Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Potensi pasar internet of things (IoT) di Indonesia begitu besar. Meskipun memiliki potensi yang luar biasa, bukan berarti IoT akan dengan mulus diimplementasikan secara luas di Indonesia. Potensi ekosistem atau pasar IoT di Indonesia pada 2022 mencapai 26 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 372 triliun.
Menurut Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, terdapat sejumlah tantangan yang terjadi untuk ekosistem IoT di Indonesia. Setidaknya, ada empat tantangan yang dihadapi oleh pengembang IoT.
Pertama adalah soal literasi di kalangan executive level dan masyarakat umum mengenai IoT. "Banyak yang belum mengerti mengenai IoT sehingga perlu adanya edukasi dan sosialisasi secara masif dan terstruktur," kata Teguh.
Tantangan kedua terkait dengan sumber daya manusia (SDM) yang masih minim, khususnya SDM yang telah memiliki sertifikasi dan spesialis di bidang IoT. Untuk mengatasi masalah tersebut tentu saat ini perlu adanya training, asesmen, dan pembinaan yang menyeluruh. Mulai dari pendidikan dasar hingga vokasi.
"Minimnya SDM menjadi kendala dan jawabannya adalah melakukan training dari pendidikan dasar hingga vokasi. Hal ini dapat dilakukan oleh lembaga formal maupun mandiri dan online. Tujuannya, agar banyak SDM yang mempunyai skill di bidang IoT," sambungnya.
Ketiga adalah keterbatasan kapital, baik dalam bentuk investasi awal dan insentif mengenai IoT. Jawaban dari tantangan ini adalah dengan fleksibilitas pola implementasi mulai dari OPEX, bagi hasil, hibah, dan sponsorship.
Keempat adalah masalah komponen elektronik seperti importasi, dan kelangkaan suplai. Teguh menyarankan agar perlu adanya kemudahan dan pemberian insentif impor komponen. "Hal ini dinilai diperlukan untuk pembuatan industri komponen elektronik seperti cip di Indonesia. Kita berharap bisa mengatasi kelangkaan suplai, dengan menggunakan produk cip lokal yang ada," saran Teguh.
Ia pun menyimpulkan, IoT akan terus bertumbuh dengan pesat. Hal ini sejalan dengan pengembangan otomatisasi di semua sektor kehidupan masyarakat.
Selain itu, pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pengembang IoT juga dibutuhkan untuk bisa membentuk ekosistem yang saling bersinergi agar dapat bertumbuh dengan cepat. Tentunya, ia melanjutkan, diperlukan upaya bersama untuk mempercepat, mengembangkan ekosistem industri di Tanah Air. Baik itu industri perangkat, cip, komponen, jaringan, platform, sampai dengan aplikasi dan solusi atau integrator di bidang IoT.
Sumber Artikel: republika.co.id
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 24 Maret 2022
Komputasi tepi adalah paradigma komputasi terdistribusi yang membawa komputasi dan penyimpanan data lebih dekat ke lokasi yang dibutuhkan, untuk meningkatkan waktu respons dan menghemat bandwidth.
Asal-usul komputasi tepi terletak pada jaringan pengiriman konten yang dibuat pada akhir 1990-an untuk menyajikan konten web dan video dari server edge yang ditempatkan dekat dengan pengguna. Pada awal 2000-an, jaringan ini berevolusi menjadi aplikasi host dan komponen aplikasi di server tepi, menghasilkan layanan komputasi tepi komersial pertama yang menghosting aplikasi seperti pencari lokasi dealer, kereta belanja, agregator data waktu nyata, dan mesin penyisipan iklan.
Komputasi tepi modern secara signifikan memperluas pendekatan ini melalui teknologi virtualisasi yang membuatnya lebih mudah untuk menyebarkan dan menjalankan aplikasi yang lebih luas di server edge.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 22 Maret 2022
Komputasi awan (bahasa Inggris: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet ('awan'). Awan (cloud) adalah metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Ia adalah suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet ("di dalam awan") tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing "Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer dinding, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain."
Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara daring yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server. Komputasi awan saat ini merupakan trend teknologi terbaru, dan contoh bentuk pengembangan dari teknologi Cloud Computing ini adalah iCloud
Sejarah Komputasi Awan
Pada tahun 50-an, Cloud Computing memiliki konsep yang mendasar. Ketika komputer mainframe yang tersedia dalam skala yang besar dalam dunia pendidikan dan perusahaan dapat diakses melalui komputer terminal disebut dengan Terminal statis. Terminal tersebut hanya dapat digunakan untuk melakukan komunikasi tetapi tidak memiliki kapasitas pemrosesan internal. Agar penggunaan komputer mainframe yang relatif mahal menjadi efisien maka mengembangkan akses fisik komputer dari pembagian kinerja CPU. Hal ini dapat menghilangkan periode tidak aktif pada mainframe, memungkinkan untuk kembali pada investasi. Hingga pertengahan tahun 70-an dikenal dengan RJE remote prosess Entry Home Job yang berkaitan besar dengan IBM dan DEC Mainframe.
Tahun 60-an, John McCarty berpendapat bahwa “Perhitungan suatu hari nanti dapat diatur sebagai utilitas publik.” Di buku Douglas Parkhill, The Challenge of the Computer Utility menunjukkan perbandingan industri listrik dan penggunaan pada listrik di masyarakat umum dan pemerintahan dalam penyediaan cloud computing. Ketika Ilmuan Herb Grosch mendalilkan bahwa seluruh dunia akan beroperasi pada terminal bodah didukung oleh sekitar 15 pusat data yang besar. Karena komputer ini sangat canggih, banyak perusahaan dan entitas lain menyediakan sendiri kemampuan komputasi melalui berbagai waktu dan beberapa organisasi, seperti GE GEISCO, Anak perusahaan IBM Biro Corporation, Tymshare, CSS Nasional, Data Dial, Bolt, Beranek and Newman.
Tahun 90-an, perusahaan telekomunikasi mulai menawarkan VPN layanan jaringan pribadi dengan kualitas sebanding pelayanannya, tapi dengan biaya yang lebih rendah. Karena merasa cocok dengan hal tersebut untuk menyeimbangkan penggunaan server, mereka dapat menggunakan bandwidth jaringan secara keseluruhan. Lalu menggunakan simbol awan sebagai penunjuk titik demarkasi antara penyedia dan pengguna yang saling bertanggung jawab. Cloud computing memperluas batas ini untuk menutup server serta infrastruktur jaringan.
Sejak Tahun 2000, Amazon sebagai peran penting dalam semua pengembangan cloud computing dengan memodernisasi pusat data, seperti jaringan komputer yang menggunakan paling sedikit 10% dari kapasitas mereka pada satu waktu. Setelah menemukan arsitektur awan baru, mengalami peningkatan efisiensi internal sedikit bergerak cepat “Tim Dua-Pizza”(Tim kecil untuk memberi makan dengan dua pizza) dapat menambahkan fitur baru dengan cepat dan lebih mudah. Kemudian Amazon mulai mengembangkan produk baru sebagai penyedia cloud computing untuk pelanggan eksternal dan meluncurkan Amazon Web Service (AWS) tahun 2006.
Awal tahun 2008, Eucalypus menjadi yang pertama open source, AWS API Platform yang kompatibel menyebarkan awan swasta. Open Nebula ditingkatkan dalam proyek Eropa Reservoir Komisi yang sudah didanai. Pada tahun yang sama, agar difokuskan pada penyediaan jaminan kualitas layanan (seperti yang dipersyaratkan oleh aplikasi interaktif real-time) untuk infrastruktur berbasis cloud dalam rangka IRMOS Eropa Proyek yang didanai Komisi. Pertengahan 2008, Gartner melihat kesempatan untuk membentuk hubungan antara konsumen layanan TI, mereka menggunakan layanan TI dan menjualnya. Dan mengamati bahwa “Organisasi layanan TI yang beralih dari perangkat keras milik perusahaan dan aset perangkat lunak untuk digunakan layanan berbasis model sehingga pergeseran diproyeksikan untuk komputasi akan menghasilkan pertumbuhan dramatis dalam produk IT di beberapa daerah dan pengurangan yang signifikan di daerah lain.”.
