Keterlambatan Proyek

Mengurai Akar Masalah Keterlambatan Proyek Konstruksi: Fokus pada Faktor Keuangan di Malaysia

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 31 Mei 2025


Mengapa Masalah Keuangan Jadi Biang Keterlambatan Proyek?

 

Dalam industri konstruksi, keterlambatan proyek bukan sekadar soal teknis—faktor keuangan justru kerap menjadi pemicu utama. Di Malaysia, persoalan ini terbukti nyata: pada tahun 2005, sekitar 17,3% dari 417 proyek pemerintah mengalami keterlambatan lebih dari tiga bulan atau bahkan terbengkalai. Padahal, sektor konstruksi menyumbang 4,6% dari PDB nasional di 2007 dan menyerap lebih dari 600.000 tenaga kerja.

 

Penelitian oleh Abdul-Rahman, Takim, dan Wong Sze Min (2009) mengangkat permasalahan ini secara komprehensif dengan menyelidiki empat faktor utama yang menghambat penyelesaian proyek dari sisi keuangan: keterlambatan pembayaran, manajemen arus kas yang lemah, keterbatasan sumber dana, dan ketidakstabilan pasar finansial.

 

Metodologi Penelitian: Kombinasi Survei dan Wawancara Mendalam

 

Penelitian ini mengadopsi pendekatan campuran yang melibatkan:

 

Distribusi kuesioner kepada 558 pihak profesional konstruksi (klien, kontraktor, konsultan, bankir), dengan 110 respon (tingkat respon 19,7%).

 

Wawancara mendalam terhadap 8 narasumber utama dari masing-masing kelompok profesi.

 

Analisis tematik terhadap 19 faktor penyebab yang dikelompokkan menjadi empat kategori utama.

 

Empat Akar Masalah Finansial Penyebab Keterlambatan Proyek

 

1. Keterlambatan Pembayaran

Keterlambatan pembayaran—terutama oleh klien—memicu efek domino dalam rantai proyek. Penundaan ini sering disebabkan oleh:

  • Manajemen keuangan klien yang buruk (skor 442),
  • Penahanan pembayaran oleh klien (427),
  • Keterlambatan dalam evaluasi nilai pekerjaan oleh konsultan (377),
  • Dokumentasi yang tidak lengkap (375).

 

2. Manajemen Arus Kas yang Lemah

Sebagai darah kehidupan proyek, arus kas yang sehat menentukan kelangsungan pekerjaan. Sayangnya, banyak kontraktor gagal menjaga hal ini. Beberapa penyebabnya:

  • Keuangan kontraktor yang tidak stabil (441),
  • Penawaran tender yang tidak realistis oleh kontraktor tidak berkualitas (436),
  • Tidak adanya prakiraan arus kas yang teratur (425).

 

3. Sumber Dana Tidak Cukup

Keterbatasan dana bisa berasal dari:

  • Sulitnya mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan (394),
  • Ketidaksiapan anggaran pemerintah saat proyek sudah berjalan (386).

 

4. Ketidakstabilan Pasar Keuangan

Faktor eksternal turut memperburuk kondisi:

  • Inflasi bahan, upah tenaga kerja, dan transportasi (454),
  • Kenaikan suku bunga pinjaman (382),
  • Fluktuasi nilai tukar (395).

 

Temuan Data: Prioritas dan Frekuensi Faktor

 

Analisis menunjukkan bahwa:

 

Faktor paling signifikan adalah manajemen arus kas yang buruk (464),

 

Faktor paling sering terjadi adalah ketidakstabilan pasar keuangan (349),

 

Semua kelompok profesional sepakat bahwa arus kas buruk adalah akar utama keterlambatan proyek.

 

Peran Klien dalam Mengurangi Keterlambatan

 

Menariknya, 60% responden menyatakan bahwa klien adalah pihak paling bertanggung jawab untuk mengatasi hambatan keuangan. Salah satu komentar bahkan menyebut pemerintah sebagai aktor penting dalam mencairkan anggaran tepat waktu.

 

Studi Kasus dan Konteks Global

 

Beberapa contoh serupa di negara lain menguatkan temuan ini:

  • Jordan: Banyak kontraktor terhambat karena perubahan desain oleh klien meningkatkan beban biaya tak terduga.
  • Thailand: Proyek jalan tol terganggu karena dana dari pemerintah pusat tertunda.
  • Indonesia: Kontraktor lokal kesulitan mengakses pinjaman modal kerja untuk proyek-proyek gedung bertingkat tinggi.

 

Rekomendasi Praktis untuk Industri Konstruksi

 

Untuk Klien:

  • Bayar tepat waktu kepada kontraktor utama.
  • Gunakan sistem financial assignment agar pemasok dibayar langsung oleh klien.
  • Bagi proyek besar menjadi tahap-tahap kecil agar lebih manageable.

 

Untuk Kontraktor:

  • Jangan menangani terlalu banyak proyek sekaligus.
  • Lakukan penilaian risiko finansial sebelum menerima proyek.
  • Lakukan pengendalian biaya internal dan perencanaan arus kas berkala.
  • Terapkan sistem kuota dan pilih klien yang punya reputasi pembayaran baik.

 

Untuk Lembaga Keuangan:

  • Percepat proses pencairan dana setelah syarat dipenuhi.
  • Berikan fasilitas pembiayaan akhir (end-financing) untuk proyek pembangunan.

 

Untuk Pemerintah dan Legislator:

  • Revisi kontrak standar agar menjamin kejelasan dan kecepatan dalam proses pembayaran.
  • Terapkan undang-undang yang mengatur penalti atas keterlambatan pembayaran oleh klien.
  • Sosialisasikan pentingnya manajemen keuangan dalam proyek pemerintah.

