Mengenal Internet of Things (IoT) dan Hubungannya dengan 5G?

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil

25 Maret 2022, 13.36

Demi memperkuat kompetensi di tengah pesatnya pertumbuhan di era 5G, ZTE berharap dapat membangun ekosistem dengan semua mitra di industri. (Dok. ZTE)

Tahun 2021, masyarakat Indonesia disuguhkan dengan kehadiran jaringan telekomunikasi terbaru, yakni 5G. Teknologi jaringan yang digadang-gadang dapat menghadirkan akses internet yang empat kali lebih cepat dari 4G/LTE.

Sejak dilaksanakannya ULO (Uji Laik Operasi) 5G pada Mei 2021 oleh Kementerian Kominfo, sudah terdapat tiga perusahaan penyedia layanan jaringan yang sudah mengantongi SKLO (Surat Keterangan Laik Operasi) 5G, yaitu Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooreedo.

SKLO secara sederhana merupakan surat izin yang diberikan Kementerian Kominfo untuk penyedia layanan jaringan untuk bisa menyediakan layanan 5G. Izin diberikan berdasarkan hasil ULO.

Sementara itu, penyedia layanan jaringan pertama yang mendapat SKLO 5G adalah Telkomsel, yang menggelar jaringan 5G pada pita frekuensi 2.300 MHz. Kemudian disusul Indosat Ooredoo, yang menggelar jaringan 5G pada pita frekuensi 1.800 MHz.

Terakhir, SKLO 5G diberikan pada XL Axiata, dengan jaringan 5G berjalan pada pita frekuensi 1.800 MHz. Namun, jaringan 5G yang diselenggarakan ketiga perusahaan tersebut masih terbatas di kota-kota besar, misal Jabodetabek, Surabaya, Makassar, dan sebagainya.

Perlombaan kecepatan jaringan internet 5G dari masing-masing penyedia layanan menjadi hal yang menarik untuk disimak. Masing-masing perusahaan memiliki klaim dalam urusan kecepatan 5G, yang intinya tentu lebih cepat dari 4G.

Misalnya, Telkomsel mengeklaim bahwa jaringan 5G yang diselenggarakannya bisa berjalan 20 kali lebih cepat dibanding 4G ketika digunakan untuk download dan streaming, sebagaimana dikutip dari laman resmi Telkomsel.

Di sisi lain, kehadiran 5G bukan hanya perkara pengalaman koneksi internet yang lebih kencang dari 4G. Ada hal lain yang ingin diterobos denggan menggunakan jaringan 5G, yakni pengembangan IoT (Internet of Things).

Cerita tersebut bisa dilihat dari bagaimana penyedia layanan jaringan tersebut mengarahkan 5G ke IoT. Misalnya, Indosat Ooreedo menggandeng Nokia dan kampus ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) untuk kembangkan aplikasi IoT dengan memanfaatkan 5G. Cerita yang sama juga datang dari XL Axiata.

Perusahaan ini bekerja sama dengan dua kampus sekaligus, IPB (Institut Pertanian Bogor) dan Politeknik Manufaktur Astra, dalam mengembangkan aplikasi IoT dengan jaringan 5G untuk kebutuhan industri Jika melihat cerita kerja sama tersebut, 5G tampaknya menjadi alat untuk mengembangkan IoT kebutuhan industri. Namun, sebenarnya apa yang disebut IoT itu? dan bagaimana kaitannya dengan 5G?

IoT: satu ketukan semua masalah selesai

Istilah IoT masih banyak dianggap asing untuk dibaca dan didengar. Buktinya, jika menelusuri IoT lewat Google Trends, ada saja orang yang masih mencari penjelasannya dengan keyword “Apa itu IoT”.

Secara konseptual, dijelaskan Kumar, dkk. dalam jurnalnya, berjudul Internet of Things is a revolutionary approach for future technology enhancement: a review, IoT adalah sistem yang dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam satu ketukan.

