Green Supply Chain Management

Manajemen Rantai Pasokan dalam Logistik Bantuan Kemanusiaan: Mengatasi Tantangan dan Meningkatkan Efisiensi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah "Supply Chain Management in Humanitarian Relief Logistics" karya William K. Rodman (2004) membahas penerapan teknik manajemen rantai pasok (SCM) untuk mengatasi tantangan logistik selama operasi bantuan kemanusiaan. Dengan pendekatan berbasis teori, penelitian ini mengidentifikasi hambatan utama seperti ketidakpastian, infrastruktur yang rusak, dan keterbatasan komunikasi, sekaligus menawarkan solusi berbasis SCM yang diambil dari sektor swasta, nonprofit, dan militer.

Metodologi Penelitian
Makalah ini menggunakan metodologi grounded theory untuk mengkaji literatur akademik dan praktik kontemporer dari berbagai sektor. Hambatan diidentifikasi melalui studi kasus dan analisis literatur, lalu dihubungkan dengan metode SCM yang relevan untuk menciptakan kerangka kerja sederhana bagi manajer logistik kemanusiaan.

Hambatan Utama dalam Logistik Kemanusiaan

  1. Ketidakpastian
    • Bencana seringkali terjadi tanpa peringatan, dengan kebutuhan logistik yang sulit diprediksi.
    • Variabilitas dalam kuantitas dan kualitas donasi menyebabkan penumpukan barang tidak sesuai di lokasi bencana.
  2. Infrastruktur yang Rusak
    • Transportasi sering kali terhambat oleh jalan, jembatan, dan pelabuhan yang rusak, terutama di wilayah yang kurang berkembang.
    • Contoh: Operasi di Afrika Selatan oleh World Food Programme memanfaatkan kapten pelabuhan untuk mengeliminasi barang yang rusak sebelum dikirim.
  3. Komunikasi yang Tidak Memadai
    • Sistem komunikasi yang lemah atau tidak ada sama sekali memperumit koordinasi antara tim lapangan, donor, dan markas besar.
  4. Sumber Daya Manusia
    • Kekurangan staf logistik yang terlatih, dengan pergantian personel lapangan mencapai 80% per tahun.

Solusi SCM untuk Logistik Kemanusiaan

  1. Manajemen Ketidakpastian
    • Penilaian kebutuhan awal dan sistem saringan di pelabuhan membantu mengurangi pengiriman barang yang tidak sesuai.
    • Menggunakan sistem pull-based setelah penilaian lapangan meningkatkan efisiensi pengiriman.
  2. Pengelolaan Infrastruktur
    • WFP menggunakan operasi khusus untuk memperbaiki jalan dan jembatan sebagai bagian dari respon bencana.
    • Mengembangkan jaringan distribusi redundan untuk mengurangi risiko gangguan logistik.
  3. Peningkatan Komunikasi
    • Implementasi sistem informasi logistik seperti sistem berbasis internet untuk meningkatkan visibilitas inventaris dan koordinasi antar mitra.
    • Penggunaan alat komunikasi berbasis satelit di lokasi bencana.
  4. Kolaborasi dengan Mitra Militer dan Sipil
    • Militer sering kali menyediakan perlindungan, pengangkutan udara, dan perbaikan infrastruktur.
    • Kemitraan dengan organisasi lokal untuk memahami kebutuhan budaya dan logistik setempat.

Studi Kasus dan Data Pendukung

  1. World Food Programme di Afrika Selatan
    • Menggunakan sistem kapten pelabuhan untuk menyaring barang donasi sebelum distribusi.
    • Mengadopsi konsep risk pooling untuk mengurangi inventaris keseluruhan tetapi tetap memenuhi kebutuhan logistik.
  2. Operasi Bantuan Banjir di Bangladesh
    • Donasi yang tidak sesuai menyebabkan penundaan hingga dua minggu dalam pengiriman bantuan vital.
  3. Dukungan Militer AS di Irak
    • Menyediakan transportasi udara dan perlindungan untuk misi kemanusiaan, yang meningkatkan efisiensi pengiriman logistik hingga 20% lebih cepat.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi dalam Sistem Informasi Logistik
    • Meningkatkan keterlihatan inventaris dan responsivitas melalui sistem digital berbasis web.
  2. Preposisi Stok di Wilayah Rawan Bencana
    • Mengurangi waktu respons dengan mendekatkan stok ke wilayah bencana yang rentan.
  3. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
    • Program pelatihan logistik untuk staf lapangan dan sukarelawan guna mengurangi kesalahan operasional.
  4. Integrasi SCM dari Sektor Militer dan Swasta
    • Mengadopsi praktik terbaik seperti pengelolaan inventaris berbasis kebutuhan dan transportasi langsung dari sektor swasta.

Kesimpulan
Makalah ini menegaskan pentingnya integrasi prinsip SCM untuk meningkatkan efisiensi logistik dalam operasi bantuan kemanusiaan. Dengan mengatasi hambatan seperti ketidakpastian, infrastruktur yang rusak, dan komunikasi yang lemah, organisasi dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat penyelamatan nyawa di situasi darurat.

Sumber Artikel:
Rodman, W. K. (2004). Supply Chain Management in Humanitarian Relief Logistics. Theses and Dissertations, Air Force Institute of Technology.

Selengkapnya
Manajemen Rantai Pasokan dalam Logistik Bantuan Kemanusiaan: Mengatasi Tantangan dan Meningkatkan Efisiensi

Green Supply Chain Management

Struktur Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah di Korea

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan
Makalah "Structure of Green Supply Chain Management for Sustainability of Small and Medium Enterprises" karya Donghyuk Jo dan Chulhwan Kwon (2022) menyoroti bagaimana usaha kecil dan menengah (UKM) di Korea dapat memanfaatkan Green Supply Chain Management (GSCM) untuk menghadapi tekanan lingkungan dan meningkatkan kinerja finansial. Dalam era keberlanjutan, GSCM menjadi alat strategis untuk mengintegrasikan manajemen lingkungan dalam rantai pasokan, baik di tingkat internal maupun eksternal.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data dari 327 UKM Korea di sektor manufaktur, dengan fokus pada kolaborasi internal, kolaborasi eksternal, inovasi hijau, dan kinerja lingkungan serta finansial. Analisis dilakukan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menguji hubungan antara variabel-variabel tersebut.

