Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 14 Maret 2025
Menjelang tahun 2022, beragam tantangan masih harus dihadapi oleh para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di tanah air. Sampai saat ini, pelaku IKM masih menghadapi kesulitan untuk bermitra dengan industri besar atau masuk ke dalam rantai pasok global.
“IKM perlu terus beradaptasi, bertransformasi dengan digital teknologi, berinovasi dengan sentuhan kearifan lokal, dan menjaga mutu produknya agar dapat masuk ke jejaring industri besar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (31/12).
Oleh sebab itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) tak henti mengupayakan beragam kemitraan sektor IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya. Sepanjang 2021, Ditjen IKMA Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 96 pelaku IKM melalui kegiatan temu bisnis, dengan jumlah yang berhasil bermitra mencapai 18 pelaku IKM.
“Fasilitasi yang kami lakukan dalam bentuk penyelenggaraan Forum Koordinasi IKM alat angkut dengan industri besar. Sejumlah 5 IKM sukses bermitra dengan industri besar melalui forum tersebut,” ungkap Dirjen IKMA, Reni Yanita.
Ada pula temu bisnis 14 IKM peserta Indonesia Food Innovation dengan grup hotel Accor, dan satu IKM berhasil mendapatkan pesanan. Selain itu, ada temu bisnis 62 IKM kosmetik dan industri bahan baku, dengan 12 IKM berhasil menjalin kemitraan.
Reni menjelaskan, pihaknya secara konsisten menumbuhkan dan mengembangkan IKM startup berbasis teknologi, sesuai dengan arahan Menperin, agar dapat menyediakan solusi bagi industri kecil yang masih kesulitan dalam adaptasi teknologi 4.0. Tantangan lain yang dihadapi oleh industri menengah, yaitu perlunya dukungan skema pembiayaan dalam upaya peningkatan kapasitas dan ekspor.
“Kami juga punya program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM, pendampingan dan fasilitasi sertifikasi produk, penguatan mesin peralatan, serta program e-Smart IKM yang terus dilanjutkan pada 2022 agar IKM dapat lebih berdaya saing di pasar luas,” sebutnya.
Program e-Smart IKM masuk dalam salah satu agenda prioritas Kemenperin pada tahun 2022. Ditjen IKMA menargetkan sebanyak 3.000 IKM ikut serta dalam pembinaan. Rangkaian kegiatan e-Smart IKM dimulai dengan bimbingan literasi digital IKM, penguatan branding dan manajemen bisnis melalui e-Smart IKM, dan program IKM Go Global.
“Program e-Smart ini bertujuan untuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan produktivitas IKM dengan memanfaatkan internet of things (industry 4.0) melalui platform digital, sekaligus untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan industri prioritas,” paparnya.
Hingga 13 Desember 2021, program e-Smart IKM Ditjen IKMA telah membina 4.600 pelaku IKM melalui workshop, pendampingan, dan pembinaan lainnya yang menjadi bagian dari Gerakan Bangga Buatan Indonesia. Sebanyak 3.256 IKM masuk dalam tahapan sustainability program yang meliputi kegiatan workshop e-Smart IKM, webinar dan pendampingan digital marketing. Sejak 2017-2020, program e-Smart IKM Kemenperin telah melibatkan 13.183 IKM di seluruh daerah.
Program unggulan IKM
Reni menambahkan, program unggulan lainnya adalah penumbuhan wirausaha baru (WUB). Program ini sudah dilaksanakan dengan melatih sebanyak 6.258 wirausaha, dengan 3.408 WUB di antaranya telah mendapatkan legalitas atau izin usaha.
Pelatihan atau bimbingan teknis dan manajemen kewirausahaan yang diberikan kepada 6.258 WUB tersebut, berasal dari kegiatan Satker Pusat sebanyak 2.534 WUB, Satker Dekonsentrasi sebanyak 3.410 WUB, serta Satker Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia sebanyak 314 WUB.