Sistem tersebut berisi susunan infrastruktur yang saling terintegrasi sehingga dapat membuat pekerjaan manusia menjadi semakin efektif dan efisien. IoT berjalan dengan memanfaatkan penggunaan perangkat pintar dan jaringan internet.

Melalui perangkat tersebut, pengguna dapat menjalankan perangkat lain melalui jaringan internet untuk menyelesaikan beragam masalah. Kumar dalam jurnal tersebut menampilkan arsitektur tentang bagaimana IoT ini berjalan.

Dalam gambar tersebut, terlihat susunan infrastruktur dari IoT. Satu perangkat menggunakan aplikasi mengirimkan perintah. Kemudian, perintah itu diunggah ke cloud dan diolah di perangkat server. Pengolahan perintah tersebut dilakukan dengan memanfaatkan teknologi AI (artificial intelligence).

Setelah diolah, perintah akan dikirim ke IoT Gateway, lalu perintah akan diteruskan ke perangkat lain untuk mengambil tindakan tertentu. Kumar mengatakan bahwa IoT Gateway memliki peranan penting dalam meghubungkan perintah dari server ke perangkat.

IoT Gateway merupakan platform yang berfungsi untuk mengirimkan perintah yang telah diolah agar bisa masuk ke perangkat cerdas. IoT bisa digunakan dalam berbagai sektor, biasanya penggunaan IoT ini akan diberi judul dengan nama depan “smart”.

Misalnya smart home, yang memungkinkan Anda untuk mengirim perintah lewat aplikasi di ponsel untuk mengatur peralatan rumah secara otomatis.

Jadi melalui smart home, Anda dapat menyalakan lampu atau mengatur suhu lemari es hanya dengan sekali ketukan pada opsi yang tersedia di aplikasi ponsel. Selain itu, perintah suatu tindakan pada perangkat di IoT kini, juga sudah bisa dilakukan melalui suara.

5G dorong pengembangan IoT skala besar

Dalam proses yang ada dalam susunan infrastruktur di IoT ini membutuhkan koneksi internet. Sebelum kehadiran 5G, jaringan 2G, 3G, dan 4G/LTE untuk dimanfaatkan untuk menjalankan aplikasi IoT, tapi belum optimal.

Shancang Li, dkk dalam jurnal berjudul 5G Internet of Things: A Survey, menyebut bahwa jaringan tersebut masih memiliki kendala dalam hal kecepatan transfer data dan stabilitas jaringan.

Misalnya, jaringan 4G/LTE dikatakan memang memiliki kecepatan transfer yang sudah cukup tinggi yakni 1 Gbps, tapi jaringan ini mudah terganggu apabila terdapat bangunan tinggi atau gedung dan sinyal Wi-Fi.

Sedangkan 5G, secara optimal memiliki kecepatan transfer data hingga 10 Gbps dengan latensi kurang dari 1 ms. Dengan kemampuan ini, 5G dapat menyediakan koneksi internet yang bagus pada ribuan perangkat dalam waktu bersamaan

5G dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada IoT di masa depan. Kemampuan transfer data yang minim latensi dapat menghubungkan miliaran perangkat pintar untuk mendukung sistem dalam IoT dalam skala besar.

Jadi, ke depan tidak hanya perangkat rumah yang dapat dikendalikan dalam satu ketukan. Namun, perangkat yang ada di satu kota bisa digerakkan secara otomatis. 5G sangat memungkinkan untuk digunakan dalam mengembangkan konsep smart city.

Smart city yang merupakan bagian dari IoT dapat terwujud karena 5G memiliki kemampuan broadband hingga satu juta perangkat per satu kilometer.

Selain itu, 5G juga bisa dimanfaatkan untuk IoT di bidang kesehatan, seperti operasi jarak jauh. Jadi, dokter bisa mengontrol alat operasi dari jarak jauh melalui layar perangkat tertentu dengan menggunakan jaringan 5G.

Jadi, berbicara 5G akhirnya tidak sebatas kecepatan download, tapi lebih jauh dari itu, yakni pengembangan IoT skala besar.

Sumber Artikel: kompas.com