Temuan Utama

  1. Kolaborasi Internal dan Eksternal
    • Kolaborasi internal memiliki dampak signifikan terhadap kolaborasi eksternal dengan koefisien 0,609 pada tingkat signifikansi p < 0,01.
    • Kolaborasi eksternal, seperti kerja sama dengan pemasok dan pelanggan, menjadi kunci untuk inovasi hijau, baik dalam produk maupun proses.
  2. Inovasi Hijau
    • Inovasi produk berkelanjutan, seperti penggunaan bahan ramah lingkungan dan daur ulang produk, menunjukkan efek positif terhadap kinerja lingkungan dengan koefisien 0,188.
    • Inovasi proses berkelanjutan, seperti pengurangan limbah dan penghematan energi, juga berkontribusi pada peningkatan kinerja lingkungan dengan koefisien 0,237.
  3. Dampak pada Kinerja Finansial
    • Kinerja lingkungan secara tidak langsung meningkatkan kinerja finansial melalui inovasi hijau.
    • Perusahaan yang berhasil menerapkan inovasi hijau mencatat pertumbuhan penjualan hingga 20% selama tiga tahun terakhir.

Studi Kasus

  1. UKM di Industri Elektronik
    • Salah satu UKM yang menerapkan kolaborasi internal dan eksternal melaporkan penurunan emisi karbon hingga 15% dalam dua tahun pertama.
  2. Industri Plastik dan Logam
    • Melalui inovasi proses berkelanjutan, UKM di sektor ini berhasil mengurangi limbah padat hingga 30% dan meningkatkan efisiensi produksi.

Rekomendasi Strategis

  1. Meningkatkan Kolaborasi Internal
    • Membentuk tim lintas fungsi untuk mengelola inisiatif hijau dan memantau kinerja lingkungan.
  2. Membangun Hubungan dengan Mitra Eksternal
    • Meningkatkan kerja sama dengan pemasok melalui audit lingkungan dan pelatihan tentang praktik hijau.
  3. Investasi dalam Inovasi Hijau
    • Fokus pada pengembangan produk dan proses ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin sadar lingkungan.

Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kolaborasi lingkungan dan inovasi hijau merupakan elemen penting dalam GSCM untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan finansial UKM. Dengan memahami mekanisme ini, UKM dapat mencapai keberlanjutan yang lebih baik sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel:
Jo, D., & Kwon, C. (2022). Structure of Green Supply Chain Management for Sustainability of Small and Medium Enterprises. Sustainability, 14, 50.

 

Selengkapnya
Struktur Manajemen Rantai Pasokan Hijau untuk Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah di Korea

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Menyelamatkan Jakarta: Misi Presiden Indonesia untuk Membangun Ibu Kota Hijau dan Ramah Pejalan Kaki"

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Proyek berani untuk membangun ibu kota yang hijau dan ramah pejalan kaki dari awal.

Sebelum pemimpin negara berpenduduk terpadat keempat di dunia ini, presiden Indonesia ini memiliki misi yang lebih menantang: menyelamatkan Jakarta. Selama dua tahun, Joko Widodo menjabat sebagai gubernur ibu kota yang tampaknya tertatih-tatih di ambang kehancuran. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Jakarta telah berkembang dari kurang dari satu juta penduduk menjadi sekitar 30 juta penduduk. Kota ini telah tumbuh tinggi dengan gedung-gedung pencakar langit yang dibangun dengan kekayaan yang terbuat dari kayu, minyak kelapa sawit, gas alam, emas, tembaga, timah. Namun, ibu kota ini kehabisan ruang. Kota ini menjadi padat dengan lalu lintas dan polusi.

Yang terpenting, Jakarta tenggelam, karena penduduk yang kehausan mengeringkan akuifer rawa-rawa dan air laut yang naik menenggelamkan pantainya. Empat puluh persen wilayah ibu kota Indonesia kini berada di bawah permukaan laut. Dibesarkan di daerah kumuh di tepi sungai di sebuah kota kecil, tanpa ikatan keluarga atau latar belakang militer yang mendorongnya ke tampuk kekuasaan, Pak Joko mendapatkan kekuatan politiknya dari hubungannya dengan rakyat biasa. Di Jakarta, ia membiasakan diri untuk menjaring informasi dari warga miskin tentang kebutuhan mereka. Warga tidak terbiasa dengan pertimbangan seperti itu, tetapi mereka tidak menahan diri: Mereka ingin hidup tanpa mengkhawatirkan udara yang mereka hirup dan air yang sering membanjiri rumah mereka. Dan lalu lintas. Ada banyak keluhan tentang lalu lintas.

Jadi Pak Joko menyingsingkan lengan bajunya, mengenakan sepatu kets dan mulai mencoba memperbaiki kota. Dia membangun tanggul laut dan memperbaiki transportasi umum. Dia kemudian mewacanakan pembangunan konstelasi pulau-pulau buatan untuk memecah air laut yang menghantam Jakarta. Seluruh karirnya, pertama sebagai tukang kayu dan eksportir mebel dan kemudian sebagai walikota di kota kelahirannya, Solo, telah dibangun dengan membangun. Namun, di Jakarta, kecintaannya pada dunia konstruksi hanya bisa membawanya sejauh ini. Semua pengerukan Sisyphean, beton-beton yang dioleskan di dinding laut, solusi lakban tidak dapat mengangkat Jakarta ke atas permukaan laut. 

