Agroteknologi & Teknologi Bioproduk

Teknologi Nano Bisa Jadi Solusi Optimalisasi Sumber Daya Alam

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 25 Juli 2022


BANDUNG, itb.ac.id – Prodi Teknologi Pascapanen SITH ITB menyelenggarakan kuliah tamu berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hayati di Abad Teknologi Nano” dengan Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si., sebagai pembicara, Kamis (18/11/2021). Pada acara tersebut, Dr. Anne Hadiyane selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Kilang Hayati menjadi moderator.

Prof. Adi selaku Dosen dari Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu menjelaskan, nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer. Teknologi nano adalah teknologi yang memanfaatkan bahan-bahan berdimensi sangat kecil dengan toleransi 0.1 nm – 100 nm.

Nanosains berupa rekayasa pada tingkatan molekuler dengan tujuan mendesain dan membuat komponen dan sistem yang sangat kecil, yang dibangun di atas hukum mekanika kuantum, bukan berdasarkan hukum fisika dan kimia klasik sebagaimana rekayasa objek pada skala besar.

“Sifat unik dari bahan nano akan diwariskan ke seluruh objek komposit dari suatu bahan apabila bahan nano ditambahkan. Bahan dalam ukuran nano dengan sifat yang unik menghasilkan mesin dan perangkat yang berkemampuan ekstrim dan luar biasa,” ujar Prof. Adi.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki berbagai kekayaan sumber daya alam, di antaranya hutan sebagai gudang karbon dan serat, banyak mineral pasir besi, kuarsa, pertambangan, tembaga, perka, dan emas. Namun demikian, kebutuhan akan sumber daya alam semakin meningkat, akan tetapi alam semakin tergerus.

“Teknologi nano mampu menjawab masalah yang ada dari berbagai sektor seefisien mungkin, dengan memakan bahan seefisien mungkin, sehingga ketersediaan sumber daya alam serta kelangsungan makhluk hidup tetap terjaga,” jelasnya.

Ada beberapa peralatan yang umum digunakan untuk menganalisa produk nano. Di antaranya adalah Particle Size Analyzer (PSA), Spark Plasma Sintering (SPS), Thermal Conductivity Analysis (TCA), dan lain-lain.

Harapan dengan adanya teknologi nano, pemanfaatan sumber daya alam dapat dimaksimalkan dengan mendorong penerapan zero waste di industri dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Selain itu dapat memberikan manfaat ekonomis dan sosial bagi industri pengolahan SDA, serta mendorong penerapan teknologi nano dalam pengolahan limbah biomassa lainnya sebagai material maju.

“Jika ingin memaksimalkan sektor nano teknologi, harus ada sinergi dari semua,” ujar Prof. Adi.

Tak hanya terfokus pada sumber daya alam, sumber daya manusia yang ada di Indonesia juga tak kalah kualitasnya. Di antaranya para pakar Iptek lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri, generasi muda, para jawara olimpiade sains dari berbagai bidang Iptek, para pelaku bisnis di berbagai bidang, investor, hingga tenaga kerja dengan kompetensi yang memadai.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)

Sumber: itb.ac.id

Selengkapnya
Teknologi Nano Bisa Jadi Solusi Optimalisasi Sumber Daya Alam

Farmakokimia

KELOMPOK KEILMUAN FARMAKOKIMIA

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 25 Juli 2022


Kelompok Keilmuan (KK) Farmakokimia terdiri dari dua subkelompok keilmuan utama, yaitu: Farmasi Analisis dan Kimia Medisinal. Sumber daya Kelompok Keilmuan mendukung semua rangkaian kegiatan penelitian di bidang Farmasi Analisis, Kimia Klinik, Analisis Mikrobiologi, Analisis dan Keamanan Makanan, dan Kimia Medisinal.

