Farmasi

Program Studi Sarjana Sains dan Teknologi Farmasi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Program studi Sains dan Teknologi Farmasi adalah bagian dari Sekolah Farmasi ITB yang lebih berorientasi pada pengembangan produk kefarmasian. Prodi ini mengkaji berbagai aspek yang berhubungan dengan ”sediaan farmasi” mulai dari pencarian atau penciptaan, pengembangan bahan baku sampai menjadi sediaan farmasi yang siap digunakan, seperti obat-obatan, jamu atau produk kosmetika.

Ilmu yang akan teman-teman pelajari dalam prodi ini terkait sangat erat dengan dunia industri farmasi. Tentunya karena tingkat kecanggihan alat-alat yang digunakan pada industri farmasi ini, pelaksanaan dan pengembangannya harus berdasarkan penelitian yang canggih. Sehingga, prodi ini pun akan sangat cocok bagi teman-teman yang suka meneliti. Di bidang teknologi, teman-teman bisa meneliti tentang obat dan penyembuhan penyakit berbasis DNA. Di bidang kimia medisinal, teman-teman bisa meneliti senyawa obat baru. Di bidang fitokimia, teman-teman bisa meneliti pengaruh senyawa dari tanaman terhadap gangguan fisiologi pada tubuh dan banyak lagi lainnya. Di bidang farmakologi, teman-teman bisa meneliti tentang mekanisme kerja obat terhadap tubuh. Bahkan bagi yang suka komputer, teman-teman dapat melakukan riset permodelan suatu senyawa obat baru melalui program komputer.

Prospek Kerja

Seorang lulusan prodi Sains dan Teknologi Farmasi diharapkan menguasai dan mampu menerapkan serta mengembangkan sains dan teknologi farmasi untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan di produksi, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan produk-produk farmasi. Prospek kerja lulusan STF sangat luas diantaranya :

  • Bidang Industri Obat-obatan dan Produk Biologi
    Bidang pekerjaan yang dilakukan sangat bervariasi variatif, dari jajaran marketing, produksi, pengembangan produk, pengawasan dan penjaminan mutu, pergudangan, hingga kehumasan. Contoh : Sanbe Farma, Kalbe Farma, Bio Farma, Kimia Farma, Bayer, dsb.
  • Bidang Industri Makanan
    Berbekal pengetahuan tentang pembuatan obat yang baik, sarjana farmasi dapat menguasai pekerjaan di bidang industri makanan, sebab syarat pembuatan produk makanan relatif lebih sederhana dibandingkan produk obat. Contoh: Nestle, Wingsfood, Indofood, Ultra, dsb.
  • Bidang Industri Kosmetik. Contoh : Sari Ayu, Mustika Ratu.
  • Industri perbekalan rumah tangga dan kesehatan seperti : Unilever, dan P&G
  • Industri jamu dan obat tradisional seperti : Air mancur, Borobudur, Sido muncul
  • Bidang Riset dan Pendidikan, seperti Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
  • Bidang Perdagangan
    Sektor perdagangan obat dan alat kesehatan juga membutuhkan sarjana farmasi karena produk obat-obatan dan alat kesehatan harus memenuhi standar keamanan, efikasi, dan kualitas.

sumber: itb.ac.id

Selengkapnya
Program Studi Sarjana Sains dan Teknologi Farmasi

Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) adalah salah satu fakultas termuda di Universitas Indonesia yang mempelajari tentang Ilmu Farmasi. Fakultas Farmasi adalah bagian dari Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.

Sejarah

Fakultas Farmasi merupakan fakultas terbaru di UI yang didirikan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 2408A/SK/R/2011 tanggal 29 November 2011. Fakultas ini sebelumnya merupakan bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam wujud Departemen Farmasi.

Jurusan Farmasi FMIPA UI didirikan dan mulai menerima mahasiswa angkatan pertama pada bulan September 1965. Jurusan yang semula berlokasi di Jl. Diponegoro Jakarta Pusat ini, tergabung dalam satu fakultas yang awalnya bernama Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) yang kemudian berdasarkan Kepres No. 44 tahun 1982 berubah menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 1971-1977 Jurusan Farmasi berlokasi di belakang Fakultas Ekonomi UI Jl. Salemba Raya 4 Jakarta Pusat, dan tahun 1977-1987 menempati gedung di belakang gedung Rektorat UI Jl. Salemba Raya 4 Jakarta Pusat.