Maka Pak Joko telah beralih ke solusi yang berbeda: Jika Jakarta tidak dapat diselamatkan, ia akan memulai dari awal. Pak Joko menggunakan wewenang kepresidenannya untuk meninggalkan ibu kota di pulau Jawa yang sempit dan membangun ibu kota baru di Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, yang berjarak sekitar 800 mil. Ibu kota baru ini akan dinamakan Nusantara, yang berarti "kepulauan" dalam bahasa Jawa kuno dan cocok untuk negara yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di antara dua samudra. Indonesia terdiri dari ratusan bahasa dan kelompok etnis. Beberapa wilayahnya diatur oleh aturan yang diilhami oleh Syariah, dicengkeram oleh semangat separatisme atau dijiwai oleh tradisi adat. Indonesia juga merupakan negara demokrasi sekuler dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, minoritas Kristen yang cukup besar, dan beberapa agama resmi lainnya. 

Ibu kota baru Indonesia, Nusantara, akan berjarak sekitar 800 mil dari ibu kota saat ini, Jakarta.

Meskipun konflik sektarian yang mematikan telah berkobar selama beberapa dekade, Indonesia tetap bersatu sementara negara-negara lain terpecah belah. Sebuah ibu kota baru untuk sebuah tempat dengan kesenjangan dan keragaman seperti itu menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk menciptakan kembali. Ambisi Pak Joko lebih dari sekadar menyelamatkan penduduk Jakarta dari laut. Nusantara tidak akan menjadi sembarang kota yang direncanakan, presiden menegaskan, tetapi sebuah kota metropolitan hijau yang dijalankan dengan energi terbarukan, di mana tidak ada kemacetan lalu lintas yang mencekik dan orang-orang dapat berjalan kaki dan bersepeda di sepanjang jalan yang hijau. Ibu kota baru, yang di Indonesia dikenal dengan singkatan I.K.N., akan menjadi paradigma untuk beradaptasi dengan planet yang memanas. Dan ini akan menjadi kota berteknologi tinggi, katanya, menarik para pengembara digital dan generasi milenial yang akan membeli apartemen bergaya dengan mata uang kripto.

"Kami ingin membangun Indonesia yang baru," kata Pak Joko. "Ini bukan hanya memindahkan gedung-gedung secara fisik. Kami ingin etos kerja baru, pola pikir baru, ekonomi hijau baru. "Harapannya adalah untuk meresmikan pengganti Jakarta pada bulan Agustus tahun depan, dengan peresmian istana kepresidenan dan gedung-gedung penting lainnya. Namun, sementara buldoser membuka lahan hutan perkebunan seluas berhektar-hektar, belum ada satu pun bangunan yang selesai dibangun. Rencana berani Pak Joko tidak akan mudah untuk dilaksanakan. Korupsi mengancam niat baik di Indonesia. Saingan politik telah mempertanyakan kebijaksanaan rencana tersebut. Selain itu, ibu kota baru di Kalimantan tidak akan mengubah fakta bahwa jutaan orang akan tetap tinggal di Jakarta yang tenggelam. 

Rendering Nusantara membayangkan sebuah kota metropolitan yang hijau dengan angkutan umum di mana orang-orang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dalam waktu 10 menit berjalan kaki atau berkendara.

Sebagian besar tidak ingin pindah ke pulau yang jauh, dan beberapa penduduk Kalimantan tidak senang dengan kedatangan ibu kota ke tempat mereka. Pengambilan keputusan yang aneh dari presiden sendiri telah mempersulit konstruksi. Dan seluruh proyek ini dikebut karena masa jabatan presiden Joko akan segera berakhir. Dia hanya memiliki waktu singkat untuk mewujudkan ambisinya yang paling tinggi: menjadi pemimpin yang akhirnya berhasil membangun benteng baru bagi Indonesia. Kompleksitas yang dihadapi Pak Joko adalah versi super dari yang dihadapi para pemimpin negara berkembang lainnya. Di era kolonial, tempat-tempat seperti Jakarta, yang saat itu dikenal sebagai Batavia, diperlakukan tidak lebih dari sekadar tempat persinggahan sumber daya alam yang dikirim kembali ke pusat kerajaan. 

Kompleks kolonial yang ditaburi jacaranda dan bugenvil dikelilingi oleh kota-kota kumuh. Setelah lahirnya negara-negara merdeka, para perencana kota harus menciptakan kota-kota modern dari tulang-belulang kekaisaran ini. Menurut perhitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada 33 kota besar di dunia saat ini, masing-masing berpenduduk lebih dari 10 juta orang. Pada tahun 1950, hanya ada satu: New York. Dan sekarang kota-kota metropolitan ini harus menghadapi dua bahaya sekaligus, yaitu pertumbuhan populasi yang cepat dan perubahan iklim. Salah satu cara untuk mengatasi berbagai masalah ini adalah dengan memulai kembali, menggunakan cetak biru perkotaan baru sebagai tabula rasa nasional. 

Dalam istilah perubahan iklim, frasa tersebut adalah "managed retreat," yaitu penarikan masyarakat dari lahan yang rentan. Ibu kota baru Pak Joko mungkin merupakan ekspresi paling berani dari dorongan ini. Apa cara yang lebih baik untuk mewujudkan harapan Indonesia akan kemajuan - dan harapan banyak negara lain - selain membangun masa depan dari nol? "Sebagai seorang perencana kota, saya dapat mengatakan bahwa ada beberapa keraguan tentang I.K.N.," kata Deden Rukmana, ketua departemen perencanaan masyarakat dan wilayah di Alabama A&M University dan editor "The Routledge Handbook of Planning Megacities in the Global South." "Tapi sebagai orang Indonesia, saya pikir kita perlu membuktikan pada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukannya, kita bisa menjadi panutan dunia dalam membangun ibu kota baru yang mendorong keberlanjutan dan pertumbuhan." "I.K.N. tidak hanya dibangun untuk orang Indonesia," Profesor Deden menambahkan. "Ini dibangun untuk dunia. Oleh karena itu, proyek ini harus berhasil."