Program Unggulan Bidang Pendidikan/Pengajaran

Dalam bidang pendidikan KK Farmakokimia mengembangkan matakuliah-matakuliah untuk program sarjana Sains dan Teknologi Farmasi dan program sarjana Farmasi Klinik dan Komunitas, dan program studi teknologi kesehatan yang akan dibentuk dengan isi yang sesuai dengan perkembangan IPTEK dan perkembangan penelitian di Farmakokimia ITB, serta sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Memfasilitasi ilmuwan untuk memperdalam ilmunya melalui program magister atau doktor dalam bidang farmasi analisis, kimia medisinal, toksikologi analisis, serta analisis dan keamanan makanan.

Program Unggulan Bidang Penelitian

  1. Pengembangan dan validasi metode analisis sediaan farmasi maupun produk makanan yang mengandung berbagai komponen zat aktif atau nutrisi, serta analisis kontaminan.  Hal ini berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh industri farmasi dan industri makanan.
  2. Desain, sintesis dan pengujian biokimia fisik senyawa kationik porfirin sebagai kandidat anti kanker. Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan institusi internasional dan diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah publikasi internasional.
  3. Pengembangan turunan alkaloid kina sebagai selektor kiral dan kandidat obat anti malaria. Pengembangan turunan kuersetin sebagai kandidat obat antiinflamasi non steroid.
  4. Optimasi prosedur sintesis intermediet antibiotika beta-laktam.
  5. Pengembangan food additiveberbasis bahan alam, terutama zat warna dan antioksidan.
  6. Rekayasa kandidat vaksin TB dari protein mikobakterium. Dengan telah didirikannya TB center di Sekolah Farmasi diharapkan dalam waktu 5 tahun dapat mengajarkan  vaksin TB yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang di Asia dan Afrika. Penelitian ini merupakan penelitian lintas KK di Sekolah Farmasi dan melibatkan peneliti dari perguruan tinggi lain di dalam dan luar negeri.

Program Unggulan Bidang Layanan

Memberikan layanan pengujian mutu berbagai produk, termasuk obat, kosmetik, makanan, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan alat kesehatan non elektromedik tertentu.

Selengkapnya
KELOMPOK KEILMUAN FARMAKOKIMIA

Farmasetika

KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 25 Juli 2022


Kelompok Keilmuan/Keahlian Farmasetika memiliki 3 (tiga) subkelompok, yaitu : (1) Teknologi Farmasi, (2) Biofarmasi dan Farmakokinetik dan (3) Bioteknologi Farmasi. Ketiga subkelompok bertanggungjawab pada pengembangan masing-masing bidang keilmuannya sekaligus peningkatan kinerja akademik keilmuan Farmasetika. Secara administratif seluruh anggota KK Farmasetika memperoleh penugasan khusus pada pengelolaan bidang: (a) Pendidikan/Pengajaran (peng­aturan perkuliahan dan praktikum); (b) Riset (analisis topik, sumber dana dan level diseminasi produk); (c) Layanan Masyarakat (model layanan dan promosi); (d) Sumber Daya (pola investasi, pengembangan sumber daya manusia) dan (e) Mana­jemen (model evaluasi diri, evaluasi kurikulum).

Program Unggulan Bidang Pendidikan/Pengajaran

  1. Penyelenggaraan Pendidikan Magister Profesional dalam bidang Farmasi Industri. Kurikulum telah disusun namun masih memerlukan masukan atau respon masyarakat industri Farmasi.
  2. Pola Pembelajaran e-learning.Seluruh mata kuliah yang dikelola KK Farmasetika disampaikan dalam bentuk multi media. Untuk mengubahnya menjadi sistem e-learning masih memerlukan bantuan kepakaran sistem informasi dan dana.
  3. Pembentukan Pharmaceuticals Engineering Center.Kemitraan dengan industri Farmasi telah terbentuk. Tantangan yang diberikan pihak industri mendesak dialokasikannya dana investasi peralatan dan pengembangan keterampilan intelektual dan motorik sumber daya manusia ke arah lebih spesifik.