Berikutnya, program Santripreneur Ditjen IKMA sepanjang 2021 telah menjangkau 14 pondok pesantren dan membina 236 santri melalui bimbingan dan pendampingan teknis serta bantuan mesin/peralatan, dan meliputi beberapa bidang pembinaan, di antaranya IKM fesyen, olahan pangan, alas kaki dan perbengkelan. Program Santripreneur ini digelar sejak Maret hingga November 2021.
Sedangkan program restrukturisasi mesin/peralatan IKM tahun ini telah diberikan kepada 115 IKM, dengan total nilai potongan Rp12,1 miliar, dan nilai investasi sebesar Rp77,7 miliar. Tak hanya itu, Ditjen IKMA juga fokus menggelar fasilitasi dan pendampingan kepada para IKM di sentra-sentra IKM.
“Pembinaan di sentra IKM diberikan kepada 501 sentra IKM. Pembinaan di antaranya berupa bimbingan dan pendampingan teknis produksi serta fasilitasi mesin/peralatan produksi sentra IKM,” tuturnya.
Reni menyampaikan, dalam upaya pengembangan sentra IKM di berbagai wilayah di Indonesia, Ditjen IKMA Kemenperin telah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus, di mana pada 2021 melibatkan sebanyak 136 kabupaten/kota yang memperoleh alokasi DAK Sub Bidang Revitalisasi Sentra IKM.
“Kami terus mendorong Pemda agar bisa memanfaatkan DAK ini sebagai solusi pengembangan IKM di daerah dengan berbasis sentra IKM,” ujarnya.
Ditjen IKMA Kemenperin juga memberikan pendampingan dan pembuatan desain kemasan dan merek bagi IKM melalui Klinik Desain Merek Kemas. Klinik ini telah memfasilitasi 100 IKM, dengan jumlah desain kemasan sebanyak 200 desain dan jumlah desain merek sebanyak 200 desain.
“Sementara bantuan cetak kemasan diberikan kepada 10 IKM. Ada pula fasilitasi Kekayaan Intelektual melalui Klinik KI yang telah menghasilkan pendaftaran 394 Merek dan 6 Desain Industri, dan satu Indikasi Geografis,” sebut Reni.
Adapun capaian kontribusi industri aneka terhadap PDB Triwulan III 2021 (yoy) sebesar 0,13 persen, dengan nilai investasi industri aneka hingga Triwulan III tahun 2021 mencapai Rp2,17 triliun. Ditjen IKMA telah memfasilitasi sertifikasi SNI mainan anak kepada 23 IKM, dan melakukan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001-2015) kepada 4 IKM mainan anak.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
Sumber: kemenperin.go.id
Reliability Block Diagram
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia yang semakin bergantung pada sistem berbasis komputer, keandalan (reliability) menjadi faktor utama dalam desain dan pengoperasian sistem misi-kritis seperti dirgantara, militer, dan industri tenaga listrik. Model Reliability Block Diagrams (RBD) telah lama digunakan untuk memodelkan dan menganalisis keandalan sistem. Namun, RBD tradisional memiliki keterbatasan dalam menangani hubungan dinamis antar komponen, seperti ketergantungan keadaan (state dependency) dan konfigurasi cadangan (redundancy configurations).
Dalam paper ini, Haiping Xu, Liudong Xing, dan Ryan Robidoux dari University of Massachusetts Dartmouth memperkenalkan Dynamic Reliability Block Diagrams (DRBD) sebagai solusi inovatif untuk mengatasi keterbatasan RBD. DRBD memungkinkan pemodelan perilaku sistem yang lebih realistis dan akurat dengan mempertimbangkan ketergantungan antar komponen, mekanisme redundansi, dan pengaruh kondisi operasional terhadap kegagalan sistem.
