Green Supply Chain Management

Evolusi dan Keunggulan Rantai Pasokan Hijau: Faktor Pendorong dan Tantangan Implementasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Dalam artikel yang ditulis oleh Nelson, Marsillac, dan Rao (2012), evolusi rantai pasokan hijau (Green Supply Chain/GSC) dijelaskan sebagai transisi dari sistem tradisional menuju keberlanjutan. Artikel ini mengeksplorasi faktor-faktor pendorong, kronologi sejarah, dan pengaruh rantai pasokan hijau terhadap kinerja perusahaan. Dengan mengintegrasikan konsep triple bottom line—keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial—rantai pasokan hijau memberikan pendekatan baru terhadap manajemen operasi modern.

Latar Belakang
Rantai pasokan hijau muncul sebagai jawaban atas tuntutan lingkungan dan tekanan dari konsumen serta pemerintah. Evolusi ini dimulai dari era agraris, di mana pengelolaan pasokan berfokus pada skala kecil, hingga revolusi industri yang membawa peningkatan efisiensi melalui produksi massal. Pasca revolusi industri, permintaan konsumen akan kualitas, variasi, dan kecepatan terus meningkat, memaksa perusahaan mengadopsi teknologi baru, seperti Just-in-Time (JIT), serta memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Keunggulan Rantai Pasokan Hijau
Rantai pasokan hijau menawarkan manfaat signifikan, seperti pengurangan limbah, efisiensi biaya, dan peningkatan reputasi perusahaan. Studi kasus oleh Rao & Holt (2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik hijau mengalami peningkatan margin laba, penghematan sumber daya, dan daya saing pasar. Misalnya, pengurangan penggunaan bahan berbahaya menghasilkan penghematan signifikan dalam biaya produksi dan limbah.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Walmart dan Transparansi Lingkungan
    Walmart menerapkan strategi pengelolaan rantai pasokan hijau dengan melacak emisi gas rumah kaca dari pemasoknya. Langkah ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga memperkuat hubungan dengan konsumen yang peduli terhadap isu lingkungan.
  2. Andersen Corporation
    Perusahaan ini mengintegrasikan perhatian lingkungan ke dalam keputusan pembelian bahan baku, yang menghasilkan efisiensi logistik dan pengurangan limbah berbahaya.
  3. Clorox
    Clorox bekerja sama dengan pemasok untuk mengurangi limbah dalam proses manufaktur, yang secara langsung mengurangi biaya operasional mereka.

Tantangan dalam Implementasi
Meskipun manfaatnya jelas, rantai pasokan hijau menghadapi tantangan signifikan, termasuk biaya awal yang tinggi untuk implementasi teknologi ramah lingkungan dan perlunya pengembangan keterampilan baru di antara pekerja. Selain itu, adaptasi ini membutuhkan perubahan budaya perusahaan yang sering kali sulit dicapai.

Konsep Triple Bottom Line
Triple bottom line menjadi inti dari rantai pasokan hijau. Dengan fokus pada keseimbangan antara keuntungan ekonomi, tanggung jawab sosial, dan pelestarian lingkungan, rantai pasokan hijau menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.

Kesimpulan
Artikel ini menegaskan bahwa rantai pasokan hijau adalah langkah penting dalam mencapai keberlanjutan global. Dengan integrasi teknologi modern dan komitmen terhadap praktik ramah lingkungan, perusahaan dapat meraih keunggulan kompetitif sekaligus memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Sumber Artikel: Nelson, D. M., Marsillac, E., & Rao, S. S. (2012). Antecedents and Evolution of the Green Supply Chain. Journal of Operations and Supply Chain Management (Special Issue), 29-43.

Selengkapnya
Evolusi dan Keunggulan Rantai Pasokan Hijau: Faktor Pendorong dan Tantangan Implementasi

Green Supply Chain Management

Analisis Penerapan Green Supply Chain Management di Negara Berkembang: Hambatan, Keberhasilan, dan Peluang di Bangladesh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengkaji perkembangan Green Supply Chain Management (GSCM) melalui analisis literatur sistematis, dengan fokus pada penerapan GSCM di negara berkembang seperti Bangladesh. Penelitian ini membahas hambatan, faktor keberhasilan, dan peluang dalam penerapan GSCM pada berbagai industri, termasuk tekstil, kimia, dan kulit. Menggunakan model PRISMA, artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi untuk memahami strategi keberlanjutan.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan model PRISMA untuk menyaring dan menganalisis 70 artikel terkait GSCM dari database Scopus dan Web of Science. Artikel yang dipilih mencakup studi tentang berbagai industri di negara berkembang, dengan 21 artikel khusus membahas Bangladesh. Fokus utama adalah pada identifikasi hambatan dan faktor keberhasilan kritis (CSFs).

