Pendidikan

Etika Kuliah Online: Tips untuk Mahasiswa agar Tetap Sopan dan Berkualitas

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


KOMPAS.com - Beberapa perguruan tinggi menerapkan perkuliahan tatap muka dalam jumlah terbatas. Namun ada juga yang menerapkan blended learning dan hybrid learning. Meskipun perkuliahan tatap muka dapat menciptakan suasana akademis bagi mahasiswa, teknologi tetap digunakan di masa pandemi Covid-19 saat ini. Selain perkuliahan, seminar kini juga banyak diselenggarakan secara online. Meski hanya bertemu melalui layar digital, namun mahasiswa tetap harus menjaga etika dalam perkuliahan daring. Tata krama yang harus diikuti oleh mahasiswa sama seperti saat mengikuti perkuliahan tatap muka. Mahasiswa tetap menunjukkan rasa hormat kepada dosen atau tutor selama perkuliahan daring.

Hal yang paling sering dilakukan mahasiswa dalam perkuliahan daring adalah mematikan kamera. Meski terdengar sederhana, menyalakan kamera saat dosen sedang menyampaikan materi merupakan bentuk keseriusan dalam perkuliahan daring. Dengan menyalakan kamera dan memperhatikan, para siswa mengungkapkan apresiasinya kepada dosen pengajar. Rangkuman Instagram Institut Teknologi Telkom Purwokerto (@join_ittp), Sabtu (16 Oktober 2021) Ada lima etika perkuliahan online yang harus selalu dipatuhi mahasiswa.

Etika Penyelenggaraan Perkuliahan Daring

Mau tahu apa itu Etika Perkuliahan Daring? Mari kita simak bersama informasi berikut ini.

  1. Masuk dengan nama Anda dan gunakan headphone.
  2. Berpakaianlah yang sopan.
  3. Matikan mikrofon dan klik simbol tangan untuk berhenti.
  4. Dalam chat, berikan izin kepada guru atau supervisor jika meninggalkan chat saat pelajaran berlangsung.
  5. Menggunakan ruang atau fungsi secara bertanggung jawab.

Selalu bersikap sopan dan rajin dalam perkuliahan online pasti akan membantu kamu mendapat nilai bagus dari gurumu. Dalam perkuliahan daring, mahasiswa tetap seaktif mungkin bertanya dan ngobrol dengan dosen. Diskusi ini penting agar dosen juga mengetahui apakah mahasiswa memahami materi yang disampaikan atau tidak.

Ini 5 tag website yang bisa Anda request. Meski belum pernah mengikuti perkuliahan, Anda bisa menjadi mahasiswa yang rajin dan berakhlak baik.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Etika Kuliah Online: Tips untuk Mahasiswa agar Tetap Sopan dan Berkualitas

Pendidikan

Strategi Efektif Guru: Mengatasi Kejenuhan dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


KOMPAS.com - Berdasarkan hasil survei Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada Mei 2020, 54 persen siswa SMA bosan dengan pembelajaran online. Akibat pandemi Covid-19 juga, pembelajaran daring yang sudah lama dilakukan dikhawatirkan akan menimbulkan learning loss. Peneliti dari Pusat Penelitian, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Universitas Bogor (IPB) di Adi Firmansyah mengatakan, hasil penelitian yang diterbitkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, berdasarkan penelitian tersebut. KPAI) pada bulan Februari. Pada tahun 2021 ditemukan bahwa 78 persen siswa merasa kewalahan dengan pengalaman pembelajaran online ini. “Kebosanan dan rasa terbebani tersebut, misalnya dapat disebabkan oleh adanya metode atau cara penyampaian materi pendidikan yang kurang menarik dalam pembelajaran daring,”; ujar Adi Firmansyah pada Selasa (31/08/2021) dari website IPB.

1. Tips e-learning yang tidak membosankan

Penggiat literasi digital dari IPB Creative 97 ini berbagi tips untuk para guru bagaimana cara menyampaikan e-learning yang tidak membosankan dan menarik untuk disimak. Mahasiswa PhD IPB University bidang komunikasi pembangunan berbagi tips dengan dosen.