Keunggulan DRBD Dibandingkan RBD Tradisional
Studi Kasus: Model Keandalan Jaringan Sensor Nirkabel
Untuk menguji efektivitas DRBD, para peneliti menggunakan studi kasus jaringan sensor nirkabel yang terdiri dari beberapa sensor node dan cluster head. Berikut adalah temuan utama dari penelitian ini:
Hasil dan Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
Kesimpulan
Pengenalan Dynamic Reliability Block Diagrams (DRBD) menandai langkah maju dalam analisis keandalan sistem kompleks. Dengan kemampuannya untuk memodelkan hubungan dinamis antar komponen, DRBD memberikan alat yang lebih akurat dan fleksibel untuk mendukung desain dan pemeliharaan sistem misi-kritis.
Paper ini menyarankan bahwa DRBD dapat digunakan secara luas di berbagai industri, termasuk dirgantara, militer, transportasi, dan energi, untuk memastikan sistem yang lebih andal dan tangguh terhadap kegagalan.
Sumber : Xu, H., Xing, L., & Robidoux, R. (2008). DRBD: Dynamic Reliability Block Diagrams for System Reliability Modelling. University of Massachusetts Dartmouth.
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 13 Maret 2025
Sagu adalah pati yang berasal dari empulur atau jaringan inti spons dari berbagai jenis pohon palem tropis, terutama dari spesies metropoxylon. Sagu adalah makanan pokok yang sangat penting bagi masyarakat dataran rendah Papua Nugini dan Kepulauan Maluku, yang secara lokal dikenal sebagai sakusak, labia, dan sagu. Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, merupakan sumber utama sagu, dengan ekspor yang cukup besar ke Eropa dan Amerika Utara untuk keperluan kuliner. Metode persiapan tradisional bervariasi, termasuk membentuk sagu menjadi bola-bola, membuat pasta seperti lem yang disebut papeda dengan mencampurkannya dengan air mendidih, dan membuat panekuk.
Secara komersial, sagu sering diolah menjadi agregat pati bulat kecil yang dikenal sebagai "mutiara", beberapa di antaranya dibuat seperti agar-agar melalui pemanasan. Mutiara ini dapat direbus dengan air atau susu dan gula untuk menghasilkan puding sagu yang manis. Meskipun secara visual mirip dengan mutiara pati dari sumber lain seperti singkong (tapioka) dan kentang, mutiara sagu memiliki atribut yang berbeda seperti warna krem, ukuran yang tidak rata, kerapuhan, dan waktu memasak yang cepat. Namun, mutiara tapioka terkadang dipasarkan sebagai "sagu" karena biaya produksinya yang lebih rendah.
Selain itu, istilah "sagu" dapat merujuk pada pati yang diperoleh dari sumber lain, terutama sagu singkong (Cycas revoluta). Meskipun ada kesalahpahaman umum bahwa ganyong adalah pohon sagu, ganyong berbeda dengan pohon sagu yang sebenarnya. Memanfaatkan pati yang dapat dimakan dari pohon sikas membutuhkan perawatan khusus karena sifatnya yang beracun, meskipun memiliki tujuan yang sama dengan pohon sagu.
Untuk memanen sagu, buah sikas harus dicegah agar tidak matang sepenuhnya agar pati yang tersimpan di dalam batang pohon tidak habis untuk pembentukan biji. Pohon-pohon aren yang sudah dewasa, yang berumur sekitar 15 tahun, ditebang tepat sebelum atau sesudah munculnya bunga. Daging buah yang mengandung pati diekstraksi dari batang, digiling menjadi bubuk, dan diremas dalam air untuk mengekstrak pati. Pati mengendap di dalam air, yang kemudian dicuci dan dikeringkan untuk keperluan kuliner. Setiap pohon kelapa sawit menghasilkan sekitar 360 kilogram pati kering.
Sumber, ekstraksi dan persiapan Sagu
Sagu, pati yang penting dalam banyak makanan tropis, terutama berasal dari pohon sagu, Metroxylon sagu, yang berlimpah di Asia Tenggara dan Papua Nugini. Pohon ini tumbuh subur di berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh hingga setinggi 30 meter, dengan pola pertumbuhan yang menyerupai tanaman pisang. Pohon sagu tumbuh dengan cepat, dengan anakan baru yang tumbuh, berbunga, dan mati secara berurutan. Panen biasanya terjadi antara usia 7 hingga 15 tahun, tepat sebelum atau sesudah munculnya bunga ketika batangnya kaya akan pati yang tersimpan. Setiap pohon aren dapat menghasilkan antara 150 hingga 300 kilogram pati.
