Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah satu komponen dalam lingkungan belajar dan akademis adalah literasi digital. Hal tersebut diperlukan dalam penggunaan teknologi.
Sejalan dengan itu, Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bersama Dinas Pendidikan Jakarta Pusat wilayah 2, mengadakan webinar dengan tajuk ‘Kepala Sekolah Masa Kini, Semakin Cakap dan Cerdas Digital’.
Bertindak sebagai narasumber, Dr Ir Mochamad Wahyudi selaku Rektor Universitas BSI dalam materinya menyampaikan bahwa, tidak banyak berbeda antara sekolah dan perguruan tinggi dalam pemanfaatan literasi digital. Akan tetapi bisa dilihat dari usia konsumennya. “Ketika membicarakan tentang literasi digital dalam dunia pendidikan, apa yang seharusnya dimaknai tentang literasi digital itu sendiri,” tutur Wahyudi, dalam keterangan tertulisnya Selasa (1/2).
Lanjutnya, literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai bentuk, serta sumber yang sangat luas dan diakses melalui perangkat komputer. “Dasar dari literasi komputer sekitar tahun 1980-an, saat komputer mikro semakin luas dipergunakan tidak saja di lingkungan bisnis, namun juga di masyarakat,” katanya.
Sedangkan, literasi informasi baru hadir sekitar 1990-an, ketika informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui jaringan teknologi informasi.
“Dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum,” jelasnya.
Ia menjelaskan, ada beberapa kemampuan literasi digital yang perlu diajarkan di sekolah antara lain information literacy, ethical use of digital resources, understanding digital footprins, protecting yourself online, handling digital communication dan cyberbullying.
“Siswa saat ini mengandalkan internet sebagai sumber informasi utama untuk penggunaan pribadi dan sekolah. Oleh karena itu, penting untuk mengajari siswa cara mengevaluasi informasi tersebut dengan benar. “Ini bagian dari literasi informasi,” jelasnya.
Siswa juga perlu mengetahui cara menggunakan sumber daya digital secara etis. Jadi meskipun siswa tahu bahwa mereka harus menulis di buku, mereka mungkin lupa bahwa mereka juga harus menulis secara online.
“Mengetahui sidik jari adalah keterampilan yang perlu dikuasai siswa. Ketahui sidik jari Anda. “Jejak digital adalah informasi yang ditinggalkan orang dan kemampuan mereka untuk mengekspresikan diri secara online, terutama di laman media sosial. Gunakan kata sandi yang kuat, gunakan pengaturan privasi, dan waspadai hal-hal yang tidak boleh dibagikan di media sosial,” tuturnya. dikatakan Itulah mengapa penting untuk mengajari anak Anda cara berkomunikasi dengan benar dan aman.
“Keterampilan terakhir yang perlu Anda ketahui adalah cyberbullying. Dia menambahkan: "Penggunaan teknologi untuk menindas orang lain terjadi setiap hari di Amerika."
Dia mengatakan pendidikan digital di sekolah dapat membantu siswa, guru, staf akademik, dan kepala sekolah: Dia mengatakan hal itu bisa terjadi. Harus memiliki kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan media digital, alat komunikasi dan jaringan. “Kemampuan ini memungkinkan kami menghasilkan informasi baru dan membagikannya secara cerdas,” katanya..
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
KOMPAS.com - Dunia pendidikan mengalami perubahan besar sejak pandemi Covid-19. Kegiatan belajar mengajar yang biasa dilakukan di dalam kelas berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran daring sejak merebaknya pandemi Covid-19. Tentu saja hal ini tidak mudah dan memerlukan adaptasi baik dari siswa maupun guru. Kendala berbeda muncul ketika pembelajaran daring. Mulai dari gangguan sinyal hingga kecemasan di lingkungan keluarga, pembelajaran di rumah memiliki banyak tantangan.
Perlu kerja sama semua pihak
Salah satu guru SMAN 77 Jakarta, Fajar Selawati, berbagi pengalaman penerapannya yang terbatas. pembelajaran tatap muka (PTM). Ia mengatakan, pembentukan Satgas Covid-19 serta peran sekolah, siswa, komite orang tua, RT dan RW hingga puskesmas setempat memunculkan gagasan efektif dalam mendistribusikan siswa selama masa terbatas. masa PTM. Menurut guru yang akrab disapa Tutu Ruva Sela itu, blended learning merupakan perpaduan pembelajaran daring dan luring. “Pelaksanaan blended learning di SMAN 77 Jakarta sudah dilaksanakan sejak bulan Juni. Sederhananya, kami memadukan suasana belajar siswa yang belajar di rumah dengan suasana belajar yang dialami guru dan siswa di sekolah,” jelas Sela seperti dikutip dari website. Karya Ristek Departemen Guru dan Dosen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (17 Januari 2022).
