Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

8 Cara Mengatasi Pencemaran Air

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Berdasarkan definisi dalam Encyclopedia Britannica, pencemaran atau polusi air didefinisikan sebagai pelepasan zat ke dalam air dari berbagai sumber (air tanah permukaan, mata air, danau, sungai, laut, dan sebagainya) hingga melampaui batas aman dan mengganggu manfaat air maupun fungsi alami ekosistem air.

Senada dengan definisi tersebut, Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mengartikan pencemaran air sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air tersebut turun ke batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai peruntukannya. Jadi, beberapa fenomena yang terjadi secara alami akibat gunung meletus, pertumbuhan gulma secara pesat, badai, gempa bumi, serta gangguan alam lainnya tidak digolongkan sebagai penyebab pencemaran air.

Penyebab Pencemaran Air

Penyebab pencemaran yang merusak kualitas dan fungsi air wajib ditanggulangi secara serius. Berikut beberapa penyebab pencemaran air. 

  • Limbah cair industri: penyebab pencemaran air yang satu ini sangat berbahaya dan telah mengotori ribuan sumber air di tanah air. Berbagai jenis logam berat seperti kadmium, timbal, dan raksa yang terkandung dalam limbah cair industri sangat berbahaya bagi makhluk hidup dan dapat merusak ekosistem bila mencemari sumber air.
  • Limbah rumah tangga: jenis limbah rumah tangga sangat beragam, bisa berupa zat organik, anorganik, maupun Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan rincian sebagai berikut:
  • Limbah organik: sisa makanan, sampah sayuran dan buah-buahan, tinja, kertas, dan zat lain yang dapat diuraikan mikroorganisme.
  • Limbah anorganik: sampah plastik, kertas, kaleng, kacang, dan puing-puing reruntuhan bangunan.
  • Limbah B3: residu detergen, sisa minyak goreng, dan zat berbahaya lainnya.
  • Limbah Pertanian: aktivitas pertanian juga bisa menjadi penyebab pencemaran air jika melibatkan pupuk maupun pestisida kimia yang residunya mengotori air.
  • Limbah Peternakan dan Perikanan: kotoran dan sisa makanan ternak yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran jika langsung dibuang ke air. Penyebab pencemaran air lainnya juga berasal dari bahan peledak yang kerap digunakan untuk menangkap ikan.
  • Kerusakan Hutan dan Aktivitas Pertambangan: kondisi air sangat dipengaruhi vegetasi di sekitarnya sehingga perusakan hutan menyebabkan pencemaran air. Hal ini dapat terjadi karena batang vaskular pohon mampu menyaring air secara mikroskopis sehingga minim bakteri. Di samping itu, pencemaran air juga bisa disebabkan aktivitas pertambangan seperti kebocoran kilang minyak di laut dan limbah pencucian batubara yang mengandung sulfur.

Waspada terhadap Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan masalah serius bagi lingkungan yang tak boleh dianggap remeh karena dapat menyebabkan beberapa dampak berbahaya, yaitu sebagai berikut.

