Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Maret 2025
Bahan kimia berbahaya (hazardous chemicals) sering digunakan di berbagai sektor industri dan laboratorium. Meskipun penting dalam banyak proses produksi, bahan ini dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan pekerja dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Menurut standar Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals (GHS), bahan kimia berbahaya dikategorikan menjadi dua jenis utama:
Dokumen ini menyoroti pentingnya identifikasi bahan berbahaya melalui label, Safety Data Sheet (SDS), dan inspeksi tempat kerja. Regulasi WHS Act mengatur bahwa tidak ada pekerja yang boleh terpapar bahan kimia melebihi standar yang ditetapkan. Standar paparan mencakup:
Dalam praktiknya, pemantauan kualitas udara dan evaluasi biological monitoring diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ini. Manajemen risiko bahan kimia mengikuti prinsip hierarki kontrol, yang mencakup langkah-langkah berikut:
Pemantauan risiko dilakukan secara berkala melalui:
Salah satu studi kasus dalam dokumen ini adalah insiden kebakaran di bengkel pengecatan kendaraan akibat penggunaan bahan kimia yang mudah terbakar, seperti pelarut organik. Penyebab utama kecelakaan ini meliputi:
Hasil investigasi menunjukkan bahwa kebakaran dapat dicegah jika pekerja menerapkan standar keamanan yang lebih ketat seperti pemakaian alat pelindung diri dan ventilasi yang lebih baik. Studi lain melibatkan operasi pembersihan dengan uap di fasilitas industri. Kesalahan dalam proses ini menyebabkan pekerja mengalami keracunan gas berbahaya, yang disebabkan oleh:
Setiap tempat kerja yang menangani bahan kimia berbahaya wajib memiliki Emergency Response Plan (ERP) yang mencakup:
Pencegahan kebakaran akibat bahan kimia melibatkan:
Dokumen "Managing Risks of Hazardous Chemicals in the Workplace" memberikan panduan komprehensif tentang cara mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari penelitian ini meliputi:
Implementasi rekomendasi ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pekerja, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional di tempat kerja.
Sumber
Safe Work Australia (2021). Managing Risks of Hazardous Chemicals in the Workplace: Code of Practice 2021.
Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Maret 2025
Laboratorium kimia organik merupakan lingkungan kerja dengan tingkat risiko tinggi akibat penggunaan berbagai bahan kimia berbahaya. Risiko yang dihadapi mencakup keracunan, paparan zat beracun, ledakan, kebakaran, serta dampak kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi pengguna laboratorium untuk memahami karakteristik bahan kimia dan menerapkan langkah-langkah mitigasi risiko.
Paper ini mengkaji tingkat risiko penggunaan bahan kimia di laboratorium kimia organik FMIPA Undiksha. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bahan kimia berbahaya, menganalisis tingkat risikonya, serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan laboratorium.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui:
Hasil penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia yang digunakan di laboratorium. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa kategori utama bahan kimia berbahaya di laboratorium kimia organik FMIPA Undiksha, antara lain:
1. Kategori Bahan Kimia Berbahaya
Laboratorium ini menggunakan berbagai bahan kimia yang masuk dalam kategori iritan, beracun, sangat beracun, korosif, mudah terbakar, hingga berpotensi meledak. Beberapa contoh bahan kimia yang diklasifikasikan berdasarkan risikonya meliputi:
2. Jenis Risiko yang Ditimbulkan
Penggunaan bahan kimia ini berpotensi menimbulkan berbagai risiko kesehatan dan lingkungan, antara lain:
3. Tingkat Risiko Paparan
Studi ini menunjukkan bahwa tingkat risiko bagi pengguna laboratorium tergolong tinggi, terutama akibat kurangnya kesadaran pengguna dalam menangani bahan kimia secara aman. Berdasarkan analisis, beberapa bahan seperti diklorometana (DCM) dan n-heksana berpotensi menyebabkan efek jangka panjang, seperti:
Beberapa insiden yang pernah terjadi di laboratorium kimia FMIPA Undiksha meliputi:
Insiden-insiden ini mengindikasikan perlunya pengelolaan bahan kimia yang lebih ketat serta peningkatan kesadaran pengguna laboratorium.