Program Unggulan Bidang Riset

  1. Pembentukan pusat riset rekombinan protein terapetik. KK Farmasetika telah memiliki kepakaran yang diperlukan. Kegiatan yang dirancang dalam mendukung aktivitas riset pada pusat ini adalah eksplorasi penyakit yang fokus terapinya menggunakan rekombinan protein (diabetes dengan insulin, hepatitis dengan interferon, kanker dengan interferon dan lain-lain), pengembangan model in vivopada hewan percobaan, pengembangan riset epidemiologi dan farmakoekonomi berkenaan dengan jenis penyakit tersebut, pengembangan vaksin rekombinan, pengembangan formulasi dan sistem penghantaran obat serta modifikasi farmakokinetik obat.
  2. Pengembangan Teknologi Nanopartikel. KK Farmasetika sudah memulai kegiatan penelitian baik produksi nanopartikel/nanokarier dan pengembangan bentuk sediaan serta rute pemberian. Sebagian peralatan pendukung: ultra turax, sonikator, particle sizer sudah ada di KK farmasetika. Pengadaan alat produksi nanopartikel seperti High Pressure Homogenizerdan probe sonicator sedang dalam proses pengadaan. KK Farmasetika juga sudah bergabung dalam program ITB dalam pengembangan Nanotechnology Center.
  3. Pengembangan Vaksin Rekombinan, Protein Terapetik rekombinan, diikuti dengan profil farmakokinetik, biodistribusi dan biofarmasinya.
  4. Pengembangan Kosmesetika. Kepakaran dalam pengembangan produk kosmetik untuk tujuan perbaikan fisik tubuh sudah terbentuk. Pengembangan akan di­lakukan khusus pada sediaan kosmetika untuk tujuan terapi yang memerlukan pengembangan riset sistem transdermal.
  5. Program pengembangan Farmakokinetik Obat Hewan. Kepakaran yang telah ter­bentuk saat ini adalah strategi pengembangan sediaan obat hewan. Tahap lanjut produk tersebut adalah pada penetapan tingkat kewajaran dosis sediaan sus­tai­n­edatau controlled release dan kendali profil farmakokinetiknya.
  6. Pengembangan Kinetika Padatan dan Sistem Biner secara kristalografis. Reaksi kinetik penguraian senyawa obat berbasis reaksi kimia sudah dapat dipahami dengan baik. Tidak demikian halnya dengan kinetika padatan yang berbasis pada perubahan fisika senyawa obat atau transformasi polimorfik. Perubahan semacam ini cukup sering terjadi pada senyawa obat yang bersifat polimorfik. Sedangkan sistem biner mempelajari kemungkinan terjadinya interaksi antar 2 atau lebih senyawa obat atau antara senyawa obat dan bahan penolong. Peluang kejadiannya cukup signifikan mengingat hampir 95% formulasi obat di Indone­sia melibatkan 2 atau lebih senyawa obat.
  7. Peningkatan kerjasama riset KK Farmasetika dengan beberapa universitas luar negeri, antara lain: University of Groningen, The Netherlands; TU Braunschweig, Germany; Free University of Berlin, Germany, National University of Singapore, Singapore.

Program Unggulan Bidang Layanan

  1. Akreditasi Laboratorium Uji BioAvalailabilitas dan BioEkivalen guna meningkat­kan level mutu layanannya sampai kepada skala regional bahkan internasional.
  2. Akreditasi beberapa laboratorium layanan yang lain di teknologi Farmasi dan Bioteknologi Farmasi.
Selengkapnya
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA

Bioteknologi Mikroba

Dr. Melanie, M.Si., Manfaatkan Gulma Jadi Bioinsektisida Melalui Nanoteknologi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 25 Juli 2022