  • Kerusakan ekosistem: masalah pencemaran air berisiko menyebabkan peningkatan jumlah gulma air dan mikroorganisme penyebab penyakit sehingga keseimbangan ekosistem air terganggu. Salah satu masalah yang disebabkan pencemaran air adalah eutrofikasi, yaitu proses masuknya bahan kimia ke air yang mendorong pertumbuhan ganggang sehingga kehidupan perairan terkena dampak negatif. Tak hanya mempengaruhi kondisi ekosistem air, hal ini juga berdampak pada kualitas hidup manusia sebab air yang tercemar akan menurunkan komoditas perikanan dan menyebabkan masalah kesehatan.
  • Gangguan rantai makanan: dampak pencemaran air yang tidak segera diatasi secara serius juga memicu gangguan pada rantai makanan. Organisme perairan berisiko mengalami kepunahan sehingga struktur rantai makanan terganggu. Lebih parahnya lagi, sumber makanan yang sudah terkontaminasi racun akibat pencemaran air bisa menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal bagi siapa pun yang mengonsumsinya (hewan dan manusia).
  • Kemunculan penyakit: penggunaan air yang tercemar untuk kebutuhan konsumsi maupun Mandi Cuci Kakus (MCK) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit seperti diare, demam berdarah, tifus, kolera, hepatitis A, disentri, infeksi mata (trakoma), serta gangguan kesehatan kulit.
  • Percepatan reaksi kimia: ada sebagian zat pencemar air yang bisa diubah bakteri menjadi gas, misalnya kandungan sulfur di air yang diuraikan mikroorganisme sehingga menjadi hidrogen sulfida (H2S). Selain tergolong sebagai gas beracun yang mudah terbakar, hidrogen sulfida juga dapat mempercepat karat pada besi sehingga kemunculannya sangat berbahaya.
  • Pencemaran tanah: dampak pencemaran air juga berisiko menyebabkan pencemaran tanah karena zat-zat beracun dalam air ikut terserap ke dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah berkurang drastis sehingga menyebabkan tanaman rentan mati.
  • Keindahan lingkungan terganggu: satu lagi akibat yang disebabkan pencemaran air adalah keindahan lingkungan menjadi terganggu. Kondisi air di sekitar lingkungan menjadi keruh, mengalami perubahan warna, bahkan menimbulkan bau jika sudah tercemar parah. Sumber air yang tercemar akan mengganggu pemandangan dan tidak bisa digunakan lagi sebagai sarana hiburan maupun olahraga air.

Contoh Kasus Pencemaran Air di Indonesia

Mayoritas sumber air di tanah air telah mengalami masalah pencemaran air serius yang membutuhkan penanganan berkelanjutan. Salah satu contoh kasus pencemaran air yang sempat menghebohkan masyarakat adalah tercemarnya Sungai Citarum. Sungai yang mengalir di kawasan Jawa Barat tersebut dinobatkan sebagai salah satu sungai paling kotor di dunia pada tahun 2018 dengan Indeks Kualitas Air (IKA) sebesar 33,43 poin.   

Sungai sepanjang 269 km tersebut mengalami masalah pencemaran yang parah karena banyak masyarakat dan pabrik di sekitar sungai yang membuang limbah serta sampah sembarangan. Lebih parahnya lagi, sebanyak 2.000 ton sampah melewati Sungai Citarum setiap harinya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun pemerintah pusat mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi masalah pencemaran air Sungai Citarum, salah satunya melalui program Citarum Harum yang langsung diprakarsai Presiden Joko Widodo tahun 2018.

Saat itu, sebanyak 1.700 personel militer dan 1.300 masyarakat lokal bahu-membahu mengangkat 80 ribu ton sampah Sungai Citarum. Proses penanaman 1,4 juta pohon di sekitar hulu sungai juga turut dilakukan demi memulihkan ekosistem. Proses penguraian limbah organik juga melibatkan penggunaan zat eco enzyme pada anak-anak sungai Citarum agar skala pencemarannya semakin menurun.

Segala upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil yang cukup baik. Perbaikan kondisi Sungai Citarum ditandai dengan peningkatan nilai IKA ke angka 55 poin yang termasuk ke dalam kategori cemar ringan pada tahun 2020. Jumlah bahan buangan (Chemical Oxygen Demand atau COD) di Sungai Citarum sudah berada dalam tahap aman. Sampah yang terdapat di sungai tersebut juga sudah berkurang hingga 42%. Proses susur sungai masih dilakukan hingga akhir tahun 2021 untuk mengevaluasi kondisi sungai Citarum secara keseluruhan.