Korelasi Antara Paparan Jangka Panjang dan Penyakit
Meskipun tidak ada data spesifik tentang korban jiwa akibat paparan bahan kimia di laboratorium ini, beberapa kasus kesehatan menunjukkan adanya indikasi gangguan kesehatan akibat bahan beracun. Studi lain menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap benzena dapat menyebabkan leukemia, sedangkan asap formaldehida dapat memicu kanker paru-paru. Hal ini menegaskan pentingnya tindakan pencegahan yang lebih baik.
Beberapa langkah yang disarankan untuk meningkatkan keamanan laboratorium meliputi:
Penyediaan Material Safety Data Sheet (MSDS)
MSDS merupakan dokumen penting yang berisi informasi tentang bahaya bahan kimia serta cara penanganannya. Sayangnya, laboratorium ini belum memiliki dokumentasi MSDS yang lengkap. Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan MSDS yang mudah diakses oleh pengguna laboratorium agar mereka lebih memahami cara menangani bahan tersebut dengan aman. Kesadaran pengguna laboratorium masih menjadi tantangan utama dalam pencegahan kecelakaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan:
Untuk memastikan efektivitas langkah-langkah keselamatan, laboratorium perlu melakukan:
Studi ini mengungkapkan bahwa bahan kimia berbahaya di laboratorium kimia organik FMIPA Undiksha memiliki potensi risiko yang tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Beberapa bahan, seperti diklorometana dan n-heksana, dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang, sedangkan bahan lain berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan. Untuk mengurangi risiko ini, perlu diterapkan langkah-langkah seperti peningkatan protokol keselamatan, pelatihan pengguna laboratorium, serta pengawasan ketat terhadap bahan kimia. Dengan strategi ini, keselamatan laboratorium dapat ditingkatkan secara signifikan.
Sumber Asli Paper
Subamia, I. D. P., Wahyuni, I. G. A. N. S., & Widiasih, N. N. (2019). Analisis Risiko Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik. Wahana Matematika dan Sains, Vol 13 No 1, April 2019.
Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Maret 2025
Bahan berbahaya (hazardous materials) dapat ditemukan di berbagai sektor, termasuk industri, rumah tangga, dan transportasi. Material ini mencakup gas beracun, cairan mudah terbakar, dan bahan radioaktif yang dapat menyebabkan dampak kesehatan, lingkungan, serta infrastruktur. Dalam skala global, insiden bahan berbahaya menjadi ancaman utama, baik yang terjadi secara alami maupun akibat ulah manusia. Dokumen ini memberikan panduan bagi otoritas negara bagian, lokal, suku, wilayah, dan sektor swasta dalam meningkatkan ketahanan terhadap insiden bahan berbahaya. Berdasarkan Threat and Hazard Identification and Risk Assessment (THIRA) tahun 2018, 50% negara bagian dan wilayah serta 40% komunitas suku mengidentifikasi bahan kimia dan radioaktif sebagai ancaman utama.
Berdasarkan penelitian, bahan berbahaya dapat menyebabkan berbagai dampak serius, antara lain:
Menurut Departemen Transportasi AS (DOT), bahan berbahaya dikategorikan menjadi sembilan kelas utama:
Dalam menangani insiden bahan berbahaya, responden pertama menggunakan metode APIE (Analyze, Plan, Implement, Evaluate):
Berbagai alat dan sumber daya digunakan dalam mengidentifikasi bahan berbahaya:
Untuk mengurangi dampak insiden, responder memerlukan perlengkapan khusus:
Pada 17 April 2013, sebuah pabrik pupuk di West, Texas meledak akibat penyimpanan 30 ton amonium nitrat, menewaskan 15 orang dan melukai ratusan lainnya. Insiden ini terjadi karena:
Perencanaan insiden bahan berbahaya harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk:
Beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko insiden bahan berbahaya akibat lokasi industri meliputi:
Kurangnya insiden dalam beberapa dekade terakhir justru menyebabkan minimnya pengalaman praktis bagi responder darurat. Oleh karena itu, simulasi perlu dilakukan secara berkala untuk:
Sistem peringatan seperti Integrated Public Alert and Warning System (IPAWS) dapat digunakan untuk memberi tahu masyarakat mengenai insiden bahan berbahaya dan langkah-langkah yang harus diambil. Bahan berbahaya merupakan ancaman yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan kerugian ekonomi yang besar. Paper ini menekankan pentingnya strategi pencegahan, respons cepat, dan pemulihan dalam menghadapi insiden bahan berbahaya. Studi kasus ledakan di Texas (2013) menunjukkan bahwa kurangnya regulasi dan kesiapan dapat meningkatkan dampak insiden. Oleh karena itu, strategi yang direkomendasikan dalam penelitian ini mencakup:
Dengan pendekatan ini, diharapkan risiko insiden bahan berbahaya dapat dikurangi dan dampaknya dapat diminimalkan.