Temuan Utama

1. Definisi dan Evolusi GSCM

  • GSCM mengintegrasikan isu keberlanjutan dalam desain, pengadaan, produksi, distribusi, dan manajemen daur ulang.
  • Evolusi GSCM dimulai pada 1989 dengan fokus pada logistik hijau, dan saat ini mencakup aspek keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

2. Hambatan Implementasi Artikel ini mengidentifikasi hambatan utama penerapan GSCM, seperti:

  • Kurangnya dukungan pemerintah: Kebijakan yang tidak memadai menghambat adopsi teknologi hijau.
  • Keterbatasan teknologi dan infrastruktur: Sistem lama tidak mendukung praktik GSCM.
  • Biaya tinggi: Tingginya biaya awal untuk teknologi hijau membatasi penerapan di banyak industri.
  • Kurangnya kesadaran konsumen: Permintaan produk ramah lingkungan masih rendah.

3. Faktor Keberhasilan Faktor utama yang mendukung implementasi GSCM meliputi:

  • Kesadaran pelanggan: Kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan mendorong penerapan GSCM.
  • Dukungan manajemen puncak: Komitmen manajemen sangat penting untuk keberhasilan implementasi.
  • Ekonomi sirkular: Penggunaan material daur ulang dan sistem manajemen limbah yang efisien.

4. Studi Kasus

  • Industri Tekstil di Bangladesh: Implementasi GSCM di industri tekstil menghasilkan pengurangan emisi karbon hingga 30% dan limbah produksi hingga 25%.
  • Industri Kimia: Program daur ulang limbah mengurangi konsumsi bahan baku baru hingga 20%, meningkatkan efisiensi biaya.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Regulasi Pemerintah: Dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong adopsi GSCM.
  2. Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan bagi karyawan dan manajer tentang pentingnya keberlanjutan.
  3. Kolaborasi Pemangku Kepentingan: Kerja sama dengan pemasok dan pelanggan untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
  4. Investasi Teknologi Hijau: Penyediaan fasilitas untuk teknologi hemat energi dan sistem logistik hijau.

Kesimpulan

Implementasi GSCM memberikan dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan. Meski terdapat tantangan seperti biaya tinggi dan kurangnya kesadaran konsumen, dukungan regulasi, dan teknologi yang tepat dapat mempercepat adopsi GSCM.

Sumber:
Nekmahmud Md., Rahman S., Sobhani F. A., Olejniczak-Szuster K., Fekete-Farkas M. (2020). A Systematic Literature Review on Development of Green Supply Chain Management. Polish Journal of Management Studies, Vol.22 No.1.

 

Selengkapnya
Analisis Penerapan Green Supply Chain Management di Negara Berkembang: Hambatan, Keberhasilan, dan Peluang di Bangladesh

Green Supply Chain Management

Tantangan Implementasi Green Supply Chain Management di Sektor Manufaktur: Kendala dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengulas tantangan utama dalam implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di sektor manufaktur, dengan fokus pada kendala struktural, operasional, dan budaya. Penelitian ini menawarkan tinjauan sistematis dari berbagai literatur dan menyediakan kerangka untuk mengidentifikasi serta mengatasi hambatan dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan operasional.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistematis berbasis literatur, menganalisis lebih dari 200 studi akademik dari tahun 1997 hingga 2020. Fokus utama meliputi:

  1. Definisi GSCM: Mengkaji pengertian GSCM dari berbagai perspektif.
  2. Evolusi GSCM: Mengidentifikasi perkembangan GSCM sejak 1972 hingga saat ini.
  3. Kontribusi Peneliti: Membahas kontribusi akademisi dalam mengembangkan praktik GSCM.
  4. Hambatan Utama: Menyoroti kendala implementasi di sektor manufaktur.