Tanggal 1 Maret 2011,IBM mengumumkan SmartCloud kerangka IBM Smarter Planet. Di antara berbagai komponen dasar Smarter Computing, cloud computing adalah bagian yang paling penting.
1960
John McCarthy, Pakar Komputasi dan kecerdasan buatan dari MIT. “Suatu hari nanti, komputasi akan menjadi Infrastruktur publik seperti halnya listrik dan telepon.”[7] Ini adalah sebuah ide yang mengawali suatu bentuk komputasi yang kita kenal dengan istilah Komputasi awan.
1995
Larry Ellison, pendiri perusahaan Oracle. “Network Computing” Ide ini sebenarnya cukup unik dan sedikit menyindir perusahaan Microsoft pada saat itu. Intinya, kita tidak harus "menanam" berbagai perangkat lunak kedalam PC pengguna, mulai dari sistem operasi hingga perangkat lunak lainya. Cukup dengan koneksi dengan server dimana akan disediakan sebuah environment yang mencakup berbagai kebutuhan PC pengguna.
Pada era ini juga wacana “Network Computing” cukup populer. Banyak perusahaan yang menggalang sistem ini contohnya Sun Mycrosystem dan Novell Netware. Disayangkan kualitas jaringan komputer saat itu masih belum memadai, pengguna pun cenderung memilih PC karena cenderung lebih cepat.
Akhir era 90-an
Lahir konsep ASP (Application Service Provider) yang ditandai dengan kemunculan perusahaan pusat pengolahan data. Ini merupakan sebuah perkembangan pada kualitas jaringan komputer. Akses untuk pengguna menjadi lebih cepat.
2000
Marc Benioff, mantan wakil direktur perusahaan Oracle. “salesforce.com” ini merupakan sebuah perangkat lunak CRM dengan basis SaaS (Software as a Service). Tak disangka gebrakan ini mendapat tanggapan hebat. Sebagai suksesor dari visi Larry Ellison, boss-nya. Dia memiliki sebuah misi yaitu “The End of Software”.
2005–sekarang
Cloud Computing sudah semakin meningkat popularitasnya, dari mulai penerapan sistem, pengunaan nama, dll. Amazon dengan EC2 (Elastic Computer Cloud); Google dengan Google App. Engine; IBM dengan Blue Cord Initiative; dsb. Perhelatan cloud computing meroket sebagaimana berjalannya waktu. Sekarang, sudah banyak sekali pemakaian sistem komputasi itu, ditambah lagi dengan sudah meningkatnya kualitas jaringan komputer dan beragamnya gadget yang ada. Contoh dari pengaplikasianya adalah Evernote, Dropbox, Google Drive, Sky Drive, Youtube, Scribd, dll.
Manfaat Komputasi Awan
Dari penjelasan tentang cloud computing diatas, ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dari cloud computing, yaitu:
Layanan Komputasi Awan
Metoda dan Implementasi Komputasi Awan
Metoda atau cara kerja komputasi awan
Berikut merupakan cara kerja penyimpanan data dan replikasi data pada pemanfaatan teknologi cloud computing. Dengan Cloud Computing komputer lokal tidak lagi harus menjalankan pekerjaan komputasi berat untuk menjalankan aplikasi yang dibutuhkan, tidak perlu menginstal sebuah paket perangkat lunak untuk setiap komputer, kita hanya melakukan installasi operating system pada satu aplikasi. Jaringan komputer yang membentuk awan (internet) menangani mereka sebagai gantinya. Server ini yang akan menjalankan semua aplikasi mulai dari E-mail, Pengolah kata, sampai program analisis data yang kompleks. Ketika pengguna mengakses awan (internet) untuk sebuah website populer, banyak hal yang bisa terjadi. Pengguna Internet Protokol (IP) misalnya dapat digunakan untuk menetapkan dimana pengguna berada (geolocation). Domain Name System (DNS) jasa kemudian dapat mengarahkan pengguna ke sebuah cluster server yang dekat dengan pengguna sehingga situs bisa diakses dengan cepat dan dalam bahasa lokal mereka. Pengguna tidak login ke server, tetapi mereka login ke layanan mereka menggunakan id sesi atau cookie yang telah didapatkan yang disimpan dalam browser mereka. Apa yang user lihat pada browser biasanya datang dari web server. Webservers menjalankan perangkat lunak dan menyajikan pengguna dengan cara interface yang digunakan untuk mengumpulkan perintah atau instruksi dari pengguna (klik, mengetik, upload dan lain-lain) Perintah-perintah ini kemudian diinterpretasikan oleh webservers atau diproses oleh server aplikasi. Informasi kemudian disimpan pada atau diambil dari database server atau file server dan pengguna kemudian disajikan dengan halaman yang telah diperbarui. Data di beberapa server disinkronisasikan di seluruh dunia untuk akses global cepat dan juga untuk mencegah kehilangan data.[butuh rujukan]