Kegigihan pemerintah dan masyarakat dalam membenahi masalah pencemaran air Sungai Citarum harus dilakukan secara berkesinambungan dan menjadi contoh bagi penanganan sumber-sumber air lainnya. Harapannya, kondisi pencemaran air di Indonesia berangsur-angsur membaik dan kualitas air pun kembali meningkat.

Pencemaran air juga bisa terjadi di lingkungan sekitar rumah Anda. Jika air sumur atau air dari keran Anda berbau dan keruh, maka ini juga merupakan indikasi pencemaran air. Jika air di rumah Anda seperti ini, kami sarankan untuk segera mengatasinya agar tidak timbul penyakit.

Banyak cara yang bisa Anda gunakan untuk menghilangkan bau air sumur. Biasanya, bahan yang digunakan seperti tawas, kaporit, sampai garam.

Cara Mengatasi Pencemaran Air

Sumber: www.cleanipedia.com

Dampak pencemaran air yang sangat berbahaya bagi keseimbangan lingkungan sebenarnya dapat ditanggulangi dengan melakukan delapan cara mengatasi pencemaran air berikut ini.

  • Menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau kolam stabilisasi untuk mengantisipasi limbah berbahaya yang dihasilkan berbagai industri. Sistem IPAL biasanya terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
  • Pengolahan Pertama (Primary Treatment): pemisahan zat padat dan zat cair menggunakan filter dan bak sedimentasi.
  • Pengolahan Kedua (Secondary Treatment): proses koagulasi untuk menghilangkan koloid dan menstabilkan zat organik dalam limbah.
  • Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment): penghilangan unsur hara (khususnya nitrat dan fosfat) serta penambahan klor untuk membasmi mikroorganisme penyebab penyakit.
  • Mengelola limbah rumah tangga berupa tinja secara cermat. Cara mengatasi pencemaran air yang satu ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan sistem sanitasi yang terencana dan higienis supaya tinja tidak langsung mencemari air.
  • Menjauhkan polutan (penyebab pencemaran) dari sumber air. Hal ini biasanya diatur dalam regulasi khusus, misalnya jarak minimal antara kawasan industri atau sistem sanitasi rumah tangga dengan sumber air. Pelaksanaan regulasi tentu harus dibarengi dengan sanksi yang tegas bagi para pihak yang melanggar aturan tersebut.
  • Mengupayakan edukasi dan gerakan nyata secara gencar agar seluruh kalangan masyarakat memahami dampak pencemaran air yang berbahaya. Kesadaran tersebut akan membuat masyarakat tergugah menjaga kebersihan air secara konsisten melalui langkah sederhana, misalnya tidak membuang sampah rumah tangga sembarangan ke sumber air.
  • Memprioritaskan penggunaan produk ramah lingkungan seperti detergen, pupuk, dan pestisida organik untuk meminimalkan kontaminasi zat-zat beracun pada sumber air.
  • Melakukan proses penanaman dan perawatan pohon pada lahan hijau yang masih tersedia sebab keberadaan pohon dapat membantu menjaga kelangsungan siklus air bersih.
  • Melaksanakan proses pembersihan sumber air secara berkala (khususnya sungai dan danau). Salah satu contohnya yaitu Program Kali Bersih. Upaya ini tidak hanya bermanfaat membersihkan sumber air, tetapi juga efektif mencegah pendangkalan sekaligus mengurangi risiko banjir.

Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan: Apa yang Perlu Diketahui? 

Dampak pencemaran air terhadap kesehatan sangat penting untuk dipahami. Air yang tercemar dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia. Mengonsumsi atau menggunakan air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, penyakit kulit, masalah pencernaan, dan bahkan penyakit kronis seperti kanker. Selain itu, air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit melalui air, seperti diare dan infeksi parasit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan air dan melakukan upaya untuk mencegah pencemaran air demi kesehatan kita dan lingkungan.

Kesimpulannya, mengatasi pencemaran air tidak sesulit yang Anda bayangkan sebab Anda bisa memulainya dari hal-hal yang paling mudah. Mari ciptakan bentuk dukungan nyata Anda dalam menanggulangi dampak pencemaran air bagi kelestarian lingkungan.

