Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Februari 2025
Universitas Diponegoro disingkat Undip, merupakan sebuah universitas negeri Indonesia yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Saat ini Undeep memiliki 11 cabang dan dua sekolah. Kampus induk Undeep terletak di Kecamatan Tembalang, sedangkan kampus induk lainnya terletak di Kecamatan Pleburan. Undeep didirikan sebagai universitas swasta pada tanggal 9 Januari 1957 dan dipromosikan menjadi universitas nasional pada tanggal 9 Januari 1960. Foto oleh Pangeran Diponegoro. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2015, Undip ditetapkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
Sekitar awal tahun 1950-an masyarakat Jawa Tengah pada umumnya dan masyarakat Semarang khususnya, membutuhkan kehadiran sebuah universitas sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran tinggi. Tujuannya untuk membantu pemerintah dalam menangani dan melaksanakan pembangunan di segala bidang khususnya bidang pendidikan. Pada waktu itu di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hanya memiliki Universitas Gadjah Mada yang berstatus sebagai universitas negeri.
Sementara jumlah lulusan sekolah menengah atas di Jawa Tengah bagian utara yang akan melanjutkan pendidikan tinggi di universitas makin meningkat, namun karena masih sangat terbatasnya universitas yang ada, maka tidak semua lulusan dapat tertampung. Menyadari akan kebutuhan pendidikan tinggi yang semakin mendesak, kemudian dibentuk Yayasan Universitas Semarang dengan Akte Notaris R.M. Soeprapto No. 59 tanggal 4 Desember 1956 sebagai langkah awal didirikannya universitas di Semarang dengan nama Universitas Semarang yang secara resmi dibuka pada tanggal 9 Januari 1957, dengan Presiden Universitas (sekarang disebut rektor) yang pertama adalah Mr. Imam Bardjo.
Pada Dies Natalis ketiga Universitas Semarang pada tanggal 9 Januari 1960, Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengganti nama Universitas Semarang menjadi Universitas Diponegoro. Perubahan nama ini merupakan penghargaan terhadap Universitas Semarang atas prestasinya dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah.
Keputusan Presiden ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1961 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No 101247/UU tanggal 3 Desember 1960.
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro di kampus Tembalang.
Keputusan tersebut berlaku surut mulai tanggal 15 Oktober 1957 dengan ketentuan tanggal tersebut ditetapkan sebagai Dies Natalis Undip mengingat pada tanggal tersebut terjadi “Pertempuran Lima Hari” revolusi fisik di kota Semarang. UNDIP memilih hari ini untuk melanjutkan gagasan para pejuang kemerdekaan untuk mencapai kemerdekaan dengan melakukan nasionalisasi negara. UNDIP merupakan bentuk sumbangsih para penerus negeri atas amanah yang ditinggalkan para pejuang kemerdekaan.
Mengenai sejarah Universitas Semarang sebagai perguruan tinggi swasta, maka tahun 1957 dipilih sebagai tahun berdirinya Undip. Universitas Diponegoro lahir pada tahun 1957. Keputusan dipilihnya tanggal 15 Oktober 1957 sebagai hari jadi pengukuhan Undeep tertuang dalam laporan Presiden dalam rangka memperingati 13 tahun pengukuhan Undeep.
Perjalanan panjang Undeep, berharap dapat meningkatkan daya saing universitas di kancah persaingan. negara dengan menghasilkan siswa. dibesarkan di salah satu universitas di negara itu. Aktivitas intelektual lainnya dalam penelitian dan filsafat.
Sumber : id.wikipedia.org
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 10 Februari 2025
Jakarta - Bagi calon mahasiswa yang ingin mempelajari ilmu kebumian ada 2 departemen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yaitu Departemen Teknik Geomatika dan Departemen Teknik Geofisika. Apakah perbedaan dari keduanya?
Kepala Departemen Teknik Geomatika, Danar Guruh Pratomo ST MT PhD, menjelaskan keilmuan Teknik Geomatika bersifat lebih kuantitatif bila dibandingkan dengan Teknik Geofisika yang bersifat kualitatif.
