Pendidikan

Membangun Ruang Aman dalam Pendidikan STEM: Analisis Kritis terhadap Pengalaman Mahasiswa Kulit Berwarna

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 06 Agustus 2025


Pendahuluan: Ketika Ruang Akademik Menjadi Tidak Aman

Artikel ini mengeksplorasi secara konseptual dan empiris bagaimana pengalaman mahasiswa kulit berwarna dalam lingkungan pendidikan STEM di Amerika Serikat sering kali dibingkai oleh dinamika ketidakadilan struktural dan eksklusi sistemik. Para penulis berargumen bahwa meskipun STEM dipandang sebagai ruang netral dan berbasis merit, kenyataan menunjukkan adanya ketegangan rasial dan kultural yang memengaruhi pengalaman belajar dan eksistensi sosial mahasiswa minoritas.

Dengan menggabungkan pendekatan etnografi kritis dan teori ras kritis (Critical Race Theory/CRT), artikel ini menggambarkan pentingnya membangun "ruang aman" (safe spaces) bukan hanya sebagai lokasi fisik, melainkan sebagai arena pembebasan psikologis, kognitif, dan epistemologis bagi mahasiswa kulit berwarna.

H2: Kerangka Teoretis: Critical Race Theory dan Safe Spaces

H3: Critical Race Theory sebagai Lensa Analitis

Para penulis menggunakan Critical Race Theory (CRT) untuk menjelaskan bagaimana ras dan kekuasaan terinternalisasi dalam sistem pendidikan STEM. CRT mengakui bahwa:

  • Ras adalah konstruksi sosial yang berdampak nyata pada kehidupan individu.

  • Ketidakadilan tidak bersifat insidental, tetapi sistemik.

  • Pengalaman komunitas yang terpinggirkan harus dijadikan pusat dalam narasi ilmiah.

Dengan demikian, artikel ini menggeser fokus dari reformasi institusional semata menuju perombakan paradigma epistemologis pendidikan STEM.

H3: Safe Spaces sebagai Intervensi Kultural dan Emosional

Safe spaces dipahami sebagai ruang—baik fisik maupun simbolik—di mana mahasiswa kulit berwarna bisa mengekspresikan identitas mereka tanpa ancaman rasial, mikroagresi, atau penghapusan budaya. Konsep ini diturunkan dari teori feminis dan studi queer, tetapi diadaptasi ke konteks rasial dalam pendidikan sains.

H2: Metodologi dan Struktur Studi

Artikel ini berlandaskan pada etnografi kritis, di mana para penulis tidak hanya mengamati, tetapi terlibat secara langsung dengan partisipan. Mereka mencatat praktik dialog, refleksi bersama, serta pengalaman mahasiswa kulit berwarna selama mengikuti program STEM equity.

Data dikumpulkan melalui:

  • Wawancara mendalam dengan mahasiswa.

  • Observasi partisipatif dalam ruang safe space.

  • Analisis naratif terhadap refleksi partisipan.

Metode ini memungkinkan para penulis untuk menangkap pengalaman subjektif sebagai bentuk valid dari pengetahuan.

H2: Temuan Utama dan Refleksi Teoretis

H3: 1. STEM sebagai Ruang yang Tidak Netral

Mahasiswa kulit berwarna menggambarkan STEM sebagai ruang yang “bermusuhan secara halus”—diwarnai oleh ekspektasi normatif tentang ‘objektivitas’ dan ‘keseriusan’ yang seringkali meminggirkan identitas rasial mereka. Mereka merasa:

  • Tidak bebas untuk menunjukkan ekspresi budaya mereka.

  • Dipaksa beradaptasi dengan norma dominan (kulit putih/maskulin).

  • Seringkali diremehkan atau dianggap inferior secara intelektual.

H3: 2. Fungsi Safe Space sebagai “Ruang Epistemik”

Safe space tidak hanya memberikan kenyamanan emosional, tetapi juga mendorong validasi terhadap bentuk-bentuk pengetahuan yang tidak konvensional, seperti pengalaman hidup dan intuisi kultural. Ini menantang dominasi epistemologi Barat yang seringkali eksklusif terhadap suara minoritas.