Sistem blended learning menggunakan gedung dan infrastruktur yang dimiliki sekolah. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan program Google Meet dan Zoom. “Berbagai alat digunakan untuk menggabungkan lingkungan pembelajaran,” jelas Sela.
Tips menyelenggarakan blended learning
Sela memahami bahwa hampir semua sekolah memiliki karakteristik dan kebijakan masing-masing dalam menerapkan blended learning. Tips penerapan blended learning yang dirangkumnya sebagai berikut:
Sela juga merekomendasikan agar monitoring dan evaluasi (monev) terdokumentasi dengan baik. Di SMAN 77 Jakarta, monev dilakukan dengan menggunakan Google Form, ditempel di dinding, dijilid dan diserahkan ke pihak sekolah.
Sumber : kompas.com
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Keberhasilan studi tatap muka yang dimulai hari ini akan menentukan masa depan Indonesia.
Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani menyampaikan hal tersebut dalam diskusi kelompok yang digelar SMA Darul Hikam Bandung, Jawa Barat pada Selasa (21/9).
Muzani mengatakan hal tersebut di awal pemerintahan keduanya, Joko , Widodo- Presiden Ma'ruf Amin memutuskan untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Namun, karena krisis COVID-19 yang melanda negara kita dalam dua tahun terakhir, aktivitas pendidikan menjadi terhambat. Padahal pendidikan merupakan cara terpenting untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Karena semuanya akan dilakukan secara online dan daring, maka segala kegiatan yang mempertemukan banyak orang, termasuk civitas akademika, akan dihentikan. Ahmad Muzani mengatakan, “Siswa tidak mengenal guru, guru tidak mengenal siswa, siswa tidak mengenal kelaparan.”
Pembelajaran online sangat dipengaruhi oleh ketersediaan perangkat, jaringan internet, dan situs internet. “Makanya pendidikan kita kurang. Malah lama kelamaan jadi membosankan, termasuk siswa, guru, dan penyelenggara pendidikan,” ujarnya.
Kualitas sumber daya manusia kami pada akhirnya tidak sesuai harapan. Karena itu adalah akibat dari pendidikan yang tidak sempurna. Selain itu, beasiswa ini tidak berlaku untuk semua pelajar dan wilayah di Indonesia. Ahmad Muzani yang juga Sekretaris Jenderal Kelompok Gerindra menyambut baik rencana pengangkatan satu juta guru honorer menjadi pekerja PPPK karena belum meratanya distribusi sarana dan prasarana kerja online, kata Muzani. sehingga siswa dan guru yang berkualitas dapat melakukan apa yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun, terkadang puluhan tahun.
Selanjutnya, kendala administrasi dan tes seleksi menjadi kendala bagi seorang guru honorer untuk menjadi pegawai PPPK. Untuk itu, Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI mengatakan, guru honorer yang sudah bekerja beberapa tahun atau puluhan tahun sebaiknya tidak diuji.
"Pengabdian panjang mereka harus diakui dan dihargai dengan diangkat menjadi pekerja PPPK tanpa ujian," kata Muzani saat mengikuti FGD pendidikan di SMA Darul Hikam Bandung.
Menurutnya, mengajar adalah pengabdian atau panggilan sejati, bukan pencarian kerja. Oleh karena itu mereka melakukan pekerjaan ini dengan ikhlas dan penuh kehati-hatian, bahkan di tempat terpencil sekalipun dengan harga yang wajar.
Kebijakan pengangkatan 1 juta guru honorer menjadi tenaga PPPK merupakan peluang untuk merekrut jutaan guru honorer yang masih bekerja di dunia pendidikan. “Kita patut mengucapkan terima kasih atas kerja, waktu, dan tenaga mereka,” kata Muzani.