Empat puluh persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut, dan beberapa bagiannya tenggelam hingga satu meter per tahun.

Pak Joko, 61, yang akrab dipanggil Jokowi, tidak menampilkan dirinya sebagai seorang nabi. Dalam pertemuan-pertemuan internasional, ia sering terlihat tersesat di tengah kerumunan. Ia mengenakan seragam celana panjang hitam dan kemeja putih berkancing, dengan kaos dalam yang sesekali mengintip dari balik kain tipisnya. Akhir tahun lalu, kami menghabiskan satu hari berkeliling di lokasi ibu kota baru. Dia sangat ingin menunjukkan kepada saya apa yang telah dia rencanakan. Namun, ketika para penasihatnya mencoba mendesaknya untuk berpidato tentang proyek yang sedang dikerjakan, ia hanya menyebutkan sebuah daftar, bukan warisan.

"Saya yang mengeksekusi semua ini," katanya. "Jalan raya, jalan tol, maritim, bandara, Nusantara, kota yang hijau, kota yang cerdas, membangun Indonesia." Di depan kami, alat berat menggali tanah merah. Pohon-pohon rimbun tumbang. Para ajudan berdiri memperhatikan. Pak Joko memejamkan mata, seakan-akan membayangkan sebuah penglihatan yang hanya bisa dilihatnya sendiri.

Ketika Emi masih kecil, rumah keluarganya di daerah Pluit, Jakarta, menghadap ke Laut Jawa, dengan hamparan pasir yang mengundang anak-anak untuk berenang. Perahu-perahu bercat cerah membawa ikan untuk digoreng dengan kunyit dan serai. Pada saat itu, Pak Joko sedang mengukir kayu di Solo, yang secara resmi disebut Surakarta, di Jawa Tengah, yang belum dikenal oleh pemerintah Indonesia. Selama tiga dekade berikutnya, laut semakin mendekat ke Pluit. Para perencana kota membangun tanggul untuk mencoba menghentikan air pasang yang datang, namun pada tahun 2007, rumah Ibu Emi hancur oleh gelombang air. Puluhan warga Jakarta tewas pada musim banjir tersebut, saat air sungai dan pantai meluap.

Lebih dari separuh kota terendam banjir. Tanpa tempat untuk pergi, keluarga ini membangun kembali. Kini, di seberang jalan dari rumah Ibu Emi, tampak tembok beton setinggi hampir tujuh meter. Di sisi lain tanggul, hanya beberapa inci dari atas pada satu bentangan, air laut meluap. "Waktu saya kecil di sini, daratannya lebih tinggi dari laut," kata Ibu Emi. "Sekarang, laut lebih tinggi dari daratan."

"Saya rasa itu tidak wajar," tambahnya. Joko dilantik sebagai gubernur Jakarta lima tahun setelah banjir meluluhlantakkan Pluit. Secara tradisional, jabatan ini merupakan langkah menuju jenjang politik yang lebih tinggi, sehingga banyak pejabat yang tidak melihat masalah-masalah kota dari sudut pandang yang lebih luas. Tapi Pak Joko tidak memperlakukannya seperti itu. Dia memulai proyek angkutan massal untuk kota yang hanya memiliki sedikit pilihan transportasi umum. Dia menerapkan pajak secara online untuk memberantas korupsi. Dan dia memaksa relokasi sekitar 7.000 penghuni liar di Pluit agar tanggul laut dapat diperkuat.

Namun, air tetap saja naik. Banjir setinggi betis menyerbu ruang tamu baru Ibu Emi. Tiga tahun yang lalu, tanggul penahan air di Pluit ditinggikan lagi. Salah satu pengganti Pak Joko sebagai gubernur Jakarta, seorang calon presiden bernama Anies Baswedan, juga membicarakan rencana pembangunan terowongan, bendungan kering, dan pintu air. Namun, perbaikan seperti itu, kata Ibu Emi, tidak akan pernah cukup. Para ahli setuju. Ada terlalu banyak air.

Banjir di Jakarta bukanlah masalah baru. Penjajah Belanda mencoba mengekspor kanal-kanal terkenal mereka dan rekayasa lainnya ke lanskap datar. Namun, saluran air buatan itu menarik nyamuk dan membawa penyakit tropis. Mereka memisahkan orang Eropa dari orang Indonesia. Dan beton-beton pengendali bermil-mil itu membuat tanah kehilangan sedimen yang dibawa oleh 13 sungai yang mengalir ke Jakarta. Tanpa infus musiman ini, tanah kekurangan lapisan baru dan, seiring dengan pengeringan akuifer air tawar, kota ini mulai surut dan tenggelam.

Ketika Emi masih kecil, lingkungan tempat tinggalnya di Jakarta berada di atas permukaan laut. Kini, ia dan putrinya tinggal di seberang jalan dari tembok beton setinggi tujuh meter yang menjadi pembatas dengan laut.

Penggundulan hutan, kepadatan penduduk, dan saluran pembuangan kota yang tersumbat turut berkontribusi terhadap kekacauan tersebut. Lebih dari 10 juta orang berdesakan dalam ruang yang hanya berukuran setengah dari kota New York, dengan 20 juta lainnya di wilayah metropolitan yang lebih luas. Menurut sebuah penelitian, Indonesia merupakan negara dengan masyarakat paling timpang keempat di dunia pada tahun 2021, dan kesenjangan pendapatan tersebut terlihat jelas di Jakarta. Penduduk miskin menggantungkan gubuk-gubuk mereka di atas kanal-kanal yang kotor atau membangun di bawah bayang-bayang pembangunan mewah. Tiang-tiang menjulang, ular melata. Tidak peduli perbaikan apa pun yang telah dicoba untuk ibu kota yang penuh energi dan dinamis ini, Jakarta tetap saja meluas, berbau, dan tenggelam.