H3: 3. Healing, Komunitas, dan Empowerment

Melalui safe space, mahasiswa:

  • Menyembuhkan luka kolektif dari diskriminasi sistemik.

  • Membangun komunitas solidaritas lintas ras dan gender.

  • Mengembangkan suara kolektif untuk perubahan institusional.

H2: Analisis Data dan Makna Teoretis

Penulis tidak menyajikan data dalam bentuk angka statistik, melainkan melalui kutipan naratif dan interpretasi tematik. Contoh pengalaman mahasiswa digunakan sebagai bentuk valid dari pengetahuan (counter-storytelling). Ini adalah bentuk resistensi terhadap tradisi akademik yang menilai validitas hanya berdasarkan angka.

Beberapa kutipan naratif menunjukkan bahwa:

  • Safe space membantu mahasiswa memahami bahwa masalah yang mereka hadapi bukan kegagalan pribadi, tetapi akibat dari sistem pendidikan yang rasis.

  • Ruang tersebut menjadi tempat untuk menyusun strategi bertahan, baik secara akademik maupun psikologis.

H2: Kritik terhadap Logika Epistemologis STEM

Penulis dengan tegas mengkritik klaim bahwa STEM bersifat netral, rasional, dan terlepas dari politik. Mereka menunjukkan bahwa:

  • STEM sering kali memperkuat hierarki rasial melalui eksklusi budaya.

  • Kurikulum dan metode pengajaran tidak mempertimbangkan pengalaman mahasiswa kulit berwarna.

  • Ide meritokrasi digunakan untuk menyalahkan individu atas kegagalan sistemik.

Penulis mengusulkan bahwa STEM harus mengakui keberagaman epistemik dan memberi ruang bagi bentuk-bentuk pengetahuan non-tradisional.

H2: Kritik terhadap Metodologi dan Logika Penalaran

H3: Kekuatan

  • Etnografi kritis memungkinkan kedalaman analisis dan kedekatan emosional dengan partisipan.

  • Menggunakan pengalaman sebagai data utama merupakan terobosan penting dalam studi STEM equity.

H3: Kelemahan

  • Kurangnya representasi kuantitatif membuat generalisasi lebih terbatas.

  • Argumen bergantung kuat pada pengalaman individu, sehingga rawan dianggap subjektif—meskipun ini memang disengaja sebagai bentuk resistensi terhadap paradigma dominan.

H2: Kontribusi Ilmiah dan Konseptual

H3: Dekolonisasi Pengetahuan STEM

Artikel ini mendorong proses dekolonisasi pengetahuan dengan menggeser epistemologi dominan ke arah yang lebih inklusif. STEM tidak boleh hanya menghargai logika linier dan data kuantitatif, tetapi juga intuisi, pengalaman, dan narasi yang hidup.

H3: Peran Mahasiswa sebagai Subjek Epistemik

Mahasiswa kulit berwarna tidak lagi dilihat sebagai ‘objek pembinaan’ dalam sistem pendidikan, tetapi sebagai agen epistemik—pembawa pengetahuan yang valid. Ini adalah kontribusi penting terhadap demokratisasi produksi pengetahuan.

H2: Implikasi Ilmiah dan Arah Masa Depan

Artikel ini membuka ruang bagi reformasi pendidikan tinggi STEM yang lebih inklusif, terutama dalam:

  • Desain kurikulum berbasis pengalaman dan identitas.

  • Pembentukan ruang reflektif (safe/critical spaces) di institusi pendidikan.

  • Rekonstruksi metode pedagogi yang lebih humanistik.

Lebih jauh, artikel ini mengundang pembaca untuk mempertanyakan ulang apa yang kita anggap sebagai “ilmu”, “objektivitas”, dan “kebenaran” dalam pendidikan tinggi.