2. Peta materi yang akan disampaikan

Sebaiknya guru memetakan materi yang akan disampaikan misalnya dengan mind map agar materi pembelajaran daring lebih efektif dan menarik. “Selain itu, guru juga bisa membuat bahan ajar yang menarik, misalnya dengan menggunakan PowerPoint yang dilengkapi dengan audio visual. Ada banyak template PowerPoint yang menarik dan gratis di Internet,” kata Adi. Adi melanjutkan studinya di awal. guru dapat membuat beberapa kuis dari materi yang dapat dijawab secara real time. Misalnya menebak gambar atau lagu, Anda juga bisa menggunakan kuis online yang banyak tersedia seperti kahoot.it atau qiuzizz.

3. Melaksanakan pembelajaran berbasis proyek

Adi menambahkan, untuk meningkatkan interaksi guru-siswa, guru dapat melakukan sesi tanya jawab dan mencoba pembelajaran berbasis proyek.

4. Menilai

Selain itu, guru mengetahui cara menilai siswa dan menilai hasil belajar secara rutin. Pada saat yang sama, siswa yang mengikuti pembelajaran daring menanamkan motivasi yang kuat bahwa pembelajaran itu perlu. “Usahakan cari tempat atau lokasi yang sinyal internetnya bagus serta ruang belajar yang nyaman dan aman,” tegas Adi.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Strategi Efektif Guru: Mengatasi Kejenuhan dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Online

Pendidikan

Pembelajaran Adaptif: Solusi Terobosan dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


KOMPAS.com - Kahlil Muchtar, Kepala Pusat Riset Telematika Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh merekomendasikan sistem pembelajaran adaptif sebagai solusi pembelajaran daring di masa pandemi.

“Pembelajaran adaptif menjadi metode yang sangat direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi," ungkap Kahlil melalui rilis resmi (4/8/2021).

Metode ini, jelas Kahlil, dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan ataupun mengulang pelajaran agar mampu menguasai materi secara utuh, sebelum melanjutkan ke level lebih sulit.

"Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapapun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan,” ungkap Kahlil.

Ia menyampaikan, tantangan utama terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar yang kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam.

Tidak seperti di ruang kelas, komunikasi terjadi di platform virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.

Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan pendidikan (learning gap) di Indonesia semakin tinggi. Prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.

World Bank juga memprediksi bahwa skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia akan semakin memburuk. Padahal pada tahun 2018, Indonesia sudah berada di ranking ke-72 dari 78 negara untuk bidang matematika.

Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan percaya bahwa sistem pembelajaran adaptif (adaptive learning) akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan atau learning gap di Indonesia.

Metode berbasis teknologi digital ini memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.

Menurut Kahlil, potensi penerapan sistem pembelajaran adaptif di Indonesia masih terbuka luas, karena masih banyak cabang-cabang ilmu turunan dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat dieksplorasi lebih jauh.

“Penggunaan teknologi AI di platform edukasi teknologi sudah selayaknya menjadi hal yang imperatif, di mana setiap pengguna berhak mendapatkan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi bukan lagi dipaksakan untuk memiliki pemahaman yang seragam," jelas Kahlil.

Ke depannya, potensi pemanfaatan teknologi AI bukan hanya bisa dinikmati oleh siswa, tapi juga oleh pengajar dan para guru.

"Platform edukasi teknologi yang memanfaatkan model pendekatan berbasis adaptive learning memungkinkan guru mendapatkan insight mengenai sejauh apa pemahaman para pengguna/siswanya untuk merancang kurikulum yang lebih efektif dan tepat guna,” jelas Kahlil.

Dalam kesempatan sama Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius menyampaikan, Zenius menjadi edtech pertama di sektor K12 yang mengadopsi metode pembelajaran adaptif sejak awal Juli lalu melalui fitur terbarunya, ZenCore.

