dan membantu dalam formulasi strategi.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif dan strategi kualitatif. Systematic Literature Review (SLR) diadopsi sebagai metode penelitian untuk memahami hubungan antara rantai pasok, Industri 4.0, dan penelitian tingkat kematangan. Proses SLR terdiri dari tiga fase: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Teknik berorientasi konsep diterapkan pada output SLR untuk mendapatkan konstruk kunci yang akan memfasilitasi pengembangan kerangka kerja konseptual Supply Chain 4.0 .
Temuan Penelitian Utama
SLR menunjukkan bahwa ada penelitian terbatas yang menghubungkan Industri 4.0 dengan rantai pasok. Namun, dimungkinkan untuk mengekstrak serangkaian kategori tematik dari analisis artikel yang disebut sebagai konstruk karena mereka membentuk inti dari kerangka kerja konseptual Supply Chain 4.0 . Konstruk ini adalah:
Setiap konstruk terdiri dari sejumlah elemen yang disebut sebagai 'dimensi' dalam penelitian ini dan total dua puluh satu (21) dimensi diidentifikasi selama SLR. SLR juga menunjukkan bahwa proposisi kematangan untuk Industri 4.0 masih embrionik dan sama sekali tidak ada dalam konteks Rantai Pasokan. Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan dan mengusulkan kerangka kerja tingkat kematangan yang didasarkan pada konstruk inti dari Supply Chain 4.0 dan dimensi yang sesuai.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Ini adalah penelitian konseptual yang didasarkan pada tinjauan literatur sistematis.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini memperkenalkan kerangka kerja konseptual baru untuk memahami Supply Chain 4.0 dan tingkat kematangannya. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi para praktisi untuk mengembangkan strategi SCM 4.0 dan mengevaluasi kematangan organisasi mereka.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Para penulis mengakui bahwa kerangka kerja yang diusulkan bersifat konseptual dan memerlukan penelitian empiris lebih lanjut untuk memvalidasinya dan mendapatkan wawasan baru. Mereka juga mengidentifikasi serangkaian pertanyaan penelitian terbuka yang dapat berfungsi sebagai panduan bagi para peneliti untuk mengembangkan lebih lanjut konsep Supply Chain 4.0 .
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa Supply Chain 4.0 adalah bidang penelitian yang menjanjikan dengan potensi untuk mengubah manajemen rantai pasok. Penelitian ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang SCM 4.0 dan menawarkan kerangka kerja untuk memandu penelitian dan praktik di masa depan.
Sumber Artikel: Kamble, S. S., Gunasekaran, A., & Gawankar, S. A. (2018). Supply Chain 4.0: Concepts, maturity and research agenda. Supply Chain Management: An International Journal .
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Artikel berjudul "Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain" oleh Chelinka Rafiesta Sahara, Jemica Damar Elyanto Paluluh, dan Ammar Mohamed Aamer, membahas tentang identifikasi dan klasifikasi faktor-faktor penting bagi organisasi yang ingin beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital (DSC). Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang relevan.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya fenomena DSC sebagai hasil dari kemajuan teknologi, kompleksitas, dan dinamika pasar yang kompetitif saat ini. Para peneliti telah menjelajahi keunggulan kompetitif dari beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital. Beberapa manfaat yang paling jelas termasuk integrasi rantai pasok fisik dengan teknologi digital, secara real time , untuk mengoptimalkan kinerja organisasi melalui peningkatan visibilitas, responsivitas, ketahanan, dan resiliensi rantai pasok.
Namun, transformasi rantai pasok ini juga membawa serta sejumlah tantangan dan masalah yang dapat membuat organisasi "lebih rentan" dan "sumber kekacauan." Fenomena DSC masih dalam tahap awal penelitian akademik, dan tinjauan literatur masih "terfragmentasi." Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor bagi organisasi untuk bermigrasi dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital.
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti Supply Chain Management (SCM), rantai pasok digital (DSC), digitalisasi, dan Industri 4.0. SCM melibatkan manajemen dan penciptaan nilai barang dan jasa dalam aliran rantai pasok. DSC muncul sebagai hasil dari kemajuan teknologi dan dinamika pasar yang kompetitif. Digitalisasi dan Industri 4.0 memainkan peran penting dalam transformasi rantai pasok.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Analisis konten terstruktur digunakan untuk meninjau 106 artikel berbahasa Inggris yang diterbitkan di jurnal peer-review dan terakreditasi dari tahun 2002 hingga 2019.
Temuan Penelitian Utama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital.
Integrasi Rantai Pasok (36.58%): Integrasi rantai pasok sangat penting untuk memastikan kelancaran aliran informasi dan material di seluruh rantai pasok.
Kolaborasi (14.63%): Kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasok, seperti pemasok, produsen, dan pelanggan, penting untuk mencapai tujuan bersama.
Koordinasi (17.07%): Koordinasi yang efektif antara berbagai kegiatan rantai pasok, seperti perencanaan, pengadaan, produksi, dan distribusi, penting untuk mengoptimalkan kinerja rantai pasok.
Strategi (4.87%): Strategi rantai pasok harus selaras dengan strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan dan harus mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Teknologi & Keterampilan Pekerja (19.51%): Adopsi teknologi digital dalam rantai pasok memerlukan pekerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi tersebut secara efektif.
