Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa pekerjaan hijau dalam model pembangunan ekonomi hijau membuka peluang bagi lulusan SMK di Indonesia.
Peneliti Kebijakan Publik BRIN Renny Savitri menyatakan bahwa pekerjaan hijau membutuhkan keterampilan baru untuk mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
“Pekerjaan hijau membutuhkan keterampilan dasar berupa analisis data dan informasi, berpikir kreatif, menginterpretasikan informasi untuk orang lain, dan kemampuan interpersonal,” katanya dalam presentasi penelitian yang dipantau di Jakarta, Kamis.
“Melatih dan membimbing orang lain yang dikombinasikan dengan pengetahuan khusus tentang keberlanjutan dan analisis siklus hidup,” tambahnya.
Savitri menjelaskan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan hijau harus memiliki keterampilan hijau untuk mendukung operasi bisnis yang berkelanjutan dan hemat sumber daya, karena perusahaan berfokus pada pengurangan jejak karbon atau emisi gas yang mereka hasilkan.
Melalui penelitian tentang pendidikan kejuruan dan pengembangan keterampilan untuk ekonomi biru, ekonomi hijau, dan ekonomi digital di tahun 2023, BRIN meneliti beberapa sekolah kejuruan di Indonesia yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki lapangan kerja hijau.
Beberapa sekolah tersebut antara lain SMKN 2 Banjarbaru, SMKN 3 Mataram, SMKN 1 Salam di Magelang, SMKN Pertanian Pacet di Cianjur, dan SMKN Pertanian Terpadu di Riau.
Penguatan pendidikan vokasi, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bertujuan untuk merespons momentum bonus demografi. Terlebih lagi, sebagian besar peminat SMK berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Savitri mengatakan bahwa model ekonomi hijau berperan untuk menggantikan model ekonomi hitam yang menyebabkan pemborosan melalui konsumsi bahan bakar fosil, batu bara, dan gas alam.
Intervensi pembangunan ekonomi hijau berfokus pada tiga aspek yaitu mitigasi perubahan iklim, penghematan energi fosil, dan penciptaan lapangan kerja berbasis green jobs.
“Dengan lahirnya pendekatan ekonomi hijau, pasti akan muncul lapangan kerja baru, yaitu green jobs,” ujar Savitri.
Menurutnya, pekerjaan hijau memiliki prospek yang cukup cerah, karena berbagai pekerjaan baru bermunculan sebagai dampak dari krisis iklim.
Beberapa pekerjaan yang termasuk dalam green jobs antara lain adalah pekerjaan di bidang Energi Baru dan Terbarukan (EBT), teknisi EBT, dan manajer keberlanjutan.
Disadur dari: en.antaranews.com