Proses ekstraksi melibatkan pembelahan batang, pembuangan empulur, penghancuran dan pengulungan untuk melepaskan pati, lalu pencucian dan penyaringan untuk mengekstrak pati dari residu berserat. Suspensi pati mentah dikumpulkan dan diendapkan untuk diproses lebih lanjut.
Berlawanan dengan namanya, sagu cycad, Cycas revoluta, bukanlah pohon palem, melainkan tanaman hias yang tumbuh lambat. Pati, yang juga disebut sebagai sagu, diekstrak dari tanaman ini dan tanaman sikas lainnya, meskipun tanaman ini merupakan sumber makanan yang kurang umum karena toksisitasnya. Cycad mengandung neurotoksin, membuatnya sangat beracun, dan konsumsinya membutuhkan proses yang ekstensif untuk menghilangkan racun. Ekstraksi melibatkan pemotongan empulur dari batang, akar, dan biji, menggilingnya menjadi tepung kasar, mengeringkan, menumbuk, merendam, dan pencucian berulang kali untuk menghilangkan racun. Pati yang dihasilkan mirip dengan sagu aren.
Di berbagai negara seperti Australia, Brasil, dan India, mutiara tapioka yang terbuat dari akar singkong juga dikenal sebagai sagu, sagu, atau sabudana.
Nutrisi Sagu
Sagu yang berasal dari pohon Metroxylon kaya akan karbohidrat dengan kandungan protein, vitamin, dan mineral yang minimal. Profil nutrisinya meliputi kandungan karbohidrat yang tinggi dan jumlah protein, serat, kalsium, zat besi, lemak, dan vitamin yang dapat diabaikan. Terlepas dari kekurangannya, budidaya sagu secara ekologis cocok untuk daerah yang tidak cocok untuk bentuk pertanian lainnya.
Penggunaan Sagu
Tepung sagu bersifat serbaguna, biasa digunakan dalam berbagai aplikasi kuliner di berbagai budaya. Pati sagu dapat dipanggang, dicampur dengan air mendidih untuk membentuk pasta, atau digunakan sebagai pengental masakan. Dalam masyarakat tradisional Papua Nugini, Maluku, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Sumatera, sagu berfungsi sebagai makanan pokok dalam hidangan seperti papeda dan pempek. Sagu juga digunakan secara komersial dalam produksi mie dan roti tawar.
Di Malaysia, sagu merupakan bahan utama dalam hidangan populer "keropok lekor" (kerupuk ikan). Sagu mutiara, yang diproduksi dengan cara memanaskan dan membuat pati mutiara basah, digunakan serupa dengan tapioka mutiara dalam hidangan dan makanan penutup di seluruh dunia.
Pati sagu dapat digunakan dalam produksi tekstil, yang digunakan dalam ukuran untuk mengolah serat, memberikan pengikatan, slip, hidrasi, dan badan pada tekstil. Namun, pemanenan pohon sagu yang berlebihan untuk tujuan komersial dapat bertentangan dengan kebutuhan pangan masyarakat lokal. Selain itu, penelitian juga mengeksplorasi potensi penggunaan limbah dari industri sagu sebagai adsorben untuk membersihkan tumpahan minyak.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 13 Maret 2025
Tanaman semusim atau tahunan adalah tanaman yang menjalani seluruh siklus hidupnya, mulai dari bertunas hingga menghasilkan biji, dalam satu musim tanam sebelum layu dan mati. Dalam skala global, hanya 6% dari semua spesies tanaman dan 15% tanaman herba (tidak termasuk tanaman berkayu seperti pohon dan semak) yang termasuk dalam kategori tanaman semusim. Menariknya, siklus hidup tahunan telah berevolusi secara independen di lebih dari 120 keluarga tanaman yang berbeda di seluruh pohon evolusi tanaman berbunga.