Sumber: www.cleanipedia.com

Selengkapnya
8 Cara Mengatasi Pencemaran Air

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tantangan Air dan Sanitasi di Perkotaan Asia dan Pasifik: Pengelolaan Sumber Daya dan Infrastruktur yang Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Ocean Cleanup, proyek nirlaba internasional dengan misi membersihkan lautan dari sampah plastik, hari ini menandatangani perjanjian dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Kabupaten Tangerang, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Pemerintah Belanda. Momen ini menandai dimulainya rencana penggunaan Interceptor™ Original untuk menangkap plastik di Sungai Cisadane di Indonesia. Kapal baru yang diberi nama Interceptor 020 ini dijadwalkan akan mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2023.

Interceptor 020 akan berkontribusi dalam menangani sekitar 1000 ton plastik yang dipancarkan melalui Cisadane ke Laut Jawa setiap tahunnya. Ini akan menjadi Interceptor kedua yang dikerahkan di Indonesia setelah Interceptor 001, yang dikerahkan di Cengkareng Drain, Jakarta, pada tahun 2018. Kedua pengerahan ini menunjukkan komitmen The Ocean Cleanup untuk mengatasi masalah polusi plastik di Indonesia dan Asia Tenggara bersama dengan mitra dan operator nasional dan lokal kami yang sangat penting.

Sungai Cisadane termasuk dalam daftar sungai prioritas bagi pemerintah Indonesia dan The Ocean Cleanup, terutama mengingat Deklarasi Bersama yang disepakati sebagai bagian dari penyelenggaraan KTT G20 pada tahun 2022. Interceptor 020 menandai langkah lain dalam misi kami untuk mencegat 80% kebocoran plastik ke lautan di seluruh dunia dan untuk membantu Indonesia mencapai tujuannya untuk mengurangi sampah plastik di lautan sebesar 70% pada tahun 2025.

Interceptor Original merupakan bagian dari portofolio The Ocean Cleanup yang terus berkembang dengan solusi yang terukur dan berkelanjutan untuk menghilangkan plastik dari sungai di seluruh dunia. Bertenaga surya 100% dan mampu mengekstraksi plastik secara otonom, Interceptor Original mengekstraksi plastik yang mengalir bersama sungai dan menyimpannya ke dalam enam tempat sampah di tongkang terapung di dalam sistem. Setelah terisi penuh, operator lokal mengosongkan tempat sampah dan mengirim plastik untuk diproses di darat. Interceptor Originals saat ini digunakan di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Republik Dominika, dan Amerika Serikat dan, hingga saat ini, telah mencegah lebih dari 2 juta kilogram sampah mencapai lautan di seluruh dunia. Portofolio Interceptor kami juga mencakup Interceptor Trashfence yang sedang diujicobakan di Guatemala tahun lalu, serta Interceptor Barrier dan Interceptor Tender, yang saat ini sedang beroperasi di Jamaika. Penelitian terus berlanjut untuk desain Interceptor baru untuk mengejar misi kami dalam menangani plastik di sungai dalam segala kondisi dan lingkungan

Penempatan Interceptor 020 melibatkan kolaborasi dengan mitra BBWS Cilliwung-Cisadane (pemberi mandat), Kabupaten Tangerang - DLHK (operator dan pengangkut sampah), dan Bank Sampah Tanjung Burung (pemilah sampah). Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mitra, serta Pemerintah Indonesia dan Belanda, khususnya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang telah membantu memfasilitasi kolaborasi kami di tingkat internasional.

Penyebaran Interceptor 020 merupakan bagian dari Kemitraan Implementasi Global dengan The Coca-Cola Company. Kami juga berterima kasih atas dukungan finansial dari True Ventures dan ThatGameCompany yang memungkinkan kami untuk memulai proyek ini.