Sumber Asli Paper
FEMA (2019). Hazardous Materials Incidents: Guidance for State, Local, Tribal, Territorial, and Private Sector Partners. Federal Emergency Management Agency, August 2019.
Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Maret 2025
Penyimpanan bahan kimia berbahaya di gudang dan fasilitas distribusi merupakan aspek krusial dalam industri kimia. Paper ini mengandalkan inspeksi langsung terhadap fasilitas penyimpanan bahan kimia di berbagai lokasi di Amerika Serikat. Data dikumpulkan dari laporan kepatuhan terhadap regulasi Clean Air Act (CAA) dan Emergency Planning and Community Right to Know Act (EPCRA). Beberapa studi kasus juga dianalisis untuk menyoroti risiko dan dampak dari penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai standar.
Kasus N&D Transportation Company, Rhode Island
Kasus Harcros Chemicals, Nationwide
Kasus Warren Distribution, Iowa
Berdasarkan inspeksi EPA, beberapa pelanggaran umum yang sering ditemukan di fasilitas penyimpanan bahan kimia adalah:
Beberapa regulasi utama yang mengatur penyimpanan bahan kimia berbahaya di AS meliputi:
Berdasarkan temuan dalam paper ini, beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keselamatan penyimpanan bahan kimia di fasilitas industri meliputi:
Fasilitas penyimpanan bahan kimia masih gagal memenuhi standar keselamatan, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan, pencemaran lingkungan, dan denda hukum. Dengan menerapkan manajemen inventaris yang lebih ketat, meningkatkan pelatihan karyawan, dan memperkuat kerja sama dengan otoritas lokal, risiko ini dapat diminimalkan. Regulasi seperti CAA dan EPCRA memainkan peran penting dalam memastikan keselamatan dalam industri kimia dan harus dipatuhi oleh seluruh pelaku industri.
Sumber Artikel: Environmental Protection Agency (EPA), "Risks of Improper Storage of Hazardous Chemicals at Chemical Warehouses and Distribution Facilities", Enforcement Alert, November 2021, EPA Document #300N21003.
Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 30 April 2024
Kimia zat padat, yang juga kadang-kadang disebut sebagai kimia material, adalah studi tentang sintesis, struktur, dan sifat-sifat material fase padat. Oleh karena itu, bidang ini memiliki tumpang tindih yang kuat dengan fisika zat padat, mineralogi, kristalografi, keramik, metalurgi, termodinamika, ilmu material, dan elektronik dengan fokus pada sintesis material baru dan karakterisasinya. Beragam teknik sintetis, seperti metode keramik dan deposisi uap kimia, membuat bahan padat. Padatan dapat diklasifikasikan sebagai kristal atau amorf berdasarkan sifat keteraturan yang ada dalam susunan partikel penyusunnya. Komposisi unsur, struktur mikro, dan sifat fisiknya dapat dikarakterisasi melalui berbagai metode analisis.