Pendorong evolusi dan ekologi dari siklus hidup tahunan
Asumsi umum mengenai evolusi tanaman tahunan menunjukkan bahwa tanaman tersebut berasal dari nenek moyang tanaman tahunan. Namun, penelitian terbaru menantang keyakinan ini, dengan mengungkap kasus-kasus di mana tanaman keras sebenarnya berevolusi dari nenek moyang tahunan. Menariknya, model-model yang ada menunjukkan bahwa transisi dari siklus hidup tanaman tahunan ke tanaman keras terjadi dua kali lebih cepat daripada transisi sebaliknya.
Menurut teori sejarah hidup, tanaman tahunan lebih disukai di lingkungan di mana kematian orang dewasa melebihi kematian bibit. Ini berarti bahwa tanaman semusim cenderung tumbuh subur di habitat yang memiliki gangguan atau variabilitas temporal yang tinggi, yang menyebabkan berkurangnya tingkat kelangsungan hidup orang dewasa. Teori ini didukung oleh pengamatan bahwa tanaman semusim lebih banyak ditemukan di daerah yang ditandai dengan musim panas yang kering dan panas, di mana kematian dewasa meningkat, dan daya tahan hidup benih tinggi. Selain itu, evolusi siklus hidup tahunan dalam kondisi seperti itu di berbagai famili tanaman menggambarkan contoh evolusi konvergen yang luar biasa. Selain itu, prevalensi tanaman tahunan secara positif dipengaruhi oleh variabilitas dari tahun ke tahun.
Secara global, kelimpahan tanaman tahunan terus meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia. Penggembalaan domestik telah diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kelimpahan tanaman semusim di padang rumput. Gangguan yang terkait dengan aktivitas seperti penggembalaan dan pertanian, terutama setelah pemukiman Eropa, telah memfasilitasi invasi spesies tahunan dari Eropa dan Asia ke Dunia Baru.
Di berbagai ekosistem, dominasi tanaman semusim sering kali merupakan fenomena sementara selama suksesi sekunder, terutama setelah adanya gangguan. Sebagai contoh, ladang yang ditinggalkan pada awalnya dapat dijajah oleh tanaman semusim namun pada akhirnya digantikan oleh spesies yang berumur panjang. Namun, dalam sistem Mediterania tertentu, situasi unik terjadi di mana tanaman semusim mempertahankan dominasi tanpa digantikan oleh tanaman keras. Fenomena ini dikaitkan dengan keadaan stabil alternatif dalam sistem, di mana dominasi tahunan dan tanaman keras stabil, dengan keadaan sistem akhir ditentukan oleh kondisi awal.
Sifat-sifat tanaman semusim dan implikasinya bagi pertanian
Tanaman semusim biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk produksi benih, dan menginvestasikan lebih sedikit sumber daya untuk pengembangan akar dibandingkan dengan tanaman tahunan. Sementara tanaman keras memiliki tanaman berumur panjang dan biji berumur pendek, tanaman semusim mengimbangi umurnya yang lebih pendek dengan mempertahankan persistensi yang lebih tinggi dari bank benih tanah. Perbedaan dalam strategi riwayat hidup ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap fungsi ekosistem, dengan tanaman semusim memainkan peran yang lebih rendah dalam mengurangi erosi, menyimpan karbon organik, dan mencapai efisiensi penggunaan hara dan air yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman keras.
Di bidang pertanian, tanaman semusim sangat penting karena berfungsi sebagai sumber makanan utama bagi manusia, berkat alokasi sumber daya yang lebih besar untuk produksi benih, yang meningkatkan produktivitas pertanian. Peningkatan prevalensi tanaman semusim secara global, terutama di lahan pertanian, terutama disebabkan oleh konversi sistem alami yang didominasi oleh tanaman keras menjadi lahan pertanian semusim. Saat ini, tanaman semusim mencakup sekitar 70% lahan pertanian dan berkontribusi terhadap sekitar 80% konsumsi pangan dunia.