"Kami sangat senang dapat mendukung keterlibatan The Ocean Cleanup dan Pemerintah Belanda untuk mengerahkan Interceptor di Sungai Cisadane,'' kata Jarot Widyoko, Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia. "Ini merupakan langkah maju untuk berkontribusi bersama Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengurangi sampah plastik dari sungai ke laut.

"Merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi saya untuk menandatangani perjanjian ini untuk proyek Interceptor kedua puluh kami di tanah air saya," kata Stacey Santoso, Chief Financial Officer The Ocean Cleanup. "Dengan dukungan dari pemerintah Indonesia dan Belanda serta mitra operasi lokal kami, saya senang melihat The Ocean Cleanup mengambil langkah lain untuk berkontribusi pada misi Indonesia dalam mengurangi polusi plastik di laut. Masih ada beberapa lusin sungai yang menjadi target di Indonesia, dan saya berharap kami dapat menindaklanjuti dengan cepat dengan mengumumkan lebih banyak lagi proyek Interceptor di negara yang indah ini."

Disadur dari: theoceancleanup.com

 

Selengkapnya
Tantangan Air dan Sanitasi di Perkotaan Asia dan Pasifik: Pengelolaan Sumber Daya dan Infrastruktur yang Berkelanjutan

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Mengelola sumber daya air secara berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Permintaan akan air terus meningkat sementara total volume air yang tersedia di planet ini terbatas dan semakin terpapar polusi. Tantangan utamanya adalah mengelola air secara berkelanjutan dan mencapai distribusi air yang adil antara rumah tangga, pertanian dan industri serta antar negara. SDC bekerja untuk mempromosikan penggunaan air yang berkelanjutan di antara berbagai sektor dan kerja sama yang damai lintas batas.

SDC berkomitmen untuk mencapai pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan untuk memastikan akses terhadap air dan mengurangi risiko degradasi lingkungan dan konflik. SDC berusaha menghubungkan pembangunan perdamaian dengan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di wilayah-wilayah yang mengalami ketegangan, dan mendorong penggunaan yang efisien, penggunaan kembali, dan pengelolaan air yang tepat di wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan air.

Latar Belakang

SDC mendorong dialog antar negara, yang bergantung pada daerah aliran sungai yang sama untuk pasokan air mereka. Berbagi kerangka kerja kebijakan dan informasi teknis dapat membantu meredakan ketegangan dan konflik yang sudah ada atau yang baru muncul. Swiss, sebagai aktor netral dengan pengalaman dalam mediasi dan keahlian yang diakui dalam pengelolaan air, memiliki posisi yang ideal untuk memfasilitasi diskusi semacam itu. Di tingkat teknis, SDC juga mendukung metode pengukuran yang umum untuk menentukan kualitas air yang tersedia dan jumlah air yang digunakan. Data ini memungkinkan para pengambil keputusan untuk berbicara dalam bahasa yang sama dalam hal pengelolaan sumber daya air bersama, dan dengan demikian dapat bekerja sama untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Air - komoditas yang harus dihargai

Air tidaklah gratis. Perlindungan, distribusi, dan perlakuannya mengikuti hukum ekonomi yang sama dengan barang konsumsi lainnya. Pada saat yang sama, air adalah sumber daya yang harus diakses oleh semua orang, termasuk masyarakat yang paling miskin dan terpinggirkan. SDC mengembangkan mekanisme untuk memanfaatkan air dengan lebih baik dan mempromosikan penggunaan kembali air limbah. Mekanisme ini memberikan insentif untuk mengelola air secara berkelanjutan dan membangun infrastruktur yang ramah lingkungan di wilayah atau industri tertentu.