"Jika Teknik Geomatika memperhitungkan suatu pergerakan lempeng, Teknik Geofisika yang bisa menceritakan bagaimana hal itu bisa terjadi," ungkapnya dilansir dari laman resmi ITS.
Materi Kuliah dan Akreditasi Teknik Geomatika ITS
Danar menyampaikan bahwa Teknik Geomatika bertugas menyajikan data geospasial seperti dalam bentuk peta.
Untuk proses belajar mahasiswa, departemen yang mulanya bernama Teknik Geodesi ini menyediakan 5 laboratorium, yakni Geodesi dan Geodinamika, Geospasial, Survei dan Kadaster, Geomarin, dan Geoinformatika.
Soal lulusan sendiri, lulusan Departemen Teknik Geomatik ITS bisa dibilang cukup cepat dalam memperoleh kerja. Hal ini dikarenakan banyaknya kebutuhan akan peta sebagai data geospasial untuk menunjang beragam aktivitas.
"Berdasarkan data, banyak lulusan Teknik Geomatika ITS yang memperoleh pekerjaan kurang dari 6 bulan setelah lulus," ungkapnya.
Sementara itu, Departemen Teknik Geomatika ITS sudag mengantongi akreditasi nasional dan internasional.
Departemen Teknik Geomatika ITS sudah memperoleh akreditasi A dari BAN-PT. Sementara itu, departemen ini sudah terakreditasi oleh Asean University Network - Quality Assurance (AUN-QA).
Materi Kuliah dan Akreditasi Teknik Geofisika ITS
Selain itu, Kepala Departemen Teknik Geofisika ITS, Dr Dwa Desa Warnana SSi MSi mengungkapkan, Teknik Geofisika mempelajari struktur perlapisan di bawah permukaan bumi.
Dari hal itu, bisa diketahui kemungkinan keberadaan sebuah sumber daya walaupun tak dilaksanakan pengeboran.
"Kita juga menyediakan laboratorium penunjang, yakni Eksplorasi Mineral dan Air Tanah serta Geofisika Teknik dan Lingkungan," ungkapnya.
Walaupun baru akan genap satu dekade pada tahun ini, Departemen Teknik Geofisika ITS telah memperoleh akreditasi A oleh BAN-PT. Sementara itu, departemen ini pula telah memperoleh akreditasi internasional oleh Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Terlepas dari perbedaannya, kedua keilmuan ini saling melengkapi. Semisal, survei oleh Teknik Geofisika bisa dijalankan dengan bantuan peta topografi hasil dari keilmuan Teknik Geomatika.
"Teknik Geofisika ITS mempunyai hubungan baik sebab beberapa kali pula melaksanakan kerja sama dengan Teknik Geomatika ITS," ungkapnya.
Sumber: detik.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 10 Februari 2025
KOMPAS.com - Semua siswa mempunyai bakat dan minat masing-masing. Dalam memilih program studi (prodi) atau perguruan tinggi, minat dan bakat perlu menjadi pertimbangan agar mahasiswa memiliki dorongan belajar dan berprestasi. Memilih prodi sesuai dengan minat dan bakat, memungkinkan mahasiswa merasa lebih nyaman dan bersemangat selama menjalani perkuliahan di perguruan tinggi.
Bagi pelajar kelas 12 yang masih mempertimbangkan ingin memilih prodi apa, terlebih bagi kamu yang tertarik di dunia kesenian, Indonesia memiliki sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berbasis seni budaya. Merangkum akun Instagram Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, PTN berbasis seni budaya tersebar dari Aceh hingga Papua.
Berikut daftar PTN berbasis budaya:
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh memiliki 2 fakultas. Yakni Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain
Di Institut Seni Indonesia Padang Panjang memiliki 2 Fakultas. Yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Calon mahasiswa di Jawa Barat yang memiliki ketertarikan di dunia kesenian, Institut Seni Budaya Indonesia Bandung memiliki 3 fakultas yang dapat kalian pilih. Antara lain Fakultas Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Rupa dan Desain serta Fakultas Budaya dan Media.