Genetika molekuler
Pada tahun 2008, ditemukan bahwa penonaktifan hanya dua gen pada satu spesies tanaman tahunan dapat mengubahnya menjadi tanaman tahunan. Para peneliti menonaktifkan gen SOC1 dan FUL (yang mengontrol waktu berbunga) dari Arabidopsis thaliana. Peralihan ini membentuk fenotipe yang umum pada tanaman tahunan, seperti pembentukan kayu.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Reliability Block Diagram
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam industri perkeretaapian modern, keandalan, ketersediaan, pemeliharaan, dan keselamatan (Reliability, Availability, Maintainability, and Safety – RAMS) menjadi aspek krusial dalam memastikan efisiensi operasional dan keselamatan penumpang. Mun Gyu Park, dalam disertasinya di University of Birmingham, membahas pentingnya integrasi manajemen RAMS ke dalam rekayasa sistem perkeretaapian.
Studi ini menyoroti tantangan yang dihadapi industri dalam menerapkan RAMS secara efektif dan bagaimana pendekatan berbasis sistem dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu studi kasus dalam penelitian ini adalah analisis risiko sistem rem pneumatik kereta api, yang memberikan wawasan mendalam tentang metode pengelolaan kegagalan sistem perkeretaapian.
Konsep Manajemen RAMS dalam Perkeretaapian
Manajemen RAMS bertujuan untuk meningkatkan kinerja operasional, mengurangi risiko kecelakaan, dan memastikan efisiensi biaya dalam pengelolaan infrastruktur rel. Tiga pendekatan utama dalam penerapan RAMS meliputi:
Studi Kasus: Analisis Risiko Sistem Rem Pneumatik
Dalam penelitian ini, Mun Gyu Park menggunakan analisis risiko berbasis FMEA dan FTA untuk mengevaluasi sistem rem pneumatik pada kereta api. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa:
Dampak Implementasi RAMS dalam Industri Perkeretaapian
Implementasi RAMS yang efektif dapat memberikan dampak signifikan terhadap operasional perkeretaapian:
✅ Peningkatan Keandalan: Mengurangi downtime dan meningkatkan ketepatan waktu layanan.
✅ Efisiensi Biaya: Optimalisasi strategi pemeliharaan dapat menghemat biaya operasional hingga 30%.
✅ Keselamatan yang Lebih Baik: Manajemen risiko yang baik dapat menurunkan insiden kegagalan sistem hingga 50%.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa penerapan RAMS dalam sistem perkeretaapian tidak hanya meningkatkan keandalan dan keselamatan, tetapi juga berkontribusi pada efisiensi biaya dan optimalisasi operasional. Dengan pendekatan berbasis sistem, industri perkeretaapian dapat merancang strategi yang lebih efektif dalam mengelola risiko dan meningkatkan kinerja transportasi rel di masa depan.
Sumber : Park, Mun Gyu. (2013). RAMS Management of Railway Systems: Integration of RAMS Management into Railway Systems Engineering. University of Birmingham.
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 13 Maret 2025
Tepung jagung, tepung maizena, atau maizena starch (bahasa Inggris Amerika) adalah tepung yang berasal dari biji jagung, diperoleh dari endosperma biji-bijian. Tepung maizena biasanya digunakan sebagai bahan makanan untuk mengentalkan saus dan sup, serta untuk memproduksi sirup dan gula. Tepung maizena serbaguna dan mudah diproses, membuatnya berharga dalam berbagai aplikasi industri seperti perekat, produk kertas, bahan anti lengket, dan manufaktur tekstil. Selain itu, tepung maizena juga memiliki kegunaan medis, termasuk menyediakan glukosa bagi individu dengan penyakit penyimpanan glikogen.