[Kanal Media Unpad] Bagi Dosen Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Dr. Melanie, M.Si., gulma tidak hanya sebagai tumbuhan liar yang tidak memiliki manfaat. Lewat riset, Melanie menyulap gulma menjadi bioinsektisida untuk tanaman kol. Pada penelitian disertasinya, Melanie memanfaatkan tanaman saliara (Lantana camara) menjadi bioinsektisida. Namun, bioinsektisida hasil pengembangannya berbeda dengan produk pengusir hama serangga yang sudah ada. Umumnya, produk insektisida, terutama berbahan kimia, memiliki kemampuan untuk membunuh langsung hama. Ada berbagai dampak bila menggunakan insektisida kimia terlalu sering. Bagi hama, akan menciptakan sifat resisten terhadap zat kimia tersebut, sehingga hama-hama generasi selanjutnya akan lebih tahan terhadap insektisida tersebut. Akibatnya, serangan hama lambat laun akan susah dikendalikan dan petani terpaksa meningkatkan dosis insektisida kimianya. Penggunaan insektisida kimia juga mengancam ekosistem. Penggunaan zat kimia berlebih akan memicu residu pada lingkungan. Tanaman maupun tanah akan rentan tercemar oleh residu. Bahkan, organisasme yang bermanfaat di tanah juga akan ikut mati akibat paparan insektisida tersebut . “Bahan kimia yang selama ini diharapkan menjadi solusi justru jadi masalah baru, karena pengelolaannya kurang bijak,” ungkap Melanie. Padahal, jika kembali pada kodrat naturnya, setiap tumbuhan memiliki pertahanan alami dari serangan hama. Kemampuan metabolit sekunder ini bisa dikembangkan untuk menjadi insektisida alami yang jauh lebih aman dari penggunaan campuran zat kimia. Singkatnya, serangan alam bisa diobati oleh produk dari alam pula. Gunakan Bahan yang “Terbuang” Tanaman Saliara (Lantana camara). (Foto: dokumentasi pribadi)* Melanie menjelaskan, berdasarkan hasil eksplorasi, ada sejumlah tumbuhan yang mengandung komponen metabolit sekunder. Komponen tersebut memiliki bioaktivitas dengan mekanisme tertentu yang tidak langsung mematikan, tetapi mampu menghambat kinerja hama tertarget. Salah satu bioaktivitas metabolit sekunder adalah aktivitas antifidan. Aktivitas ini mampu membunuh hama secara perlahan. “Kalau ada hama memakan obat (antifidan) tersebut, dia akan langsung terhambat makannya. Akhirnya dia menjadi terhenti makan, pergi, atau mati secara perlahan,” jelas Melanie. Dari sejumlah eksplorasi, Melanie memilih saliara karena memiliki antifidan itu. Selama ini, saliara tidak sepopuler tanaman lain untuk digunakan sebagai bioinsektisida.  Apalagi, tumbuhan tersebut kerap tergolong sebagai gulma, sehingga kerap diabaikan atau tidak dilirik penggunaannya. Dengan menghambat aktivitas makannya, secara otomatis hama ulat pada tanaman kol akan mudah dikendalikan, sekalipun tidak langsung mati seperti halnya menggunakan insektisida kimia. “Kita tidak harus memberantas, tetapi mengendalikan populasinya. Memang (hama) masih ada, tetapi lama-lama populasinya berkurang,” ujar Melanie. Melanie memaparkan, dengan mengendalikan populasi hama akan berperan menjaga kelestarian rantai ekosistem. Predator tetap bisa memakan ulat dengan aman. Menurutnya, sangat penting untuk mempertahankan musuh alam agar ekosistem tetap seimbang. Adanya insektisida alami justru menghancurkan musuh alami. Akibatnya, keseimbangan ekosistem akan terganggu. Ulat yang sudah mengalami resisten populasinya akan bertambah karena menurunnya predator alami. Gunakan Nanoteknologi Alumnus program Doktor Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Unpad ini menjelaskan, pengembangan bioinsektisida dari saliara menggunakan nanoteknologi. Nanoteknologi saat ini telah berkembang di berbagai bidang. Salah satu yang bisa dimanfaatkan ialah pada formulasi bioinsektisida. Penggunaan bioinsektisida dengan menggunakan formula nanosuspensi dinilai lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan hama target, sehingga tidak akan berdampak pada lingkungan di sekitarnya. Melanie menjelaskan, teknologi nano juga digunakan untuk membuat agar ekstrak tanaman bisa lebih terdispersi dalam air. Ekstrak saliara memiliki sifat susah terdispersi dalam air. Selama ini, ekstrak umumnya dicampur pakai pelarut organik yang beracun, seperti metanol beserta bahan aditif lainnya sebagai emulsifier dan zat perekat yang nonekonomis dan efisien dalam penggunaannya Melanie menggunakan bahan yang lebih ekonomis dalam media pembawa air yang aman terkonsumsi manusia maupun organisme non-target di ekosistem. Karena itu, ia memilih menggunakan teknologi nano yang mampu mendispersi ekstrak dalam media air hanya dengan satu macam surfaktan. Hal ini dinilai lebih efektif, efisien, ekonomis, dan aman. Melalui teknologi nano, ekstrak didispersikan hingga berukuran nano. Proses dispersi dilakukan agar  ekstrak bisa tersuspensi di dalam air. Semakin kecil bubuknya, maka akan semakin merata di dalam air. Namun, proses tersebut tidak hanya selesai pada dispersi saja. Ekstrak kemudian diemulsifikasi agar mampu meningkatkan kemampuan melekat di permukaan daun. Dengan kemampuan ini, bahan bisa lebih efektif dan menempel di permukaan daun. Saat ini, purwarupa bioinsektisida hasil pengembangan Melanie masih terfokus untuk hama ulat tanaman kol.  “Kalau bisa langsung pakai satu busur panah, kenapa harus banyak. Hama tidak mesti harus dibunuh, tapi direkayasa agar (hama) terganggu proses makannya dengan menggunakan antifidan. Kemampuan antifidannya ditingkatkan dengan teknologi nano,” pungkasnya.*

