Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Perusahaan keamanan siber global Palo Alto Networks dalam surveinya mengatakan bahwa peningkatan perangkat IoT non-bisnis yang terhubung pada jaringan perusahaan dalam satu tahun terakhir, bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan siber. Mereka bisa masuk ke dalam jaringan korporat guna melakukan serangan ransomware dan lainnya.
Mengutip keterangannya pada Selasa (26/10), hal ini disampaikan oleh 80 persen responden dari Asia Pasifik (termasuk Jepang) yang memiliki perangkat IoT yang terhubung ke jaringan organisasi mereka. Adapun perangkat non-bisnis ini bervariasi, mulai dari bohlam lampu, alat monitor detak jantung, peralatan gym, mesin kopi, konsol game, sampai ke pengumpan hewan peliharaan.
Hasil survei ini juga memperingatkan diperlukannya perubahan keamanan untuk melindungi jaringan perusahaan yang terhubung pada perangkat IoT non-bisnis. Sebanyak 98 persen responden dari kelompok yang sama juga menunjukan bahwa pendekatan organisasi mereka terhadap keamanan IoT memerlukan peningkatan, dan 30 persen menyatakan perlunya perbaikan total dengan kemampuan keamanan terbaik yang di seputar threat protections (57 persen), penilaian risiko (57 persen), konteks perangkat IoT untuk tim keamanan (60 persen), serta visibilitas dan inventaris perangkat (56 persen).
"Adopsi IoT telah menjadi penggerak bisnis yang penting. Hal ini menghadirkan tantangan keamanan baru yang dapat dipenuhi jika karyawan dan pengusaha berbagi tanggung jawab bersama untuk melindungi jaringan perusahaan," kata Principal Researcher Unit 42 di Palo Alto Networks, Vicky Ray.
Vicky melanjutkan, penting bagi pekerja jarak jauh untuk mengetahui perangkat rumah pribadi yang mungkin terhubung ke jaringan perusahaan melalui router rumah mereka. "Perusahaan perlu memantau berbagai ancaman dan akses ke jaringan dengan lebih baik sambil mempraktikkan segmentasi jaringan yang tepat untuk melindungi karyawan jarak jauh dan aset-aset organisasi yang paling berharga," kata Ray.
Dari semua pengambil keputusan TI di Asia Pasifik (termasuk Jepang) yang disurvei oleh Palo Alto Networks yang memiliki perangkat IoT yang terhubung ke jaringan mereka, lebih dari setengahnya (53 persen) menunjukkan bahwa perangkat IoT tersegmentasi pada jaringan yang terpisah dari jaringan mereka. Jaringan ini membedakan antara jaringan yang digunakan untuk keperluan bisnis secara primer dan aplikasi bisnis seperti sistem HR, server email, sistem finansial dan sebagainya.
Sedangkan, 28 persen responden mengatakan bahwa perangkat IoT adalah tersegmentasi secara mikro dalam zona keamanan yang berbeda, praktik terbaik industri di mana organisasi menciptakan security zone yang terkontrol dengan ketat di jaringan mereka untuk mengisolasi perangkat IoT dan memisahkannya dari perangkat TI untuk menghindari peretas bergerak bebas di sebuah jaringan.
Sumber Artikel: republika.co.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Sepanjang 2021, industri Internet of Things (IoT) di Indonesia berkembang pesat. TP-Link yang merupakan perusahaan penyedia perangkat jaringan internet dan aksesoris, kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selama menghadapi pandemi dan era digital saat ini. Tahun 2021 merupakan tahun kedua pandemi, bahkan menjadi puncak kasus tertinggi pada Juli 2021....
Sumber Aritikel: republika.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Melalui kegiatan ICIC The Sixth International Conference On Informatics and Computing (ICIC) 2021, yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom, dan luring di gedung Universitas Nusa Mandiri Margonda (UNM) kampus Depok, di hari ke-3 Rakornas Aptikom 2021, Rabu, (3/11) kemarin. Prof. DR. Teddy Surya Gunawan, pemateri dari Internasional Islamic University Malaysia menjelaskan mengenai perkembangan dari revolusi industri 4.0 yang menghadirkan IoT.
Seperti diketahui saat ini, hadirnya teknologi merupakan hasil terobosan yang telah diciptakan oleh manusia, baik yang biasa dihasilkan dari analisis atau penelitian. Hingga melahirkan banyak perubahan dan penemuan hal yang baru.
Internet of Things (IoT) merupakan salah satu hasil penemuan terbaru yang saat ini dikembangkan karena punya kelebihan dari segi fungsionalitas dan mendukung kinerja tanpa menggunakan bantuan kabel, dan berbasis wireless.
Berbicara mengenai IoT, Prof Teddy mengungkapkan bahwa, terdapat perbedaan antara era revolusi industri zaman dulu dengan era revolusi industri 4.0 saat ini. Sehingga melahirkan kehadiran berbagai teknologi baru seperti Internet of Things (IoT), Robotik, Artificial Intelligence (AI), yang mampu mentransformasi proses, ke arah digital dan menjadikannya semakin efektif dan juga efisien.