ZenCore, jelas Sabda menyediakan materi dan pelatihan adaptif untuk mengembangkan keterampilan fundamental pengguna.

Di dalamnya terdapat dua fitur utama, yakni CorePractice, tempat latihan dengan ratusan ribu pertanyaan latihan dari 3 cabang konsentrasi utama, yaitu logika verbal, matematika, dan Bahasa Inggris.

Sementara CoreInsight menyediakan berbagai pengetahuan yang insightful seperti filsafat, sciences, dan big history, yang dapat digunakan untuk mendukung dan memperluas wawasan dan sudut pandang pengguna.

“Sejalan dengan misi utama Zenius, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan belajar, kehadiran fitur ZenCore diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan," ungkap Sabda.

"Kami optimis bahwa penggunaan teknik baru ini dapat semakin memajukan sistem pendidikan Indonesia dan menjadi solusi untuk mengatasi learning gap yang semakin terasa di tengah pandemi. Dengan fitur ini, semua orang bisa belajar dengan kecepatannya sendiri-sendiri, tanpa takut tertinggal dengan orang lain,” jelas Sabda.

Selain Zencore, Sabda menyampaikan saat ini Zenius sudah menerapkan beberapa cabang ilmu AI ke dalam platform mereka, salah satunya adalah teknologi computer vision melalui ZenBot.

ZenBot memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto soal, lalu sistem akan memberikan jawaban dan penjelasan dari soal tersebut secara otomatis.

Selain itu, Sabda menyampaikan, ke depannya tidak tertutup kemungkinan Zenius bisa menerapkan teknologi Natural Language Processing (NLP), yang memungkinkan teknologi AI memanfaatkan data berupa tulisan.

Untuk membuka akses belajar seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia, fitur ZenCore dapat dimanfaatkan secara gratis oleh siapa saja. Peluncuran fitur baru ini mendapatkan sambutan positif, tercatat lebih dari 65 ribu pengguna telah mencoba ZenCore dalam waktu kurang dari sebulan.

Pengguna yang ingin mengasah keterampilan fundamental mereka dapat mencoba untuk menyelesaikan 100 level yang ada pada ZenCore, dengan lebih dari 200 ribu varian soal yang tersedia.

Hingga saat ini, Zenius menjadi salah satu platform edukasi terdepan di Indonesia, yang memiliki lebih dari 20 juta pengguna di website dan aplikasi.

Ke depannya, Zenius akan mempersiapkan lebih dari 200.000 variasi soal tambahan untuk ZenCore, agar pengguna tetap merasa tertantang dan termotivasi.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Pembelajaran Adaptif: Solusi Terobosan dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi

Pendidikan

Learning Loss di Masa Pandemi: Tantangan dan Solusi dalam Pembelajaran Daring

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


KOMPAS.com - "Sulit Pak, selama daring saya tidak memahami kompetensi siswa," gumam seorang kawan yang sama-sama berprofesi guru kepada saya tempo hari.

Ini hanyalah gambaran singkat bagaimana perasaan seorang guru saat ini. Banyak guru yang merasa skeptis tentang pembelajaran daring. Banyak guru yang beranggapan pembelajaran daring memiliki risiko "learning loss" yang besar pada generasi.

Di sisi lain, selama pandemi berlangsung, banyak orang tua yang akhirnya tidak mendaftarkan anaknya untuk sekolah, terutama anak-anak yang ada pada masa usia dini.

Padahal pada usia dini, tumbuh kembang anak perlu sangat diperhatikan. Hal ini juga bisa menjadi pemicu awal terjadinya learning loss pada generasi.

Risiko learning loss memang sudah diprediksi akan terjadi dari mulai awal terjadinya penutupan sekolah di seluruh dunia karena pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan tentang framework pembukaan kembali sekolah yang dikeluarkan bersama oleh UNESCO, UNICEF, World Bank, dan WFP pada bulan April 2020, dikatakan penutupan sekolah secara global sebagai tanggapan terhadap pandemi menghadirkan risiko merusak pendidikan, perlindungan, dan kesejahteraan anak-anak (UNESCO et al, 2020).