Sejarah
Karena relevansinya yang langsung dengan produk perdagangan, kimia anorganik solid state sangat didorong oleh teknologi. Kemajuan di bidang ini sering kali didorong oleh tuntutan industri, terkadang bekerja sama dengan akademisi. Aplikasi yang ditemukan pada abad ke-20 meliputi katalis berbasis zeolit dan platina untuk pemrosesan minyak bumi pada tahun 1950-an, silikon dengan kemurnian tinggi sebagai komponen inti perangkat mikroelektronik pada tahun 1960-an, dan superkonduktivitas "suhu tinggi" pada tahun 1980-an. Penemuan kristalografi sinar-X pada awal 1900-an oleh William Lawrence Bragg adalah inovasi yang memungkinkan. Pemahaman kita tentang bagaimana reaksi berlangsung pada tingkat atom dalam keadaan padat sangat maju oleh karya Carl Wagner tentang teori laju oksidasi, difusi balik ion, dan kimia cacat. Karena kontribusinya, dia kadang-kadang disebut sebagai bapak kimia solid state.
Wafer silikon untuk digunakan dalam perangkat elektronik
Metode sintetis
Mengingat keragaman senyawa padat, beragam metode yang sama beragamnya digunakan untuk persiapannya. Sintesis dapat berkisar dari metode suhu tinggi, seperti metode keramik, hingga metode gas, seperti pengendapan uap kimia. Seringkali, metode-metode tersebut mencegah pembentukan cacat atau menghasilkan produk dengan kemurnian tinggi.
Metode suhu tinggi
Metode Keramik
Metode keramik adalah salah satu teknik sintesis yang paling umum. Sintesis terjadi sepenuhnya dalam keadaan padat. Reaktan digiling bersama, dibentuk menjadi pelet menggunakan mesin cetak pelet dan mesin cetak hidrolik, dan dipanaskan pada suhu tinggi. Ketika suhu reaktan mencukupi, ion-ion pada batas butir bereaksi membentuk fase yang diinginkan. Umumnya metode keramik menghasilkan serbuk polikristalin, tetapi bukan kristal tunggal.
Dengan menggunakan lesung dan alu atau ball mill, reaktan digiling bersama, yang mengurangi ukuran dan meningkatkan luas permukaan reaktan. Jika pencampuran tidak cukup, kita dapat menggunakan teknik seperti ko-presipitasi dan sol-gel. Seorang ahli kimia membentuk pelet dari reaktan yang digiling dan menempatkan pelet ke dalam wadah untuk dipanaskan. Pilihan wadah tergantung pada prekursor, suhu reaksi, dan produk yang diharapkan. Sebagai contoh, oksida logam biasanya disintesis dalam wadah silika atau alumina. Tungku tabung memanaskan pelet. Tungku tabung tersedia hingga suhu maksimum 2800oC.
Sintesis fluks cair
Sintesis fluks cair dapat menjadi metode yang efisien untuk mendapatkan kristal tunggal. Dalam metode ini, pereaksi awal dikombinasikan dengan fluks, bahan inert dengan titik leleh yang lebih rendah dari bahan awal. Fluks berfungsi sebagai pelarut. Setelah reaksi, fluks yang berlebih dapat dibersihkan dengan menggunakan pelarut yang sesuai atau dapat dipanaskan lagi untuk menghilangkan fluks melalui sublimasi jika merupakan senyawa yang mudah menguap.
Bahan wadah memiliki peran besar dalam sintesis fluks cair. Wadah tidak boleh bereaksi dengan fluks atau pereaksi awal. Jika ada bahan yang mudah menguap, disarankan untuk melakukan reaksi dalam ampul tertutup. Jika fase target sensitif terhadap oksigen, tabung silika leburan berlapis karbon atau wadah karbon di dalam tabung silika leburan sering digunakan untuk mencegah kontak langsung antara dinding tabung dan reagen.
Transportasi uap kimia
Pengangkutan uap kimia menghasilkan bahan yang sangat murni. Reaksi biasanya terjadi dalam ampul tertutup. Agen pengangkut, yang ditambahkan ke ampul tertutup, menghasilkan spesies perantara yang mudah menguap dari reaktan padat. Untuk oksida logam, zat pengangkut biasanya berupa Cl2 atau HCl. Ampul memiliki gradien suhu, dan, ketika reaktan gas bergerak sepanjang gradien, pada akhirnya akan mengendap sebagai kristal. Contoh reaksi transpor uap kimia yang digunakan secara industri adalah proses Mond. Proses Mond melibatkan pemanasan nikel yang tidak murni dalam aliran karbon monoksida untuk menghasilkan nikel murni.
