Pendidikan

Revitalisasi Pendidikan: Radio Suara Edukasi UMY sebagai Solusi KBM Daring

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024


KOMPAS.com - Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan kegiatan belajar mengajar di semua jenjang pendidikan dilakukan secara daring.

Sekolah-sekolah saat ini terpaksa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dari rumah. Bahkan situasi seperti ini sudah berjalan hampir satu tahun. Tentunya kondisi ini mendatangkan tantangan serta kejenuhan baik bagi guru maupun siswa.

Meski bisa memanfaatkan teknologi yang ada, tapi hal ini juga terkendala belum meratanya jaringan internet di tiap daerah.

Melihat kondisi ini, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencoba menawarkan sebuah solusi.

Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) dibantu Kuliah Kerja Nyata (KKN) Muhammadiyah Mengajar meluncurkan saluran dan juga studio Radio Suara Edukasi di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Penggung, Kokap, Kulonprogo, DIY.

Solusi ini dinilai terjangkau bagi semua kalangan masyarakat untuk mengatasi problema sekolah daring.

"Solusi yang ditawarkan terbilang murah dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya Kulonprogo dengan Radio Suara Edukasi ini," terang Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (19/2/2021).

SD Penggung dipilih karena daerah sekitar SD Penggung belum terjangkau jaringan internet yang mumpuni. "Sehingga ini menjadi alternatif yang sangat bagus sebagai media pembelajaran di era sekarang (pandemi)," imbuh Gunawan.

Radio Suara Edukasi yang memiliki tagline Sekolah di Udara dapat diakses pada jaringan 107.8 Mhz.

Sementara itu Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Penggung Ririn Agustian menambahkan, adanya program Radio Suara Edukasi ini menjadi angin segar bagi guru-guru SD Muhammadiyah Penggung. Karena bisa memberikan alternatif belajar yang baru bagi siswa.

"Jujur saja, siswa sudah banyak yang mengeluh dengan kondisi belajar saat ini. Jadi ini menjadi angin segar bagi kami untuk menjadikan Radio Suara Edukasi sebagai media pembelajaran yang baru," ungkap Ririn.

Di sisi lain, adanya Radio Suara Edukasi menjadi salah satu daya tarik masyarakat karena Radio Suara Edukasi sudah masuk sebagai ekstrakurikuler baru.

"Jadi siswa bisa mencoba menjadi penyiar," imbuh Ririn.

Kelompok KKN 01 UMY Muhammadiyah Mengajar yang dihadirkan di SD Muhammadiyah Penggung bertugas membentuk program pembelajaran menggunakan radio tersebut.

Ada harapan kegiatan ini akan terus berlanjut, dan akan lahir karya-karya baru dari siswa melalui media Radio tidak hanya untuk media pembelajaran saja.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Revitalisasi Pendidikan: Radio Suara Edukasi UMY sebagai Solusi KBM Daring

Pendidikan

Pengamat Pendidikan UGM Khawatir Learning Loss Akibat PJJ Berkepanjangan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024


KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum juga usai. Pelajar dan mahasiswa masih harus mengikuti kebijakan dari pemerintah untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sekolah daring.

Meski sudah didukung dengan berbagai teknologi selama menjalani PJJ, masih ada celah yang menyebabkan pembelajaran di rumah ini menjadi kurang efektif.

Salah satu hal yang dikhawatirkan jika pembelajaran di rumah ini berlangsung dalam waktu cukup lama dapat mengakibatkan adanya learning loss atau berkurangnya pengetahuan dan keterampilan secara akademis.

Menurut Pengamat Pendidikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Budi Santoso Wignyosukarto, ada perbedaan signifikan ketika pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sekarang harus dilakukan secara daring.

Prof. Budi menerangkan, proses pembelajaran yang lama mempunyai waktu komunikasi intens dengan mahasiswa. Selain itu juga ada waktu bagi mahasiswa melakukan kegiatan praktikum untuk memahami kenyataan suatu teori.

Namun dengan adanya sekolah daring, semuanya dilakukan dengan media video dan komunikasi virtual.

"Kalau ketemu mahasiswa yang haus ilmu, akan dihasilkan produk yang relatif sama. Tapi kalau ketemu dengan mahasiswa yang hanya menginginkan ijazah, hasilnya jelas berbeda," kata Prof Budi kepada Kompas.com, Jumat (12/2/2021).