Pembangunan yang tidak terkendali juga telah merampas ruang hijau di ibu kota yang berfungsi sebagai spons alami untuk menyerap air hujan dan menyalurkan air ke akuifer yang kering. Seperti lebih dari separuh kota, lingkungan tempat tinggal Ibu Emi tidak memiliki saluran air ledeng. Setiap dua hari sekali, ia membayar hampir 10 dolar untuk mengisi tangki air dari sebuah truk. Namun, tempat yang becek dan tidak ada air untuk minum atau mandi ini adalah rumahnya. Ibu Emi menggelengkan kepalanya melihat prospek ibu kota baru di tengah-tengah kepulauan Indonesia. "Ini ibu kota, ini kota besar," katanya, sambil menyapu tangannya ke depan, melewati deretan anak laki-laki, dengan rambut yang rapi, menuju masjid untuk salat magrib; melewati pria-pria bersarung yang sedang membungkuk di atas piring-piring mie goreng; melewati jalan menuju stasiun pompa, di mana mesin-mesin berusaha mencegah air laut merembes ke daratan; melewati rumah-rumah besar yang dipagari oleh pagar-pagar yang menghalangi orang miskin.

Saat itu musim kemarau, namun air tetap mengalir, berwarna abu-abu dan berminyak. "Tempat lain di Kalimantan itu, bahkan bukan desa," kata Ibu Emi tentang I.K.N. "Sebuah desa tidak seharusnya menjadi ibu kota Indonesia." Rombongan kepresidenan turun dari kapal patroli angkatan laut di dekat lokasi calon ibu kota baru Indonesia. Matahari bersinar terik dan cerah. Dermaga yang berkarat mengarah ke jalan setapak, dan para pegawai negeri sipil yang terbiasa dengan iklim Jakarta yang terkendali melihat debu-debu dari lokasi konstruksi raksasa menempel di sepatu kulit mereka. Pak Joko menawarkan untuk mengajak saya berkeliling melihat-lihat tata letak Nusantara, mendedikasikan satu hari untuk tur ini.

Sepanjang kunjungan kami, iring-iringan pengiringnya termasuk para menteri kabinet, ahli geologi, ahli botani, surveyor, mandor konstruksi, perwira militer, bos-bos kekuasaan lokal, kepala suku yang dianjurkan untuk bertelanjang dada dan mengenakan hiasan kepala yang dihiasi dengan bulu, dan setidaknya satu orang yang terlihat tergesa-gesa yang tampaknya bertanggung jawab untuk membawa iPad kepresidenan. Dengan kemeja putih kusut, celana panjang hitam, dan sepatu kets hitam bersol putih, Pak Joko sulit dibayangkan sebagai tuan rumah, dalam waktu beberapa minggu lagi, KTT Kelompok 20, yang berdiri tegap untuk berfoto bersama para kepala negara lain dan membuat pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal tentang perdamaian dunia. Di tengah-tengah pepohonan di Kalimantan ini, Pak Joko tampak segar bugar. Beberapa birokrat yang hadir tersandung di medan berbukit; Pak Joko melenggang dengan mudah dengan sepatunya yang nyaman, mengoceh tentang statistik layaknya pemandu wisata yang berpengalaman, membacakan angka-angka ekonomi hingga ke titik desimal. Kami berhenti dan mengagumi sebuah bendungan yang akan segera selesai dibangun. Pak Joko tahu persis kapasitas kubik dari proyek ini, serta berbagai penyesuaian yang telah dilakukan dalam pembangunannya.

Disadur dari: www.nytimes.com

Selengkapnya
"Menyelamatkan Jakarta: Misi Presiden Indonesia untuk Membangun Ibu Kota Hijau dan Ramah Pejalan Kaki"

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

"Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Mencapai Visi 'Indonesia Maju' melalui Pencapaian dan Potensi yang Kuat"

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Perjalanan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Lebih Tinggi

Peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-78 bulan ini merupakan saat yang tepat untuk merefleksikan perjalanan bangsa Indonesia dalam mencapai visi "Indonesia Maju" pada ulang tahunnya yang ke-100 di tahun 2045. Meskipun perjalanannya tidak mudah selama satu dekade terakhir, ada beberapa pencapaian luar biasa dalam beberapa aspek pembangunan, yang memberikan landasan yang kokoh bagi ekonomi Indonesia untuk lepas landas. Sebelumnya dijuluki sebagai "lima negara rapuh" karena defisit transaksi berjalan yang besar pada tahun 2013, Indonesia telah menjadi negara berkembang yang kuat dengan manajemen ekonomi makro yang patut dicontoh. Menandai pemulihan ekonomi yang solid pasca pandemi, tahun ini Indonesia telah mendapatkan kembali statusnya sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas dengan pendapatan per kapita pada tahun 2022 sebesar $4.580.

Satu Dekade Kemajuan: Infrastruktur, Sumber Daya Manusia, dan Iklim Usaha

Salah satu pencapaian penting pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo adalah penekanannya pada pembangunan infrastruktur fisik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran, seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan jaringan transportasi umum, telah dilakukan untuk meningkatkan konektivitas, memperbaiki logistik, dan mendorong lebih banyak investasi. Kapasitas irigasi telah meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 2014, yang berkontribusi pada ketahanan pangan nasional yang lebih kuat, sementara kapasitas pembangkit listrik nasional telah meningkat lebih dari 20 gigawatt dalam sepuluh tahun terakhir.