Pada tahun 1987, Jurusan Farmasi menempati gedung D FMIPA UI bersama Jurusan Matematika di Kampus Baru Universitas Indonesia Depok. Sejak tahun 2000, disamping menempati gedung D, kegiatan administrasi Departemen Farmasi dipusatkan di Gedung C.

Pada saat kepindahan ke Depok (tahun 1987), Jurusan Farmasi baru mengelola Program S1 dan Program Apoteker dengan jumlah mahasiswa l.k. 200 orang dan jumlah dosen 30 orang.

Dewasa ini Jurusan Farmasi mengelola 4 program studi, yaitu:

  • Program pendidikan sarjana farmasi
  • Program pendidikan apoteker/farmasis
  • Program pendidikan magister ilmu kefarmasian
  • Program pendidikan magister ilmu herbal
  • Program pendidikan doktor ilmu kefarmasian

Berdasarkan Keputusan Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia Nomor 01/SK/MWA-UI/2003 tanggal 18 Januari 2003 tentang Anggaran Rumah Tangga UI, maka Jurusan Farmasi FMIPA UI telah disesuaikan namanya menjadi Departemen Farmasi FMIPA UI.

Selanjutnya guna menunjang pendirian Rumpun Ilmu Kesehatan yang terintegrasi di dalam lingkungan UI, maka berdasarkan Keputusan Rektor Nomor 2408A/SK/R/2011 tanggal 29 November 2011 tentang Pembukaan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, maka Departemen Farmasi FMIPA UI berubah menjadi Fakultas Farmasi UI.

Program studi

Pada jenjang S1 program studi farmasi terdapat program Sarjana Reguler, kelas paralel dan Kelas Ekstensi.Untuk Jenjang Profesi terdapat program profesi Apoteker. Pada Jenjang S2 terdapat Pascasarjana Ilmu Kefarmasian yang terdiri dari peminatan teknologi farmasi, peminatan kimia farmasi/kimia medisinal, peminatan biologi farmasi dan peminatan farmasi klinik.

Berikut ini program studi FF menurut acuan matriks KKNI:

Keterangan:

  Setara dengan KKNI Level 6

  Setara dengan KKNI Level 7

  dan   Setara dengan KKNI Level 8

  Setara dengan KKNI Level 9

Sarjana
Farmasi
(S.Farm.)Profesi
Apoteker
(Apt.)Magister
Ilmu Kefarmasian
(M.Farm.)Magister
Herbal
(M.Si.)Doktor
Ilmu Kefarmasian
(Dr.)

Guru Besar

Guru besar atau sebutan lain professor (Prof.) merupakan jabatan akademik tertinggi yang bisa dicapai oleh seorang dosen di perguruan tinggi dan mencerminkan kepakaran seorang dosen di dalam bidang ilmunya. Persyaratan untuk menjadi guru besar harus memenuhi kriteria Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat). Seorang calon guru besar diusulkan dari Universitas Indonesia kepada kementerian yang mengurusi pendidikan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendiikan Tinggi Indonesia apabila telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Dalam PP 66 Tahun 2013 tentang Statuta UI, Dewan Guru Besar UI bertugas yang menjalankan fungsi pengembangan keilmuan, penegakan etika, dan pengembangan budaya akademik. Berikut ini adalah daftar guru besar Fakultas Farmasi UI:

NoNama Guru BesarKepakaranTahun Dilantik1Prof. Dr. Endang Hanani, M.S., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi20072Prof. Dr. Effionora Anwar, M.S. Apt.Teknologi Farmasi20083Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.S., Apt.Ilmu Farmasi20094Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si., Apt.Kimia Farmasi20105Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt.Mikrobiologi dan Bioteknologi20126Prof. Dr. Harmita, Apt.Kimia Farmasi20147Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi20148Prof. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt.Mikrobiologi dan Bioteknologi20149Prof. Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt. Kimia Farmasi201910Prof. Dr. Abdul Mun'im, M.Si., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi201911Prof. Dr. Retnosari Andrajati, M.S., Apt.Farmasi Klinis202012Prof. Dr. Hayun, M.Si., Apt.Kimia Farmasi2020