Temuan Utama

1. Definisi dan Evolusi GSCM

  • Definisi: GSCM didefinisikan sebagai integrasi pertimbangan lingkungan dalam rantai pasok, meliputi desain produk, sumber material, proses manufaktur, dan pengelolaan akhir siklus hidup produk.
  • Evolusi: Konsep ini pertama kali muncul pada tahun 1972 dan mulai diterapkan secara luas sejak 2000-an.

2. Hambatan Implementasi GSCM
Artikel mengidentifikasi 11 kategori hambatan, termasuk:

  • Kurangnya Kebijakan Pemerintah: Dukungan regulasi yang minim memperlambat adopsi.
  • Biaya Implementasi: Tingginya biaya awal untuk teknologi hijau menjadi tantangan besar bagi banyak perusahaan.
  • Kurangnya Kesadaran Publik: Konsumen sering kali tidak menyadari pentingnya produk ramah lingkungan.
  • Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur: Sistem lama yang tidak kompatibel dengan teknologi modern.

3. Dampak GSCM pada Kinerja

  • Lingkungan: Implementasi GSCM mengurangi emisi karbon hingga 40% di beberapa perusahaan besar.
  • Ekonomi: Efisiensi biaya meningkat sebesar 15% melalui optimasi rantai pasok.
  • Sosial: Meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan yang peduli lingkungan.

Studi Kasus

Industri Otomotif di India

  • Praktik: Menggunakan energi terbarukan dan daur ulang bahan baku.
  • Hasil: Pengurangan konsumsi energi hingga 30% dan penurunan biaya produksi sebesar 20%.

Industri Tekstil di Bangladesh

  • Praktik: Adopsi sistem pengolahan limbah air untuk pabrik.
  • Hasil: Limbah cair berbahaya berkurang hingga 50%, meningkatkan kinerja lingkungan.

Rekomendasi Strategis

  1. Dukungan Pemerintah yang Kuat: Subsidi dan insentif pajak untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi hijau.
  2. Edukasi dan Pelatihan: Meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya keberlanjutan.
  3. Investasi Teknologi: Mendorong inovasi dalam IoT, blockchain, dan energi terbarukan untuk optimasi rantai pasok.
  4. Kolaborasi Global: Kerja sama internasional untuk berbagi praktik terbaik dan sumber daya.

Kesimpulan

Hambatan implementasi GSCM di sektor manufaktur bersifat kompleks dan memerlukan pendekatan holistik. Dengan dukungan regulasi, inovasi teknologi, dan kesadaran masyarakat, GSCM dapat memberikan dampak signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan.

Sumber: Ajitabh Pateriya, Pallavi Maheshwarkar (2020). A Critical Review of Green Supply Chain Management and Its Barriers for Manufacturing Industries. Webology, 17(4).

 

Selengkapnya
Tantangan Implementasi Green Supply Chain Management di Sektor Manufaktur: Kendala dan Solusi

Green Supply Chain Management

Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan. Penelitian menyoroti bagaimana orientasi strategis dan regulasi pemerintah memengaruhi implementasi GSCM, serta dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan SmartPLS 3.0, studi ini menjadi panduan penting untuk memahami hubungan antara variabel anteseden dan konsekuensi GSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 114 UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan menggunakan metode cluster sampling. Variabel utama yang dianalisis:

  1. Strategic Orientation (X1): Filosofi manajerial untuk menyesuaikan hubungan perusahaan dengan lingkungan.
  2. Government Regulation (X2): Kebijakan pemerintah yang mendukung praktik ramah lingkungan.
  3. Green Supply Chain Management (Y1): Konsep rantai pasok hijau, termasuk pembelian hijau, produksi hijau, dan distribusi hijau.
  4. Environmental Performance (Y2): Indikator keberlanjutan lingkungan seperti pengurangan emisi dan limbah.

Temuan Utama

1. Pengaruh Orientasi Strategis terhadap GSCM
Orientasi strategis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap implementasi GSCM (59%). Contoh, perusahaan dengan komitmen tinggi terhadap kesadaran lingkungan berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam produksi.

2. Peran Regulasi Pemerintah terhadap GSCM
Regulasi pemerintah juga berpengaruh signifikan (32%). Peraturan lokal, seperti pengelolaan limbah berbasis Perda Pasuruan Nomor 3 Tahun 2010, menjadi pendorong utama praktik ramah lingkungan.

3. Dampak GSCM terhadap Kinerja Lingkungan
Implementasi GSCM meningkatkan kinerja lingkungan sebesar 88,9%, termasuk pengurangan emisi karbon dan limbah padat. Studi kasus menunjukkan bahwa distribusi ramah lingkungan menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 20%.