Dikenal sebagai provinsi yang mempunyai kesenian dan kebudayaan yang sangat kuat, DIY punya Institut Seni Indonesia Yogyakarta. ISI Yogya mempunyai 3 Fakultas yang dapat dipilih calon mahasiswa. Antara lain Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Media Rekam.
Terdapat 2 fakultas di Institut Seni Indonesia Surakarta. Yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain.
PTN berbasis budaya satu-satunya di Papua ini mempunya 2 fakultas. Yakni Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Sumber: kompas.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 10 Februari 2025
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa pekerjaan hijau dalam model pembangunan ekonomi hijau membuka peluang bagi lulusan SMK di Indonesia.
Peneliti Kebijakan Publik BRIN Renny Savitri menyatakan bahwa pekerjaan hijau membutuhkan keterampilan baru untuk mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
“Pekerjaan hijau membutuhkan keterampilan dasar berupa analisis data dan informasi, berpikir kreatif, menginterpretasikan informasi untuk orang lain, dan kemampuan interpersonal,” katanya dalam presentasi penelitian yang dipantau di Jakarta, Kamis.
“Melatih dan membimbing orang lain yang dikombinasikan dengan pengetahuan khusus tentang keberlanjutan dan analisis siklus hidup,” tambahnya.
Savitri menjelaskan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan hijau harus memiliki keterampilan hijau untuk mendukung operasi bisnis yang berkelanjutan dan hemat sumber daya, karena perusahaan berfokus pada pengurangan jejak karbon atau emisi gas yang mereka hasilkan.
Melalui penelitian tentang pendidikan kejuruan dan pengembangan keterampilan untuk ekonomi biru, ekonomi hijau, dan ekonomi digital di tahun 2023, BRIN meneliti beberapa sekolah kejuruan di Indonesia yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki lapangan kerja hijau.
Beberapa sekolah tersebut antara lain SMKN 2 Banjarbaru, SMKN 3 Mataram, SMKN 1 Salam di Magelang, SMKN Pertanian Pacet di Cianjur, dan SMKN Pertanian Terpadu di Riau.
Penguatan pendidikan vokasi, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bertujuan untuk merespons momentum bonus demografi. Terlebih lagi, sebagian besar peminat SMK berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Savitri mengatakan bahwa model ekonomi hijau berperan untuk menggantikan model ekonomi hitam yang menyebabkan pemborosan melalui konsumsi bahan bakar fosil, batu bara, dan gas alam.
Intervensi pembangunan ekonomi hijau berfokus pada tiga aspek yaitu mitigasi perubahan iklim, penghematan energi fosil, dan penciptaan lapangan kerja berbasis green jobs.
“Dengan lahirnya pendekatan ekonomi hijau, pasti akan muncul lapangan kerja baru, yaitu green jobs,” ujar Savitri.
Menurutnya, pekerjaan hijau memiliki prospek yang cukup cerah, karena berbagai pekerjaan baru bermunculan sebagai dampak dari krisis iklim.
Beberapa pekerjaan yang termasuk dalam green jobs antara lain adalah pekerjaan di bidang Energi Baru dan Terbarukan (EBT), teknisi EBT, dan manajer keberlanjutan.
Disadur dari: en.antaranews.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 10 Februari 2025
Universitas Indonesia (UI) melaksanakan sosialisasi jalur penerimaan mahasiswa baru bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat tahun 2024 di Balai Purnomo Prawiro, Kampus UI Depok. Sosialisasi tersebut dihadiri sekitar 500 perwakilan pimpinan sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru Bimbingan Konseling (BK). Tidak hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya, perwakilan pimpinan sekolah dari Semarang, Jawa Tengah juga turut hadir dalam sosialisasi ini.
Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D. mengatakan, “Tujuan utama kami adalah mengkomunikasikan jalur masuk dan seleksi mahasiswa baru ke UI kepada masyarakat yang sangat berkepentingan, yang terdiri atas sekolah, pimpinan sekolah, para guru, dan tentunya anak-anak calon mahasiswa beserta orangtua dan keluarga. Saya berpesan kepada seluruh calon mahasiswa supaya tidak ragu memilih UI karena UI terus berkomitmen memberikan akses yang ‘adil’ kepada calon mahasiswa dari seluruh wilayah di Indonesia dan dari seluruh tingkatan sosial ekonomi.”