 

Sumber: Wikipedia

Selengkapnya
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Geografi

Pengertian Peta, Fungsi, Tujuan, Unsur, dan Cara Membuatnya

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Perlu diketahui, peta tidak menggambarkan semua ketampakan yang ada di bumi.

Tentu ada proses seleksi, hal yang digabung, disederhanakan, atau mungkin diperbesar untuk ketampakan tertentu yang penting.

Istilah peta berasal dari bahasa Yunani, yaitu mappa, yang berarti taplak atau kain penutup meja, karena kala itu peta digambar pada kain menyerupai taplak meja.

Peta dapat disajikan menggunakan beberapa cara berbeda. Semisal peta digital yang tampil pada layar komputer atau peta konvensional yang bisa dicetak.

Peta tak asing dalam dunia pendidikan, contohnya akrab dijumpai dalam mata pelajaran Geografi. Dengan menggunakan peta, kamu bisa melihat sebagian atau seluruh permukaan Bumi atau suatu wilayah.

Dalam sebuah peta juga terdapat beberapa simbol-simbol yang menunjukan letak tanah, laut, sungai, atau gunung. Hal ini memudahkan sebagai penunjuk arah.

Di sisi lain, ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.

Untuk lebih jelasnya, kamu bisa menyimak pembahasan mengenai peta di bawah ini, pengertian peta, fungsi, tujuan, unsur, dan cara membuatnya, seperti dikutip dari laman Gurupendidikan dan Studiobelajar, Senin (26/7/2021).

Pengertian dan Fungsi Peta

1. Pengertian Peta Menurut Para Ahli

- Menurut Erwin Raisz

Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dengan berbagai ketampakan dan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.

- Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.

- Menurut Aryono Prihandito (1998)

Peta adalah gambaran permukaaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

- Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)

Peta adalah wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan pada tingkatan pembangunan.

2. Fungsi Peta

  • Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
  • Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
  • Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai, dan bentuk-bentuk lainnya.
  • Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
  • Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
  • Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
  • Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
  • Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

Tujuan, Unsur-Unsur, dan Cara Membuat Peta

 

3. Tujuan Peta

  • Menyimpan data-data yang ada di permukaan bumi.
  • Menganalisis data spasial seperti perhitungan volume.
  • Memberikan informasi dalam perencanaan tata kota dan pemukiman. Memberikan informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia maupun budaya.

 

4. Unsur-Unsur Peta

- Judul Peta          

Mencerminkan informasi sesuai isi peta (fungsi dan lokasi peta).

- Skala Peta          

Perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dalam satuan ukuran yang sama.

- Legenda              

Keterangan arti dari simbol-simbol di peta untuk memudahkan dalam membaca peta.

- Tanda Orientasi

Keterangan posisi dan arah suatu objek seperti arah utara, selatan, timur, dan barat.

- Simbol 

Keterangan karakteristik bentuk permukaan bumi meliputi berdasarkan bentuk (titik, garis, dan area), sifat (kualitatif dan kuantitatif), serta lokasi dan fungsi (visualisasi dari aslinya).

- Warna  

Mempertegas objek-objek pada peta yang penggunaannya ada yang harus sesuai ketentuan kartografi, seperti cokelat tua (dataran tinggi) dan hijau (dataran rendah).

- Sumber Peta

Validasi data dan legalisasi peta.

- Tahun Peta        

Memudahkan dalam mengkaji perubahan fenomena dari tahun ke tahun.

- Inset Peta           

Peta yang cakupan wilayahnya lebih luas dari wilayah yang digambarkan untuk memperjelas lokasi.

- Garis Astronomi              

Menunjukkan lokasi absolut wilayah di peta dalam bentuk grid.