Selengkapnya
Membangun Ruang Aman dalam Pendidikan STEM: Analisis Kritis terhadap Pengalaman Mahasiswa Kulit Berwarna

Pendidikan

DigiPath: Transformasi Digital Patologi untuk Pendidikan dan Riset – Resensi Konseptual dan Reflektif

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 02 Agustus 2025


Pendahuluan: Menavigasi Era Baru Patologi Digital

Dalam era transformasi digital, bidang patologi – yang dahulu sangat mengandalkan proses manual berbasis mikroskop dan slide fisik – kini bergerak menuju digitalisasi menyeluruh. Paper berjudul "DigiPath: A Digital Pathology Transformation Model for Education and Research" menyajikan suatu kerangka model sistemik bernama DigiPath, yang bertujuan untuk membangun infrastruktur patologi digital terintegrasi demi mendukung kegiatan pendidikan dan penelitian.

Paper ini tidak hanya memetakan urgensi transformasi digital di institusi akademik, tetapi juga menawarkan kerangka kerja berbasis pengalaman institusional yang konkret, reflektif, dan siap direplikasi. Hal ini menjadikan DigiPath sebagai kontribusi signifikan terhadap pengembangan ekosistem digital kesehatan, khususnya dalam konteks pendidikan medis dan penelitian berbasis data.

Kontribusi Ilmiah dan Kerangka Teori

H2: Fondasi Konseptual: Perluasan Fungsi Patologi Melalui Teknologi

Konsep utama yang ditawarkan dalam paper ini adalah bahwa patologi bukan hanya praktik diagnostik, melainkan fondasi untuk pendidikan, riset, dan kolaborasi klinis yang luas. Transformasi digital bukan hanya sekadar mengganti slide kaca dengan pemindai digital, namun mencakup seluruh siklus hidup data – mulai dari akuisisi, penyimpanan, integrasi, hingga pemanfaatan untuk machine learning dan pengajaran.

DigiPath dibangun di atas tiga prinsip utama:

  • Kolaborasi multidisiplin antara patologi, informatika, dan pendidikan.

  • Pemanfaatan teknologi berbasis cloud dan AI-ready.

  • Model organisasi berlapis yang mengintegrasikan operasional, pengembangan SDM, dan penelitian.

Model ini menyatu dengan teori adopsi teknologi dalam pendidikan dan prinsip manajemen transformasi organisasi, yang menekankan pentingnya struktur, kepemimpinan, dan tata kelola dalam proses digitalisasi.

H3: Struktur Model DigiPath

Model DigiPath terdiri atas lima domain:

  1. Governance – mencakup kebijakan, regulasi, dan struktur pengambilan keputusan.

  2. Operations – integrasi proses kerja patologi dengan digitalisasi.

  3. Technology – mencakup platform digital, penyimpanan cloud, dan analitik.

  4. People – pelatihan, partisipasi, dan pengembangan peran profesional.

  5. Science – pemanfaatan data digital untuk riset dan pendidikan.

Kelima elemen ini saling berinteraksi dan diperkuat oleh pendekatan sistem berpola holistik.

Analisis Hasil Studi dan Refleksi Teoritis

H2: Penerapan Model dan Dampaknya

Paper ini menyajikan hasil implementasi DigiPath pada salah satu institusi akademik besar di AS selama periode dua tahun. Beberapa angka kunci dari studi tersebut:

  • 300.000 slide digital dihasilkan dan diarsipkan.

  • 2.000 mahasiswa kedokteran dan peserta pelatihan memanfaatkan materi digital untuk pembelajaran.

  • 98% kepuasan pengguna terhadap kemudahan akses materi.

  • Integrasi 100% ke sistem LMS (Learning Management System) kampus.

  • Penurunan waktu akses slide dari 3 hari menjadi <1 jam.

H3: Makna Teoritis

Data ini menunjukkan bahwa adopsi model DigiPath mempercepat akses, memperluas jangkauan edukasi, dan meningkatkan kualitas riset berbasis data visual. Dalam konteks teori inovasi dalam pendidikan, hal ini menunjukkan tingkat "reinvension" yang tinggi – yaitu ketika teknologi tidak sekadar digunakan, tetapi diadaptasi dan diperkaya oleh penggunanya.