 

Kritik dan Catatan Tambahan

 

Meski studi ini komprehensif, beberapa aspek bisa ditingkatkan:

  • Tingkat respons survei hanya 19,7%, berisiko tidak mencerminkan populasi industri secara keseluruhan.
  • Tidak ada estimasi kerugian finansial dalam bentuk angka konkret untuk setiap faktor.
  • Tidak membedakan antara proyek sektor publik dan swasta, padahal dinamika keuangan keduanya cukup berbeda.

 

Penelitian lanjutan disarankan untuk fokus pada proyek-proyek mikro (< RM 1 juta) dan membandingkan model pembiayaan antara proyek pemerintah dan proyek developer swasta.

 

Kesimpulan: Saatnya Memutus Rantai Masalah Keuangan Proyek Konstruksi

 

Keterlambatan proyek di Malaysia, sebagaimana di banyak negara berkembang, tidak semata-mata disebabkan oleh masalah teknis atau manajerial. Penelitian ini membuktikan bahwa masalah keuangan adalah simpul utama yang harus segera ditangani.

 

Kunci utama ada pada klien dan kontraktor. Klien harus lebih disiplin dalam pengelolaan dana dan pembayaran, sedangkan kontraktor perlu memperkuat kemampuan manajerial dan keuangannya agar tidak hanya bergantung pada arus pembayaran dari atas.

 

Dengan penerapan praktik yang lebih profesional dan dukungan regulasi yang tepat, industri konstruksi dapat menghindari spiral keterlambatan akibat krisis finansial internal.

 

 

Sumber:

Abdul-Rahman, H., Takim, R., & Wong, S. M. (2009). Financial-related causes contributing to project delays. Journal of Retail & Leisure Property, 8(3), 225–238. DOI:10.1057/rlp.2009.11

Selengkapnya
Mengurai Akar Masalah Keterlambatan Proyek Konstruksi: Fokus pada Faktor Keuangan di Malaysia

Keterlambatan Proyek

Membongkar Akar Masalah Keterlambatan Proyek EPC di Indonesia: Antara Biaya Terendah dan Kualitas Perencanaan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 31 Mei 2025


Mengapa Proyek EPC Rentan Terlambat di Indonesia?

 

Proyek EPC (Engineering, Procurement, and Construction) menjadi andalan dalam pembangunan infrastruktur skala besar di Indonesia, terutama dalam sektor industri pupuk milik BUMN. Model ini menjanjikan efisiensi melalui paket kerja terintegrasi. Namun, janji manis ini seringkali tidak terealisasi. Studi Sarwani dkk. mengungkap bahwa 90% proyek EPC pada periode 2010–2020 mengalami keterlambatan signifikan, meskipun telah menggunakan praktik terbaik dari proyek sebelumnya.

 

Fakta ini menimbulkan pertanyaan penting: jika pendekatan EPC yang terintegrasi justru memicu keterlambatan, di mana letak masalahnya?

 

Metode dan Sampel: Representasi Nyata Dunia Proyek

 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 67 responden kunci yang berasal dari pemilik proyek (BUMN dan anak perusahaannya), kontraktor EPC, serta konsultan desain. Lebih dari 76% responden memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun, dan hampir separuh adalah manajer proyek.

 

Dengan menggunakan Relative Importance Index (RII) dan Spearman Rank Correlation, peneliti mengidentifikasi 21 faktor penyebab keterlambatan yang dikelompokkan ke dalam tujuh kategori: proyek, pemilik, kontraktor, desain, material, tenaga kerja, dan eksternal.

 

Sepuluh Penyebab Keterlambatan Paling Kritis

 

1. Keterlambatan Pengadaan Material dan Peralatan

Menempati peringkat pertama (RII 0.910), keterlambatan ini mengganggu jalur kritis proyek. Masalah seperti pergantian daftar produsen, masalah bea cukai, dan keterlambatan fabrikasi vendor menjadi akar penyebab.

 

2. Kesulitan Pembiayaan oleh Kontraktor

RII 0.896 mencerminkan bahwa banyak kontraktor yang bergantung sepenuhnya pada pembayaran progres. Jika progres lambat, dana macet, proyek pun tersendat.

 

3. Perencanaan dan Penjadwalan yang Tidak Efektif

Masalah ini menjadi penyebab klasik (RII 0.884). Jadwal kerja yang tidak realistis, ditambah kurangnya kompetensi perencana proyek, menyebabkan deviasi besar antara rencana dan realisasi.

 

4. Pemenang Tender adalah Penawar Terendah yang Tidak Layak

Ironi besar muncul ketika proyek diberikan kepada penawar 80% di bawah estimasi pemilik. RII 0.857 menunjukkan bahwa praktik “harga terendah” justru menjadi jebakan biaya dan kualitas.

 

5. Pekerjaan Ulang karena Kesalahan Konstruksi

RII 0.848. Rework terjadi karena kurangnya pelatihan dan pengawasan mutu. Biaya rework di proyek studi kasus mencapai 3,15% dari total nilai kontrak.

 

6. Komunikasi dan Koordinasi yang Buruk

Dalam proyek sebesar EPC, minimnya sistem komunikasi formal (bahkan hanya mengandalkan ingatan dan chat pribadi) menjadi penyebab salah paham antar pihak (RII 0.836).

 

7. Keterlambatan Desain Subkontraktor

Indonesia memiliki tingkat subkontrak yang tinggi dalam proyek EPC. Ketika subkontraktor tidak kompeten atau lambat menyelesaikan desain, seluruh proses mundur (RII 0.833).

 

8. Perselisihan dalam Pemahaman Kontrak EPC

Kontrak lumpsum sering kali disusun dalam waktu terbatas, dengan spesifikasi yang masih umum. Hal ini memicu sengketa saat proyek berjalan (RII 0.830).