 

5. Cara Membuat Peta

Adapun langkah-langkah dalam membuat peta, sebagai berikut:

  1. Tentukan daerah yang dipetakan.
  2. Membuat peta dasar, contoh: peta administrasi.
  3. Menentukan proyeksi dan skala yang digunakan.
  4. Data yang sudah ada diklasifikasikan sesuai tema dan fungsi peta.
  5. Menentukan simbol yang harus merepresentasikan tema dan fungsi peta.
  6. Melakukan plotting simbol pada peta dasar.
  7. Memberikan legenda.
  8. Penulisan (lettering) pada peta secara baik dan benar, contohnya nama kawasan perairan dengan garis miring.

 

Sumber: Gurupendidikan, Studiobelajar

Sumber Artikel : bola.com

 

Selengkapnya
Pengertian Peta, Fungsi, Tujuan, Unsur, dan Cara Membuatnya

Geografi

Luncurkan Peta Digital Untuk Dukung SDGs di Indonesia Tim Mahasiswa Geografi FMIPA UI Raih Penghargaan Internasional Luncurkan Peta Digital Untuk Dukung SDGs di Indonesia Tim Mahasiswa Geografi FMIPA UI Raih Penghargaan Internasional

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Tim “Hero of Sustainability” yang beranggotakan tujuh mahasiswa Jurusan Geografi FMIPA UI yakni Bella Hena Samira (2019), Devina Azalya Permata (2019), Najma Khofifah (2019), Farah Surviawati (2019), Yoga Dafa N. (2018), Ahmadea Ghafari (2019) dan Ariq Anggaraksa (2019) berhasil meraih penghargaan internasional sebagai 2nd Place People’s Choice Category pada ajang Esri User Conference Map Gallery 2021 yang diselenggarakan oleh Esri, California (USA). Hal tersebut diumumkan secara resmi oleh Esri selaku penyelenggara pada tanggal 27 Juli 2021 melalui surel pribadi.

Project “Hero of Sustainability” bersinergi dengan prinsip SDGs yaitu “No One Left Behind” yang berarti tidak ada individu maupun kelompok masyarakat (daerah) yang tertinggal. Proyek ini mengusung konsep “Peringkat Prioritas” terhadap provinsi-provonsi di Indonesia berdasarkan indikator-indikator dari setiap tujuan SDGs. Melalui proyek ini tim FMIPA UI berupaya berkontribusi membantu pemerintah pusat, daerah, lembaga terkait, dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan daerahnya masing-masing.

Awal mula dicetuskannya ide tersebut berawal dari kegelisahan mereka, termasuk Bella sebagai ketua tim, yang menyadari bahwa masih kurangnya edukasi mengenai SDGs di kalangan masyarakat.

Hero of Sustainability itu sendiri merupakan peta digital yang ramah bagi semua pengguna, di mana kita menggunakan konsep peringkat prioritas di setiap tujuannya. Dengan adanya pemetaan 17 tujuan SDGs dari 34 provinsi di Indonesia, masyarakat dapat dengan cepat mendapatkan informasi mengenai provinsi yang paling maju ataupun tertinggal di setiap tujuannya. Sehingga, kami berharap kontribusi SDGs di tiap daerah bisa semakin merata.” ungkap Bella.

Proses pengolahan yang dilakukan meliputi pengumpulan data yang diperoleh dari sumber terpercaya seperti data BPS, kementerian, Google Maps, dan sebagainya. Data-data yang telah diperoleh kemudian diproses menggunakan software Microsoft Excel untuk menentukan peringkat serta ArcGIS pro untuk proses pemetaan hingga menjadi web map. Sedangkan, pembuatan dashboard dilakukan menggunakan ArcGIS Experience Builder.

Setelah proses pengerjaan selama kurang kurang lebih 2 bulan, akhirnya mereka mengikutsertakan karya peta digital tersebut ke sebuah kompetisi internasional yang diikuti oleh lebih dari 470 peserta dari berbagai negara.