Web service telah memberikan mekanisme umum untuk pengiriman layanan, hal ini membuat Service-Oriented Architecture (SOA) ideal untuk diterapkan. Tujuan dari SOA adalah untuk mengatasi persyaratan yang bebas digabungkan, berbasis standar, dan Protocol-Independent Distributed Computing. Dalam SOA, sumber daya perangkat lunak yang dikemas sebagai "layanan," yang terdefinisi dengan baik, modul mandiri yang menyediakan fungsionalitas bisnis standar dan konteks jasa lainnya. Kematangan web service telah memungkinkan penciptaan layanan yang kuat yang dapat diakses berdasarkan permintaan, dengan cara yang seragam.
Implementasi komputasi awan
Ada tiga poin utama yang diperlukan dalam implementasi cloud computing, yaitu:
Implementasi cloud computing dalam pemerintahan (E-Goverment)
Cloud Computing dalam pemerintahan (E-Goverment) dapat mendongkrak kinerja khususnya dalam bidang pemerintahan. E-Goverment dapat membantu para staf di bidang pemerintahan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik ke masyarakat. Pemerintah dalam negara Indonesia telah menggunakan cloud computing. Contoh pertama yaitu sebagai penyediaan sumber informasi. Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menyediakan layanan Cloud Computing sebagai layanan jasa alih daya pengelolaan TIK untuk instansi pemerintah. Layanan ini bertujuan untuk dapat mewujudkan percepatan E-government, karena memungkinkan pengguna pemerintah berkonsentrasi dalam memberikan layanan dan tidak dipusingkan dengan konfigurasi maupun pemeliharan perangkat teknologi informasi.
Masalah yang dhadapi
Dunia komputasi awan merupakan dunia baru karena tidak semua orang mengetahui teknologi baru tersebut. Karena masih baru tersebut muncul beberapa masalah dalam pengenalannya ke dunia luar. Contohnya komputasi awan merupakan sarana penyimpanan data melalui jaringan internet maka internet wajib bagi pemakai komputasi awan apabila terjadi masalah dalam internet maka akan menyebabkan komputer tersebut menjadi lambat karena proses yang terlalu lama. Masalah lain adalah jika suatu perusahaan menggunakan komputasi awan dalam penyimpanan datanya maka akan sangat tergantung pada vendor (penyedia layanan komputasi awan) karena perusahaan tersebut tidak mempunyai server langsung dalam komputasi awan dan juga apabila vendor mempunyai layanan backup yang buruk atau server pada vendor rusak akan menyebabkan kerugian besar pada perusahaan tersebut karena semua data yang tersimpan pada vendor akan mengalami masalah. Jika ingin menggunakan komputasi awan juga harus tersedia bandwidth yang besar karena data yang keluar masuk dalam sebuah akun tidak sedikit, maka dari itu dibutuhkan bandwidth yang berukuran besar agar mampu menampung data yang ditransfer. Masalah keamanan dan privasi menjadi masalah baru karena jika kita sudah meletakkan suatu data dalam internet maka itu bisa dilihat oleh masyarakat luas apabila data tersebut sangat rahasia maka bisa menyebabkan kefatalan dalam mengelola sesuatu. Selain itu belum banyak dukungan dari berbagai pihak karena beberapa masalah dalam komputasi awan. Beberapa masalah yang timbul disebabkan karena masih barunya teknologi komputasi awan dalam penyimpanan sebuah data dalam internet. Masalah lain yang dapat timbul selain diatas adalah dengan banyak para peretas yang muncul dari berbagai dunia dalam meretas internet membuat vendor harus berhati-hati dalam mengelola sumber daya yang dipakai dalam komputasi awan.