Adaptabilitas (7.31%): Rantai pasok harus adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis, seperti perubahan permintaan pelanggan, gangguan pasokan, dan inovasi teknologi.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Penelitian ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Namun, tinjauan literatur sistematis memberikan gambaran komprehensif tentang faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok berdasarkan penelitian yang ada.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Penelitian ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi organisasi yang ingin mengadopsi rantai pasok digital.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya berfokus pada artikel-artikel yang diterbitkan dalam jurnal peer-review dan terakreditasi, yang mungkin tidak mencakup semua penelitian yang relevan. Kedua, penelitian ini tidak memberikan analisis mendalam tentang hubungan antara berbagai faktor kunci. Penelitian mendatang dapat mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan dengan menyelidiki hubungan antara berbagai faktor kunci.
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital. Faktor-faktor ini dapat digunakan untuk menilai kesiapan suatu organisasi, dan sebagai panduan umum untuk menerapkan rantai pasok digital.
Referensi : Sahara, C. R., Paluluh, J. D. E., & Aamer, A. M. (2019). Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain. 9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam .
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Artikel "Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles" yang ditulis oleh Júlio Fernandes, Luciana Paula Reis, dan Sérgio Evangelista Silva, membahas tentang pengembangan roadmap teknologi untuk mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi Industri 4.0 (I4.0) dalam mewujudkan Rantai Pasok Digital (Digital Supply Chain/DSC). Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan di industri baja yang mengadopsi teknologi I4.0 untuk meningkatkan proses manajemen rantai pasoknya.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh era digital baru yang didorong oleh revolusi industri keempat, yang ditandai dengan munculnya inovasi teknologi dengan berbagai aplikasi di perusahaan. Digitalisasi rantai pasok dipandang sebagai proses cerdas baru yang memberikan nilai tambah dengan menggunakan teknologi I4.0. Meskipun konsep DSC banyak dibahas, pemahaman tentang istilah ini masih dalam tahap awal. Kesenjangan penelitian terletak pada kurangnya karya empiris tentang pengembangan I4.0 dengan pedoman yang jelas untuk digitalisasi rantai pasok.
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti rantai pasok digital (DSC), prinsip dan arsitektur Industri 4.0, serta roadmap teknologi. DSC mengacu pada evolusi bagaimana rantai pasok tradisional mengimplementasikan I4.0 dalam proses mereka. Teknologi I4.0 mencakup cloud computing, big data, internet of things , blockchain , kecerdasan buatan, dan lain-lain, untuk meningkatkan kinerja rantai pasok.
Prinsip-prinsip I4.0 dianggap sebagai indikator yang membantu dalam evaluasi terperinci dan implementasi teknologi dari paradigma teknologi ini dalam organisasi. Hermann, Pentek dan Otto (2016) mengusulkan enam prinsip I4.0: interoperabilitas, virtualisasi, desentralisasi keputusan, kemampuan real-time , orientasi layanan, dan modularitas.
Roadmap teknologi menjadi salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan untuk adopsi teknologi baru. Roadmap ini memungkinkan manajer perusahaan untuk mengoptimalkan waktu adopsi teknologi digital baru dan berguna untuk mengidentifikasi kekuatan yang dapat mendorong masa depan perusahaan dalam skenario yang berbeda.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menerapkan strategi studi kasus dengan pendekatan kualitatif di departemen rantai pasok sebuah perusahaan baja global di Brasil. Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap: pertemuan penyelarasan awal, wawancara, dan lokakarya. Wawancara semi-terstruktur dilakukan sesuai dengan setiap lapisan roadmap . Lokakarya menggunakan brainstorming berdasarkan hasil wawancara untuk menghasilkan peta akhir yang diusulkan.
Temuan Penelitian Utama
Penelitian ini menghasilkan roadmap teknologi untuk digitalisasi rantai pasok, yang divalidasi dalam sebuah pabrik baja. Roadmap ini mencakup prinsip-prinsip I4.0, arsitektur teknologi, dan teknologi yang relevan untuk implementasi DSC.
Prinsip I4.0: Penelitian ini mengidentifikasi prinsip-prinsip I4.0 yang relevan untuk rantai pasok, seperti interoperabilitas dan kemampuan real-time .
Arsitektur Teknologi: Arsitektur teknologi mengacu pada kombinasi teknologi yang digunakan perusahaan untuk menstandardisasi dan mengintegrasikan proses mereka.
Roadmap Teknologi: Roadmap ini memberikan panduan bagi manajer untuk menyalurkan sumber daya mereka secara efisien dalam mengadopsi teknologi digital.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan baja global di Brasil. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 12 profesional dari departemen pasokan dan intelijen. Hasilnya adalah roadmap teknologi yang membantu manajer untuk mengimplementasikan teknologi I4.0 dalam proses mereka. Sayangnya, artikel ini tidak memberikan angka-angka spesifik mengenai dampak keuangan atau operasional dari implementasi roadmap tersebut.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat mengembangkan dan menerapkan roadmap teknologi untuk digitalisasi rantai pasok mereka. Ini juga menyoroti pentingnya menyelaraskan prinsip-prinsip I4.0 dengan arsitektur teknologi dan strategi bisnis perusahaan. Secara manajerial, artikel ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk fokus pada satu perusahaan di industri baja. Penelitian mendatang dapat memperluas studi ini ke industri lain dan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak dari digitalisasi rantai pasok.
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa roadmap teknologi dapat membantu perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi I4.0 untuk mencapai DSC. Studi ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan manajemen rantai pasok mereka.
Sumber Artikel: Fernandes, J., Reis, L. P., & Silva, S. E. (2023). Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles. IFAC PapersOnLine , 56 (2), 10339-10344.