 

9. Penentuan Durasi Kontrak yang Tidak Realistis oleh Pemilik

Manajemen proyek kadang ditekan untuk mengejar target politik atau kepentingan bisnis jangka pendek, memaksakan durasi tak masuk akal (RII 0.827).

 

10. Keterlambatan Keputusan Pemilik Terkait Perubahan Desain

Ketika pemilik lambat menyetujui perubahan atau resolusi konflik, proyek mandek (RII 0.815). Kerap kali pemilik harus konsultasi dengan pihak ketiga untuk menghindari konflik kepentingan, yang malah memperpanjang proses.

 

Analisis Tambahan: Apa yang Membuat Faktor Ini Berbahaya?

 

Faktor-faktor di atas, meskipun tampak teknis, memiliki implikasi luas. Misalnya, ketergantungan pada pembiayaan dari progres menyebabkan kontraktor kesulitan menalangi pekerjaan awal. Di sisi lain, sistem tender berbasis harga terendah mendorong kontraktor menekan biaya secara tidak sehat, yang berujung pada pekerjaan asal-asalan dan sengketa panjang.

 

Konsistensi Pandangan antar Pihak

 

Spearman Rank Correlation menunjukkan tingkat kesepakatan yang tinggi antar pemilik, kontraktor, dan konsultan:

 

Korelasi pemilik–kontraktor: 99,3%

 

Korelasi pemilik–konsultan: 98,3%

 

Korelasi kontraktor–konsultan: 97,4%

 

Hal ini menunjukkan bahwa penyebab keterlambatan bersifat struktural dan tidak sekadar pandangan sepihak.

 

Perbandingan Internasional: Pola Global yang Mirip

 

Penelitian ini juga membandingkan temuan dengan negara berkembang lain seperti Vietnam, India, Bangladesh, dan Iran. Hasilnya, penyebab seperti perencanaan buruk, keterlambatan pembayaran, dan konflik desain juga menjadi masalah umum di negara-negara tersebut.

 

Rekomendasi Mitigasi Keterlambatan Proyek EPC di Indonesia

 

Untuk Kontraktor:

  • Bangun sistem perencanaan terstandar dan berbasis data.
  • Miliki cadangan dana awal proyek, jangan hanya andalkan pembayaran progres.
  • Latih tenaga kerja dan tim perencana agar kompeten.
  • Gunakan tools seperti BIM untuk efisiensi desain dan integrasi kerja.

 

 

Untuk Pemilik:

  • Jangan hanya fokus pada harga saat lelang, pertimbangkan kompetensi.
  • Realistis dalam menetapkan durasi kontrak dan fleksibel terhadap revisi.
  • Sediakan mekanisme pengambilan keputusan cepat saat ada usulan perubahan.

 

Untuk Konsultan:

  • Tingkatkan standar dokumentasi teknis dan validasi desain.
  • Pastikan subkontraktor desain memiliki kapasitas dan pengalaman cukup.

 

Solusi Sistemik:

  • Gunakan metode tender dua tahap seperti Design Build Competition (DBC) agar kontraktor tidak hanya dinilai dari harga, tetapi juga kualitas inovasi.
  • Terapkan regulasi yang memaksa evaluasi kualitatif dalam seleksi kontraktor.
  • Wajibkan penggunaan BIM dalam semua proyek EPC berskala besar.

 

Opini dan Kritik: Apa yang Bisa Ditingkatkan dari Studi Ini?

 

Studi ini sudah sangat mendalam dalam identifikasi penyebab. Namun, beberapa catatan penting:

  • Survei hanya melibatkan 67 responden, sehingga validitasnya bisa diperluas dengan populasi lebih besar.
  • Fokus hanya pada industri pupuk milik BUMN, padahal proyek EPC juga marak di sektor energi dan transportasi.

 

Meski begitu, data empiris dan metode kuantitatif yang digunakan cukup kuat sebagai dasar pembuatan kebijakan mitigasi risiko proyek di masa depan.

 

Kesimpulan: Saatnya EPC Indonesia Meninggalkan Paradigma "Murah Tapi Mahal"

 

Studi ini memperlihatkan bahwa sebagian besar keterlambatan proyek EPC di Indonesia disebabkan oleh faktor internal yang bisa dikendalikan, bukan oleh kejadian eksternal seperti cuaca atau politik. Proyek EPC memerlukan sinergi yang kuat antara perencanaan matang, komunikasi lintas aktor, pembiayaan yang sehat, dan sistem tender yang adil.

 

Jika Indonesia serius ingin meningkatkan kinerja infrastruktur nasional, perlu ada pergeseran paradigma dari sekadar efisiensi biaya menjadi efisiensi keseluruhan proyek—dari hulu ke hilir. Dan studi Sarwani dkk. memberi kita peta jalan awal untuk menuju ke sana.

 

 

Sumber:

Sarwani, I. Baihaqi, & C. Utomo. (2024). Causes of Delay in EPC Projects: The Case of Indonesia. International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 14(2). DOI:10.18517/ijaseit.14.2.19744

Selengkapnya
Membongkar Akar Masalah Keterlambatan Proyek EPC di Indonesia: Antara Biaya Terendah dan Kualitas Perencanaan

Keterlambatan Proyek

Mengungkap Akar Keterlambatan Proyek Konstruksi di Aceh: Analisis Faktor Risiko dan Solusi Strategis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 Mei 2025


Pendahuluan: Keterlambatan Proyek, Fenomena Sistemik di Industri Konstruksi

 

Keterlambatan proyek konstruksi merupakan persoalan klasik yang terus berulang, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di Provinsi Aceh, masalah ini bahkan menjadi hal rutin yang terjadi hampir setiap akhir tahun anggaran. Tidak hanya menimbulkan kerugian secara ekonomi, tetapi juga berdampak langsung pada keterlambatan pelayanan publik dan kepercayaan terhadap tata kelola pemerintah daerah.