Sumber: https://www.unpad.ac.id/profil/dr-melanie-m-si-manfaatkan-gulma-jadi-bioinsektisida-dengan-nanoteknologi/

Selengkapnya
Dr. Melanie, M.Si., Manfaatkan Gulma Jadi Bioinsektisida Melalui Nanoteknologi

Farmasi

Sekolah Farmasi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Informasi Umum dan Sejarah

Sekolah Farmasi ITB didirikan pada 6 Oktober 1947, dengan nama Departemen Farmasi, di bawah fakultas yang bernama Faculteit voor Wiskunde and Natuurwetenschapen. Saat itu, fakultas ini merupakan bagian dari Univertitas Indonesia. Pada tanggal 1 Februari 1949, fakultas ini diubah menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam (FIPIA), namun tetap berada di bawah Universitas Indonesia. Struktur organisasi Departemen Farmasi sangat sederhana, hanya satu orang yang bertanggungjawab untuk mengatur departemen, namun sejak 1959, organisasi berkembang dan seorang sekretaris diangkat untuk membantu ketua departemen.

Pada tahun 1953 untuk pertama kalinya, warga negara Indonesia, Prof. dr. Rd Mhd Djuhana Wiradikarta, menjadi dekan of FIPIA, salah satu staf akademik di Departemen Farmasi, sampai tahun 1959. Pada tanggal 2 Maret 1959, Fakultas Teknik dan FIPIA digabung menjadi sebuah institusi baru, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Departemen Farmasi menjadi bagian dari Departemen Kimia dan Biologi sampai tahun 1961. Setelah perubahan organisasi pada tahun 1973, Departemen Farmasi menjadi bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Hingga tahun 1987, Departemen Farmasi terdiri dari 5 bagian keilmuan, yaitu Kimia Farmasi, Formulasi, Biologi Farmasi, Farmakologi, dan Ilmu Dasar dan Ilmu Tambahan. Tiap-tiap bagian merupakan ilmu yang berhubungan, atau kelompok keilmuan dan terapan di bidang farmasi. Bagian-bagian ini meliputi teori, praktek, dan penelitian. Pada tiap bagian ada beberapa mata kuliah yang dibimbing oleh seorang staf sebagai kepala bagian yang bertanggungjawab untuk mengatur dan mengembangkan bagiannya dalam kuliah yang diberikan, praktek di laboratorium, dan mengatur proyek penelitian. Setiap laboratorium diatur dan diawasi oleh kepala laboratorium, dan setiap staf di departemen punya tanggung jawab masing-masing dalam memberikan kuliah, mendampingi praktikum, dan membimbing proyek penelitian mahasiswa. Organisasi akademik ini perlahan berkembang dan meningkat, dan sekarang sekolah mempunyai 5 Kelompok Keilmuan, yaitu Farmasetika, Farmakokimia, Farmakologi, Farmasi Klinik serta Biologi Farmasi dan Olahraga.