“Awalnya project ini hanya diperuntukkan sebagai project akhir (sebagai intern di Esri Indonesia). Pas sesi presentasi, ternyata kita mendapat banyak apresiasi. Dari situ, kita jadi merasa semakin percaya diri berkat banyaknya dukungan dari orang-orang sekitar.” kata Devina sebagai salah satu anggota tim.

Dalam menyelesaikan project “Hero of Sustainability”, mereka juga kerap kali menghadapi tantangan seperti sulitnya mengerjakan project tersebut di tengah padatnya perkuliahan dan ujian. Namun, berbekal dari ilmu yang telah diajarkan oleh pembimbing mereka selama menjadi intern di Esri serta motivasi kuat untuk saling membantu satu sama lain, akhirnya tim tersebut berhasil memecahkan rekor untuk membawa nama baik Geografi UI di kancah internasional.

“Jadi sebenarnya (nama Hero of Sustainability) berawal dari niat kita sebagai anak Geografi untuk bisa menjadi pahlawan bagi SDGs. Pokoknya kita ingin mengharumkan nama baik Geografi dan memperkenalkan bidang ilmu ini ke masyarakat lebih luas.” ujar Bella.

Di akhir sesi wawancara, mereka juga menceritakan mengenai rasa bahagia mereka dari pengalaman tersebut. Salah satunya karena project yang mereka kerjakan bisa bermanfaat bagi banyak orang, termasuk sektor pemerintah ataupun swasta yang membutuhkan informasi mengenai wilayah Indonesia yang masih tertinggal.

“Awalnya, kita hanya ingin menambah pengalaman. Walaupun nggak mudah dan kita juga sempat pesimis, tapi pada akhirnya kita lega karena ternyata impact yang kita bawa bisa jauh lebih besar dari effort yang kita berikan.” ungkap Najma.

Esri User Conference Map Gallery 2021 yang diselenggarakan oleh Esri California USA membuka submisi karya berupa peta digital pada tanggal 4 Juli 2021, periode voting dimulai pada tanggal 12 – 16 Juli 2021, serta diakhiri dengan pengumuman pemenang melalui e-mail pada tanggal 27 Juli 2021.

Sumber Artikel : sci.ui.ac.id

Selengkapnya
Luncurkan Peta Digital Untuk Dukung SDGs di Indonesia Tim Mahasiswa Geografi FMIPA UI Raih Penghargaan Internasional Luncurkan Peta Digital Untuk Dukung SDGs di Indonesia Tim Mahasiswa Geografi FMIPA UI Raih Penghargaan Internasional

Kimia

Potensi Nanomaterial yang Dimodifikasi Asam Boronat dalam Aplikasi-aplikasi Biomedis

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Nanomaterial yang dimodifikasi asam boronat telah menginspirasi minat penelitian secara signifikan karena biokompatibilitasnya yang unik dan interaksi reversibel yang sangat baik dengan gugus diol yang mengandung sakarida, protein, DNA, dan senyawa glukosa terkait lainnya. Namun, sumber dan metode yang berbeda mengubah aplikasi bahan nano. Dengan demikian, bahan nano yang difungsikan permukaan tertarik sebagai salah satu cara terbaik untuk meningkatkan penerapan bidang biomedis. Dalam ulasan ini, kami merangkum penelitian terbaru tentang bahan nano yang dimodifikasi asam boronat, berdasarkan kelompok titik karbon dan oksida graphene, yang telah digunakan di bidang bioimaging, biosensing, dan inhibitor antivirus, dll. Selain itu, interaksi multivalen pada asam boronat yang dimodifikasi telah menjadi kunci utama peningkatan kemampuan untuk menargetkan pengobatan di masa depan. Kami terutama berfokus pada makalah yang dilaporkan sebelumnya untuk peluang sinergis masa depan dari aplikasi biomedis CD yang unggul dalam manajemen dan diagnostik bidang pengobatan nano. 