Contoh Komputasi Awan
Google Drive
Google Drive adalah layanan penyimpanan Online yang dimiliki Google. Google Drive diluncurkan pada tanggal 24 April 2012. Sebenarnya layanan ini merupakan pengembangan dari Google Docs. Google Drive memberikan kapasitas penyimpanan sebesar 5 GB kepada setiap penggunanya. Kapasitas tersebut dapat ditambahkan dengan melakukan pembayaran atau pembelian Storage. Penyimpanan file di Google Drive dapat memudahkan pemilik file dapat mengakses file tersebut kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan komputer desktop, laptop, komputer tablet ataupun smartphone. File tersebut juga dapat dengan mudah dibagikan dengan orang lain untuk berbagi pakai ataupun melakukan kolaborasi dalam pengeditan.
Fitur-fitur Google Drive
Windows Azure
Windows Azure adalah sistem operasi yang berbasis komputasi awan, dibuat oleh Microsoft untuk mengembangkan dan mengatur aplikasi serta melayani sebuah jaringan global dari Microsoft Data Centers. Windows Azure yang mendukung berbagai macam bahasa dan alat pemrograman. Sistem operasi ini dirilis pada 1 Februari 2010.
Fitur-fitur Windows Azure
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022
Mesin-ke-mesin (bahasa Inggris: machine-to-machine, disingkat M2M) adalah sebuah istilah yang mengacu pada peranti keras (device/hardware) yang dapat terhubung dan berkomunikasi satu sama lain tanpa bantuan manusia. Dalam hal ini masing-masing perangkat dapat bertukar informasi atau melakukan suatu pekerjaan lewat hubungan sinyal nirkabel. Penggunaan teknologi M2M dalam kehidupan sehari-hari misalnya sms banking, mesin pendingin yang bisa menceritakan kondisinya sendiri, atau AC rumah yang dapat menyala otomatis apabila ada mobil masuk. Teknologi M2M pertama digunakan oleh telemetri, sebuah perangkat yang berfungsi mengawasi kondisi perangkat-perangkat keras lain dari jarak jauh.Komponen-komponen yang termasuk dalam sistem M2M di antaranya adalah sensor, RFID, Wi-Fi atau segala jenis teknologi bergerak dan seluler.
Teknologi M2M di Indonesia
Teknologi M2M di Indonesia dipopulerkan oleh operator telekomunikasi lokal seperti XL Axiata, Telkomsel, dan Indosat. Layanan M2M yang diterapkan oleh Telkomsel ditargetkan pada sektor perbankan, otomotif, dan rumah pintar. Dengan layanan ini, pengguna dapat menjalankan alat atau mesin lewat perangkat bergerak. Telkomsel telah menggarap M2M sejak tahun 2003 dan pada tahun 2014 telah mendapatkan 1,5 juta pelanggan. M2M juga digarap oleh Indosat sejak tahun 2010, dan pada tahun 2015 mengembangkan solusi M2M pada teknologi GPS, EDC Wireless, dan ATM Wireless. XL Axiata mengembangkan teknologi M2M bekerjasama dengan Ericsson. Sejak dibangun pertama kali pada tahun 2012, XL Axiata telah mengembangkan sekitar 5 jenis layanan M2M dengan total 92 ribu pelanggan yang didominasi oleh kalangan industri.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022
Kontrol logika terprogram (bahasa Inggris: programmable logic controller atau PLC) adalah suatu mikroprosesor yang digunakan untuk otomasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, cont seperti tampilan tangga. Disamping menggunakan pemrograman ladder, PLC juga dapat diprogram dengan pemrograman SFC dan pemrograman ST, untuk yang ST sudah jarang digunakan lagi.
