Bahan kimia berbahaya (hazardous chemicals) sering digunakan di berbagai sektor industri dan laboratorium. Meskipun penting dalam banyak proses produksi, bahan ini dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan pekerja dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Menurut standar Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals (GHS), bahan kimia berbahaya dikategorikan menjadi dua jenis utama:
- Bahaya kesehatan: Toksisitas akut, efek karsinogenik, iritasi kulit, serta gangguan pernapasan.
- Bahaya fisik: Mudah terbakar, meledak, bereaksi dengan zat lain, serta bersifat korosif terhadap material.
Dokumen ini menyoroti pentingnya identifikasi bahan berbahaya melalui label, Safety Data Sheet (SDS), dan inspeksi tempat kerja. Regulasi WHS Act mengatur bahwa tidak ada pekerja yang boleh terpapar bahan kimia melebihi standar yang ditetapkan. Standar paparan mencakup:
- Batas waktu 8 jam: Konsentrasi bahan kimia yang diperbolehkan selama jam kerja.
- Batas jangka pendek (15 menit): Konsentrasi bahan yang dapat ditoleransi dalam paparan singkat.
- Batas puncak: Konsentrasi maksimum yang tidak boleh dilampaui dalam kondisi apa pun.
Dalam praktiknya, pemantauan kualitas udara dan evaluasi biological monitoring diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ini. Manajemen risiko bahan kimia mengikuti prinsip hierarki kontrol, yang mencakup langkah-langkah berikut:
- Eliminasi – Menghilangkan penggunaan bahan kimia jika memungkinkan.
- Substitusi – Mengganti bahan kimia berbahaya dengan alternatif yang lebih aman.
- Rekayasa Teknis – Pemasangan ventilasi atau sistem pengaman untuk mengurangi risiko paparan.
- Kontrol Administratif – Pelatihan pekerja, pembatasan akses, serta prosedur kerja yang aman.
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) – Masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung sebagai langkah terakhir.
Pemantauan risiko dilakukan secara berkala melalui:
- Inspeksi tempat kerja untuk mendeteksi kebocoran atau penyimpanan yang tidak aman.
- Pengujian kualitas udara guna memastikan tingkat kontaminasi tetap dalam batas aman.
- Evaluasi kesehatan pekerja bagi mereka yang sering terpapar bahan berbahaya.
Salah satu studi kasus dalam dokumen ini adalah insiden kebakaran di bengkel pengecatan kendaraan akibat penggunaan bahan kimia yang mudah terbakar, seperti pelarut organik. Penyebab utama kecelakaan ini meliputi:
- Ventilasi yang buruk, sehingga uap bahan kimia menumpuk di ruangan.
- Sumber api terbuka dari peralatan listrik.
- Kurangnya alat pemadam kebakaran yang sesuai.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa kebakaran dapat dicegah jika pekerja menerapkan standar keamanan yang lebih ketat seperti pemakaian alat pelindung diri dan ventilasi yang lebih baik. Studi lain melibatkan operasi pembersihan dengan uap di fasilitas industri. Kesalahan dalam proses ini menyebabkan pekerja mengalami keracunan gas berbahaya, yang disebabkan oleh:
- Tidak adanya detektor gas yang dapat memberikan peringatan dini.
- Kurangnya pelatihan pekerja dalam mengenali tanda-tanda paparan gas beracun.
- Sistem ventilasi yang tidak memadai, sehingga gas beracun tidak dapat dikeluarkan dengan cepat.
Setiap tempat kerja yang menangani bahan kimia berbahaya wajib memiliki Emergency Response Plan (ERP) yang mencakup:
- Identifikasi risiko utama di tempat kerja.
- Prosedur evakuasi dan pertolongan pertama dalam kasus paparan bahan kimia.
- Pelatihan bagi pekerja dalam menangani tumpahan atau kebocoran bahan kimia.
- Ketersediaan alat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, peralatan dekontaminasi, dan sistem alarm.
Pencegahan kebakaran akibat bahan kimia melibatkan:
- Pemasangan sprinkler otomatis dan alat pemadam kebakaran yang sesuai.
- Pemisahan bahan kimia yang reaktif untuk mencegah reaksi berbahaya.
- Pelabelan dan penyimpanan bahan dengan benar untuk menghindari kontaminasi silang.
Dokumen "Managing Risks of Hazardous Chemicals in the Workplace" memberikan panduan komprehensif tentang cara mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari penelitian ini meliputi:
- Manajemen bahan kimia harus mengikuti standar hierarki kontrol, dengan eliminasi dan substitusi sebagai metode utama.
- Pelatihan pekerja sangat penting untuk memastikan bahwa mereka memahami risiko dan tindakan pencegahan yang harus dilakukan.
- Rencana tanggap darurat harus diterapkan untuk menghadapi kebocoran, tumpahan, atau kebakaran bahan kimia.
- Pemantauan kualitas udara dan kesehatan pekerja harus dilakukan secara berkala untuk mendeteksi potensi bahaya sebelum terjadi insiden serius.
Implementasi rekomendasi ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pekerja, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional di tempat kerja.
Sumber
Safe Work Australia (2021). Managing Risks of Hazardous Chemicals in the Workplace: Code of Practice 2021.