Nanomaterial termodifikasi boron membawa potensi yang menarik pada aplikasi biomedis, bahkan pada laporan yang terbatas dan non-integratif. Selain itu, evaluasi titik karbon yang dikaitkan dengan asam boronat tidak pernah dieksplorasi dan menyisakan keingintahuan untuk membahas manfaatnya. Oleh karena itu, dalam artikel ulasan kali ini, kami fokus pertama pada penggalian informasi tentang kinerja boron, turunannya, dan titik karbon (termasuk CQD, GQD, dan PD); Juga, lebih lanjut tentang aplikasi potensial lanjutan dari titik karbon termodifikasi asam boronat. Diskusi selanjutnya mengeksplorasi laporan aplikasi titik karbon terfungsionalisasi boron dengan mekanisme kerjanya untuk bioimaging, biosensing, sensor glukosa, inhibitor HIV, bioimaging terapi kanker dan inhibitor antivirus sebagai aplikasi fokus.

Dibuat dengan karya terobosan, investigasi kanker yang ditargetkan dari berbagai lini sel menggunakan CD yang mengandung asam boronat juga telah dipelajari. Baru-baru ini, dalam karya dramatis, Jana et al. mensintesis titik karbon fluoresen (CD1) sebagai probe fluoresen dengan perlakuan hidrotermal asam 3-Aminofenilboronat (3-APBA), asam sitrat (CA). CD yang disiapkan digunakan dalam pencitraan sel menggunakan sel HeLa. Ini adalah kelarutan air yang baik dan hasil kuantum yang tinggi (57,8%). Pencitraan fluoresen, mikroskopi menunjukkan bahwa partikel CD1 kecil (~ 2,27 nm) dapat diinternalisasi ke dalam membran sel untuk inkubasi 6 jam.

Dibandingkan dengan bahan berbasis karbon lainnya, ada beberapa aplikasi titik karbon sebagai sensor nano, bahkan dapat dengan mudah difungsikan dan diimobilisasi dengan polimer untuk analisis biokimia. Perlu dicatat bahwa Wang et al. telah melaporkan imobilisasi mikrogel titik karbon fluoresen (NIPAM-AAm-VPBA) dari tiga ko-monomer fungsional (N-isopropylacyamide (NIPAM), acrylamide (AAM), acrylamide (AAm), dan 4-vinylphenyl boronic acid (VPBA), serta CD fluoresen. Penelitian yang sedang berlangsung dalam modifikasi polimer dengan asam boronat, beberapa peneliti melakukan perbaikan dengan memodifikasi CD dengan asam boronat dan selanjutnya diterapkan untuk deteksi HIV. Sebagai contoh, Fahmi et al. konsep penghambatan masuk target gp120 menggunakan titik karbon termodifikasi asam boronat. Memang, langkah awal siklus hidup virion HIV adalah interaksi gp120 dengan reseptor CD4 pada sel target; yang gp 120 sebagian besar mengandung oligosakarida dan situs manosa dengan banyak gugus hidroksil Dalam penelitian tersebut, CD mulia dibuat dari asam sitrat (CA) sebagai sumber karbon dan asam boronat 4-karboksi-3-klorobenzena (CBBA) sebagai agen penargetan khusus untuk penghambatan masuknya HIV-1.

Molekul yang mengandung asam boronat juga telah dilaporkan sebagai pendekatan terapeutik untuk mengobati Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang telah dikembangkan dengan kemampuan uniknya untuk terhubung ke selubung glikoprotein pada permukaan virus. Dengan cara yang sama, molekul yang dikaitkan dengan asam boronat juga dapat memblokir proses masuknya virus Hepatitis C (HCV) melalui tarikan permukaan dengan protein glikan mannosa tinggi pada protein selubung glikosilasi permukaan HCV. Selain itu, nanopartikel termodifikasi asam fenilboronat yang dikembangkan sebagai inhibitor antivirus yang diuji terhadap virus Hepatitis C (HCV) dieksploitasi secara bioassay. Oleh karena itu, penghambatan masuknya virus dari nanopartikel diperiksa dengan uji imunofluoresen menggunakan partikel virus JFH1 yang diturunkan dari kultur sel untuk menginfeksi sel hepatosit yang baik. Ketika konsentrasi nanopartikel (60 g/ml) ditambahkan, penghambatan virus meningkat hingga 60 ± 8%.