4. Hubungan Tidak Langsung
Orientasi strategis dan regulasi pemerintah juga berdampak pada kinerja lingkungan melalui GSCM, masing-masing sebesar 52,4% dan 28,4%.

Studi Kasus

UMKM di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan

  • Praktik GSCM: Menggunakan bahan baku daur ulang dan produksi dengan energi minimal.
  • Dampak: Penurunan limbah cair hingga 25%, dengan peningkatan efisiensi produksi sebesar 15%.

Pengusaha Kerupuk di Bangil

  • Praktik GSCM: Implementasi kemasan biodegradable.
  • Dampak: Pengurangan penggunaan plastik sebesar 30%, meningkatkan permintaan konsumen.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan untuk pengelola UMKM tentang pentingnya GSCM.
  2. Kolaborasi Pemerintah dan UMKM: Penguatan regulasi dan pemberian insentif untuk adopsi teknologi hijau.
  3. Teknologi Hijau Terjangkau: Fasilitas pembiayaan untuk inovasi berkelanjutan seperti penggunaan energi terbarukan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi strategis dan regulasi pemerintah merupakan faktor utama keberhasilan GSCM. Dengan implementasi yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan sekaligus efisiensi operasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih kuat, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan inovasi teknologi.

Sumber:
Antin Rakhmawati, Kusdi Rahardjo, Andriani Kusumawati (2019). Faktor Anteseden dan Konsekuensi Green Supply Chain Management. Jurnal Sistem Informasi Bisnis.

 

Selengkapnya
Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Green Supply Chain Management

Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Drivers of Sustainable Supply Chain Management: Practices to Alignment with UN Sustainable Development Goals" oleh Dominik Zimon, Jonah Tyan, dan Robert Sroufe, yang diterbitkan di International Journal of Quality Research pada tahun 2020, membahas tentang kondisi dan hambatan terkait implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik Sustainable Supply Chain Management (SSCM) dan UN SDGs, serta mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Latar Belakang dan Motivasi

Citra rantai pasok modern tak terpisahkan dari perhatian terhadap aspek ekologis dan pembangunan berkelanjutan. Pengejaran SSCM muncul dari kebutuhan dunia modern, di mana efisiensi dan perhatian terhadap sumber daya alam berkontribusi tidak hanya pada peningkatan citra, tetapi juga pada pengurangan limbah, inovasi, menghasilkan keuntungan, dan membangun keunggulan kompetitif. Globalisasi kegiatan dan kenaikan harga bahan baku memerlukan implementasi solusi berkelanjutan dalam rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengkaji kondisi dan hambatan terkait implementasi SDGs dalam rantai pasok.
  2. Mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs.
  3. Mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual dengan tinjauan literatur untuk mengidentifikasi praktik SSCM dan menghubungkannya dengan UN SDGs. Penelitian ini juga mengembangkan model tiga fase untuk implementasi inisiatif SSCM yang sukses.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Sustainable Supply Chain Management (SSCM): Pengelolaan rantai pasok yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan masa depan.
  • UN Sustainable Development Goals (SDGs): 17 tujuan global yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2015 sebagai agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.
  • Drivers of SSCM: Faktor-faktor yang memotivasi perusahaan untuk mengadopsi praktik SSCM.
  • SSCM Practices: Aktivitas dan strategi yang digunakan untuk mengelola rantai pasok secara berkelanjutan.

Hasil dan Diskusi

Hubungan Antara SSCM Practices dan UN SDGs

Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs, seperti:

  • Sustainable Supplier Management: Berkontribusi pada SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
  • Sustainable Operations and Risk Management: Berkontribusi pada SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan SDG 13 (Tindakan Iklim).
  • Corporate Social Responsibility: Berkontribusi pada SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Lembaga yang Kuat).