Penelitian oleh Rauzana dan Dharma berupaya menjawab pertanyaan mendasar: apa saja faktor risiko utama yang memicu keterlambatan proyek konstruksi di Aceh? Melalui pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner dan analisis deskriptif statistik, mereka mengidentifikasi dan mengklasifikasikan 60 indikator keterlambatan berdasarkan pengaruhnya terhadap proyek.

 

Metodologi: Survei Lapangan dan Analisis Statistik

 

Penelitian ini mengandalkan data primer dari 68 responden, seluruhnya berasal dari perusahaan kontraktor yang memiliki pengalaman mengelola proyek konstruksi antara tahun 2012–2020 di Aceh. Responden sebagian besar memiliki kualifikasi perusahaan M1 (92,65%) dengan rentang biaya proyek di bawah Rp10 miliar.

Data dianalisis menggunakan uji validitas, reliabilitas (dengan Cronbach Alpha > 0,6 untuk semua variabel), dan distribusi frekuensi. Indikator dinilai menggunakan skala Likert 1–5, dan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori pengaruh: sangat berpengaruh (mode = 5), berpengaruh tinggi (mode = 4), dan pengaruh sedang (mode = 3).

 

Temuan Utama: 30 Faktor Risiko Paling Dominan

 

Dari 60 indikator, terdapat 30 faktor yang dikategorikan sebagai sangat berpengaruh terhadap keterlambatan proyek. Faktor-faktor ini diklasifikasikan ke dalam sepuluh kelompok utama:

1. Material

Masalah seperti perubahan spesifikasi, kerusakan penyimpanan, keterlambatan pengiriman, dan kesalahan perhitungan kebutuhan material menjadi penyebab utama.
Contoh: 91,2% responden menyebut “perubahan spesifikasi material” sebagai faktor keterlambatan tertinggi (mode = 5).

 

2. Peralatan

Kerusakan alat berat dan rendahnya produktivitas alat menjadi pemicu utama. Efisiensi penggunaan alat menjadi krusial agar pekerjaan tidak stagnan.

 

3. Keuangan

Kondisi keuangan kontraktor yang lemah, keterlambatan pembayaran oleh pemilik proyek, serta tingginya biaya overhead berkontribusi besar terhadap kegagalan progres proyek.

 

4. Tenaga Kerja

Kelangkaan tenaga kerja terampil, kelelahan akibat lembur, dan rendahnya motivasi karyawan menjadi perhatian utama.

 

5. Pelaksanaan Proyek

Perubahan desain, kesalahan perencana, dan pekerjaan tambahan yang tidak terencana menambah beban waktu pengerjaan.

 

6. Manajemen

Kesalahan dalam memahami dokumen kontrak, tidak adanya SOP, dan metode pelaksanaan yang keliru termasuk faktor internal paling kritis.

 

7. Faktor Politik

Persoalan seperti lambatnya pengesahan anggaran, intervensi organisasi massa, dan ketidakharmonisan antar instansi pemerintah sangat berdampak pada kelancaran proyek.

 

8. Faktor Kriminalitas

Kehilangan material, pemakaian narkoba oleh pekerja, hingga pungutan liar menciptakan kerugian tidak hanya secara finansial tapi juga moral.

 

9. Kepemimpinan Proyek

Kurangnya pengalaman manajer proyek dalam menyusun jadwal dan membagi tugas menjadi pemicu langsung keterlambatan.

 

10. Lingkungan

Cuaca ekstrem dan aksesibilitas yang buruk ke lokasi proyek seringkali diabaikan dalam perencanaan awal, padahal sangat memengaruhi progres fisik lapangan.

 

Analisis Tambahan dan Studi Kasus Relevan

 

Tren Nasional: Kasus Serupa di Daerah Lain

Penelitian oleh Yap et al. (2021) di Malaysia menunjukkan bahwa 80% proyek mengalami keterlambatan akibat faktor serupa, seperti masalah keuangan, ketidaksiapan tenaga kerja, dan lemahnya koordinasi.

 

Data Proyek Aceh (2012–2020):

Menurut laporan BPK Aceh, hampir 72% proyek APBA 2019 tidak selesai tepat waktu. Ini menunjukkan betapa strukturalnya persoalan ini di provinsi tersebut.

 

Studi Banding Internasional:

  • Di Mesir, Aziz & Abdel-Hakam (2016) menyatakan bahwa 88% keterlambatan disebabkan oleh desain ulang dan manajemen waktu yang buruk.

  • Di UEA, studi Mpofu et al. (2017) mencatat keterlambatan besar karena minimnya komunikasi antar stakeholder.
     

 

Kritik dan Rekomendasi: Menuju Solusi Berbasis Data

 

Kelebihan Penelitian:

  • Cakupan data yang luas dan analisis mendalam berdasarkan 68 responden.

  • Klasifikasi variabel sangat rinci, mencakup aspek teknis hingga politik.
     

Namun, terdapat beberapa keterbatasan:

  • Fokus wilayah hanya di Aceh membuat generalisasi terbatas.

  • Data hanya berasal dari pihak kontraktor. Perspektif pemilik proyek dan konsultan belum diwakili.
     

Rekomendasi Strategis:

  1. Penguatan Manajemen Risiko di Tahap Awal Proyek.
    Identifikasi risiko seharusnya dilakukan sebelum kontrak ditandatangani, termasuk penilaian kapasitas finansial dan teknis kontraktor.
     