Selain itu, Michelle Kaffenberger, akademisi dari Blavatnik School of Government, University of Oxford, memprediksi anak-anak bisa kehilangan pembelajaran selama lebih dari satu tahun menyusul penutupan sekolah selama tiga bulan karena tertinggal pelajaran ketika sekolah kembali dibuka (Kaffenberger, 2020).

Pada studi yang lain diperkirakan bahwa antara 7 dan 9,7 juta anak akan putus sekolah sekolah karena dampak ekonomi dari pandemi (Wagner dan Warren, 2020).

Dari sisi sejarah, problematika learning loss ini sebenarnya sudah terbukti ada dari pengalaman yang terjadi di masa lalu.

Berdasarkan penelitian berbasis pada pandemi polio tahun 1916 telah ditemukan bahwa penutupan sekolah dapat memiliki dampak negatif jangka panjang pada hasil pendidikan anak-anak, seperti berkurangnya pencapaian sekolah dan keterampilan kognitif atas mereka, selama seumur hidupnya (Meyers dan Thomasson, 2017).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada itu, kita memahami bahwa learning loss adalah sebuah keniscayaan.

Siswa yang lebih rentan mengalami learning loss adalah siswa yang tidak memiliki akses yang maksimal untuk melakukan pembelajaran daring. Misalnya, siswa yang berada di pedesaan atau daerah pedalaman dimana akses internet sulit didapatkan.

Jika pun ada akses internet, keterbatasan infrastruktur tetap menjadi kendala bagi siswa mengikuti pembelajaran. Misalnya keterbatasan kuota internet, atau tidak adanya perangkat elektronik untuk mengakses internet.

Faktor orangtua juga memiliki dampak yang signifikan pada terjadinya learning loss.

Bagi orangtua yang memiliki tingkat pendidikan rendah atau orangtua yang tidak memahami pembelajaran daring, ada anggapan bahwa pembelajaran daring itu sebenarnya tidak ada atau mengada-ada.

Bagi mereka, tanpa adanya tatap muka, peran sekolah bisa dikatakan tidak ada dalam pembelajaran. Kini, seolah-olah sekolah memasuki masa libur berkepanjangan. Dengan pemikiran orangtua seperti ini yang paling rentan terkena dampaknya adalah siswa putri.

Ada orangtua yang akhirnya memutuskan untuk menikahkan dini putrinya dalam rangka mengurangi beban keluarga.

Selain itu, orangtua yang memiliki kendala ekonomi terkadang juga menjadi problematika.

Alih-alih mendukung anaknya untuk belajar daring, mereka justru terpaksa memanfaatkan anaknya untuk bekerja membantu keuangan orangtua untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tengah krisis pandemi.

Berdasarkan laporan penelitian-penelitian tersebut risiko learning loss memang sangat besar terjadi di masa pandemi. Namun, hal ini tidak seharusnya membuat kita berpangku tangan dan berdiam diri. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini, apalagi dengan kemajuan era teknologi digital saat ini.

Bagi yang tinggal di perkotaan atau di daerah yang relatif lebih mapan, learning loss bisa saja diminimalisir dengan membuat program pembelajaran dalam jaringan (daring) yang lebih maksimal, efisien dan efektif.

Penggunaan berbagai macam platform pendidikan online bisa menjadi alternatif jalan yang sangat membantu pembelajaran siswa di masa pandemi sehingga siswa tidak terlalu tertinggal dalam belajar.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting. Hal ini bisa kita jelaskan dengan analogi guru sebagai seorang koki.

Seorang koki harus bisa meramu resep masakan sehingga bisa menghasilkan masakan yang lezat rasanya. Jika rasanya lezat, orang yang memakannya pasti akan ketagihan, ingin makan lagi setelah mencicipinya.