Selain itu, temuan ini menegaskan pentingnya integrasi antar sistem (interoperabilitas) dan pembelajaran kolaboratif, sejalan dengan prinsip pedagogi digital.

Argumen Utama dan Alur Pemikiran Penulis

H2: Menggeser Paradigma Patologi

Penulis menyusun argumen dengan logika bertahap:

  1. Patologi konvensional menghadapi tantangan aksesibilitas, penyimpanan, dan kolaborasi.

  2. Digitalisasi dapat menjawab tantangan tersebut, namun memerlukan pendekatan sistemik.

  3. DigiPath adalah jawaban konkret dan terstruktur atas tantangan ini.

Argumen ini diperkuat dengan bukti kuantitatif dan narasi dari pengalaman lapangan yang detail.

H3: Sorotan pada Perubahan Peran Manusia

Menariknya, penulis tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pada transformasi peran manusia. Dalam model DigiPath, profesional patologi tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga desainer konten, pelatih, dan peneliti yang aktif.

Kritik terhadap Metodologi dan Logika Berpikir

H2: Kekuatan Pendekatan Studi

  • Berbasis praktik nyata dan longitudinal (2 tahun)

  • Memiliki kerangka teoritis yang eksplisit dan terstruktur

  • Menggunakan pendekatan sistem kompleks yang kontekstual dan multidimensi

H3: Catatan Kritis

  • Studi hanya dilakukan pada satu institusi, sehingga validitas eksternal perlu diuji lebih lanjut.

  • Tidak ada analisis biaya atau hambatan finansial dalam implementasi model.

  • Perlu eksplorasi lebih jauh mengenai resistensi adopsi teknologi dari sisi SDM non-teknis.

Meskipun demikian, paper ini menunjukkan logika berpikir yang matang dan sangat memperhatikan hubungan antara infrastruktur digital dan peningkatan mutu pendidikan/riset.

Implikasi Ilmiah dan Potensi Masa Depan

H2: Mendorong Ekosistem Digital Terpadu

DigiPath memiliki potensi besar sebagai model replikasi global, terutama bagi universitas atau rumah sakit yang ingin melakukan transformasi digital patologi secara menyeluruh. Model ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mendorong inklusi, kolaborasi internasional, dan pelibatan mahasiswa secara lebih aktif.

H3: Arah Masa Depan

  • Ekspansi ke patologi klinis dan molekuler

  • Integrasi dengan AI dan algoritma prediktif

  • Kemitraan antar universitas global berbasis cloud slide

Kesimpulan

Paper ini tidak hanya menyajikan suatu model teknis, tetapi sebuah filosofi transformasi sistem pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran. DigiPath mengajak pembaca untuk melihat digitalisasi bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai instrumen untuk membangun akses, kualitas, dan inovasi secara berkelanjutan.

Dengan struktur konseptual yang kokoh dan bukti lapangan yang konkret, DigiPath berpotensi menjadi standar baru dalam ekosistem pendidikan kedokteran digital di masa depan.

🔗 Link resmi paper: https://doi.org/10.1038/s41746-022-00685-2

Selengkapnya
DigiPath: Transformasi Digital Patologi untuk Pendidikan dan Riset – Resensi Konseptual dan Reflektif

Pendidikan

Kemendikbud Luncurkan Program Sertifikasi Kompetensi Mahasiswa Vokasi untuk Meningkatkan Potensi dan Kompetensi

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 21 Maret 2025


KOMPAS.com – Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Vokasi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program sertifikasi kompetensi dan profesi. Program yang diperuntukkan bagi mahasiswa vokasi 2021, resmi diluncurkan dalam “Program Sertifikasi Kompetensi Mahasiswa Vokasi”.

Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Beny Bandanadjaya mengharapkan, bantuan tersebut dapat meningkatkan potensi dan kompetensi bagi mahasiswa vokasi. “Dengan adanya bantuan ini, kami berharap dapat memfasilitasi hak mahasiswa, yaitu hak sertifikasi kompetensi,” ujar Beny dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com. Program bantuan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa vokasi juga diharapkan bisa melahirkan lulusan mahasiswa vokasi yang kompeten dan profesional sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Adapun tujuan dari program tersebut memiliki adalah meningkatkan penyerapan lulusan pendidikan tinggi dalam pasar kerja lokal dan nasional. Selain itu, lulusan mahasiswa vokasi juga diharapkan mampu berdaya saing secara global dalam pasar kerja internasional. Program sertifikasi kompetensi dan profesi ini menargetkan sekitar 12.000 mahasiswa untuk dapat memperoleh bantuan dalam kurun waktu pelaksanaan mulai Maret-November 2021.

Sementara itu, sejumlah bidang yang akan difokuskan dalam program sertifikasi kompetensi yaitu bidang permesinan, konstruksi, ekonomi kreatif, pariwisata, industri jasa, dan bidang lain yang mendukung empat fokus bidang itu.

Sebagai informasi, bagi mahasiswa pendidikan tinggi vokasi yang ingin mendaftar program tersebut akan melalui berbagai prosedur tahapan yang telah ditetapkan Dikti Vokasi dan Profesi.

Beberapa persyaratan yang ditetapkan untuk mengikuti program ini, antara lain; berlaku bagi mahasiswa Diploma II minimal menginjak semester tiga, Diploma III minimal semester lima, serta mahasiswa Diploma IV minimal semester tujuh.

Selanjutnya, nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) juga menjadi salah satu penilaian bagi mahasiswa pendidikan tinggi vokasi yang mendaftar program tersebut. Adapun standar nilai IPK mahasiswa yang dapat mengikuti program sertifikasi dan profesi adalah 2,75 dalam skala angka 4.

Sumber: www.kompas.com

Selengkapnya
Kemendikbud Luncurkan Program Sertifikasi Kompetensi Mahasiswa Vokasi untuk Meningkatkan Potensi dan Kompetensi

Pendidikan

10 Resolusi agar Kamu Makin Berilmu di Tahun 2022

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Ada banyak pilihan resolusi yang bisa kamu susun menyambut Tahun Baru.

Walau kebanyakan orang biasanya menetapkan resolusi bagi kehidupan pribadi, asmara, dan karier, kamu bisa membuat resolusi yang berbeda dari mereka.

Misalnya dengan menyusun sejumlah rencana yang bisa menambah ilmu atau pengetahuanmu selama mengarungi tahun yang baru.

Selain ilmumu bertambah, cara ini membuatmu mendapat keterampilan baru dan mampu meningkatkan kompetensi diri.

Lalu, apa saja cara yang bisa dilakukan?
 

1. Membaca Satu Buku Baru setiap Bulan

Walau kamu sibuk bekerja atau telanjur asyik bermain media sosial, jangan lupa untuk menambah daftar buku bacaanmu di tahun 2022.

Ingatlah bahwa apa yang kamu baca di internet atau media sosial dengan di buku punya perbedaan yang besar.

Misalnya dengan membaca novel ternyata bisa meningkatkan memori dan kekuatan otak selama berhari-hari setelah selesai membaca.

Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Brain Connectivity.

Agar kamu bisa merasakan manfaat dari membaca buku, luangkan waktu setiap hari untuk membaca sedikit demi sedikit.
 

2. Tonton Satu Film Dokumenter Baru setiap Bulan

Platform layanan streaming film bisa kamu manfaatkan untuk mendatangkan manfaat bagi otak.

Manfaatkan semua pengetahuan gratis yang ada di dalamnya dengan menonton film dokumenter baru setiap malam.

Kamu bisa memilih film dokumenter tentang berbagai hal, baik soal alam maupun sejarah atau pengetahuan. Jika tidak, cobalah menonton film dokumenter kejahatan yang dapat membuatmu terkejut.
 

3. Hadapi Rasa Takut

Setiap orang punya sesuatu yang ditakuti. Entah berbicara di depan umum, terjun payung, memegang laba-laba, berbicara dengan atasan, atau menelepon orang yang disukai.

Daripada penasaran dan tidak pernah mencobanya, lawanlah rasa takutmu dengan berani menghadapinya.