  2. Integrasi Teknologi Informasi.
    Mengadopsi sistem manajemen proyek berbasis digital (seperti BIM atau PMIS) untuk meningkatkan koordinasi dan pelacakan real-time.
     

  3. Peningkatan Kompetensi SDM Konstruksi.
    Pelatihan intensif bagi manajer proyek dan pengawas lapangan dalam hal time management dan pengendalian mutu.
     

  4. Kolaborasi Antarlembaga Pemerintah.
    Diperlukan SOP yang seragam dan harmonisasi lintas instansi agar birokrasi tidak menjadi penghambat.

 

Kesimpulan

Studi ini memperjelas bahwa keterlambatan proyek konstruksi bukan sekadar akibat teknis di lapangan, tapi mencerminkan kegagalan sistemik dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian proyek. Dengan mengidentifikasi 60 faktor penyebab keterlambatan dan mengelompokkan 30 di antaranya sebagai sangat berpengaruh, penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk pengambilan keputusan berbasis data dalam industri konstruksi, khususnya di Aceh.

Dampak keterlambatan tidak hanya finansial, tetapi juga sosial, terutama jika menyangkut infrastruktur dasar yang menyentuh kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, penanganan persoalan ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor, pendekatan preventif berbasis data, serta penerapan manajemen proyek yang lebih adaptif terhadap risiko.

 

Sumber:

Rauzana, A., & Dharma, W. (2022). Causes of delays in construction projects in the Province of Aceh, Indonesia. PLOS ONE, 17(1): e0263337.
DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0263337

 

Selengkapnya
Mengungkap Akar Keterlambatan Proyek Konstruksi di Aceh: Analisis Faktor Risiko dan Solusi Strategis

Keterlambatan Proyek

Mengurai Penyebab Keterlambatan Proyek Jalan di Tanzania: Studi Kasus TANROADS Dar es Salaam

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Mei 2025


Pendahuluan

 

Keterlambatan dalam proyek konstruksi jalan telah lama menjadi persoalan serius di berbagai negara berkembang, termasuk Tanzania. Dengan sektor jalan menyumbang 8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan melibatkan lebih dari 1,9 juta pekerja, kelambanan proyek tak hanya berdampak pada efisiensi, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian Jenifa Simon (2017) yang berjudul "The Factors Causing Delays in Road Construction Projects in Tanzania: A Case of TANROADS Dar es Salaam City" mencoba mengidentifikasi akar masalah dari fenomena ini.

 

Melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini menelaah persepsi dari berbagai pihak seperti pejabat TANROADS, kontraktor, konsultan, dan pemangku kepentingan lainnya. Penemuan menarik muncul: faktor politik mendominasi sebagai penyebab utama keterlambatan, bahkan melampaui isu teknis dan sumber daya.

 

Delays dalam Konstruksi: Konsep dan Klasifikasi

 

Dalam dunia konstruksi, "delay" merujuk pada keterlambatan penyelesaian proyek dibandingkan dengan jadwal yang telah disepakati. Delay ini diklasifikasikan menjadi:

  • Excusable vs Non-Excusable
  • Compensable vs Non-Compensable
  • Concurrent Delays
  • Critical vs Non-Critical

 

Pemahaman klasifikasi ini penting agar manajer proyek bisa mengantisipasi risiko dan menetapkan strategi mitigasi secara tepat.

 

Tujuan dan Metode Penelitian

 

Penelitian ini bertujuan untuk:

 

1. Mengidentifikasi penyebab keterlambatan secara umum

2. Menentukan penyebab yang paling dominan

3. Menyigi perbedaan persepsi antara kontraktor, konsultan, dan klien terhadap faktor penyebab keterlambatan

 

Sebanyak 60 kuesioner disebar ke responden dari TANROADS, kontraktor, konsultan, dan pemangku kepentingan lainnya. Tingkat respons mencapai 75% atau 45 responden. Pendekatan analisis yang digunakan adalah kombinasi statistik (SPSS) dan analisis konten.

 

Temuan Utama: 7 Penyebab Utama Keterlambatan Proyek Jalan

 

Berikut adalah variabel utama beserta persentase responden yang mengakui kontribusinya terhadap keterlambatan proyek:

 

1. Intervensi politik: 68,9%

2. Manajemen konstruksi yang buruk: 60%

3. Desain yang tidak memadai: 55,6%

4. Hubungan kontraktual yang lemah: 57,8%

5. Ketersediaan sumber daya: 51,1%

6. Keterlibatan pihak ketiga yang tidak efektif: 44,4%

7. Kondisi lingkungan: 42,2%

 

Rata-rata seluruh variabel memberikan kontribusi sebesar 54,3% terhadap keterlambatan proyek.

 

Studi Lapangan: Proyek-Proyek di Dar es Salaam

 

Penelitian dilakukan di tiga distrik utama: Ilala, Kinondoni, dan Temeke. Mayoritas proyek dikelola oleh TANROADS, institusi negara yang bertanggung jawab atas pembangunan jalan. Data di lapangan menunjukkan bahwa:

 

  • Banyak proyek terganggu karena pergantian kepemimpinan politik
  • Ketidaksiapan desain menyebabkan proyek ditunda hingga perbaikan dokumen selesai
  • Kurangnya tenaga kerja terampil menyebabkan kesalahan kerja dan rework

 

Efek dari Keterlambatan

 

Keterlambatan proyek jalan tak hanya berdampak finansial, tetapi juga sosial. Berikut adalah tujuh efek utama keterlambatan yang diidentifikasi oleh responden:

 

1. Time overrun: 77,8%

2. Cost overrun: 73,3%

3. Dampak sosial negatif: 71,1%

4. Kualitas kerja menurun: 64,4%

5. Tertundanya keuntungan klien: 62,2%

6. Stres pada kontraktor: 57,8%

7. Sengketa dan arbitrase: 55,6%

 

Analisis Tambahan: Faktor Politik sebagai Isu Paling Kritis

 

Menariknya, intervensi politik justru muncul sebagai variabel paling berpengaruh, berbeda dengan hasil-hasil penelitian lain di Malaysia dan Timur Tengah yang menempatkan perencanaan kontraktor dan masalah material sebagai penyebab utama.