Koki pun akan merasa senang dan semangat untuk membuat resep-resep lain yang berbeda.

Begitu halnya guru, jika guru mampu meramu pembelajaran daring dengan baik, guru akan merasa senang dan tak sabar untuk memulai pembelajaran.

Sementara siswa akan menantikan pembelajaran dengan rasa penuh penasaran. Penasaran akan hal baru apa yang akan dilakukan gurunya di pembelajaran.

Jika tidak seperti ini, pembelajaran daring bisa menjadi sangat membosankan, apalagi tanpa adanya kreativitas dari guru dalam menyampaikan pembelajarannya.

Sejatinya guru harus mampu menuangkan ide-ide kreatif dan inovatifnya menjadi sebuah proses pembelajaran yang baik sehingga siswa tertarik dan akan tetap semangat mengikuti pembelajaran daring.

Selain guru, kurikulum juga harus dibuat lebih fleksibel dengan menentukan standar minimum pencapaian. Standar pencapaian ketuntasan kurikulum sebelum masa pandemi harus ditinjau ulang.

Materi pelajaran yang tidak begitu perlu bisa dihapuskan, yang terlalu panjangan harus dimodifikasi menjadi lebih singkat, dan yang terlalu dalam harus lebih disederhanakan.

Meskipun hal ini terlihat tidak maksimal, setidaknya hal ini bisa meminimalisir terjadinya learning loss pada siswa.

Sebenarnya, learning loss tidak melulu berkutat tentang persoalan akademik, ada dimensi pendidikan karakter juga di dalamnya.

Dalam pemaparan panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi Covid-19 pada tanggal 20 November 2020, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menegaskan hilangnya pembelajaran secara berkepanjangan berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang, baik kognitif maupun perkembangan karakter.

Jika mau jujur, pembahasan hilangnya pembelajaran karakter semestinya lebih bisa dikedepankan. Sebenarnya, degradasi moral dan penurunan akhlak sudah terjadi jauh sebelum pandemi ini ada.

Sejak dunia memasuki era millenial dan revolusi industri 4.0, kemajuan teknologi, selain memiliki dampak positif, ada juga dampak negatif yang yang sangat signifikan pada pendidikan karakter di sekolah.

Hal ini yang menyebabkan para ahli pendidikan merasa perlu mengedepankan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter yang mengedepankan nilai-nilai inti yang bersifat universal.

Sebenarnya, andai saja penguatan pendidikan karakter bisa berjalan dengan baik sebelum datangnya pandemi, potensi loss learning, baik di pedesaan atau di perkotaan, otomatis bisa diminimalisir.

Siswa yang berkarakter akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pada kondisi apapun. Ada atau tidak ada krisis, siswa yang berkarakter akan bisa tetap bisa belajar dengan caranya sendiri.

Sejatinya, banyak cara belajar yang bisa dilakukan tanpa harus tergantung dengan formalitas pendidikan di sekolah. Hal ini membutuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa untuk mengeksplor semua potensi belajar dari lingkungan yang ada di sekitarnya.

Penguatan pendidikan karakter inilah yang telah terlupakan selama ini karena kita terlalu fokus memikirkan kompetensi kognitif siswa.

Bahkan di masa krisis pandemi seperti saat ini, kita masih saja terjebak ke dalam pola pikir yang sama. Akhirnya, kita sendiri yang kerepotan menghadapi ancaman learning loss yang bisa sangat merugikan dampaknya bagi kemanusiaan.

Alhasil, setelah hampir satu tahun pembelajaran daring dilakukan pastinya banyak sudah learning loss yang kita rasakan, baik secara kognitif maupun pengembangan karakter.

Mengedepankan pendidikan karakter yang bisa membuat siswa memiliki motivasi belajar dari dalam dirinya sendiri menjadi hal yang perlu kita lakukan sebagai sebuah alternatif solusi agar learning loss tidak terlalu berdampak buruk.