Di awal tahun 1947, mahasiswa yang diterima di Departemen Farmasi merupakan lulusan sekolah kelas B, seperti HBS, AMS, VHO atau sekolah menengah. Bahasa yang digunakan dalam perkuliahan adalah Bahasa Belanda dan Bahasa Inggris. Lama studi 5,5 tahun, terdiri dari 3 tahun tahap Sarjana Muda dan 2,5 tahun tahap Sarjana (S-1). Lulusannya mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lanjut (S-3) jika telah mengerjakan sedikitnya 1 subyek (mata kuliah) besar (hoofdvak) dan 2 subyek kecil(bijvak). Sebagai contoh, subyek besar adalah kimia, dan subyek kecil adalah botani, kehewanan, dan fisika. Kurikulum belum terstruktur dengan baik dan tidak ada batasan lama studi. Mulai tahun 1951, beberapa subyek telah ditambahkan ke dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan sistem pendidikan.

Karena keberadaan apoteker di Indonesia kurang memuaskan, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional RI mengeluarkan peraturan lama studi farmasi di perguruan tinggi, yaitu 4 tahun, yang terdiri dari 1 tahun tahap persiapan, 1 tahun pendidikan calon farmasis, dan 2 tahun pendidikan farmasi.

Pada tahun 1960, lama pendidikan farmasi berubah menjadi 6 tahun, yaitu 5 tahun pendidikan sarjana dan 1 tahun pendidikan profesi. Kurikulumnya diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan sistem pendidikan. Beberapa mata kuliah baru dimasukkan ke dalam kurikulum, seperti Bahasa Inggris, Pendidikan Militer, Ilmu Resep, dan lain-lain.

Pada tahun 1973, ada perkembangan yang signifikan di ITB. Semua mahasiswa baru dimasukkan ke dalam Tahap Persiapan Bersama (TPB), mereka tidak dapat mendapatkan pendidikan di departemen manapun hingga mereka lulus TPB. Pada saat ini berlaku sistem kredit semester (SKS). Mahasiswa dapat memilih mata kuliah yang diinginkan dengan jumlah maksimum 24 SKS per semester. Sistem ini memudahkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya sendiri selama menyelesaikan pendidikan. Kemudian, kurikulum diubah setiap 5 tahun, disusun berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum tahun 2008.

Selain Program Sarjana, sekarang Sekolah Farmasi menyediakan Program Magister dan Program Doktoral. Ada 8 jalur pilihan untuk Program Magister dan Doktoral, yaitu Farmasi Analisis, Kimia Medisinal, Teknologi Farmasi, Biofarmasi, Farmakognosi-Fitokimia, Farmakologi-Toksikologi, Analisis dan Keamanan Makanan, dan Farmasi Rumah Sakit. Sekolah farmasi juga membuka program pendidikan profesi yang bergelar apoteker dengan lama studi 1 tahun, pendidikan meliputi kuliah, kerja praktek profesi farmasi dan ujian komprehensif.

Pada tahun 1996, Departemen Farmasi ITB mempunyai kesempatan untuk mendapatkan tempat baru, yaitu Laboratorium Teknologi (Labtek) VII, di tengah ITB, di sebelah Gedung Teknik Elektro dan FMIPA. Dengan luas tanah 6579 m2, Departmen Farmasi ITB mengoptimalkan fasilitas dan bangunan untuk melayani mahasiswa dan stake holder. Banyak instrumen dan fasilitas modern diadakan, dan didukung oleh staf-staf berpengalaman. Semua ini membuat Departemen Farmasi ITB menjadi salah satu pendidikan farmasi terbaik di Indonesia.