 

Beberapa praktik yang memperburuk situasi:

  • Pemaksaan kontraktor tidak kompeten oleh pejabat politik
  • Perubahan kebijakan fiskal tanpa koordinasi teknis
  • Penambahan ruang lingkup pekerjaan tanpa anggaran tambahan

 

Perbandingan dengan Penelitian Internasional

 

  • Malaysia (Sambasivan & Soon, 2007): Penyebab utama adalah perencanaan kontraktor yang buruk dan kurangnya pengalaman.
  • Yordania (Al-Momani, 2000): Faktor utama adalah perubahan desain dan kondisi cuaca.
  • Arab Saudi (Al-Kharashi, 2009): Kekurangan tenaga kerja berpengalaman menjadi faktor dominan.

 

Dari perbandingan ini, dapat dilihat bahwa politik menjadi faktor khas yang lebih menonjol di Tanzania.

 

Rekomendasi Praktis

 

1. Reformasi Kebijakan Publik: Pemerintah harus membuat regulasi yang membatasi intervensi politik dalam proyek infrastruktur.

2. Peningkatan Kompetensi Manajerial: Kontraktor dan manajer proyek perlu dibekali pelatihan manajemen risiko dan mutu.

3. Desain Lebih Matang: Audit desain sebelum lelang proyek harus diwajibkan.

4. Penguatan Komunikasi Lintas Pihak: Sistem komunikasi antar kontraktor, konsultan, dan klien harus lebih efisien.

5. Perencanaan Musim Hujan: Jadwal proyek perlu disesuaikan dengan kondisi cuaca.

 

Dampak Luas terhadap Industri Konstruksi Tanzania

 

Penelitian ini membuka wawasan tentang pentingnya governance dalam pengelolaan proyek. Isu teknis dan sumber daya memang penting, tetapi tanpa tata kelola yang bersih, proyek jalan akan terus terlambat dan merugikan publik. Dengan reformasi menyeluruh, industri konstruksi di Tanzania bisa lebih efisien, transparan, dan profesional.

 

Kesimpulan

 

Penelitian Jenifa Simon berhasil mengidentifikasi secara rinci penyebab keterlambatan proyek jalan di Tanzania. Dominasi faktor politik menunjukkan perlunya pendekatan lintas sektor dalam perbaikan sistem proyek. Selain itu, hasil ini memperkuat urgensi integrasi manajemen risiko, akuntabilitas, dan profesionalisme dalam sektor konstruksi publik.

 

Sumber:

 

Simon, Jenifa. (2017). The Factors Causing Delays in Road Construction Projects in Tanzania: A Case of TANROADS Dar es Salaam City. Open University of Tanzania. Tersedia di: https://core.ac.uk/display/79425368

Selengkapnya
Mengurai Penyebab Keterlambatan Proyek Jalan di Tanzania: Studi Kasus TANROADS Dar es Salaam

Keterlambatan Proyek

Mengungkap Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi di Aljazair: Studi Empiris Berbasis SMART-PLS

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Mei 2025


Pendahuluan

 

Dalam konteks pembangunan nasional, proyek konstruksi memainkan peran strategis dalam menciptakan infrastruktur vital dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, salah satu masalah paling kronis yang terus menghantui sektor ini adalah keterlambatan proyek. Artikel ilmiah berjudul "The Effects of Delays in Algerian Construction Projects: An Empirical Study" karya Roumeissa Salhi dan Karima Messaoudi (2021) membedah dampak keterlambatan proyek konstruksi secara mendalam, khususnya di Aljazair.

 

Melalui pendekatan statistik dan model struktural berbasis SMART-PLS, penelitian ini tidak hanya memetakan berbagai efek keterlambatan, tetapi juga menjelaskan hubungan antar kelompok dampak secara logis dan ilmiah. Artikel ini memberikan wawasan penting, terutama dalam merancang solusi manajemen proyek yang lebih tanggap dan akurat terhadap keterlambatan.

 

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

 

Mengingat kompleksitas proyek konstruksi dan banyaknya aktor yang terlibat, keterlambatan kerap muncul sebagai konsekuensi dari kurangnya koordinasi, perencanaan yang buruk, dan kendala eksternal seperti kondisi cuaca atau fluktuasi ekonomi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

 

  • Mengidentifikasi dan mengelompokkan efek keterlambatan pada proyek konstruksi di Aljazair
  • Menilai bobot kepentingan masing-masing efek menggunakan metode statistik
  • Menganalisis perbedaan persepsi antara pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan
  • Mengembangkan model hubungan antar kelompok dampak berdasarkan pendekatan SMART-PLS

 

Studi ini juga menjadi pelopor dalam pengkajian khusus terhadap dampak keterlambatan di wilayah Aljazair dengan metode empiris yang terstruktur.

 

Metodologi Penelitian

 

Peneliti menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 160 profesional konstruksi, dan berhasil mengumpulkan 114 respon valid (71,25%).

 

Komposisi responden:

 

43% kontraktor

38,6% konsultan

18,4% pemilik proyek

 

Sebagian besar responden (74,6%) berusia antara 25–40 tahun, dan lebih dari 50% memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun.