Hadir sebagai narasumber, yaitu Sekretaris Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Bekti Cahyo Hidayanto, S.Si., M.Kom., dan Kepala Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UI, Dr. Gunawan, ST., MT. Jalannya sosialisasi dipimpin oleh Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI, Dra. Amelita Lusia, M.Si.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 62 Tahun 2023, jalur masuk penerimaan mahasiswa baru program diploma dan program sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), termasuk UI, terbagi menjadi dua skema, yaitu jalur nasional dan jalur mandiri.
Untuk jalur nasional, UI menyediakan 50 persen dari total daya tampung, dengan rincian 20 persen melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan 30 persen melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Sementara itu, 50 persen dari total daya tampung UI akan diperebutkan melalui jalur mandiri.
Jalur mandiri UI terbagi ke dalam dua jalur, yaitu jalur ujian dan jalur tanpa ujian. Jalur ujian UI yang terdiri atas Sarjana dan Vokasi, Sarjana Kelas Internasional, dan Sarjana dan Vokasi dengan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Sementara itu, jalur tanpa ujian UI yang dapat ditempuh adalah jalur Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB) untuk Sarjana dan Vokasi, jalur Talent Scouting (TS) untuk Sarjana Kelas Internasional, dan Seleksi Jalur Prestasi (SJP) untuk Sarjana.
Pada tahun 2024, UI menambahkan daya tampungnya untuk mengakomodasi lebih banyak calon mahasiswa baru. Kepala PMB UI, Gunawan, mengatakan, “Pada 2024, kami menerima 10.473 calon mahasiswa dari Sarjana dan Vokasi, naik dibandingkan tahun 2023 yang saat itu daya tampungnya 10.159.”
Ia menambahkan, dari daya tampung total Sarjana Vokasi tersebut, terdiri atas Sarjana 8.823 dan Vokasi 1.650. Sementara itu, daya tampung total SNBP sebanyak 2.105 dengan rincian Sarjana 1.775 dan Vokasi 330.
Lalu, pada jalur SNBT akan menerima sebanyak 3.164 mahasiswa yang terdiri dari 2.666 Sarjana dan 498 Vokasi. Tahun ini, UI mengikutisertakan 64 program studi Sarjana dan 15 program studi Vokasi (9 Diploma III dan 6 Diploma IV).
Saat ini, masa Pengisian Pangkalan Data Sekolah Dan Siswa (PDSS) untuk Seleksi SNBP 2024 bagi sekolah tengah berlangsung dan akan berakhir pada 9 Februari 2024. Selanjutnya, akan disusul oleh Pendaftaran SNBP oleh siswa mulai 14 Februari hingga 28 Februari 2024. UI juga akan segera membuka jalur Talent Scouting pada 28 Februari hingga 22 Maret 2024 untuk Sarjana Kelas Internasional.
Sekretaris SNPMB Bekti menegaskan, “Siswa yang dinyatakan lulus seleksi SNBP 2024 tidak dapat mendaftar seleksi jalur mandiri di PTN manapun. Peserta yang dinyatakan lulus melalui jalur SNBT 2024 dan telah mendaftar ulang atau registrasi di PTN yang dituju juga tidak dapat diterima pada seleksi Jalur Mandiri 2024.” Bekti mengimbau calon mahasiswa baru untuk menunggu pengumuman hasil SNBT terlebih dahulu sebelum mendaftar jalur mandiri pada PTN tujuan.
Disadur dari: ui.ac.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 10 Februari 2025
Lagu-lagu Paramitha Rusady dan Obbie Messakh tentang nostalgia lagu masa SMA agaknya harus direfleksikan kembali dengan kenyataan saat ini. Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja, mencari kerja menjadi makin sulit. Oleh sebab itu, kualifikasi sumber daya manusia menjadi hal yang amat krusial.