Model Implementasi UN SDGs dalam SSCM

Penelitian ini mengembangkan model tiga fase untuk implementasi UN SDGs dalam SSCM:

  1. Fase 1: Perencanaan: Menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  2. Fase 2: Implementasi: Menerapkan praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  3. Fase 3: Evaluasi: Mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi SSCM untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan menciptakan nilai bagi perusahaan dan masyarakat.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa implementasi UN SDGs dalam SSCM dapat membantu perusahaan mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Model implementasi yang diusulkan memberikan panduan yang berguna bagi perusahaan dalam mengintegrasikan SDGs ke dalam strategi SSCM mereka.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus mengadopsi pendekatan holistik untuk SSCM yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
  • Perusahaan harus menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  • Perusahaan harus berinvestasi dalam praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  • Perusahaan harus mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Studi empiris untuk menguji model implementasi UN SDGs dalam SSCM.
  • Penelitian tentang dampak implementasi UN SDGs pada kinerja rantai pasok.
  • Pengembangan alat dan teknik untuk mengukur dan mengelola kinerja SSCM.

Sumber Artikel: Zimon, D., Tyan, J., & Sroufe, R. (2020). Drivers of sustainable supply chain management: practices to alignment with UN sustainable development goals. International Journal of Quality Research, 14(1), 219-234.

Selengkapnya
Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Green Supply Chain Management

Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini memberikan tinjauan komprehensif tentang Green Supply Chain Management (GSCM) dengan fokus pada sourcing berkelanjutan dan distribusi ramah lingkungan. Penelitian mencakup analisis 266 artikel yang dipublikasikan antara 1997 hingga 2024. Studi ini menyoroti peran penting teknologi seperti IoT, blockchain, dan kecerdasan buatan (AI), serta konsep ekonomi sirkular dalam mendukung rantai pasok berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Artikel ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi prinsip inti GSCM untuk mendukung praktik berkelanjutan.
  2. Membedakan sourcing dan distribusi berkelanjutan, serta faktor pendorongnya.
  3. Mengeksplorasi inovasi terbaru dalam sourcing dan distribusi.
  4. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan implementasi GSCM.

Temuan Utama

1. Prinsip Inti GSCM Prinsip utama GSCM mencakup pengurangan limbah, konservasi sumber daya, dan penggunaan material ramah lingkungan. Pendekatan seperti closed-loop supply chain memungkinkan daur ulang material dan produk untuk mengurangi dampak lingkungan.

2. Sourcing Berkelanjutan

  • Inovasi Material: Penggunaan bioplastik dan material daur ulang meningkatkan efisiensi sumber daya.
  • Teknologi: Blockchain dan IoT memastikan transparansi dalam rantai pasok.
  • Kolaborasi Pemasok: Edukasi dan insentif bagi pemasok mendukung tujuan keberlanjutan.

3. Distribusi Berkelanjutan

  • Logistik Hijau: Penggunaan kendaraan listrik dan rute optimasi mengurangi emisi karbon.
  • Kemasan Ramah Lingkungan: Material biodegradable mengurangi limbah.
  • Reverse Logistics: Sistem pengembalian dan daur ulang memperpanjang siklus hidup produk.

4. Tantangan Implementasi

  • Hambatan Finansial: Investasi awal pada teknologi hijau menjadi tantangan bagi banyak perusahaan.
  • Keterbatasan Infrastruktur: Sistem lama sulit mendukung teknologi modern.
  • Resistensi Budaya: Kurangnya kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan menghambat perubahan.

Studi Kasus

Walmart

  • Praktik: Menggunakan blockchain untuk transparansi sumber bahan makanan laut.
  • Hasil: Pengurangan emisi karbon pada rantai pasok hingga 15%.

IKEA

  • Praktik: Fokus pada pengemasan ramah lingkungan dan sumber bahan baku berkelanjutan.
  • Hasil: Penurunan limbah produksi hingga 20%.

Unilever

  • Praktik: Efisiensi energi dalam rantai pasok melalui teknologi hemat energi.
  • Hasil: Penghematan air hingga 30%.

Kesimpulan

Praktik GSCM menunjukkan potensi besar dalam mengintegrasikan keberlanjutan di seluruh rantai pasok. Teknologi mutakhir, kolaborasi pemasok, dan inovasi material menjadi kunci keberhasilan. Meski tantangan seperti hambatan finansial dan resistensi budaya masih ada, adopsi GSCM dapat memberikan keuntungan operasional, reputasi merek, dan kontribusi signifikan terhadap tujuan keberlanjutan global.

Sumber: Hariyani, D., Hariyani, P., Mishra, S., Sharma, M.K. (2024). A literature review on green supply chain management for sustainable sourcing and distribution. Waste Management Bulletin, 2, 231–248.

 

Selengkapnya
Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan
« First Previous page 622 of 1.113 Next Last »