Namun, seperti banyak produk pembentuk debu lainnya, tepung maizena dapat mudah terbakar dan berbahaya dalam jumlah besar, yang berpotensi menyebabkan ledakan debu. Ketika dicampur dengan cairan, tepung maizena dapat berubah menjadi cairan non-Newtonian. Sebagai contoh, pencampuran dengan air akan menghasilkan zat yang biasa disebut oobleck, sedangkan pencampuran dengan minyak akan menghasilkan cairan elektrorheologi (ER). Fenomena ini ditunjukkan oleh campuran yang disebut "lendir tepung maizena".
Sejarah Singkat
Hingga tahun 1851, pati jagung digunakan terutama untuk menganji cucian dan untuk keperluan industri lainnya.[rujukan] Sebuah metode untuk memproduksi pati kuliner murni dari jagung dipatenkan oleh John Polson dari Brown & Polson, di Paisley, Skotlandia pada tahun 1854. Produk ini dijual dengan nama "Tepung Jagung yang Dipatenkan". Brown & Polson adalah produsen kain muslin yang telah memproduksi tepung kanji untuk industri selendang Paisley dan kelak menjadi produsen tepung kanji terbesar di Inggris.
Penggunaan Tepung Jagung
Meskipun terutama digunakan dalam masakan dan rumah tangga, pati jagung menemukan beragam aplikasi di berbagai industri, berfungsi sebagai bahan kimia tambahan dalam produk tertentu dan bahkan digunakan dalam perawatan medis untuk penyakit tertentu.
Penggunaan Kuliner
Dalam memasak, pati jagung berfungsi sebagai bahan pengental pada makanan berbasis cairan seperti sup, saus, kuah, dan puding. Biasanya, pati jagung dicampur dengan cairan bersuhu lebih rendah untuk membuat pasta atau bubur, lebih disukai daripada tepung karena kemampuannya menghasilkan campuran yang tembus cahaya saat dipanaskan di atas suhu 203 ° F (95 ° C). Proses pemanasan ini, yang dikenal sebagai gelatinisasi pati, menyebabkan rantai molekul terurai dan membentuk jaring, mengentalkan cairan. Namun, perebusan yang terlalu lama dapat memecah molekul-molekul ini, menghasilkan konsistensi yang lebih encer. Selain itu, tepung maizena biasanya ditambahkan sebagai agen anticaking pada gula bubuk.
Aplikasi Non-Kuliner
Selain untuk keperluan kuliner, tepung jagung juga dapat ditemukan di berbagai produk non-makanan. Ini bisa menjadi bahan dalam bedak bayi dan digunakan dalam pembuatan bioplastik, seperti PLA yang digunakan dalam pencetakan 3D. Selain itu, pati jagung berfungsi sebagai komponen dalam produksi perekat, menawarkan sedikit kilau pada saat pengeringan dibandingkan dengan pati gandum. Ini juga digunakan dalam konservasi buku dan kertas untuk tujuan perekat.
Penggunaan Medis
Di bidang medis, pati jagung berfungsi sebagai agen anti lengket pada produk lateks alami seperti kondom, diafragma, dan sarung tangan medis. Selain itu, pati jagung memainkan peran penting dalam memasok glukosa kepada individu dengan penyakit penyimpanan glikogen, membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Pati jagung dapat diberikan pada bayi berusia 6-12 bulan untuk mencegah fluktuasi glukosa..
Pembuatan
Jagung mengalami proses perendaman yang berlangsung antara 30 hingga 48 jam, di mana jagung mengalami sedikit fermentasi. Setelah itu, kuman diekstraksi dari endosperma, dan kedua komponen digiling secara terpisah selagi masih direndam. Selanjutnya, pati diekstraksi dari setiap komponen melalui proses pencucian. Pati kemudian dipisahkan dari cairan jagung, bibit sereal, serat, dan gluten jagung, terutama dengan menggunakan hidrosiklon dan sentrifugal, sebelum dikeringkan. (Produk sampingan dari setiap tahap digunakan untuk produksi pakan ternak atau untuk pembuatan minyak jagung dan produk lainnya). Prosedur ini dikenal sebagai penggilingan basah. Terakhir, pati dapat mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan tujuan tertentu.
Disadur dari: en.wikipedia.org