Meskipun guru tak bisa maksimal memberikan pelajaran, peran orang tua menanamkan pendidikan karakter sejak usia dini menjadi kunci penting pemecahan learning loss yang mungkin terjadi pada siswa di masa krisis seperti sekarang ini.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Learning Loss di Masa Pandemi: Tantangan dan Solusi dalam Pembelajaran Daring

Pendidikan

Terobosan Guru dalam Pendidikan Daring: Membangun Interaksi dan Kemampuan Bahasa di Masa Pandemi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir ini membuat proses pendidikan terpaksa dilakukan secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun, banyak siswa tidak bisa mengakses belajar secara virtual karena terkendala akses pada ponsel dan infrastruktur internet.

Tidak semua daerah, mendapat infrastruktur internet, gawai yang memadai. Jika siswa tersebut tinggal di wilayah perkotaan, maka saat ia belajar daring tidak banyak menghadapi kendala. Beda cerita bagi siswa di pelosok pedesaan atau daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Mereka lebih kesulitan mengakses pembelajaran daring dan mau tidak mau, seringkali ada materi yang tertinggal.

Apalagi, dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat akibat pandemi sekarang ini menyebabkan adanya penurunan kualitas kemampuan linguistik pada anak karena guru tidak bisa menyampaikan materi ajar secara kontekstual.

Oleh karena itu, guru diminta untuk melakukan improvisasi dan inovasi dalam memberikan materi belajar yakni membangun interaksi dengan siswa meski dilakukan secara daring.

Bukan sekadar menyerahkan tugas kepada siswa lewat grup media sosial. Hal itu patut dilakukan untuk terus mengasah kemampuan berbahasa pada anak selama pandemi. Apalagi, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda.

"Kalau melihat dari sisi pendidikan dan pengajaran, banyak terjadi distorsi materi ajar karena hanya dipahami secara tekstual yang seharusnya guru bisa membangun secara kontekstual," kata Pakar Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Sailal Arimi, dilansir dari laman resmi UGM.

Menurut dia, dalam kondisi normal seorang guru bahasa bisa mengajarkan materi secara kontekstual.

Namun lantaran secara daring bahkan tidak semua siswa belajar secara virtual, menyebabkan penyerapan materi ajar lebih bersifat tekstual, sehingga besar kemungkinan terjadi penurunan pengajaran bahasa atau penurunan kemampuan linguistik.

Menyiasati kondisi ini, ia mengusulkan agar guru banyak melakukan inovasi dan modifikasi agar interaksi dengan siswa bisa terbangun.

Sebab, proses belajar mengajar tidak hanya transfer pengetahuan, namun juga mampu mengubah perilaku dan karakter siswa.

"Jika selama ini hanya mengirimkan perintah mengerjakan tugas sehingga kehilangan konteks. Yang ada hanya teks. Memang murid membaca buku tematik, namun guru tidak hadir di situ," ungkapnya.

Meski kondisi pandemi yang mengharuskan guru dan murid menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, maka salah satu yang bisa dilakukan membangun interaksi secara virtual.

Ia menilai jika siswa SMP dan SMA bisa melakukan kegiatan belajar daring lewat aplikasi pertemuan virtual. Namun berbeda dengan siswa SD. Untuk itu perlu membentuk grup di aplikasi pesan dalam batas waktu tertentu.

"Di aplikasi pesan itu bisa menerapkan umpan balik antar siswa dan guru. Bila ada feedback dan diskusi diberi penilaian dengan waktu setengah atau satu jam. Waktu belajar bisa gantian guru-gurunya," jelasnya.

Sailal mengatakan, agak maklum dengan adanya kegiatan belajar mengajar secara daring di mana pendampingan dari guru digantikan orangtua.

Otomatis, tidak sedikit para orangtua yang merasa kewalahan dan mengeluh dikarenakan mau tidak mau harus belajar kembali untuk memahami dan menguasai materi pelajaran si anak.