Lulusan perguruan tinggi negeri cenderung digadang-gadang sehingga masa persiapan SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru) menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan siswa pada masa akhir SMA-nya. Dibandingkan dengan akhir 1980-an, ketika lagu-lagu tentang indahnya masa SMA berjaya, masa-masa SMA kini dikenang sebagai sesuatu yang sarat akan tekanan dan ketidakpastian.
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidojo pernah mengungkapkan bahwa kebanyakan siswa Kelas XII menghadapi stres saat memasuki musim SNPMB. Angka yang tinggi ini mendorong banyak orang untuk menjadikan siswa "kambing hitam". Biasanya, siswalah yang dituduh tidak bisa mengelola stres. Nasihat agar siswa mampu mengkondusifkan lingkungan belajar dan mengatur waktu agar tidak mengalami stres kerap dilontarkan.
Padahal, sebenarnya, tekanan psikologis yang dialami siswa Kelas XII bersumber dari dua faktor sosial utama. Pertama, adanya stereotip toksik bahwa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan satu-satunya penjamin kesuksesan. Kedua, salah kaprah bahwa Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) adalah tolok ukur akurat terhadap kecerdasan siswa.
PTN di atas segalanya
Benarkah bahwa PTN adalah penjamin kesuksesan yang absolut? Ide ini sebenarnya wajar saja. Lulusan perguruan tinggi negeri biasanya memiliki jaringan koneksi yang luas yang mempermudah mereka mencari pekerjaan. Apalagi, PTN dianggap kompeten dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas karena sudah berpengalaman sejak lama. Sebut saja Universitas Indonesia (UI) yang diprakarsai pada 1849, atau Institut Teknologi Bandung (ITB) yang cikal bakalnya muncul pada 1920.
Siswa SMA yang tidak melanjutkan pendidikan ke PTN sering dianggap bodoh dan memiliki masa depan yang tidak terjamin. Masih banyak mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS) yang mengalami kesulitan saat mencari kerja, atau mendapat komentar negatif dari keluarga karena melanjutkan pendidikan ke PTS.
Sebagaimana dicetuskan oleh sosiolog Max Weber, PTN ditafsirkan sebagai simbol yang melambangkan prestise. Melalui PTN, seseorang dapat menaikkan strata sosial dan citranya di mata orang-orang sekitar. Oleh sebab itu, tidak heran jika banyak orang rela mati-matian mengikuti jadwal belajar yang ketat demi lulus UTBK, yaitu tes seleksi masuk PTN.
Pola pikir "PTN di atas segalanya" ini dapat digambarkan melalui sebuah anekdot (yang konon, terinspirasi dari fenomena nyata): di suatu perusahaan, seorang atasan akan menyuruh HRD memilah berkas para pelamar kerja dengan cara memisahkan berkas pelamar lulusan PTN dan PTS.
Berkas pelamar lulusan PTS akan ditaruh di bawah tumpukan berkas-berkas lainnya sehingga tidak dilirik. Padahal, bukan berarti lulusan PTS tidak kredibel. Dewasa ini, makin banyak PTS yang menerapkan ujian masuk bagi calon mahasiswanya. Bahkan, banyak lulusan PTS turut memberdayakan masyarakat lokal atau menjadi diaspora dengan kontribusi positif.
UTBK sebagai tolok ukur kecerdasan
Dihapuskannya Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang meliputi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah seperti Biologi, Kimia, Sejarah, dan Geografi dalam UTBK 2023 merupakan inovasi yang problematik. Kebijakan ini, konon, diterapkan supaya kecerdasan siswa dapat dinilai secara lebih objektif sesuai jurusannya di SMA.
Namun, soal-soal matematika dan literasi dalam tes terstandardisasi (standardized test) seperti UTBK tetap saja tidak mampu menggambarkan kemampuan siswa secara akurat ataupun holistik.
Howard Garner (1983) berpendapat bahwa manusia memiliki delapan jenis kecerdasan. Melalui UTBK, definisi kecerdasan dikerucutkan menjadi satu jenis saja: bisa menjawab soal dengan model yang sudah ditentukan secara cepat dan tepat.