Berdasarkan SK Rektor ITB No. 222/SK/1001/OT/2005 yang ditandatangani 29 Agustus 2005, status Departemen Farmasi berubah menjadi Sekolah Farmasi dan mulai berjalan sejak 29 Agustus 2005. Sekolah Farmasi mulai tahun 2006 memiliki 2 program studi untuk strata sarjana, yaitu Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi serta  Program Studi Farmasi Klinik dan Komunitas.

Sumber: itb.ac.id

Selengkapnya
Sekolah Farmasi

Geografi

Macam-Macam Komponen Peta, Lengkap Beserta Penjelasannya

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Peta adalah rupa permukaan bumi yang digambarkan menggunakan suatu sistem proyeksi dengan skala tertentu sehingga dapat disajikan dalam bidang datar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peta adalah gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya.

Peta merupakan representasi permukaan bumi berupa gambar, yang menunjukkan bagaimana sesuatu akan saling terkait oleh jarak, arah, dan ukuran.

Peta bukan foto dari permukaan bumi. Peta justru dapat menunjukkan banyak hal dari permukaan bumi yang tidak bisa ditunjukkan oleh foto.

Dalam pembuatan peta, setidaknya harus terdiri dari komponen-komponen peta. Apa saja komponen-komponen dalam peta?

Berikut ini ulasan tentang macam-macam komponen peta yang perlu diketahui, seperti dilansir dari repositori.kemdikbud.go.id, Kamis (11/11/2021).

Komponen Peta

1. Judul Peta

Judul peta merupakan hal yang pertama dilihat seseorang saat melihat sebuah peta. Biasanya, judul peta terletak di bagian tengah atas peta.

Jika judul peta diletakkan di bagian peta yang lain, letak judul tidak boleh mengganggu penampakan seluruh peta. Dalam judul peta memuat informasi sesuai isi informasi peta.

2. Garis Tepi

Garis tepi adalah garis yang terletak di bagian tepi peta dan ujung-ujung tiap garis bertemu dengan ujung garis yang berdekatan.

3. Orientasi

Orientasi peta atau diagram petunjuk arah menunjukkan posisi dan arah suatu titik maupun wilayah. Orientasi peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah utara dan dapat diletakkan di bagian mana saja sejauh tidak mengganggu ketampakan peta.

Komponen Peta

4. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang atau luas wilayah di peta dan jarak sebenarnya dengan satuan ukur yang sama. Ada tiga bentuk penyajian sakala pada peta. Berikut ini bentuk skala dalam peta:

  • Skala pecahan (numerik)

Skala pecahan adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau pecahan. Misalnya, 1: 250.000. Skala ini menunjukkan bahwa setiap 1 cm pada peta sama dengan 250.000 cm atau 2,5 km pada kondisi sebenarnya.

  • Skala garis (grafis)

Skala garis adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas bilangan atau batang pengukur. Misalnya skala 1: 1000.000 yang menunjukkan bahwa satuan jarak 1 cm di peta berbanding lurus dengan satuan jarak 10 km kondisi sebenarnya.

  • Skala kalimat (skala verbal)

Skala kalimat adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat. Meski skala kalimat mudah dimengerti, kurang biasa digunakan. Skala ini dapat dilihat pada peta-peta buatan Inggris.

Komponen Peta

5. Legenda atau Keterangan Peta

Legenda peta memuat keterangan semua simbol yang terdapat pada peta agar mudah dipahami. Legenda berisi informasi penting yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sebuah peta.

Biasanya, legenda ditempatkan pada sisi kiri atau kanan bagian bawah suatu peta atau di dalam garis tepi. Penempatan legenda peta hendaknya tidak mengganggu tampilan peta secara keseluruhan.