Sebagai contoh, SDC terlibat bersama perusahaan-perusahaan besar dalam memfasilitasi transfer pengetahuan dalam kaitannya dengan jejak air, sebuah indikator yang memungkinkan air yang digunakan dalam seluruh siklus produksi suatu produk dikelola dengan lebih baik. SDC juga sedang mengupayakan pengembangan 'Standar Penatalayanan Air' yang bertujuan untuk mendorong semua pelaku bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkannya terhadap sumber daya yang digunakan bersama dan bekerja sama untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan. Mekanisme pembayaran juga sedang dikembangkan untuk memberikan kompensasi kepada penduduk di daerah aliran sungai yang telah melindungi sumber daya air.

Tantangan saat ini

Pada tahun 2030, permintaan akan air diperkirakan akan meningkat sebesar 30% sementara penurunan kualitas yang disebabkan oleh polusi akan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di seluruh dunia, 80% air limbah perkotaan dan industri dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sebagian besar waktu, kapasitas pemurnian diri dari ekosistem akuatik sebagian besar tidak mencukupi untuk dapat mengatasi volume yang begitu besar. Selain itu, pertanian membutuhkan banyak sekali air, yang menyumbang hampir 70% dari konsumsi global. Namun, air sering kali digunakan secara tidak efisien dan dapat terkontaminasi oleh pupuk dan pestisida. Selain itu, industri saat ini menggunakan 22% air dan karena terus berkembang akan membuat sumber daya air berada di bawah tekanan yang lebih besar.

Pada tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan tinggal di daerah yang mengalami kelangkaan air secara permanen, yang akan berdampak pada melemahnya ekonomi lokal dan memaksa jutaan orang untuk pindah. Itulah sebabnya mengapa saat ini sangat penting untuk menggunakan air agar dapat mempertahankan kapasitas regenerasinya dan memungkinkan air untuk didistribusikan secara adil.

Disadur dari: www.eda.admin.ch

Selengkapnya
Mengelola sumber daya air secara berkelanjutan

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Mengeksplorasi Karier sebagai Insinyur Sumber Daya Air: Memahami Tugas, Keterampilan, dan Pertanyaan Umum

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025


Apa yang Dilakukan Insinyur Sumber Daya Air? (Dengan Gaji)

Karier sebagai insinyur sumber daya air dapat menunjukkan pentingnya sumber daya ini dan menunjukkan cara mengelola dan melestarikannya. Seorang insinyur sumber daya air mengelola sumber daya air dan lahan di daerah perkotaan dan pedesaan. Memahami tugas dan tanggung jawab pekerjaan mereka dapat membantu Anda menentukan apakah Anda ingin berkarier di profesi yang penuh makna ini. Dalam artikel ini, kami membahas apa yang dilakukan oleh seorang insinyur sumber daya air, keterampilan yang dibutuhkan untuk unggul dalam pekerjaan ini, dan menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai karier ini.

Menjawab "Apa yang dilakukan oleh seorang insinyur sumber daya air?"

Sebelum Anda memutuskan untuk berkarier sebagai insinyur sumber daya air, ada baiknya Anda menjawab pertanyaan, "Apa yang dilakukan oleh insinyur sumber daya air?". Para profesional ini biasanya menyelesaikan tugas-tugas berikut ini:

Merancang dan mengawasi pembangunan sistem pasokan air

Seorang insinyur sumber daya air merancang dan mengawasi pembangunan bendungan, waduk, kanal, dan jaringan pipa baru. Mereka juga merancang sistem pasokan air untuk kota-kota besar dan kecil. Seorang insinyur sering kali membuat tata letak sistem yang diusulkan dan menggunakan simulasi komputer untuk mengujinya demi efisiensi.

Mengawasi pembangunan sistem pengolahan limbah

Instalasi pengolahan air limbah mengolah air limbah sebelum kota dengan aman memasukkannya kembali ke dalam pasokan air. Seorang insinyur air limbah biasanya mengawasi desain dan konstruksi instalasi ini, memastikan bahwa mereka menghasilkan limbah yang bersih. Mereka juga memastikan bahwa pabrik beroperasi sesuai dengan peraturan lingkungan.