Menetapkan mereka sebagai pegawai PPPK akan menjamin kiprah mereka di dunia pendidikan, menjamin masa depan mereka. Hal ini akan meningkatkan kualitas pendidikan kita dan pada akhirnya meningkatkan sumber daya manusia kita.
FGD program “Pola Pendidikan Pasca Covid-19” juga dihadiri oleh Ketua DPRD Jabar, Brigjen TNI (Purn) M Taufik Hidayat serta pakar pendidikan dari ITB, UPI dan Unpad. , begitu pula para promotor pendidikan di Jawa Barat.
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji membagikan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya learning loss kepada anak. Terutama, anak-anak yang kini harus belajar dari rumah karena adanya pandemi COVID-19.
Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu, katanya dikutip dari keterangan pers, Ahad (5/9). Kondisi tersebut, antara lain adalah periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus sekolah yang dialami peserta didik karena kemiskinan, hingga ditutupnya sekolah tatap muka sebagai akibat dari pandemi yang mengharuskan siswa melakukan pembelajaran jarak jauh.
Indra menuturkan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap muka. Learning loss justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online.
Di situasi ini, guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.A
da pun kiat-kiat yang dibagikan Indra kepada para tenaga pengajar untuk menghindari learning loss pada siswa. "Pertama, pendidik harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai keberlangsungan zaman. Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat dari waktu ke waktu," kata Indra.
Kedua, pendidik juga perlu memahami Socio-Technical Knowledge Management pada era digital yang terdiri dari Infokultur, Infostrukur dan Infrastuktur. Infokultur merupakan transfer informasi di era digital, salah satunya yang dikenal dengan istilah blended learning yakni perpaduan antara manusia dengan teknologi.
Infostruktur berkaitan dengan hal-hal identitas lembaga di dunia maya, seperti alamat situs, akun-akun sivitas yang berhubungan dengan nama domain lembaga. Institusi pendidikan harus mempunyai domain khusus misal sch.id atau ac.id untuk penyediaan e-mail guru dan siswa agar proses transfer informasi tidak akan tercampur dengan urusan pribadi.
Selain domain, lembaga pendidikan juga perlu menyiapkan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Sementara, infrastruktur terkait dengan tentang sarana dan prasarana, gawai, listrik hingga internet yang merupakan aspek terpenting untuk mendukung keberlangsungan pendidikan era digital.
Terakhir, pendidik mulai menerapkan kelas modern (Flipped Classroom), yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara efektif. Pada tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring.
"Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini. Kemudian secara sinkron menganalisis atau mengomentari presentasi, diskusi, dan kasus melalui forum kelas online dan offline,” kata Indra.
Sumber : republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP--Hasil penelitian mahasiswa Universitas Jember (UNEJ), Jawa Timur, menyatakan pola pembelajaran via daring yang digelar di berbagai sekolah selama ini, telah banyak mengubah karakter anak didik, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, yakni SD (Sekolah Dasar) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)."Ini terjadi, karena saat belajar via daring, anak tidak hanya belajar tentang materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru, akan tetapi mereka juga berselancar dengan dunia maya," kata peneliti Firratus Saadah di Sumenep, Rabu (1/9).
Mahasiswa pada Program Studi (Prodi) Teknologi Informasi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember ini meneliti Dampak Pembelajaran Daring pada Siswa di Era Pandemi Covid-19. Objek penelitiannya, siswa kelas III hingga VI MI Al-Hidayah di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Penelitian yang merupakan tugas dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi dan melakukan pengamatan di lapangan disamping wawancara langsung sebagai pendukung."Dari situ, terungkap fakta dari siswa-siswa yang kami teliti, bahwa sejumlah anak di MI Al-Hidayah itu gaya bicaranya 'kotor' setelah berselancar dengan dunia maya," ungkap Vira, sapaan karib Firratus Saadah yang merupakan peserta KKN 15 Back to Village (BTV) III UNEJ 2021 itu.
Penelitian dengan metode pengumpulan data berupa observasi yang dilakukan mahasiswa semester VII Prodi Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer UNEJ itu lalu menjadi landasan pro kerja bagi Vira untuk menetapkan program kerja dari program KKN yang digelar di Desa Bragung, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur itu.