Selama masa jabatannya, banyak inisiatif di bidang pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Meskipun masih ada kesenjangan yang harus ditutup, telah ada kemajuan besar dalam berbagai indikator sumber daya manusia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia meningkat dari 68,90 pada tahun 2014 menjadi 72,91 pada tahun 2022, dengan tingkat partisipasi pendidikan dan fasilitas pendidikan yang lebih baik.
Program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari pemerintah telah mengirimkan lebih dari 35.000 pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi mereka di universitas-universitas terkemuka di dalam dan luar negeri. Di bidang kesehatan, jumlah rumah sakit umum telah meningkat lebih dari 30 persen sejak tahun 2014, sementara prevalensi stunting untuk periode 2014-2022 telah menurun dengan laju 0,91 persen per tahun. Dalam satu dekade terakhir, kita juga telah menyaksikan perluasan bantuan sosial, terutama implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pembangunan besar-besaran ini telah mendorong Indonesia ke posisi 51 dalam hal infrastruktur berdasarkan IMD World Competitiveness Ranking 2023. Meskipun masih terdapat kesenjangan yang cukup besar, Indonesia berada di peringkat yang lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya, seperti India dan Brasil. Strategi ekonomi Jokowi juga berfokus pada pengembangan sumber daya manusia. 

Per Juli 2023, sekitar 95,74 persen penduduk Indonesia telah tercakup dalam jaminan kesehatan masyarakat, dengan lebih dari 90 juta penduduk miskin tercakup dalam pendanaan pemerintah. Upaya berkelanjutan untuk menciptakan iklim bisnis dan investasi yang lebih kondusif juga telah dipercepat melalui perampingan birokrasi, penyederhanaan proses bisnis, dan reformasi peraturan. Beberapa kemajuan penting dalam prosedur perizinan dan perizinan telah dicapai, terutama dengan dibentuknya Online Single Submission (OSS) dan pemberlakuan Omnibus Law Cipta Kerja. Pembentukan sovereign wealth fund yang disebut Otoritas Investasi Indonesia (INA) juga bertujuan untuk mempercepat investasi di Indonesia. Baru-baru ini, Pemerintah juga telah mengesahkan Omnibus Law tentang Pengembangan Sektor Keuangan sebagai upaya untuk memperkuat dan memperdalam pasar keuangan di Indonesia, yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.

Mengatasi tantangan yang akan datang

Kemajuan sering kali disertai dengan tantangan, tidak terkecuali di Indonesia. Terlepas dari fondasi ekonomi yang kokoh yang telah dibangun, Indonesia masih perlu mempercepat pertumbuhan ekonominya untuk mewujudkan visi "Indonesia Maju" pada tahun 2045. Selain konsumsi, belanja pemerintah, dan ekspor, investasi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas tinggi. Sayangnya, Indonesia telah mengalami pertumbuhan investasi yang lambat, terutama setelah periode booming komoditas pada tahun 2010-2012, yang kemudian diperparah oleh efek samping dari pandemi. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia selama periode 2014-2019 mencapai 6,5, lebih tinggi dari 4,3 ICOR yang terjadi pada tahun 1990-1996. Pada saat ini, Indonesia perlu mengoptimalkan upaya domestik dan internasional. Di dalam negeri, Indonesia harus terus secara proaktif melakukan reformasi struktural yang efektif untuk mendukung transformasi ekonominya.

Reformasi struktural harus mengatasi tiga kesenjangan utama: infrastruktur, sumber daya manusia, dan institusi, untuk mengurangi hambatan-hambatan pembangunan ekonomi Indonesia. Lebih penting lagi, Indonesia perlu bertindak cepat dalam mengimplementasikan reformasi struktural, mengingat dividen demografisnya tidak akan bertahan selamanya. Di kancah internasional, Indonesia perlu memperkuat "soft power" di tengah lingkungan global yang kurang kondusif. Partisipasi aktif dalam forum-forum global akan bermanfaat untuk menyelaraskan agenda-agenda internasional dengan kepentingan nasional. Kolaborasi dengan mitra negara yang lebih luas dan beragam juga akan meningkatkan ukuran pasar Indonesia, yang akan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan domestik. Yang tak kalah penting adalah kelestarian lingkungan, yang menjadi tantangan lain yang harus dihadapi Indonesia ke depan.

Polusi udara yang terjadi di Jakarta baru-baru ini menggambarkan semakin pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Meskipun Indonesia telah menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap pembangunan berkelanjutan di berbagai forum internasional, masih perlu dilihat apakah Indonesia dapat menjadi contoh yang baik untuk diikuti oleh negara-negara lain.

Disadur dari: jakartaglobe.id

Selengkapnya
"Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Mencapai Visi 'Indonesia Maju' melalui Pencapaian dan Potensi yang Kuat"

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Transformasi Infrastruktur di Indonesia: Mengejar Pertumbuhan dan Mengatasi Tantangan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Mengembangkan Infrastruktur

​​​​​​Pendahuluan

Menyadari adanya kesenjangan infrastruktur yang besar di Indonesia dan dampak pertumbuhan yang cukup besar dari investasi infrastruktur yang lebih tinggi (sebagaimana diilustrasikan dalam Bab 3, "Mendorong Potensi Pertumbuhan"), bab ini berfokus pada isu-isu fiskal makro dan hambatan-hambatan struktural di sekitar pembangunan infrastruktur. Sejumlah literatur yang ada menyoroti bagaimana inefisiensi dalam proses investasi publik, yang merupakan masalah utama di negara berkembang, membatasi manfaat yang dapat diamati dari program-program infrastruktur publik (Pritchett 2000; Caselli 2005; Warner 2014; Bank Dunia 2014).

Kesenjangan infrastruktur di Indonesia, termasuk di bidang transportasi dan listrik, masih cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Terlepas dari kesenjangan infrastruktur, investasi infrastruktur masih kecil selama beberapa tahun terakhir, terkendala oleh terbatasnya anggaran dan hambatan struktural. Untuk menutup kesenjangan infrastruktur, pemerintah telah menyusun rencana ambisius untuk pembangunan infrastruktur. Sejalan dengan rencana ini, Pemerintah telah mempercepat belanja modal yang didukung oleh beberapa langkah reformasi dan telah mencapai keberhasilan awal dalam mempercepat belanja modal.