Melakukan tes lapangan

Sebelum mengerjakan proyek besar apa pun, para insinyur mensurvei lokasi yang diusulkan. Mereka menentukan apakah area tersebut mendukung infrastruktur air, mengidentifikasi kondisi tanah dan geologi yang dapat mempengaruhi kinerja bendungan atau tanggul. Mereka melakukan tes laboratorium pada sampel tanah dari suatu area untuk menguji kontaminan seperti bakteri dan logam berat sebelum pembangunan dimulai.

Mengembangkan rencana untuk mengendalikan sumber daya air

Seorang insinyur sumber daya air mencoba mencegah banjir dengan menggunakan metode seperti bendungan dan tanggul. Mereka bekerja sama dengan perencana masyarakat untuk mengembangkan rencana yang mencegah banjir di sebuah kota. Seorang insinyur sumber daya air mengembangkan rencana untuk mengendalikan aliran air tanah. Sebagai contoh, mereka memastikan bahwa air tanah yang tercemar tidak melimpas ke sungai dan danau di sekitarnya.

Menghitung dampak bendungan dan waduk

Seorang insinyur sumber daya air mempelajari bagaimana perubahan pada habitat air berdampak pada satwa liar dan kehidupan laut, seperti ikan dan rumput laut. Mereka menghitung berapa banyak air yang dapat disimpan oleh bendungan untuk digunakan oleh kota-kota besar dan kecil pada waktu yang berbeda sepanjang tahun. Insinyur juga menghitung jumlah ruang waduk yang dibutuhkan untuk memasok air minum bagi sebuah kota.

Mengembangkan model komputer

Seorang insinyur sumber daya air mengembangkan model komputer yang kompleks berdasarkan studi lingkungan dan data cuaca. Model-model ini membantu badan-badan pemerintah merencanakan pertumbuhan masa depan di berbagai bidang seperti jumlah penduduk, produksi pertanian, dan urbanisasi. Mereka juga menggunakan model prediktif ini untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan konservasi agar kegiatan yang merusak tidak terjadi.

Mengembangkan sistem untuk melindungi sumber daya air selama badai

Insinyur yang bekerja dalam kapasitas ini membantu kota-kota besar dan kecil mengembangkan sistem pengelolaan air hujan yang membantu mencegah limpasan air yang tercemar masuk ke sungai atau danau di bagian hilir. Jenis pekerjaan ini mengharuskan para insinyur untuk mempelajari proses alami seperti erosi, dan proses yang diinduksi seperti polusi industri oleh bahan kimia. Tujuannya adalah untuk selalu menyeimbangkan perlindungan lingkungan dengan kepentingan industri.

​​​Meneliti cara-cara untuk meningkatkan pasokan air atau menghemat air

Seorang insinyur sumber daya air meneliti metode baru untuk memasok air minum bagi populasi yang terus bertambah di daerah perkotaan. Misalnya, mereka mempelajari berapa banyak curah hujan yang diharapkan sebuah kota pada waktu yang berbeda dalam setahun dan menentukan apakah cukup air tawar yang tersedia untuk memenuhi permintaan. Seorang insinyur menyelidiki teknologi yang dapat membantu mendaur ulang air limbah dari toilet, wastafel, dan pancuran untuk mengubahnya menjadi air minum segar.

Keterampilan manajemen waktu

Insinyur sumber daya air bekerja beberapa jam bila diperlukan. Karena masalah sumber daya air sangat kompleks, jadwal proyek yang pendek adalah hal yang biasa. Ini berarti bahwa insinyur sumber daya air dapat bekerja dengan cepat dan efisien ketika sebuah proyek mengharuskan mereka bekerja lebih cepat.