Setiap kali kamu menaklukkan rasa takut, kamu akan merasa lebih kuat, lebih percaya diri, lebih mengendalikan hidup, dan mendapat pengetahuan baru.


Ilustrasi belajar menari
Ilustrasi Belajar Menari (Pinnacle Pictures)
 

4. Ikut Kelas Menari

Sederhananya, menari itu menyenangkan. Menari bisa mengajarimu cara bertemu orang baru, meningkatkan memori, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas.

Dari segi kesehatan, menari bisa membantu seseorang untuk menurunkan berat badan.
 

5. Berkebun

Di tahun yang baru, kamu bisa mencoba menanam tanaman yang kamu sukai, entah itu tanaman obat, sayuran, atau tanaman hias dan tanaman bunga.

Berkebun diketahui memberikan manfaat fisik dan mental. Aktivitas ini bisa membakar kalori, membuat tubuh terpapar sinar matahari, hingga menenangkan dan memberi kegembiraan.

Selain itu hasil dari berkebun juga bisa kita manfaatkan, apakah berupa buah dan sayuran yang bisa dimakan, atau bunga dan daun-daun indah yang bisa dinikmati.

Selain itu, berkebun membuat kita belajar banyak hal baru, seperti cara menanam, memupuk, hingga mengolah hasilnya.
 

6. Pergi ke Perpustakaan

Ada banyak buku yang bisa kamu baca di perpustakan. Tidak hanya itu, perpustakaan juga memiliki banyak acara komunitas, pertunjukan, persewaan film, dan audiobook.

Manfaatkan semua fasilitas yang ditawarkan perpustakaan dan pilihlah satu atau tiga buku yang bagus.

Kamu bisa mengunjungi perpustakaan seminggu sekali.
 

7. Tonton Acara Menarik saat Berlari di Treadmill

Daripada bosan mendengarkan lagu saat berlari di treadmill, ada baiknya kamu mencari tontonan yang menarik.

Cara ini bisa membuatmu lebih termotivasi untuk berolahraga dan siapa tahu tontonan yang kamu lihat memberi pengetahuan baru.
 

Belajar masak sendiri bisa menjadi cara menurunkan berat badan yang baik tanpa harus mengurangi asupan makanan secara signifikan.
Belajar masak sendiri bisa menjadi cara menurunkan berat badan yang baik tanpa harus mengurangi asupan makanan secara signifikan.
 

8. Ikut Kelas Memasak

Saat ini memasak adalah kegiatan yang sedang digandrungi banyak orang. Tapi, memasak punya tiga sisi yang berbeda.

Kamu bisa menilai memasak sebagai bentuk seni, hobi, atau pengalaman baru.

Walau kamu tidak ingin menjadi koki, ikut kelas memasak baik online maupun offline dapat mengajarimu teknik, trik dasar, dan membantumu lebih menghargai makanan.
 

9. Ikut Kursus Online

Manusia sejatinya adalah makhluk yang terus belajar. Maka tak perlu menunggu masuk sekolah atau kuliah untuk mempelajari ilmu baru.

Kamu bisa mengikuti kursus online dan ambillah satu mata pelajaran yang kamu minati.

Saat ini sudah banyak kelas gratis dan berbiaya murah yang tersedia melalui banyak institusi pendidikan tinggi.
 

10. Belajar Bermain Musik

Musik memiliki banyak manfaat bagi manusia. Bunyi-bunyian yang membentuk nada ini juga bisa disebut sebagai salah satu terapi terbaik untuk relaksasi.

Hanya dengan mendengarkan musik, manusia bisa merasakan beragam emosi, sedih, ceria, bersemangat dan merasa jatuh cinta.

Memainkan alat musik juga bisa menghibur sekaligus memberikan otak stimulasi, terutama untuk anak-anak.

Belajar dan menjelajahi dunia musik bisa membuat seseorang lebih percaya diri, melatih disiplin dan kesabaran, memperkuat memori, dan membantu perkembangan otak.