Prof. Budi mengungkapkan, selama pandemi ini, pengajar tidak dapat melihat dari nilai ujian yang diperoleh mahasiswa saja. Selama PJJ ini hampir jarang ditemukan mahasiswa dengan nilai C.

Metode pemberian ujian dengan cara sebelum ada pandemi tidak dapat serta merta diterapkan pada saat ini. Pasalnya mahasiswa bisa mengupload jawaban ujian yang sama dengan temannya yang pandai. Walaupun pengajar sudah membatasi waktu ujian daring.

"Jadi harus ada cara pembelajaran yang sesuai dengan pola pembelajaran daring ini. Kalau di Luar Negeri jumlah mahasiswa di kelas hanya 20-an. Mudah untuk membuat cara penilaian, karena dosen mempunyai waktu lebih banyak," papar mantan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah V ini.

Prof. Budi mengungkapkan, salah satu tanda yang menunjukkan mahasiswa mengalami learning loss selama mengikuti pembelajaran jarak jauh yakni saat menulis skripsi atau Tugas Akhir (TA) tidak bisa merangkai dan menjelaskan problema dari sisi ilmu yang dipelajarinya.

Demikian pula saat bekerja nanti, mahasiswa tersebut akan menemui kesulitan berhadapan dengan problema yang harus diselesaikan.

"Kalau sekolah lanjut akan frustasi karena ilmunya tidak sampai. Kasus anak-anak jalanan yang putus sekolah adalah contoh mereka yang mengalami learning loss. Mereka menganggap sekolah itu hanya formalitas mendapatkan ijazah sebagai kunci pembuka untuk jenjang berikutnya. Bukan sebagai aset atau bekal bagi masa depannya," ungkap Prof. Budi.

Prof Budi menekankan, di masa pandemi ini bisa saja menghasilkan mahasiswa yang menganut sistem 'yang penting lulus'. Tapi pengajar juga mempunyai kesulitan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

Kalau dari ujian satu mata kuliah biasanya bisa diperoleh 10 persen terbaik, sekarang bisa mencapai 80 persen. Dan pasti ada mahasiswa yang masuk klasifikasi haus ilmu, karena ada pekerjaan ujian yang betul-betul baik dan benar jawabannya.

Prof. Budi memberi contoh, dalam 2 tahun lagi berapa jumlah wisudawan yang mendapat predikat cumlaude. Jika jumlahnya lebih banyak hal tersebut belum tentu berarti sistem PJJ yang diterapkan saat ini berhasil.

"Perlu pembuktian lapangan apakah produk mereka nanti juga akan lebih baik. Yang perlu diusahakan untuk mahasiswa adalah keseriusan mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka harus menunjukkan kesuksesan nilai yang didapat juga mencerminkan kesuksesan mereka menambah ilmu pengetahuan," imbuh Prof. Budi. 

Namun bagi anak-anak yang sudah dapat menyesuaikan dengan cara daring ini, mungkin akan bisa lebih cepat dan lebih maju daripada ilmu di tempat kuliah. Karena dia akan 'mengeruk' ilmu yang banyak dan terbuka di dunia digital.

Prof. Budi berharap, pemerintah dapat memperkuat jaringan komunikasi untuk mengantisipasi adanya learning loss. Dengan cara ini diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk mendapatkan sarana komunikasi yang terjangkau.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Pengamat Pendidikan UGM Khawatir Learning Loss Akibat PJJ Berkepanjangan

Pendidikan

Kisah Guru di Jambi: Menembus Bukit dan Sawah Demi Sinyal untuk Belajar Daring

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024


JAMBI,KOMPAS.com - Sebagian besar daerah di Jambi masih susah sinyal. Ini salah satu tantangan besar bagi para guru dan siswa yang harus belajar mengajar melalui daring karena pandemi.

Kesulitan sinyal selama pandemi masih dialami guru sekolah dasar di Jambi, tepatnya di Desa Tanjung Katung, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi.

Kamariah, guru SDN No 97/IX Tanjung Katung, harus menaiki bukit, memasuki hutan, sampai ke tengah sawah demi mendapat sinyal kuat agar bisa mengajar melalui aplikasi Zoom.