"Akibatnya guru sebagai role model untuk belajar budi pekerti bahasa yang baik akibat pandemi ini menjadi jauh berkurang," ungkapnya.

Sumber : kompas.com

Selengkapnya
Terobosan Guru dalam Pendidikan Daring: Membangun Interaksi dan Kemampuan Bahasa di Masa Pandemi

Pendidikan

Menuju Prestasi Optimal di Masa Pandemi: 5 Tips dari Sekjen IKA ITS

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 17 April 2024


Selain itu, aktivitas lain seperti bersosialisasi dan ngobrol dengan orang lain terhenti sementara akibat pandemi. Sekalipun tidak mendapat bantuan langsung dari guru atau dosen, siswa membutuhkan karya dan prestasi. Jangan sampai pandemi Covid-19 membuat pelajar menjadi malas dan terlena. Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Thonthowi Djauhari ingin berbagi beberapa tips jitu agar sukses dalam pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19.

1. Maksimalkan Alat Bantu

Homeschooling hadir dengan beragam tantangan. Termasuk alat dan infrastruktur untuk berpartisipasi dalam pembelajaran online. Thonthowi mengatakan kesulitan ini bisa diminimalisir jika kampus atau sekolah bisa menerima siswanya tanpa alat bantu. Pihak kampus, lanjut Thonthowi, akan semaksimal mungkin membantu mereka dengan menyediakan fasilitas yang memadai ketika peralatan mereka terbatas. Salah satunya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu siswa yang membutuhkan. Hal ini untuk memastikan mereka dapat terus berpartisipasi dalam proses belajar mengajar secara online. “Kalau semua siswa punya fasilitas yang memadai, bisa dipastikan mereka bisa menyelesaikan proses belajar mengajar di rumah juga,” kata Thonthowi kepada Kompas.com, Minggu (2 Juli 2021). Baca juga: Mahasiswa ITS

2. Meningkatkan Soft Skills

Kompetensi seseorang tidak bisa dilihat hanya dari kemampuannya dalam memahami pelajaran atau dari segi akademik. Namun mereka juga harus memiliki soft skill yang baik. Thonthowi menambahkan, baik mahasiswa maupun sarjana setidaknya harus memoles soft skill mereka. Hal ini diperlukan untuk dapat bekerja setelah lulus. Selain itu, soft skill sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja. Meski di masa pandemi, softskill tetap bisa diasah dengan mengikuti kegiatan kampus meski hanya secara daring. “Dengan tetap terorganisir, Anda dapat meningkatkan keterampilan dalam mengartikulasikan ide, memimpin dan dipimpin, serta bekerja dalam tim,” tambahnya.

3. Berdiskusi untuk menambah ilmu

Selain belajar dari atau dari dosen, materi pembelajaran dapat ditingkatkan melalui diskusi. Bisa dengan teman sekelas, satu kampus, atau bahkan kampus lain. Selain itu, banyak sekali materi di internet berupa video yang dapat dijadikan bahan diskusi untuk memperluas pengetahuan.

4. Inilah Cara Menjangkau Seseorang

Salah satu cara mudah untuk mencapai kesuksesan adalah dengan terinspirasi oleh orang-orang hebat. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku atau menonton film dokumenter tentang orang tersebut.

5. Jangan takut gagal.

Thonthowi mengatakan kegagalan adalah hal yang lumrah bagi para pekerja. Lebih baik melakukan sesuatu meski harus gagal terlebih dahulu. “Dari kegagalan tersebut kita bisa belajar apa penyebab kegagalan tersebut. Agar kegagalan tersebut tidak terulang lagi. Jika ini dilakukan secara konsisten dalam pembelajaran daring, maka hal ini akan bisa dilakukan baik oleh pelajar maupun mahasiswa di masa pandemi seperti sekarang,” ujarnya. \N.

Sumber: kompas.com

 

 
Selengkapnya
Menuju Prestasi Optimal di Masa Pandemi: 5 Tips dari Sekjen IKA ITS
« First Previous page 43 of 46 Next Last »