Sumber Artikel: lifestyle.kompas.com

Selengkapnya
10 Resolusi agar Kamu Makin Berilmu di Tahun 2022

Pendidikan

Bantuan TIK Berlanjut pada 2022, Pandemi Mesti Dihadapi Lewat Digitalisasi Sekolah

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Digitalisasi dalam dunia pendidikan semakin relevan. Tak hanya di kala pendidikan jarak jauh (PJJ), tetapi juga ketika pemerintah memutuskan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dapat dilaksanakan sesuai dengan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di daerah masing-masing. Digitalisasi dipandang dapat turut meningkatkan mutu pendidikan di tanah air.

"Penguasaan teknologi informasi menjadi kunci yang membantu aspek pengajaran," kata Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Sri Wahyuningsih, akhir pekan lalu.

Digitalisasi sekolah, kata Sri Wahyuningsih, memudahkan peserta didik dan tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar. Para guru dan murid dapat mengakses bahan ajar dan bahan ujian dalam satu jaringan. “Inilah kelebihan sistem ini. Di sisi lain, hal ini juga mengasah new learning menghadapi Revolusi Industri 4.0. Demi mewujudkan ini, dibutuhkan perangkat IT. Maka itu, bantuan TIK menjadi fondasi dasar menuju digitalisasi sekolah,” jelasnya.

Kemendikbudristek memberikan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada puluhan ribu sekolah di seluruh Indonesia. Bantuan yang diberikan berupa laptop, access point, konektor, layar proyektor, speaker aktif hingga internet router. Tak hanya itu, Kemdikbudristek juga memberikan bimbingan teknis kepada para pengajar.

Menurut Ning, panggilan akrab Sri Wahyuningsih, bantuan TIK tetap relevan tak hanya di masa PJJ, tetapi juga saat pembelajaran tatap muka (PTM).

“Yang menarik itu, selama PTM terbatas ini, sekolah daring bisa memakai Classroom dan Meet yang memudahkan siswa dan guru. Bukan itu saja, manajemen administrasi sekolah juga makin baik dengan inovasi e-raport,” katanya.

Siswa juga diberi akun belajar.id yang memudahkan mereka untuk mengakses media pembelajaran dengan lebih inovatif. Dengan satu akun pembelajaran, pengguna dapat mengakses beragam aplikasi yang mendukung kegiatan belajar mengajar. 

“Misal, guru bisa mengakses platform Merdeka Mengajar dan memakai fitur video inspirasi, serta pelatihan mandiri hingga asesmen murid. Semua data sudah terkumpul di satu jaringan dan bisa diakses di mana pun,” jelasnya.

Tak hanya itu saja, ada pula aplikasi SIMPKB, TanyaBOS, dan Rumah Belajar. “Portal Rumah Belajar ini memungkinkan interaksi antarkomunitas. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Seluruh konten dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis,” ujarnya.

Untuk itu, Kemendikbudristek tetap berkomitmen melanjutkan bantuan TIK ke sekolah demi mewujudkan digitalisasi sekolah. Komitmen ini dibarengi bimbingan teknis dan pelatihan bagi tenaga pendidik. 

“Prioritas [pelatihan] masih diperuntukkan bagi yang mendapat bantuan TIK sekaligus untuk mengawal pemanfaatannya. Kami juga melakukan webinar maupun membuat tutorial melalui Youtube dan medsos untuk pemanfaatan TIK guna mendukung transformasi pembelajaran,” jelas Ning.

Kemendikbudristek juga akan melanjutkan program Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (PembaTIK) pada tahun ini. Program ini dinilai penting karena dapat meningkatkan kapasitas dan penguasaan TIK bagi guru.

Lewat program PembaTIK, guru-guru dapat menyinergikan seluruh kebijakan Kemendikbud Merdeka Belajar seperti Guru Penggerak, digitalisasi sekolah, dan juga bantuan kuota data internet.