Kendala Infrastruktur dan Strategi Pembangunan

Kesenjangan infrastruktur di Indonesia masih cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lain (Gambar 4.1 dan 4.2), terutama di bidang transportasi dan listrik. Sebagai contoh, biaya logistik merupakan salah satu yang tertinggi di Asia, diperkirakan mencapai rata-rata 25 persen dari PDB (dibandingkan dengan negara-negara lain yang hanya 13-20 persen), yang mencerminkan lemahnya konektivitas antarpulau dan terbatasnya jaringan jalan nasional. Kesenjangan infrastruktur yang besar telah meningkatkan biaya distribusi, menghambat daya saing industri, dan melemahkan kondisi ekonomi makro. Hasilnya adalah terbatasnya aliran investasi asing langsung dan berkurangnya daya saing ekspor (World Economic Forum 2014).

Infrastruktur Terkait Perdagangan dan Transportasi, 2016

sumber: www.elibrary.imf.org

Infestasi Publik

sumber: www.elibrary.imf.org

Untuk menutup kesenjangan infrastruktur, pemerintah telah menetapkan rencana ambisius untuk meningkatkan investasi infrastruktur sebesar US$323 miliar (32% dari PDB) selama 2015-22. Investasi-investasi ini termasuk membangun 3.650 kilometer jalan, 3.258 kilometer jalur kereta api, 24 pelabuhan laut baru, dan 15 bandar udara baru. Rencana ini juga mencakup pengembangan pembangkit listrik dengan total kapasitas 35 gigawatt, 33 bendungan baru, dan kilang minyak baru dengan kapasitas 600.000 barel per hari. Sebagian besar biaya diperkirakan akan ditanggung oleh sektor swasta (18% dari PDB) dan BUMN (10% dari PDB) (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015). Dari 247 proyek, 6 proyek telah selesai dibangun, 146 proyek sedang dibangun, dan 95 proyek sedang dipersiapkan.

Implikasi Fiskal Makro dari Pembangunan Infrastruktur

Peningkatan belanja infrastruktur memiliki implikasi fiskal makro yang signifikan. Pertama, hal ini akan meningkatkan pertumbuhan output dengan meningkatkan permintaan agregat dan juga kapasitas produksi ekonomi. Kedua, hal ini akan mempengaruhi neraca fiskal karena pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi perlu dibiayai oleh langkah-langkah peningkatan pendapatan, pemotongan pengeluaran, atau defisit yang lebih tinggi-atau ketiganya. Ketiga, guncangan kebijakan fiskal ini akan mempengaruhi sektor korporasi dan rumah tangga melalui perubahan variabel makroekonomi seperti inflasi, upah, tingkat suku bunga, dan nilai tukar. Terakhir, dalam perekonomian terbuka, guncangan-guncangan ini juga akan mempengaruhi keseimbangan eksternal, yang mungkin mengakibatkan defisit transaksi berjalan eksternal yang lebih tinggi.

Institusi Pengelolaan Investasi Publik di Indonesia

Negara-negara dengan lembaga manajemen investasi publik yang lebih kuat memiliki investasi yang lebih mudah diprediksi, kredibel, efisien, dan produktif. Untuk membantu negara-negara mengevaluasi kekuatan praktik manajemen investasi publik mereka, IMF telah mengembangkan Penilaian Manajemen Investasi Publik (Public Investment Management Assessment/PIMA).1 PIMA mengevaluasi 15 lembaga yang membentuk pengambilan keputusan investasi publik dalam tiga tahap utama (lihat Gambar 4.4): pertama, merencanakan investasi berkelanjutan di seluruh sektor publik; kedua, mengalokasikan investasi pada sektor dan proyek yang tepat; dan ketiga, mengimplementasikan proyek secara tepat waktu dan sesuai anggaran. PIMA mencakup siklus investasi publik secara keseluruhan, termasuk perencanaan nasional dan sektoral, penganggaran investasi, penilaian dan pemilihan proyek, serta pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan proyek.

Disadur dari: www.elibrary.imf.org

Selengkapnya
Transformasi Infrastruktur di Indonesia: Mengejar Pertumbuhan dan Mengatasi Tantangan

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Urbanisasi dan Tantangan Sosial-Ekonomi di Kota-kota Besar Indonesia: Perumahan Terbatas dan Pekerjaan Informal

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Perkenalan

Kota-kota besar di Indonesia, sama seperti kota-kota lain di dunia, menghadapi urbanisasi besar-besaran akibat migrasi penduduk secara internal, yang dipicu oleh perkembangan ekonomi dan ketersediaan fasilitas yang lebih baik di kota-kota besar 2 serta peluang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 3 Langkah-langkah telah diambil untuk mengurangi jumlah orang yang bermigrasi, seperti program penghubung perkotaan dan pedesaan yang disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015–2019. 4 Program-program ini bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan lebih banyak fasilitas di desa-desa dan daerah pedesaan; namun demikian, pemerintah tidak dapat menghentikan urbanisasi. Akibatnya penduduk terkonsentrasi di perkotaan dan menimbulkan beberapa permasalahan perkotaan, seperti perumahan yang tidak memadai dan kurangnya lapangan kerja. Khususnya, migran internal yang memiliki sedikit pendidikan dan pengalaman kerja adalah pihak yang paling terkena dampaknya. 5 Tanpa pekerjaan yang layak, tidak ada pilihan lain selain bekerja di sektor informal yang upahnya rendah. Akibatnya, sulit bagi kelompok tersebut untuk mendapatkan perumahan yang layak. Oleh karena itu, permukiman informal dan kawasan kumuh tumbuh di bantaran sungai, rel kereta api, dan kawasan hijau seperti danau atau hutan kota. Permukiman kumuh banyak berkembang di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Surakarta. 6 Pada tahun 2013, Jakarta memiliki kawasan kumuh seluas 905 hektar, yang mencakup 20 persen wilayahnya. 7 Pada tahun 2014, Surakarta memiliki kawasan kumuh seluas 468 hektar yang mencakup 11 persen wilayahnya. 

