Peneliti dan Pengamat Ketenagakerjaan Tadjuddin Noer Effendi mengungkapkan, berdasarkan hasil kajiannya, tingkat pengangguran yang paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMA dan SMK.
Dia bilang, meskipun lulusan SMK dalam pendidikannya diharapkan bisa langsung bekerja lantaran sudah dibekali dengan ilmu praktik lapangan, namun belum berdampak ketika dilepas secara profesional.
“Pengangguran kita paling banyak dari sekolah menengah baik SMA dan SMK yang diharapkan bisa bekerja sesusah lulus itu justru yang paling besar juga tingkat penganggurannya,” ujarnya dalam diskusi Pemilu 2024: Strategi Perluas Lapangan Kerja yang disiarkan FMB 9 Kominfo secara virtual.
Menurut dia, masih kurangnya gelontoran investasi luar negeri ke Indonesia menjadi salah satu faktor minimnya penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan lowongan pekerjaan. Dia mencontohkan, di tahun 2019, China pernah merelokasikan sebanyak 25 industri perusahaannya ke Asia. Dari total itu ada 23 industri yang dibuka di Vietnam, 1 di Malaysia dan 1 sisanya di Thailand.
Sementara Indonesia tidak menjadi negara tujuan. Padahal kesempatan itu bisa dimanfaatkan untuk membuka banyak lapangan kerja di Tanah Air. Ternyata setelah diselidiki alasan mengapa China enggan membuka usaha industrinya di Indonesia adalah lantaran sulitnya mengurus izin, kondisi politik tidak stabil, hingga kompetensi sumber daya manusianya yang tidak memadai.
Oleh sebab itu dia berharap, pemerintah bisa hadir dalam menuntaskan persoalan itu. “Karena kalau semakin banyak lulusan SMA atau SMK tapi tindakan di lapangan pekerjaan yang tersedia, kita tertinggal. Kalau kita tidak tidak mencari jalan keluar, tidak ada investasi, ya tidak ada lapangan kerja yang terbuka,” jelas dia.
Sebelumnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2023 sebesar 5,32 persen. Artinya, angka pengangguran turun 0,54 persen dibandingkan Agustus 2022. Data tersebut juga menunjukkan angka pengangguran menurun 0,13 persen dibandingkan Februari 2023. Total pengangguran terbuka per Agustus 2023 sebanyak 7,86 juta orang, turun sekitar 560.000 orang dibandingkan dengan Agustus 2022.
Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 8,4 juta orang atau sekitar 6 persen dari angkatan kerja, yang jumlahnya 143 juta. Kemudian pada 27 November 2023, penurunan jumlah pengangguran disebabkan berkurangnya tingkat pengangguran di kalangan berpendidikan rendah dan menengah.
Sementara, tingkat pengangguran di kalangan berpendidikan tinggi atau berkuliah justru bertambah. Tingkat pengangguran pada kelompok yang pendidikan terakhirnya tamat SD dan SMP turun sekitar masing-masing 1 persen dibandingkan dengan setahun yang lalu. Penurunan pada kelompok yang pendidikan terakhirnya SMA angkanya lebih rendah, yakni 0,4 persen. Sedangkan pada kelompok pendidikan diploma, pengangguran meningkat 0,2 persen dan pada kelompok pendidikan terakhirnya sarjana universitas.
Sumber: money.kompas.com