Terpisah, para guru di beberapa daerah mengaku turut terbantu dengan bantuan TIK dan bimbingan teknis dari Kemdikbudristek, baik saat PPJ maupun PTM. Kini, mereka lebih piawai dalam mengoperasikan bantuan TIK yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

“Kami para guru sangat terbantu dengan adanya bantuan TIK ini, karena membantu banyak hal apalagi bekerja menggunakan akun belajar.id sangat sinkron. Perangkat yang diberikan sangat mendukung untuk berbagai aplikasi dalam proses belajar,” kata Adoniram Benmeten (32), seorang guru di SMPN 1 Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Hal senada diakui oleh Eva Candra Dewi Sukmawati, seorang guru di SDN Muncul 1 dan SDN Muncul 3, Kota Tangerang. Ia mengatakan dapat membuat materi pelajaran dengan mengolaborasikan berbagai aplikasi yang disediakan pemerintah.

"Kami sangat terbantu ada perangkat ini. Banyak akses yang kami gunakan. Kami bikin video pembelajaran, edit-edit video pakai perangkat ini juga,” kata dia.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Bantuan TIK Berlanjut pada 2022, Pandemi Mesti Dihadapi Lewat Digitalisasi Sekolah

Pendidikan

Perkembangan dan Tantangan Coursera: Dari Pendirian hingga Pencarian Keuntungan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


Coursera Inc (/kərˈsɛrə/) adalah penyedia kursus online terbuka global nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 2012 oleh profesor ilmu komputer dari Universitas Stanford, Andrew Ng dan Daphne Koller. Coursera bekerja sama dengan universitas dan organisasi lain untuk menawarkan kursus, sertifikasi, dan gelar online dalam berbagai mata pelajaran.

Pada tahun 2023, lebih dari 300 universitas dan perusahaan menawarkan kursus melalui Coursera, dan pada tahun 2024, jumlah kursus yang tersedia telah meningkat menjadi sekitar 7.000.

Coursera didirikan pada tahun 2012 oleh profesor ilmu komputer dari Universitas Stanford, Andrew Ng dan Daphne Koller. Ng dan Koller mulai menawarkan mata kuliah Stanford mereka secara online pada musim gugur 2011, dan tak lama kemudian meninggalkan Stanford untuk meluncurkan Coursera. Princeton, Stanford, University of Michigan, dan University of Pennsylvania adalah universitas pertama yang menawarkan konten di platform ini.

Pada tahun 2014, Coursera menerima penghargaan Webby Winner (Situs Web dan Situs Mobile Education 2014) dan People's Voice Winner (Situs Web dan Situs Mobile Education).

Pada bulan Maret 2021, Coursera mengajukan IPO. Perusahaan berusia sembilan tahun ini menghasilkan pendapatan sekitar $ 293 juta untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember - tingkat pertumbuhan 59% dari tahun 2019, menurut pengajuan tersebut. Kerugian bersih melebar sekitar $20 juta per tahun, mencapai $66,8 juta pada tahun 2020. Coursera menghabiskan $107 juta untuk pemasaran pada tahun 2020.

Pendapatan Coursera naik dari $184 juta pada tahun 2019 menjadi $294 juta pada tahun 2020. Perusahaan kehilangan $66 juta pada tahun 2020 karena meningkatkan pemasaran dan periklanan.

Untuk kuartal pertama tahun 2021, Coursera melaporkan pendapatan sebesar $88,4 juta, naik 64% dari tahun sebelumnya, dengan kerugian bersih sebesar $18,7 juta, atau $13,4 juta pada basis non-GAAP. Coursera mengatakan pendapatan konsumen mencapai $ 51,9 juta, naik 61%, sedangkan pendapatan perusahaan mencapai $ 24,5 juta, naik 63%, dan program gelar memiliki pendapatan $ 12 juta, naik 81%.
Untuk kuartal ketiga tahun 2021, Coursera melaporkan pendapatan sebesar $ 109,9 juta, naik 33% dari $ 82,7 juta tahun lalu. Laba kotor sebesar $67,7 juta atau 61,6% dari pendapatan. Rugi bersih adalah $ (32.5) juta atau (29.5) % dari pendapatan.

Disadur dari Artikel : en.wikipedia.org

 

 

Selengkapnya
Perkembangan dan Tantangan Coursera: Dari Pendirian hingga Pencarian Keuntungan
« First Previous page 6 of 51 Next Last »