Di bidang penelitian nanopartikel, CD (CQDs, GQDs, PDs) telah mencapai kepentingan yang luar biasa sementara 10 tahun terakhir karena efektivitasnya, keamanan hayati yang baik, sifat optik, dan biokompatibilitas yang sangat baik. Di sini, kami telah menyoroti CD yang difungsikan dengan asam boronat dalam hal sintesis, sifat, dan aplikasi biomedisnya. Meskipun metode sintetik yang berbeda telah ditunjukkan untuk CD, salah satu proses sintesis utama untuk titik karbon adalah metode solvotermal / hidrotermal karena biayanya yang rendah, pendaran yang stabil, QY yang tinggi, dan kemudahan modifikasi dengan bahan awal (Tabel S1). Misalnya, CD yang dipancarkan berwarna merah (QY- 64,95%) digunakan secara efisien untuk pencitraan in vivo. Namun, QY CD yang dikembangkan tergantung pada pelarut yang digunakan. Selain itu, CD emisi merah secara efektif digunakan untuk penentuan selektif Fe3+, asam sialat, kanker, dan bioimaging, masing-masing. Oleh karena itu, fungsionalisasi/pasivasi CD dengan atom doping boron merupakan aspek penting tidak hanya untuk meningkatkan sifat optik yang diinginkan tetapi juga untuk menggerakkan material yang spesifik ke targetnya. CD yang dimodifikasi asam boronat telah dikontrol dengan baik dengan fluoresen pada panjang gelombang biru, hijau, kuning, dan merah. Khususnya, interaksi multivalen antara asam boronat dan gugus cis-diol, menghasilkan reaksi perakitan molekul yang dapat dibalik pada target biomolekul menjadi bagian terpenting dari aplikasi bio untuk bahan nano yang mengandung asam boronat. Oleh karena itu, CD yang dimodifikasi asam boronat dengan baik menunjukkan berbagai potensi dalam bioimaging, penginderaan, pengiriman obat, dan penghambatan.

Sumber Artikel : news.unair.ac.id

Selengkapnya
Potensi Nanomaterial yang Dimodifikasi Asam Boronat dalam Aplikasi-aplikasi Biomedis

Kimia

Tertarik Kuliah Jurusan Kimia? Ini Prospek Kerja Jenjang D3 dan S1

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 23 Juli 2022


Salah satu jurusan dari rumpun sains dan teknologi (Saintek) ini juga diminati oleh para calon mahasiswa.

Jurusan apa itu? Jurusannya ialah Kimia yang biasa masuk dalam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Jika kamu tertarik belajar Kimia, maka sebelum mengambil jurusan ini harus memahami seperti apa prospek kerja Prodi Kimia nanti. 

Melansir akun Instagram Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat (5/3/2021), berikut ini prospek kerja lulusan Kimia:

Karir lulusan S1 Kimia

1. Chemist (Quality control/assurance, research & development, formulator, health safety & environment) Industri (Kimia/farmasi/pangan).

2. Akademisi (guru atau dosen).

3. Tenaga ahli instansi pemerintahan.

4. Analis (laboratorium/rumah sakit/forensik).

5. Peneliti.

6. Pengusaha (minyak atsiri, industri kimia).

7. Konsultan (lingkungan, analisis pangan, kosmetik).

8. Technical specialist marketing bahan kimia & instrumentasi).

Karir lulusan S1 Pendidikan Kimia

1. Guru SMA/MA/SMK nasional dan internasional

2. Pencipta permainan berbasis pendidikan (games based education creator)

3. Pencipta media pembelajaran (learning media creator)

4. Pengembang bahan ajar

5. Konsultan pendidikan

6. Trainer di bidang pendidikan

Karir lulusan D3 Analis Kimia

1. Analis laboratorium

2. Analis forensik

3. Analis lingkungan

4. Quality control

5. Manajer teknis/mutu

6. Konsultan instrumen laboratorium

7. Entrepreneur

Sumber Artikel : kompas.com

Selengkapnya
Tertarik Kuliah Jurusan Kimia? Ini Prospek Kerja Jenjang D3 dan S1
« First Previous page 693 of 773 Next Last »