Pendahuluan
Kontrol kendali industri pada awalnya mengandalkan pada relay elektromekanik. Relay ini bekerja bedasarkan prinsip kemagnetan. Sistem kendali ini memiliki beberapa kelemahan, diantranya:
Perkembangan komponen mikroelektronik pada akhirnya mampu menghasilkan sistem yang dapat menggantikan fungsi puluhan bahkan ratusan relay elektromekanik hanya dengan satu keping chip mikrokontroller yang dapat diprogram.
Sumber Artikel: id.wikipedia.org
Internet of Things
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 07 Maret 2022
Kemajuan teknologi tidak hanya memudahkan pekerjaan manusia, namun juga bisa mengurangi keterlibatan manusia dalam suatu aktivitas. Kalimat pembuka tersebut dianggap penulis mampu merepresentasikan isi dari seluruh tulisan berikut ini. Jika dulu kita mengenal bahwa faktor produksi minimal terdiri dari man, machine, material, money, and method (5M), maka di era industri 4.0 saat ini bisa saja peranan faktor produksi berupa tenaga kerja akan sangat minimal karena sebagian diambil alih oleh mesin. Internet of Things (IoT) dan Industri 4.0 merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas konektivitas internet antara benda-benda di sekitar kita dengan aktivitas/pekerjaan secara otomatis melalui pertukaran data yang sangat cepat. Seluruh sistem tersebut terhubung dalam jaringan siber dan fisik dengan memanfaatkan komputasi awan (cloud computing).
Kecanggihan teknologi IoT yang ada saat ini memampukan alat-alat elektronik agar selalu terhubung dengan internet dan akan secara otomatis menjalankan perintah sesuai program yang diinginkan user. Pendingin ruangan, komputer, printer, lampu, dan perlengkapan elektronik lainnya bisa secara otomatis berfungsi sesuai perintah yang diinput sebelumnya atau dengan memanfaatkan basis data yang kemudian diolah dengan logika artificial intellegent sehingga dapat menghasilkan perintah secara otomatis. Misalnya, lampu penerangan baru berfungsi saat mendeteksi adanya keberadaan manusia, komputer akan secara otomatis menyala saat pegawai melakukan absensi kehadiran dan mati saat melakukan absensi pulang. Bahkan mungkin saja mesin pembuat kopi otomatis akan bekerja saat lokasi anda mendekati radius tertentu dari tempat kerja dan masih banyak lagi alat lainnya yang cara kerjanya tidak lagi dioperasikan secara manual. Contoh yang lebih komplek misalnya, lemari pendingin dapat mendeteksi persediaan apa saja yang sudah habis dan secara otomatis merchant langganan anda akan mengirimkan kebutuhan tersebut karena sistem dan database-nya telah terintegrasi melalui cloud.
Hampir setiap benda saat ini dilengkapi dengan penandaan barang (barcode, RFID, maupun bentuk lainnya) sedangkan penandaan pada tubuh manusia biasanya dilakukan melalui sidik jari, retina, ataupun pengenalan wajah untuk keperluan surveilance. Dengan adanya penandaan tersebut, pergerakan benda dan manusia tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan dilakukan pertukaran data dengan sistem lain untuk dianalisis. Pekerjaan seperti pengadaan/pembelian alat tulis kantor mungkin sudah tidak diperlukan karena pembelian akan secara otomatis dilakukan oleh sistem apabila ketersediaan untuk item tertentu sudah mencapai angka limit. Sistem presensi untuk kehadiran pegawai mungkin juga akan segera usang dalam waktu dekat karena keberadaan pegawai bisa dideteksi dari gadget yang dibawanya sehingga sistem bisa secara otomatis melakukan presensi saat pegawai berada pada radius tertentu dari kantor. Bahkan kamera CCTV bisa saja mengenali wajah dan keberadaan seseorang pada meja kerjanya melalui suhu tubuh sehingga produktivitas pegawai tidak perlu diawasi oleh atasan atau supervisor. Hal-hal semacam itu bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan dalam waktu dekat.
