Pendahuluan
Produktivitas tenaga kerja adalah indikator utama efisiensi proyek konstruksi. Meningkatnya kompleksitas proyek, ketatnya tenggat waktu, dan pembengkakan biaya menjadi tantangan serius yang mengakar pada satu isu mendasar: rendahnya produktivitas tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Rabia Al-Mamlook dan tim (2020) dalam American Journal of Environmental Science and Engineering mengulas secara sistematis 30 faktor yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja di industri konstruksi Libya. Resensi ini mengupas ulang temuan tersebut dengan pendekatan analitis, membandingkannya dengan studi global, serta mengevaluasi implikasi praktisnya.
Latar Belakang Penelitian
Mengapa Produktivitas Penting di Konstruksi?
Menurut Yates dan McTague, biaya tenaga kerja menyumbang antara 30–50% dari total biaya proyek. Oleh karena itu, efisiensi tenaga kerja sangat menentukan keberhasilan finansial dan operasional proyek. Penurunan produktivitas dapat menyebabkan keterlambatan jadwal, pembengkakan biaya, dan penurunan kualitas bangunan.
Konteks Libya dan Tantangannya
Libya merupakan negara berkembang dengan sektor konstruksi yang sedang bergeliat. Namun, tantangan besar dihadapi mulai dari minimnya pelatihan tenaga kerja hingga lemahnya pengawasan lapangan. Studi ini menargetkan mengidentifikasi faktor utama penghambat produktivitas dan memberikan rekomendasi praktis bagi pelaku industri.
Metodologi dan Cakupan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 92 responden (kontraktor, konsultan, dan manajer proyek) dengan tingkat respons sebesar 82%. Alat ukur utama yang digunakan adalah Relative Importance Index (RII) untuk menentukan peringkat dari 30 faktor berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.
Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga kategori:
-
Manajerial (16 faktor)
-
Teknologis (11 faktor)
-
Sumber daya manusia (3 faktor)
Temuan Utama – 10 Faktor Teratas Penghambat Produktivitas
1. Kurangnya Pengawasan Tenaga Kerja (RII = 0,876)
Menempati posisi teratas, minimnya supervisi menyebabkan kekacauan di lapangan. Pekerja tidak memiliki arahan jelas, yang berdampak pada pemborosan waktu dan kesalahan kerja.
2. Kurangnya Keterampilan dan Pengalaman (RII = 0,873)
Ini memperkuat temuan dari Nigeria, Uganda, dan Mesir bahwa kekurangan tenaga kerja terampil menjadi tantangan global dalam konstruksi.
3. Teknologi Konstruksi yang Tidak Memadai (RII = 0,870)
Metode dan alat yang ketinggalan zaman memperlambat proses kerja dan meningkatkan risiko kesalahan.
4. Kurangnya Koordinasi Antar-Disiplin (RII = 0,863)
Koordinasi yang buruk antara arsitek, insinyur, dan kontraktor menciptakan konflik teknis di lapangan.
5. Kesalahan dalam Gambar Desain (RII = 0,845)
Drawing error menyebabkan kebingungan interpretasi dan rework.
6. Keterlambatan Respon terhadap Permintaan Informasi (RII = 0,831)
Informasi yang lambat berdampak pada stagnasi pekerjaan, terutama saat menghadapi kondisi tak terduga.
7. Rework atau Pekerjaan Ulang (RII = 0,823)
Rework memakan waktu dan biaya, menjadi cerminan manajemen mutu yang buruk.
8. Tidak Ada Skema Insentif (RII = 0,809)
Kurangnya penghargaan finansial atau non-finansial menurunkan motivasi dan keterlibatan pekerja.
9. Jam Kerja Lembur (RII = 0,802)
Alih-alih produktif, kerja lembur justru mengarah ke kelelahan, kesalahan kerja, dan burnout.
10. Kepemimpinan Manajer Konstruksi yang Lemah (RII = 0,772)
Kurangnya visi dan kontrol dari manajemen proyek menyebabkan tim lapangan bekerja tanpa arahan yang jelas.
Analisis Kategori Faktor
Faktor Manajerial – Kontributor Terbesar (Rata-rata RII: 71,9%)
Kategori ini menunjukkan bahwa manajemen proyek masih menjadi titik lemah utama. Banyak proyek belum menerapkan prinsip project management modern.
Faktor Teknologi (Rata-rata RII: 67%)
Kesalahan gambar, metode kerja yang tidak efisien, hingga keterlambatan informasi teknis mengindikasikan bahwa digitalisasi konstruksi masih minim.
Faktor Sumber Daya Manusia (Rata-rata RII: 66,8%)
Meskipun hanya ada tiga indikator, hasil menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja memiliki bobot besar, khususnya terkait skill dan motivasi.
Perbandingan Global – Tren dan Kesamaan
Studi di negara lain seperti:
-
India (Anu, 2014): Gangguan desain dan jadwal berdampak signifikan.
-
Uganda (Alinaitwe, 2007): Minimnya pelatihan dan supervisor tidak kompeten.
-
Indonesia (Olomolaiye, 1996): Material shortage dan rework jadi hambatan besar.
Kesamaan tren ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah isu universal yang memerlukan pendekatan sistemik dan lintas negara.
Implikasi Praktis dan Strategi Perbaikan
1. Reformasi Sistem Supervisi
Perusahaan konstruksi harus memperkuat struktur pengawasan dengan pelatihan bagi mandor dan pemanfaatan teknologi monitoring berbasis real-time.
2. Investasi dalam Pelatihan Vokasi
Pemerintah dan sektor swasta perlu memperluas akses pelatihan teknik dasar dan lanjut, serta menjalin kemitraan dengan lembaga pendidikan.
3. Digitalisasi Proyek
Implementasi Building Information Modeling (BIM), sistem ERP, dan tools kolaboratif (seperti Procore atau PlanGrid) bisa memangkas delay akibat miskomunikasi dan error gambar.
4. Skema Insentif Produktivitas
Perusahaan perlu menetapkan KPI dan memberikan insentif berbasis hasil, bukan hanya kehadiran.
Kritik dan Rekomendasi Lanjutan
Kekuatan Studi:
-
Didukung data lapangan dan metode statistik (RII) yang valid.
-
Memuat tinjauan literatur lintas negara.
Kelemahan:
-
Fokus pada Libya saja tanpa membahas perbedaan antar wilayah dalam negeri.
-
Tidak menjelaskan hubungan kausal antar faktor.
Rekomendasi Penelitian Selanjutnya:
-
Gunakan pendekatan SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat pengaruh antar faktor.
-
Perluasan studi ke konteks regional lain di Afrika atau Timur Tengah.
Kesimpulan
Studi ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan manajemen, adopsi teknologi, dan pengembangan tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas konstruksi. Temuan dari Libya bersifat representatif untuk banyak negara berkembang lainnya. Dengan mengimplementasikan reformasi struktural dan teknologi, industri konstruksi dapat keluar dari stagnasi produktivitas dan menjelma menjadi sektor yang lebih efisien dan kompetitif.
Sumber Referensi
-
Al-Mamlook, R., Bzizi, M., Al-Kbisbeh, M., Ali, T., & Almajiri, E. (2020). Factors Affecting Labor Productivity in the Construction Industry. American Journal of Environmental Science and Engineering, 4(2), 24–30. https://doi.org/10.11648/j.ajese.20200402.13