Metode suhu rendah
Metode interkalasi
Sintesis interkalasi adalah penyisipan molekul atau ion di antara lapisan-lapisan padatan. Padatan berlapis memiliki ikatan antarmolekul yang lemah yang menyatukan lapisan-lapisannya. Proses ini terjadi melalui difusi. Interkalasi selanjutnya didorong oleh pertukaran ion, reaksi asam-basa atau reaksi elektrokimia. Metode interkalasi pertama kali digunakan di Cina dengan ditemukannya porselen. Selain itu, graphene juga diproduksi dengan metode interkalasi, dan metode ini adalah prinsip di balik baterai lithium-ion.
Metode solusi
Dimungkinkan untuk menggunakan pelarut untuk menyiapkan padatan dengan pengendapan atau penguapan. Kadang-kadang, pelarut adalah hidrotermal yang berada di bawah tekanan pada suhu yang lebih tinggi dari titik didih normal. Variasi dari tema ini adalah penggunaan metode fluks, yang menggunakan garam dengan titik leleh yang relatif rendah sebagai pelarut.
Metode gas
Banyak padatan yang bereaksi dengan kuat dengan spesies gas seperti klorin, yodium, dan oksigen. Padatan lain membentuk produk tambahan, seperti CO atau etilena. Reaksi semacam itu dilakukan di dalam tabung terbuka, yang dilalui gas. Selain itu, reaksi-reaksi ini juga dapat terjadi di dalam alat pengukur seperti TGA. Dalam hal ini, informasi stoikiometri dapat diperoleh selama reaksi berlangsung, yang membantu mengidentifikasi produk.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Industri Kimia
Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 22 April 2024
INTI- Industri kimia merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB, ekspor, dan lapangan kerja di Indonesia. Pada tahun 2022, industri kimia menyumbang 10,5% dari PDB Indonesia, dan diperkirakan akan tumbuh dengan laju tahunan rata-rata 5,5% selama lima tahun ke depan.
Industri kimia adalah sektor yang beragam, dengan berbagai macam produk. Produk utama yang dihasilkan oleh industri ini meliputi pupuk, plastik, karet, cat, deterjen, dan obat-obatan. Industri ini juga berperan dalam produksi produk lain, seperti tekstil, elektronik, dan mobil.
Industri kimia merupakan sumber pendapatan ekspor yang penting bagi Indonesia. Pada tahun 2022, industri ini mengekspor produk senilai $40 miliar, menyumbang 12% dari total ekspor Indonesia. Pasar ekspor utama untuk industri kimia adalah Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat.
Industri kimia juga memainkan peran penting dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Industri ini mempekerjakan lebih dari 2 juta orang, menjadikannya salah satu penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Industri ini merupakan sumber utama lapangan kerja bagi pekerja terampil dan tidak terampil.
Industri kimia menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kenaikan biaya energi, peraturan lingkungan, dan persaingan dari negara lain. Namun, industri ini juga melihat sejumlah peluang, seperti meningkatnya permintaan bahan kimia di sektor pertanian, otomotif, dan konstruksi.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri kimia. Pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendorong industri ini, seperti memberikan keringanan pajak dan subsidi. Pemerintah juga berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan dan jalan baru, untuk mendukung industri ini.
Industri kimia adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri ini diperkirakan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang, dan akan memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian negara.
Selain manfaat ekonomi, industri kimia juga memainkan sejumlah peran penting lainnya di Indonesia. Misalnya, industri:
Industri kimia merupakan bagian penting dari perekonomian Indonesia, dan sangat penting bagi pembangunan negara di masa depan. Pemerintah dan sektor swasta bekerja sama untuk memastikan bahwa industri ini terus tumbuh dan berkembang.
Berikut adalah beberapa tren utama yang membentuk masa depan industri kimia di Indonesia:
Tren-tren ini menciptakan peluang baru bagi industri kimia di Indonesia. Industri ini berada pada posisi yang tepat untuk memanfaatkan peluang ini, dan diharapkan dapat memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian negara di tahun-tahun mendatang.
Disadur dari: media.inti.asia