Disisi lain, kecanggihan industri 4.0 juga cukup memberikan rasa takjub tersendiri. Aplikasi semacam Google Translate dan Youtube saat ini sudah bisa mendeteksi suara yang secara otomatis akan dibuat caption/subtitle dari suara yang dihasilkan (speech to text). Kecanggihan semacam itu akan sangat menghemat waktu anda dalam bekerja jika anda tahu bagaimana memanfaatkannya, misalnya anda tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengetik notulen rapat atau menugaskan pegawai lain sebagai notulen rapat sehingga menghemat beban kerja pegawai. Artinya, kebutuhan SDM akan lebih efisien karena jam kerja pegawai bisa lebih optimal untuk melakukan pekerjaan lainnya.
Kemajuan perkembangan teknologi sering dikaitkan dengan perkembangan hardware komputer. Mantan CEO Intel, Gordon Moore, bahkan sudah memprediksi bahwa peningkatan jumlah transistor dalam sebuah integrated circuit (IC) akan berlipat ganda setiap 2 tahun yang secara implisit dapat dimaknai bahwa pengembangan software juga akan semakin baik. Apabila pembaca tergolong sebagai Generasi X dan Generasi Y, maka pembaca sekalian merupakan saksi hidup yang mengalami pesatnya berbagai perkembangan teknologi. Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan saat kita masih bocah, saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari anak-anak kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa IoT telah memberikan kemudahan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, meskipun hal tersebut bisa juga menjadi tantangan bagi pihak lainnya.
Trade off yang diakibatkan perkembangan teknologi bisa kita amati dengan mudah disekeliling kita. Transformasi pola konsumsi masyarakat yang lebih senang berbelanja online melalui marketplace disatu sisi meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan meningkatkan aktivitas ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja baru utamanya dibidang logistik, namun di sisi lain teknologi tersebut membawa dampak negatif bagi keberadan usaha yang masih menggunakan sarana fisik sebagai media pemasaran mereka. Menjamurnya aplikasi konsultasi medis secara online memberikan kenyamanan bagi masyarakat karena tidak perlu antri dan bepergian saat kondisi badan sedang sakit serta mengurangi kelangkaan kebutuhan tenaga medis. Namun demikian, efek sampingnya adalah lapangan kerja dibidang kesehatan menjadi menurun seperti perawat, administrasi, maupun tenaga kerja pendukung lain.
Peluang bagi Organisasi
Kemudahan yang bisa didapatkan akibat perkembangan teknologi sudah banyak sekali contoh penggunaannya di lingkungan kerja kita. Sebagai contoh, pelaksaan lelang sudah mengakomodasi e-auction, sebuah aplikasi yang sangat baik sehingga memberikan manfaat yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Aplikasi tersebut merupakan contoh nyata dari pergeseran faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan Risalah Lelang dari tenaga kerja (man) kepada sistem aplikasi (machine & process). Big data interchange antara instansi pemerintah bisa juga digunakan untuk mempercepat proses verifikasi dokumen sehingga memberikan keamanan dan keyakinan bagi petugas. Peran serta Pejabat Lelang (PL) tetap ada namun resources waktu yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga PL bisa melakukan aktivitas lain atau produktifitasnya akan meningkat karena didukung teknologi. Pelaksanaan lelang pada suatu wilayah bisa dilakukan tanpa kehadiran PL karena sudah didukung teknologi teleconference, biaya perjalanan dinas bisa dikurangi bahkan ditiadakan dan waktu kerja PL bisa lebih optimal sehingga frekuensi lelang bisa lebih banyak.
Berikutnya adalah aplikasi office automation (Nadine) yang jamak digunakan saat ini. Penggunaan aplikasi tersebut tidak hanya menghemat biaya namun juga waktu. Dokumen fisik yang sebelumnya harus dicetak dan disimpan saat ini tidak perlu lagi dilakukan. Penyampaian dokumen yang sebelumnya menggunkan pos/kurir dan terdapat kemungkinan hilang, saat ini bisa langsung terkirim dan dipastikan sampai kepada tujuan. Kemudahan dalam melakukan koreksi atas narasi naskah dinas juga bisa langsung dilakukan melalui user masing-masing atasan sehingga waktu untuk penyelesaian naskah dinas lebih efisien.