"Sinyal di rumah sering hilang. Kalau di bukit atau tengah hutan itu, kualitas sinyalnya kuat dan stabil," kata Kamariah melalui pesan singkat, Kamis (23/12/2021).

Ia mengatakan jarak Tanjung Katung dengan Kota Jambi cukup dekat, sekitar 45 menit perjalanan. Namun di daerahnya masih sulit sinyal.

Kamariah mengaku di rumahnya sama sekali tidak ada sinyal. Sementara di sekolah, sinyal itu ada namun sangat lemah.

Dia berkata, hingga saat ini sekolahnya masih menerapkan sistem pertemuan tatap muka (PTM) terbatas.

Dengan PTM terbatas, setiap minggunya masing-masing guru memiliki jadwal mengajar di kelas dan secara daring.

Kamariah memang sudah terbiasa mencari sinyal ke sawah atau bukit. Pasalnya kebutuhan dia tidak hanya mengajar, melainkan mengikuti perkuliahan dan pelatihan dari dinas pendidikan serta lembaga Tanoto Foundation.

Dirinya memang merasa aneh, berdiri di tengah sawah berjam-jam demi menjaga sinyal bagus.

"Memang menguras tenaga juga. Di tengah sawah atau di atas bukit sendirian, kadang dihantam hujan atau panas," kata Kamariah.

Selain tidak nyaman berada di luar ruangan saat mengajar daring, terkadang Kamariah harus menghabiskan waktu berjam-jam mencari titik sinyal terbaik.

Tempat sinyal yang baik di sawah belakang dilanda banjir, jadi Kamariah tidak bisa mencari sinyal di sawah itu.

Ada tiga titik tempat dia mencari sinyal mulai dari Lintas Sengeti sampai Penyengat Olak Jalan Puting, di mana jarak tempuhnya puluhan kilometer atau 45 menit perjalanan.

Meskipun belajar daring amat melelahkan, Kamariah tetap senang melakukannya karena kecintaan dia kepada dunia pendidikan.

“Mengajar anak-anak adalah cita-cita saya sejak kecil,” ujar Kamariah.

Menurut Kamariah, pengalamannya selama pandemi selalu mencari sinyal dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.

“Termasuk ketika memberikan instruksi melalui WhatsApp, saya harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit,” katanya.

Baginya, mengajar dan mengikuti pelatihan di masa pandemi harus tetap diwujudkan, karena pendidikan adalah hak setiap anak.

Pengalamannya selama mengikuti kegiatan Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation Muaro Jambi dan Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi menginspirasinya untuk terus belajar demi pendidikan yang lebih baik.

Penting baginya untuk terus berlatih, belajar meningkatkan kompetensi dirinya di masa pandemi, guna memajukan pendidikan demi anak bangsa.

Lalu bagaimana kiatnya menghadapi lemahnya sinyal selama ini?

“Dengan menghadapi kendala sinyal, di hadapi dengan sabar dan semangat,” katanya.

Kamariah mencari sinyal di lokasi persawahan, kalau di sawah banjir, dia mencarinya di tempat adik kandungnya yaitu di daerah Jambi.

“Mondar-mandir di jalan, sering juga nyari sinyalnya di simpang tiga, wilayah penyengat olak jalan puting, hingga ke lintas Sengeti,” jelasnya.

Begitulah cara Kamariah berkuliah secara daring hingga mendapat gelar sarjana S1.

Guru yang lahir 1966 lalu ini, memiliki semangat tinggi dalam mengajar. Sinyal yang buruk, tidak menghalanginya untuk terus mengajar.

Dia berharap sekali agar pemerintah membangunkan tower penguat sinyal, agar orang-orang sepertinya maupun siswa dan masyarakat lainnya tidak kesulitan jaringan.

“Harapan saya, semoga ada perhatian untuk membangun dan memasang tower, karena kami dari tiga desa, tidak mendapatkan jaringan,” pungkasnya.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Kisah Guru di Jambi: Menembus Bukit dan Sawah Demi Sinyal untuk Belajar Daring

Pendidikan

Sebelum Diinstruksikan Gubernur Banten, SMAN 1 Tangerang Sudah Terapkan Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024


TANGERANG, KOMPAS.com - Pihak Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tangerang, Kota Tangerang, sudah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak minggu keempat bulan Januari 2022 hingga saat ini.