“Fungsionalitas dan Aplikasi AI yang disimbolkan dalam bentuk pohon, dimana dalam pohon akarnya atau pondasinya adalah IoT, Logic, Robotics dan berbagai elemen lain. Sementara itu technologies and applications merupakan pohonnya, terdiri dari smart homes, smart factories, smart cities dan berbagai hal lainnya,” ujar Prof. DR. Teddy Surya Gunawan .
Saat ini banyak potensi dan peluang yang lebih besar dalam industri manufaktur, khususnya dalam pemanfaatan IoT. Hingga tak heran, jika yang cepat beradaptasi dan memilih untuk bertransformasi, memiliki peluang memenangkan persaingan pasar lebih besar.
Sumber Artikel: republika.co.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Saat ini, khadiran teknologi IoT (Internet of Things), makin banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari, hal sederhana seperti penggunaan smart watch, smart home hingga hal yang lebih komplek seperti sistem perbankan atau industri manufaktur yang menggunakan robot. Mengacu pada International Telecomunication Union (ITU-TY.2060), pengertian IoT adalah infrastruktur global bagi masyarakat...
Sumber Artikel: republika.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika Mulyadi (kanan), menyaksikan melalui monitor Menteri Komunikasi dan Informatika Johny G. Plate mengucapkan selamat kepada 3 tim pemenang IoT Creation 2021, di Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/9/2021).
Tiga tim tepilih sebagai pemenang yakni TTG Team dari Lombok Barat sebagai juara, disusul posisi kedua ETA Indonesia dari Surabaya dan Mantis Indonesia dari Bogor pemenang ketiga.
IoT Creation merupakan kolaborasi Ditjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI). Kompetisi ini fokus mengembangkan solusi yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat dengan hadiah utama bagi juara yakni sertifikasi perangkat SDPPI dan masing-masing tim pemenang mendapatkan uang tunai dan pengujian perangkat di Lab Uji Polytron.
Pada saat bersamaan diselenggarakan diksusi panel tentang IoT Creation
yang diikuti Ketua Umum ASIOTI Teguh Prasetya , Associate
General Manager Business Development PT Hartono Istana Teknologi
(Polytron) Joegianto, Koordinator Sertifikasi dan Data Perangkat Pos Telekomunikasi dan Informatika , Wahyu Adi Dana P, dan Head of Corporate and Marketing Communication Alita Praya Mitra.
Sumber Artikel: republika.co.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Sejak revolusi industri 4.0 mulai digaungkan, istilah Internet of Things (IoT) mulai sering terdengar. Bukan hanya hadir untuk sektor industri, IoT kini juga banyak dimanfaatkan untuk pemanfaatan teknologi di kalangan retail, seperti smart homes dan smart offices yang telah banyak ditemui.
Ekosistem IoT di Indonesia pun terus berkembang dan memiliki potensi yang besar. Apalagi ketika didorong oleh hadirnya teknologi 5G. Namun di sisi lain, terdapat sejumlah tantangan yang menjadi pekerjaan rumah bagi pengembang IoT saat ini.
Menurut Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya potensi ekosistem atau pasar IoT di Indonesia pada 2022 mencapai 26 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 372 triliun. Besarnya perkiraan jumlah ini, terdiri dari peningkatan di beberapa sektor.
Mulai dari, sektor perangkat yang potensinya meningkat 13 persen menjadi 3,4 miliar dolar AS atau Rp 48,6 triliun, dan jaringan yang juga meningkat sembilan persen menjadi 2,3 miliar dolar AS atau Rp 32,8 triliun. Berikutnya, peningkatan juga terjadi di IoT sektor platform sebesar 33 persen menjadi 8,6 miliar dolar AS atau Rp 122,9 triliun, dan aplikasi sebesar 45 persen, yakni 11,7 miliar dolar AS atau Rp 167,3 triliun.
“Aplikasi ada di urutan paling tinggi sebenarnya. Besarnya adalah 11,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 167,3 triliun. Jadi kalau kita lihat total pasar IoT 2022 itu besarnya adalah sekitar Rp 372 triliun,” ujar Teguh dalam acara webinar Menapaki Masa Depan Komunikasi Data, beberapa waktu lalu.
Kemudian, sepanjang tahun potensi pasar IoT juga akan terus mengalami peningkatan. Nantinya, kata Teguh, pada 2025 pasar IoT di Indonesia diprediksi mampu bisa mencapai 40 miliar dolar AS atau Rp 572,7 triliun, dengan 678 juta perangkat IoT yang sudah terhubung.
“Berdasarkan hasil analisa ASIOTI di 2020, besarnya potensi IoT di Indonesia hingga 2025 adalah 40 miliar dolar AS. Potensi ekosistem IoT yang besar ini sejalan dengan minat, kebutuhan serta demand dari masyarakat yang ada,” ungkap Teguh.
Menurut Teguh yang direktur utama PT Alita Praya Mitra, saat ini terdapat sembilan sektor IoT yang bisa dikembangkan di 2022 hingga 2025. Kesembilan sektor tersebut, di antaranya kesehatan, makanan, minuman, pertanian, perkebunan, tambang dan perminyakan.
“Ada tiga hal besar yang akan menjadi pokok pengembangan IoT yaitu meningkatkan operasional dan efisiensi, meningkatkan kualitas kesehatan dan keamanan, serta meningkatkan produktivitas atau penjualan,” kata Teguh.
Sumber Artikel: republika.id