Hak Atas Perumahan dan Kebijakan Perumahan di Indonesia yang Terdesentralisasi

Indonesia mengakui hak asasi manusia terkait perumahan dalam sejumlah peraturan nasional, misalnya dalam Konstitusi dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Pengakuan tersebut juga dapat ditemukan dalam undang-undang ratifikasi instrumen dan peraturan internasional yang diadopsi oleh kementerian yang membidangi pekerjaan umum dan perumahan, serta urusan sosial.

Konstitusi menjamin hak atas perlindungan keluarga dan harta benda, serta hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, mempunyai tempat tinggal, menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta hak memperoleh pelayanan kesehatan. 17 Undang-undang tersebut tidak menyatakan hak atas perumahan secara langsung namun menetapkan ‘hak untuk bertempat tinggal,’ yang secara harafiah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai hak atas tempat tinggal, dan yang secara luas dapat diartikan sebagai hak atas tempat berlindung atau rumah. Secara keseluruhan, Pasal 28G(1) dan 28H(1) Konstitusi menyatakan bahwa hak atas perumahan tidak hanya melindungi rumah sebagai bangunan, tetapi juga rumah sebagai rumah dan tempat tinggal, dengan atau tanpa keluarga. Lebih lanjut, UU Hak Asasi Manusia 18 melindungi hak atas tempat tinggal dan hak atas kehidupan yang layak. 19 Selanjutnya, melalui Undang-Undang No. 11/2005 20 Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, 21 yang mengakui hak atas perumahan yang layak 22 dan menetapkan kewajiban negara untuk secara bertahap mewujudkan hak-hak yang terkandung di dalamnya.

Praktik Empat Kota tentang Akses terhadap Perumahan Rakyat bagi Orang Luar

Masyarakat bermigrasi dari desa ke kota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Para migran ini berasal dari seluruh Indonesia dan sebagian besar dari mereka tidak menjadi penduduk resmi di kota tuan rumah. Sebaliknya, mereka tetap mempertahankan status pemukiman di wilayah mereka sebelumnya. Menemukan perumahan yang layak di pasar perumahan merupakan permasalahan yang menantang bagi migran miskin.

Pemerintah baik di tingkat lokal maupun nasional telah membangun lebih banyak perumahan umum untuk mengatasi permasalahan perumahan. Pemerintah pusat cenderung membangun perumahan rakyat sewaan dibandingkan perumahan rakyat dengan hak milik. Sebagai bagian dari strategi pembaruan perkotaan, pengembangan perumahan sewa bertingkat bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di permukiman informal. Selain itu, perumahan rakyat sewa merupakan salah satu strategi untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan di kota-kota besar dan meningkatkan jaminan kepemilikan rumah bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang tidak mampu membeli rumah. Kota-kota seperti Jakarta dan Surakarta memperoleh manfaat dari pembangunan perumahan umum sewaan untuk memukimkan kembali masyarakat yang terkena dampak penggusuran atau program pemukiman kembali.

Hak atas Perumahan yang Layak dan Diskriminasi Berdasarkan Tempat Tinggal Terdaftar

Untuk membahas diskriminasi terkait hak atas perumahan, kita harus memahami makna diskriminasi dan kesetaraan. Artikel ini tidak berupaya membahas diskriminasi dan kesetaraan secara umum, namun akan fokus pada pelarangan diskriminasi sebagaimana tercantum dalam hukum ihr, khususnya dalam escr dan sebagaimana diuraikan dalam Komentar Umum dan Pengamatan Penutup yang diadopsi oleh Komite Ekonomi. , Hak Sosial dan Budaya.

Praktik Diskriminatif Tidak Langsung

Sebagaimana dibahas di atas, situasi diskriminasi tidak langsung dapat muncul ketika

  • Undang-undang, kebijakan dan praktik yang tampak netral
  • Mempunyai dampak yang tidak proporsional terhadap kelompok tertentu
  • Tidak ditujukan khusus pada kelompok tertentu. Masing-masing elemen ini akan dianalisis dalam paragraf berikut.

Tampaknya Kebijakan, Tindakan, atau Aturan Netral
Kebijakan untuk memberikan posisi yang lebih istimewa kepada masyarakat yang terdaftar secara lokal telah menjadi praktik umum di Indonesia berdasarkan argumen bahwa jumlah penduduk akan mempengaruhi pengeluaran daerah. Semakin banyak penduduk yang tinggal di suatu daerah, maka semakin besar pula anggaran yang dibutuhkan suatu daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Karena asas otonomi fiskal, pemerintah daerah mempunyai kewenangan utama dalam mengelola anggaran penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya berdasarkan prinsip efektifitas dan efisiensi.

Perlakuan Berbeda yang Diijinkan

Meskipun terdapat argumen yang menyatakan bahwa praktik-praktik yang ditemukan di empat kota tersebut merupakan diskriminasi tidak langsung, kita juga harus mempertimbangkan apakah perbedaan perlakuan praktis antara orang luar dan penduduk lokal yang terdaftar masih diperbolehkan berdasarkan hukum hak asasi manusia. Perlu dilakukan penyelidikan mengenai apakah perlakuan berbeda tersebut sah dan dapat dibenarkan berdasarkan batasan umum Pasal 4 escr.

Agar diperbolehkan, perlakuan yang berbeda terhadap hak atas perumahan harus :

  • Ditentukan oleh undang-undang hanya sepanjang
  • Hal ini sesuai dengan sifat dari hak-hak tersebut dan
  • Semata-mata untuk tujuan memajukan kesejahteraan umum dalam masyarakat demokratis

Disadur dari: brill.com

Selengkapnya
Urbanisasi dan Tantangan Sosial-Ekonomi di Kota-kota Besar Indonesia: Perumahan Terbatas dan Pekerjaan Informal
« First Previous page 615 of 1.119 Next Last »