Penerapan skema itu dilakukan jauh sebelum Gubernur Banten Wahidin Halim memutuskan agar seluruh SMA di Tangerang Raya, termasuk Kota Tangerang, wajib menerapkan PJJ.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Tangerang Niniek Nurcahya berujar, hingga minggu ketiga Januari 2022, pihaknya sempat menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) berkapasitas 100 persen.

"Kita sempat PTM 100 presen, cuma dibagi menjadi dua sesi," ucapnya melalui sambungan telepon, Jumat (4/2/2022).

Akan tetapi, usai berlangsung selama sepekan, PTM 100 persen di SMAN 1 Tangerang harus dibatalkan.

Hal ini disebabkan kasus Omicron pada minggu keempat Januari 2022 mulai merebak.

Selain itu, pihak sekolah juga mendengar kabar dari murid-murid di sana bahwa banyak kerabat mereka yang positif Covid-19.

"Baru dapat satu minggu (PTM), berita Omicron itu yang tinggi. Dapet laporan dari anak-anak kalau keluarganya positif Covid-19 tapi, kalau siswanya enggak," sebut Niniek.

Kemudian, banyak siswa di SMAN 1 Tangerang yang menjalani isolasi mandiri lantaran keluarganya terpapar Covid-19.

Lantaran khawatir jika PTM diteruskan, pihak sekolah memutuskan untuk membatalkan PTM dan mulai menerapkan PJJ pada minggu keempat Januari 2022

"Sudah kita langsung tutup, (PTM) enggak bisa lanjut, komitmen seperti itu," sebut Niniek.

"Kita enggak berani (PTM), akhirnya langsung kita PJJ. Itu atas inisiatif sekolah karena ada kasus di lingkungan keluarga SMAN 1 Tangerang, walau pun enggak terjadi di anak," lanjut dia.

Niniek menambahkan, saat menerapkan PJJ, pihaknya langsung menyemprot disinfektan di lingkungan sekolah.

"Saat PJJ, sekolah disemprot. Ini berarti sudah hampir dua minggu (menerapkan) PJJ," ujarnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten menghentikan PTM jenjang SMA di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang, mulai 2 Februari 2022.

Wahidin Halim mengatakan, PTM dihentikan karena tiga wilayah tersebut kini berstatus zona oranye atau wilayah dengan risiko sedang penularan Covid-19

"Untuk Tangerang Raya, sudah disepakati tidak ada PTM," ujar Wahidin, Kamis (3/2/2022).

Sementara wilayah lain di Provinsi Banten yang tidak berstatus zona oranye masih dapat menggelar PTM.

Sumber kompas.com

Selengkapnya
Sebelum Diinstruksikan Gubernur Banten, SMAN 1 Tangerang Sudah Terapkan Pembelajaran Online

Pendidikan

Wagub DKI Akui Tantangan Pembelajaran Online, Fokus Tingkatkan Akses Internet

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, sekolah tetap ditutup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi. 

 Riza mengakui, ada tantangan untuk melakukan pembelajaran secara online bagi siswa dan guru. Karena itu, lanjut Riza, Pemprov DKI terus berupaya memperluas akses internet bagi siswa dan meningkatkan kualitas modul pembelajaran. 

 "Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, kami terus perbaiki sehingga tidak mengurangi kualitas pendidikan di Jakarta," kata Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (21/10/2020).

"Memang tidak mudah, kami ada upaya peningkatan-peningkatan melalui pelatihan modul-modul yang dibuat, berbagai fasilitas juga kemudahan bagi anak-anak kita. Internet itu jadi perhatian kita," lanjutnya. 

Riza juga meminta peran aktif orangtua dalam  memantau kegiatan belajar anaknya selama PSBB masa transisi. 

 "Orangtua harus lebih memperhatikan anak kita bagaimana belajar komunikasi dengan guru. Kami juga di Dinas Pendidikan juga terus meningkatkan kualitas pelajaran melalui daring (dalam jaringan)," ujar Riza.

Provinsi DKI Jakarta saat ini menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi hingga 25 Oktober 2020. Selama PSBB transisi, warga Jakarta diimbau tetap beraktivitas di rumah, membatasi kegiatan yang mengundang kerumunan, dan menerapkan protokol kesehatan di antaranya mencuci tangan.