6. Koordinat (Garis Bujur dan Lintang)

Garis bujur dan lintang disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur dan lintang biasanya ditunjukkan dengan satuan derajat.

Komponen Peta

7. Simbol Peta

Seperti yang telah disinggung di atas, peta tidak sama dengan foto. Foto akan menampilkan bentuk apa adanya. Adapun peta menampilkan informasi yang tampak maupun tidak.

Untuk menampilkan fenomena dan bentuk secara informatif, digunakan simbol. Simbol peta digunakan untuk mewakili benda yang sebenarnya.

Agar simbol yang digunakan pada peta dapat memberikan informasi yang tepat, simbol harus sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum.

Berdasarkan bentuknya, ada tujuh kategori simbol peta, yakni:

  1. Simbol titik untuk menyajikan lokasi tempat atau posisi data, seperti simbol kota, gunung, pertambangan, titik triangulasi (titik ketinggian) dari permukaan laut.
  2. Simbol garis untuk menyajikan data geografis, seperti sungai, batas wilayah, dan jalan.
  3. Simbol wilayah (area) untuk menunjukkan kenampakan wilayah, seperti rawa, hutan dan padang pasir.
  4. Simbol aliran untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena.
  5. Simbol batang untuk menyatakan harga suatu fenomena atau membandingkannya dengan harga fenomena yang lain.
  6. Simbol lingkaran untuk menyatakan kuantitas dalam bentuk persentase.
  7. Simbol bola, untuk menyatakan volume (isi). Makin besar bola, makin besar pula volumenya. Demikian juga sebaliknya.

Sementara itu, berdasarkan sifatnya, ada simbol kualitatif dan kuantitatif. Simbol kualitatif dipakai untuk membedakan persebaran fenomena yang digambarkan tanpa ukuran yang tegas.

Berbeda dengan simbol kualitatif, simbol kuantitatif digunakan untuk menyatakan atau membedakan nilai fenomena yang digambarkan. Simbol-simbol kuantitatif biasanya menunjukkan gradasi nilai dalam bentuk arsiran atau warna.

Komponen Peta

8. Lettering

Lettering adalah semua tulisan bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf meliputi huruf kapital, huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak, dan miring. Contoh penulisan pada peta, sebagai berikut:

  1. Gunakan huruf proporsional.
  2. Judul ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak.
  3. Ketampakan air menggunakan jenis huruf miring.
  4. Nama tempat ditulis dengan huruf tegak.
  5. Sebaiknya tidak terlalu banyak huruf pada peta. Oleh karena itu, sebaiknya informasi yang ada hanya yang penting dan ditulis secara singkat dan padat.

9. Warna Peta

Penggunaan warna digunakan untuk menonjolkan perbedaan objek pada peta. Perbedaan objek tersebut kemudian digambarkan dengan warna berbeda. Penggunaan warna berbeda itu antara lain terlihat pada hal-hal berikut:

  1. Warna dasar cokelat untuk menggambarkan relief muka bumi.
  2. Warna dasar biru untuk menggambarkan wilayah perairan (sungai, danau, laut).
  3. Warna dasar hijau untuk menggambarkan vegetasi (hutan, perkebunan).
  4. Warna merah dan hitam untuk menggambarkan hasil budi daya manusia (misal jalan, permukiman, batas wilayah, dan pelabuhan).
  5. Warna putih menggambarkan es di permukaan bumi.

10. Sumber Data dan Tahun Pembuatan

Sumber peta menunjukan sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta. Sumber peta memberi kepastian bahwa data dan informasi pada peta akurat. Sumber peta biasanya diletakan di bagian bawah peta.

Sementara itu, tahun pembuatan dapat membantu pembaca untuk menganalisis berbagai kecenderungan perubahan fenomena dari waktu ke waktu.

 

Sumber: Kemdikbud

Sumber Artikel : bola.com

Selengkapnya
Macam-Macam Komponen Peta, Lengkap Beserta Penjelasannya
« First Previous page 692 of 773 Next Last »