Klaim Mendikbud Nadiem Makarim bahwa dengan diterapkannya sistem baru UTBK yang hanya mengujikan kemampuan skolastik, siswa tidak perlu lagi mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah juga terbukti salah. Buktinya, bimbingan-bimbingan belajar masih terus dicari. Bimbingan belajar justru berinovasi untuk mengakomodasi perubahan-perubahan dalam sistem pelaksanaan UTBK.
Dalih orangtua yang rela menguras dompet demi mendaftarkan anaknya di bimbingan belajar selalu sama: sekolah saja tidak cukup. Tidak seperti sistem UTBK pada tahun-tahun sebelumnya yang masih mengujikan mata pelajaran TKA yang dipelajari selama tiga tahun duduk di bangku SMA, kini materi UTBK benar-benar asing.
Materi tes potensi skolastik (TPS) yang meliputi penalaran umum, kemampuan matematika, dan kemampuan berbahasa digadang-gadang sebagai kemampuan-kemampuan yang penting karena sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, justru hal-hal itu tidak diajarkan di sekolah. Kalaupun diajarkan, pentingnya kemampuan skolastik tidak terlalu dititik beratkan.
Matematika, misalnya, diajarkan sebagai rangkaian rumus dan angka yang perlu dihafalkan tanpa benar-benar diresapi hakikat dan contoh penerapannya. Sistem pembelajaran di sekolah yang, ibaratnya, tidak menghubungkan titik-titik menjadi satu garis bermakna, tetapi sekadar menekan siswa agar sekadar menghapal letak titik-titik tersebut telah "mencemarkan" hakikat pendidikan yang sesungguhnya.
Diterapkannya sistem penilaian item response theory (IRT) juga berpotensi menjadi kelemahan lain dalam pelaksanaan UTBK. Ringkasnya, komputer akan memberi bobot penilaian yang berbeda untuk setiap soal, tergantung tingkat kesulitannya. Soal yang sulit akan mendapat skor yang lebih besar daripada soal yang mudah. Jika banyak peserta berhasil menjawab suatu soal dengan benar, hal itu berarti bahwa soal tersebut termasuk dalam kategori mudah, dan begitu pula sebaliknya.
Sistem penilaian ini berbeda dengan sistem penilaian ujian lain pada umumnya yang bersifat absolut (misalnya, jawaban benar mendapat skor 4, jawaban salah mendapat skor -1, dan jawaban kosong mendapat nilai 0). Alhasil, tidak ada soal yang mendapat nilai 0 pada UTBK. Aturan ini kerap "dimanipulasi" oleh siswa untuk mendapat skor setinggi-tingginya.
Beredarnya video-video di media sosial yang membagikan cara-cara "menembak" jawaban dengan akurat serta berita siswa yang mendapat skor tinggi dari hasil "menembak" jawaban mengundang polemik: apakah "kecanggihan" sistem pelaksanaan UTBK benar-benar efektif atau di atas kertas saja?
Jika sistem pelaksanaan UTBK benar-benar sudah efektif, seharusnya kecurangan peserta UTBK dapat diantisipasi. Nyatanya, banyak siswa yang bukannya menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri, melainkan untuk menyiapkan alat berteknologi tinggi untuk mencontek. Dari tahun ke tahun, kecurangan siswa saat UTBK menjadi pokok bahasan klasik.
Kecurangan pada UTBK menunjukkan celah pada sistem pendidikan SMA di Indonesia. Banyaknya siswa yang kehilangan motivasi belajar pada tahun terakhir SMA menjadi bukti bahwa pendidikan Indonesia masih digerogoti pola pikir "sekolah adalah formalitas" yang sudah jelas keliru. Siswa jadi enggan belajar bukan karena malas, tetapi karena sadar bahwa PTN adalah target yang harus diutamakan sehingga pembelajaran di sekolah ibarat halal hukumnya untuk disisihkan sementara.
Sumber: news.detik.com