Hingga Selasa kemarin, jumlah akumulatif pasien positif Covid-19 di Ibu Kota yang tercatat sejak Maret sebanyak 96.217 orang. Dari jumlah itu, 81.107 orang telah dinyatakan pulih, dengan tingkat kesembuhan mencapai 84,3 persen. Persentase kesembuhan itu merupakan angka tertinggi selama pandemi Covid-19. 

 Untuk kasus aktif Covid-19 di Jakarta hingga kemarin tercatat 13.024 orang, bertambah 96 orang dibanding Senin lalu. Pasien Covid-19 tanpa gejala akan dirawat di Flat Isolasi Mandiri Kemayoran, hotel, dan wisma yang disediakan Pemprov DKI. 

 Sementara itu, 2.086 pasien Covid-19 di Jakarta dilaporkan meninggal dunia. Jumlah kematian ini setara 2,2 persen dari total kasus di Jakarta.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Wagub DKI Akui Tantangan Pembelajaran Online, Fokus Tingkatkan Akses Internet

Pendidikan

Perjalanan Sejarah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi: Dari Masa Kolonial hingga Era Orde Baru

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah kementerian pemerintah Indonesia yang membidangi pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi; organisasi budaya; Riset; studi; dan perkembangan teknologi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berada di bawah dan berada di bawah kekuasaan Presiden Indonesia dan dipimpin oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendikbudristek).

Tujuan pendidikan pra kemerdekaan bukan untuk mendidik masyarakat pribumi, melainkan untuk mengabdi pada kepentingan kolonial penjajah. Pada bagian ini semangat Indonesia sangat kuat sebagai bagian dari membangun jati diri sebagai negara merdeka. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika instruksi menteri saat itu merujuk pada upaya memompa semangat juang, mewajibkan sekolah setiap hari berkibar merah putih di halaman sekolah, menyanyikan lagu Indonesia Raya, bahkan mencopotnya. . Lagu Jepang Kimigayo.

Dapat dikatakan bahwa stabilitas politik jarang terjadi saat ini, seperti halnya program-program yang dijadikan tonggak sejarah tidak dapat dijelaskan dengan baik. Selama masa demokrasi liberal, dalam kurun waktu kurang lebih sembilan tahun, terjadi tujuh kali pergantian pemerintahan. Kabinet Nazir yang dibentuk pada 6 September 1950 mengangkat Dr. Bahder Johan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Sejak April 1951, kabinet Natsiri digantikan oleh kabinet Sukiman yang mengangkat Tuan Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K. Kemudian Dr. Bahder Johan kembali menjadi Menteri PP dan K yang digantikan oleh Tuan. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki Sarino Mangunpranoto dan Prof. Dr. Prion

Keputusan Presiden tanggal 5 Juli 1959 mengakhiri era demokrasi parlementer yang digantikan oleh era demokrasi terkelola. Di era demokrasi terpimpin, bangsa Indonesia menghadapi banyak cobaan. Konfrontasi dengan Belanda terkait masalah Irlandia Barat hingga peristiwa G30S/PKI menjadi ujian berat bagi bangsa Indonesia.

Ketika pemberontakan G30S/PKI berhasil ditumpas, terjadilah transisi dari demokrasi terkelola ke demokrasi Pancasila. Era tersebut dikenal dengan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Kebijakan pendidikan pada era Orde Baru cukup variatif dan beragam, mengingat orde ini memegang kekuasaan cukup lama yaitu 32 tahun. Praktek-praktek tersebut antara lain pemutakhiran P4 wajib bagi mahasiswa, normalisasi kehidupan kampus, pembinaan mahasiswa melalui OSIS, ejaan bahasa Indonesia tingkat lanjut atau EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, rintisan sekolah pengembangan dan lain-lain. Saat itu, tepatnya tahun 1978, tahun ajaran baru diusulkan ke bulan Juni. Pada periode ini, perkembangan infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat.

Sumber: id.wikipedia.org

 
Selengkapnya
Perjalanan Sejarah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi: Dari Masa Kolonial hingga Era Orde Baru
« First Previous page 42 of 46 Next Last »