 

Teknik analisis yang digunakan:

 

  • Relative Importance Index (RII) untuk mengukur bobot kepentingan tiap efek
  • One-way ANOVA untuk melihat perbedaan persepsi antar kelompok
  • Exploratory Factor Analysis (EFA) untuk mengelompokkan efek
  • Structural Equation Modeling (SEM) berbasis SMART-PLS untuk menguji hubungan antar kelompok efek

 

Reliabilitas kuesioner terkonfirmasi dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,896.

 

Hasil dan Pembahasan

 

10 Efek Keterlambatan Teratas (berdasarkan RII)

 

1. Keterlambatan Waktu (Time Overrun) – RII: 4,13

2. Gagal Mencapai Tujuan Proyek (Non-Achievement of Objectives) – RII: 3,91

3. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) – RII: 3,88

4. Menurunnya Kualitas Pekerjaan (Poor Quality) – RII: 3,79

5. Kegagalan Proyek (Project Failure) – RII: 3,76

6. Dampak Negatif terhadap Ekonomi Nasional – RII: 3,76

7. Citra Kota Tercemar (Negative City Image) – RII: 3,71

8. Penurunan Produktivitas – RII: 3,69

9. Pemborosan Sumber Daya (Wastage of Resources) – RII: 3,68

10. Gangguan Program dan Jadwal – RII: 3,65

 

Perbedaan Persepsi antar Aktor Proyek

 

Analisis ANOVA menunjukkan bahwa 29 dari 31 efek memiliki persepsi yang serupa di antara kontraktor, konsultan, dan pemilik proyek. Namun dua poin menunjukkan perbedaan signifikan:

 

Sengketa dan Klaim Hukum: Pemilik cenderung menganggap ini sebagai efek minor, berbeda dengan kontraktor yang sering menanggung beban hukum.

 

Produktivitas yang Hilang: Kontraktor menganggap ini sebagai masalah serius karena langsung berdampak pada efisiensi operasional mereka.

 

Klasterisasi Efek melalui Analisis Faktor

 

31 efek diklasifikasikan ke dalam 5 klaster utama:

 

1. Persepsi Publik dan Kerugian Sosial Ekonomi (18,05%)

 

Dampak terhadap citra pemerintah, meningkatnya pengangguran, dan kekecewaan publik

 

2. Pemborosan dan Mutu Buruk (12,31%)

 

Terjadi akibat percepatan kerja yang memaksa pengorbanan kualitas

 

3. Kegagalan dan Gangguan Proyek (12,19%)

 

Berujung pada batalnya proyek atau tak tercapainya milestone

 

4. Disrupsi dan Konflik (11,59%)

 

Ketegangan internal, sengketa antar pemangku kepentingan, dan ketidakseimbangan kerja

 

5. Kerusakan Korporasi (10,16%)

 

Termasuk penalti kontraktual, kebangkrutan perusahaan, hingga hilangnya profitabilitas

 

Model Struktural Antar Efek: Hasil SMART-PLS

 

Dengan SEM berbasis SMART-PLS, ditemukan 10 hubungan signifikan antar faktor, seperti:

 

  • Faktor 2 (mutu & pemborosan) memengaruhi Faktor 1 (persepsi publik) dan Faktor 3 (kegagalan proyek)
  • Faktor 4 (disrupsi) berdampak pada semua faktor lainnya
  • Faktor 5 (kerusakan korporasi) memperparah persepsi publik

 

Model ini menunjukkan bahwa dampak keterlambatan saling berkaitan dan dapat menimbulkan efek domino.

 

Analisis Tambahan dan Opini

 

Penelitian ini menyajikan pemetaan yang komprehensif dan sangat relevan. Nilai lebih dari studi ini antara lain:

 

  • Menggabungkan pendekatan kuantitatif dan model struktural
  • Mendeteksi efek yang tidak umum dibahas seperti "penuaan bangunan" atau "kehilangan kredibilitas perusahaan"
  • Fokus pada negara berkembang yang minim data seperti Aljazair

 

Namun, studi ini belum menjawab aspek penyebab keterlambatan atau strategi mitigasi secara langsung.

 

Bandingkan dengan studi lain: Penelitian di negara seperti Mesir dan Uni Emirat Arab lebih fokus pada faktor penyebab seperti masalah keuangan dan perizinan, bukan efek berantai seperti yang diteliti Salhi dan Messaoudi.

 

Implikasi Praktis

 

Berikut rekomendasi untuk industri konstruksi di Aljazair dan negara berkembang lain:

 

1. Sistem Manajemen Proyek Digital: Pengawasan progres dan keuangan secara real-time

2. Pelatihan Manajemen Risiko Konstruksi: Terutama untuk manajer proyek dan konsultan

3. Perencanaan Berbasis Data Historis: Menggunakan proyek sebelumnya sebagai referensi waktu dan anggaran

4. Sanksi Keterlambatan yang Proporsional: Untuk menghindari kontraktor yang tidak profesional

5. Kolaborasi Lebih Intensif Antarpihak: Agar ekspektasi dan jadwal sinkron sejak awal

 

Kesimpulan

 

Studi ini menjadi terobosan penting dalam memahami keterlambatan proyek dari sudut efek berantai yang timbul. Dengan pendekatan berbasis data dan analisis struktural, artikel ini memberikan kerangka kuat bagi regulator, pemilik proyek, dan kontraktor untuk menyusun strategi pencegahan yang lebih tepat sasaran.