Program kerja yang akhirnya ditetapkan atas fenomena yang terjadi pada peserta didik itu berupa pembelajaran pendidikan karakter terhadap anak-anak di lingkungannya, dengan mengacu pada lima nilai utama yakni religius, integritas, mandiri, dan gotong-royong."Saya mengajak sejumlah anak membuat tepung tanah liat (clay). Kegiatan ini untuk merangsang anak supaya bisa bekerjasama dengan baik. Anak-anak juga diajak nonton film disney, dan melakukan bedah film. Film tersebut memberikan pelajaran tentang toleransi dalam perbedaan," ujarnya.
Penelitian tentang dampak pembelajaran daring ini, melengkapi hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa di Universitas Yogyakarta bernama Wening Sekar Kusuma tentang Dampak Pembelajaran Daring terhadap Prilaku Sosial Emosional Anak. Bedanya, metode yang digunakan dalam penelitian sebelumnya pada studi kasus melalui wawancara dengan analisis tematik pada 10 ibu yang memiliki anak bersekolah TK di kabupaten Ngawi.
Oleh peneliti, sebagaimana dipublikasikan di Jurnal Obsesi di kampus itu, para ibu diberikan pertanyaan melalui wawancara terkait dampak perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring.Hasilnya, secara umum perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring, anak cenderung kurang bersikap kooperatif karena anak jarang bermain bersama, kurangnya sikap toleransi, kurangnya bersosialisasi dengan teman terbatasi adanya belajar di rumah, anak terkadang merasa bosan dan sedih, anak merasa rindu teman dan guru serta anak juga tercatat mengalami kekerasan verbal karena proses belajar yang tidak lazim.
Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom, pembelajaran tatap muka dengan daring memang berbeda secara psikologis, apalagi pada anak-anak dan remaja."Dalam pembelajaran tatap muka, ada sentuhan rasa yang bisa disampaikan secara langsung oleh guru kepada murid, tapi tidak pada pembelajaran daring," katanya
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 18 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID, IAKARTA -- Dalam penelitian terbaru, perusahaan perangkat lunak Kaspersky mengidentifikasi tantangan teknologi yang dihadapi keluarga di kawasan Asia Pasifik (APAC) dalam periode pembelajaran jarak jauh berkelanjutan (PJJ).
Kaspersky melakukan uji coba Toluna Satu investigasi. institusi yang ditunjuk. Survei ini dilakukan antara bulan April dan Mei 2021. Responden dari kawasan Asia Pasifik mencakup 517 orang tua, guru, dan 64 anak yang belajar online.
Lebih dari separuh responden mengatakan mereka akan membantu anak-anak mereka menggunakan alat yang mereka perlukan untuk belajar on line. Keluarga di Asia Pasifik (49%) Perlu membeli atau menyewa peralatan untuk mendukung pembelajaran. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Afrika (62%). Senang rasanya melihat lebih dari separuh (59%) anak-anak di Asia Pasifik mengakses pembelajaran online melalui ponsel cerdas mereka.
Tiga dari lima (60%) anak-anak dalam domain yang terkait dengan pembelajaran online adalah teknisi masalah . Sebagian besar (79%) mendapat bantuan dari orang tuanya untuk mengoperasikan perangkat tersebut. Namun, 16 persen anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.
Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Chris Connell mengatakan di seluruh kawasan Asia Pasifik, pembelajaran virtual terus menjadi norma yang dibutuhkan. Kaspersky melihat ini masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Studi Kaspersky, kata Connell, membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis.
“Banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sekolah jika mereka menawarkan opsi ini, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet,” komentar Connell melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Senin (19/7).
“Ini terbukti menjadi salah satu kesulitan bagi orang tua dan anak-anak. Tapi saya berharap pengalaman yang diperoleh dari menjelajahi dunia online dapat membantu kita melihat secara lebih terbuka akan format pembelajaran offline tradisional dan kedepannya menjadi mahir menggunakan alat digital yang lebih efektif dengan aman,” tambah Connell.
Untuk dapat tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstall program tambahan di perangkat mereka. Misalnya, 38 persen mulai menggunakan layanan konferensi video baru dan 43 persen mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya. Beberapa orang tua (23 persen) juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.
Direktur Hubungan Univeristas di Mail.ru Group Sergey Mardanov mengatakan ketika pandemi Covid-19 memicu migrasi massal ke pembelajaran jarak jauh, banyak guru dan siswa menyambut pengalaman pertama mereka dalam bekerja dan belajar online.
Sumber: republika.co.id