Pekerjaan penilaian yang selama ini membutuhkan survei untuk mengetahui objek fisik maupun pembanding, mungkin dalam beberapa tahun kemudian frekuensi pelaksanaan survei fisik akan sangat minim. Survei lapangan bisa jadi cukup menggunakan penginderaan jarak jauh (citra satelit atau drone) yang kemampuannya bisa sangat detil hingga satuan centimeter sementara data transaksi sebagai pembanding dapat diperoleh melalui data interchange dengan pihak lain menggunakan big data analisis. Selain yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi bentuk-bentuk inovasi yang mungkin akan terjadi pada masa-masa mendatang. Quantum leap dalam perkembangan teknologi masih dapat ditingkatkan untuk hal-hal lain yang menjadi tusi DJKN.
Ancaman bagi organisasi
Beberapa kemudahan tersebut ternyata bisa menjadi ancaman bagi organisasi, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya manusia. Pertama, diperlukan extra effort untuk meningkatan kapasitas SDM agar mampu menggunakan teknologi yang sudah tersedia. Peningkatan kapasitas SDM merupakan tugas yang cukup berat bagi organisasi terlebih bagi pegawai yang sudah berusia senja. Kedua adalah kebutuhan SDM, kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari teknologi tentunya akan mengurangi kebutuhan SDM. Efisiensi pelaksanaan tugas bisa membuat satu pegawai bisa merangkap melaksanakan tugas untuk pegawai lainnya. Pelaksanaan pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan waktu (timely) akan mejadi sangat efisien ketika pelaksanaannya bisa dibantu dengan teknologi sehingga waktu kerja menjadi sangat berkurang. Kebutuhan pegawai tersebut tentunya harus dilakukan secara selektif sehingga hanya pegawai yang memilliki kualifikasi yang cukup yang perlu dipertahankan sementara pegawai lain yang kurang berkontribusi akan menjadi pengangguran terselubung akibat kurang optimalnya jam kerja.
Ketiga adalah eksistensi dari organisasi itu sendiri, simplifikasi aturan yang didukung dengan adanya kemudahan teknologi merupakan ancaman bagi keberlangsungan organisasi. Pekerjaan yang sebelumnya memerlukan SDM cukup banyak kemudian berkurang tentunya akan mengurangi beban kerja. Aglomerasi tugas dan fungsi beberapa unit menjadi satu kesatuan bisa menjadi alternatif kebijakan jika pertimbangannya adalah kemudahan koordinasi dan efisiensi operasional, meskipun hal tersebut bukanlah perkara mudah.
Fakta-fakta tersebut di atas tentunya bisa kita gunakan sebagai pelajaran tentang bagaimana kita harus mendesain organisasi kita ke depan. Contoh kongkret di lingkungan Kemenkeu adalah pada tahun 2000-an dimana terjadi proses reformasi pengelolaan anggaran dan otomasi SPM - SP2D. Perubahan itu pasti terjadi dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi menjadi keharusan agar kita bisa bertahan. Peluang dan ancaman yang mungkin terjadi harus menjadi perhatian petinggi organisasi utamanya saat melakukan perencanaan stratejik. Sehinga apabila perubahan itu terjadi, maka masa transisi yang diperlukan tidak membutuhkan waktu yang lama dan meminimalkan potensi resistensi dari berbagai pihak terkait . Tetap berimajinasi, karena imajinasi itu lebih berharga daripada ilmu pasti. Dan dengan imajinasi itu, kita bisa mempersiapkan masa depan lebih baik. Pertimbangan analisis biaya manfaat sebagai dasar pembelaan bahwa teknologi tidak murah. Jika dahulu teknologi merupakan barang yang sulit dijangkau, maka saat ini penggunaan teknologi justru memberikan skala ekonomis bagi pihak yang mengoperasikannya.
Sumber Artikel: djkn.kemenkeu.go.id