 

Sumber:

 

Salhi, R., & Messaoudi, K. (2021). The Effects of Delays in Algerian Construction Projects: An Empirical Study. Civil and Environmental Engineering Reports, 31(2), 218–254. DOI: https://doi.org/10.2478/ceer-2021-0027

Selengkapnya
Mengungkap Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi di Aljazair: Studi Empiris Berbasis SMART-PLS

Keterlambatan Proyek

Mengungkap Akar Masalah Keterlambatan Proyek Mall ABC: Analisis HOR dan Solusi Praktis

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Mei 2025


Pendahuluan

 

Keterlambatan proyek konstruksi masih menjadi momok dalam industri pembangunan di Indonesia. Salah satu kasus nyata yang menggambarkan kompleksitas masalah ini adalah keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan Mall ABC yang ditangani oleh PT. XYZ. Mall dengan luas area sewa 180.000 m2 ini semestinya menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya, namun kenyataannya proses pembangunannya terkendala berbagai isu. Studi oleh Ramdhan Yundra Saputra pada tahun 2017 mengupas secara rinci penyebab utama keterlambatan tersebut dengan pendekatan House of Risk (HOR).

 

Artikel ini mengulas kembali penelitian tersebut dengan gaya parafrase dan tambahan opini serta wawasan industri terkini, untuk memberikan nilai tambah serta menjamin keterbacaan dan optimasi SEO.

 

Faktor Penyebab Keterlambatan: Temuan Kunci dari HOR

 

1. Metodologi HOR dan Pendekatan Penelitian

 

Penelitian ini menggunakan dua tahap metode HOR yang dikembangkan oleh Pujawan (2009): HOR1 untuk identifikasi dan prioritisasi agen risiko, serta HOR2 untuk penyusunan strategi mitigasi. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) dan wawancara dengan para profesional proyek yang memiliki pengalaman langsung dalam pembangunan Mall ABC.

 

2. Identifikasi Delay Event dan Delay Agent

 

Lima kejadian keterlambatan utama (delay events) ditemukan, di antaranya:

 

  • Perubahan desain (gambar berubah-ubah)
  • Kurangnya koordinasi dari pihak pemilik (owner)
  • Penambahan lingkup pekerjaan
  • Keterlambatan pengadaan material
  • Permasalahan internal kontraktor

 

Dari kejadian tersebut, diturunkan 13 agen penyebab keterlambatan (delay agents), seperti:

 

  • Keputusan owner yang tidak tepat waktu
  • Keterlambatan pembayaran termin
  • Ketiadaan prosedur revisi gambar

 

Melalui penilaian tingkat keparahan (severity) dan probabilitas (occurrence), dihitung nilai Aggregated Delay Potential (ADP) untuk menentukan prioritas penanganan.

 

3. Tiga Faktor Utama Penyebab Keterlambatan

 

Berdasarkan HOR1, tiga agen penyebab paling signifikan adalah:

 

  • Perubahan gambar desain (drawing changes)
  • Kurangnya koordinasi oleh pemilik proyek
  • Penambahan lingkup pekerjaan (scope creep)

 

Ketiganya memberikan kontribusi besar terhadap total potensi keterlambatan proyek.

 

Solusi dan Strategi Mitigasi: HOR2

 

Pada tahap HOR2, strategi mitigasi ditentukan berdasarkan rasio efektivitas dan tingkat kesulitan implementasi. Berikut beberapa solusi yang diusulkan:

  • Penyusunan prosedur revisi gambar: Menghindari ketidakpastian desain.
  • Penguatan komunikasi antara owner dan kontraktor: Memastikan setiap keputusan strategis bersifat terinformasi dan terdokumentasi.
  • Checklist lingkup kerja komprehensif sejak awal proyek: Menghindari penambahan scope di tengah jalan.

 

Analisis dan Opini Tambahan

 

Kelemahan Proses Manajemen Proyek

 

Penelitian ini mencerminkan lemahnya sistem manajemen proyek, terutama dari sisi komunikasi antar stakeholder. Dalam proyek besar seperti pembangunan mal, kegagalan komunikasi bisa menjadi pemicu utama konflik dan penundaan.

 

Studi Banding: Kasus Serupa di Industri

 

Keterlambatan akibat perubahan desain juga terjadi pada proyek MRT Jakarta fase I. Penyesuaian desain stasiun dan rel mengakibatkan lonjakan biaya dan penambahan waktu pembangunan. Hal ini memperkuat argumen bahwa scope management adalah aspek krusial.

 

Tren Industri: Digitalisasi Proyek

 

Solusi masa kini mencakup pemanfaatan Building Information Modeling (BIM) untuk meminimalisir konflik desain dan mempercepat koordinasi antarpihak. BIM telah terbukti mempercepat proyek dan mengurangi revisi gambar.

 

Rekomendasi Praktis

 

  • Terapkan BIM sejak tahap perencanaan untuk visualisasi dan koordinasi lintas divisi.
  • Bentuk tim koordinasi proyek lintas fungsi yang memiliki wewenang pengambilan keputusan cepat.
  • Lakukan audit berkala terhadap rencana kerja dan scope guna menghindari scope creep.

 

Kesimpulan

 

Keterlambatan proyek pembangunan Mall ABC menunjukkan pentingnya identifikasi risiko secara sistematis. Metode House of Risk terbukti efektif dalam memetakan faktor penyebab utama dan merancang mitigasi yang tepat sasaran. Namun, keberhasilan implementasi strategi tersebut sangat bergantung pada komitmen seluruh stakeholder dan adopsi teknologi manajemen proyek terkini.

 

Dengan mengadopsi prinsip manajemen risiko yang tepat dan penggunaan teknologi digital, keterlambatan proyek di masa depan dapat ditekan secara signifikan.

 

 

Sumber:

Saputra, R. Y. (2017). Analisa Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Pembangunan Mall ABC. Tesis. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tersedia di: http://repository.its.ac.id

Selengkapnya
Mengungkap Akar Masalah Keterlambatan Proyek Mall ABC: Analisis HOR dan Solusi Praktis
page 1 of 2 Next Last »