Keterampilan kreativitas

Kemampuan untuk menghasilkan solusi yang efektif untuk masalah adalah bagian penting dari pekerjaan insinyur sumber daya air. Mereka membutuhkan kemampuan untuk tidak hanya memahami cara kerja teknologi, tetapi juga mengusulkan teknologi baru jika sistem yang ada perlu ditingkatkan. Mengembangkan solusi yang praktis dan inovatif adalah peran kunci bagi insinyur sumber daya air.

Disadur dari: ca.indeed.com

Selengkapnya
Mengeksplorasi Karier sebagai Insinyur Sumber Daya Air: Memahami Tugas, Keterampilan, dan Pertanyaan Umum

Green Supply Chain Management

Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian "Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration" oleh Lingfu Zhang, Yongfang Dou, dan Hailing Wang (2023) mengkaji bagaimana implementasi manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) dapat meningkatkan nilai perusahaan. Studi ini berfokus pada peran moderasi tingkat pengambilan risiko perusahaan (risk-taking level), kemampuan inovasi teknologi (technological innovation capability atau TIC), dan konsentrasi rantai pasokan (supply chain concentration atau SCC) sebagai faktor kunci yang memengaruhi efektivitas GSCM.

Dengan menggunakan data panel dari 131 perusahaan terdaftar di Tiongkok selama periode 2014–2021, penelitian ini memberikan wawasan tentang mekanisme kompleks yang menghubungkan GSCM, risiko, dan nilai perusahaan.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model regresi panel untuk menganalisis data perusahaan yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk indeks CITI untuk mengukur tingkat implementasi GSCM. Variabel-variabel utama meliputi:

  • Variabel Dependen: Nilai perusahaan, diukur menggunakan Tobin’s Q.
  • Variabel Independen: Skor GSCM dari setiap perusahaan.
  • Variabel Moderator: Tingkat pengambilan risiko, kemampuan inovasi teknologi, dan konsentrasi rantai pasokan.

Temuan Utama

  1. Pengaruh Langsung GSCM terhadap Nilai Perusahaan
    • Implementasi GSCM terbukti meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan.
    • Setiap peningkatan satu unit dalam skor GSCM meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,045 poin berdasarkan regresi dasar.
  2. Peran Moderasi Tingkat Pengambilan Risiko
    • Perusahaan dengan tingkat pengambilan risiko yang lebih tinggi dapat lebih efektif mengimplementasikan GSCM untuk meningkatkan nilai mereka.
    • Koefisien interaksi antara GSCM dan tingkat pengambilan risiko adalah 0,013, menunjukkan efek signifikan pada tingkat kepercayaan 1%.
  3. Dampak TIC dan SCC terhadap Moderasi Risiko
    • TIC Rendah: Perusahaan dengan inovasi teknologi rendah menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara pengambilan risiko dan efektivitas GSCM.
    • SCC Tinggi: Konsentrasi rantai pasokan yang tinggi memperkuat dampak positif GSCM pada nilai perusahaan dengan meningkatkan stabilitas jaringan pasokan.

Diskusi dan Implikasi Praktis

  1. Inovasi Teknologi dan Biaya Risiko
    • Meskipun inovasi teknologi memiliki manfaat jangka panjang, kebutuhan investasi tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan. Oleh karena itu, perusahaan dengan TIC rendah lebih mudah memanfaatkan GSCM tanpa menghadapi tekanan risiko besar.
  2. Stabilitas Melalui Konsentrasi Rantai Pasokan
    • SCC tinggi mencerminkan hubungan stabil antara pemasok dan pelanggan, mengurangi risiko operasional dan memungkinkan implementasi GSCM yang lebih lancar.
  3. Relevansi dengan Kebijakan Hijau Global
    • Penelitian ini mendukung inisiatif global seperti Strategi Net-Zero dan Perjanjian Paris, dengan menunjukkan bahwa GSCM tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Implementasi GSCM di Perusahaan Manufaktur
    • Perusahaan manufaktur di Tiongkok dengan skor GSCM tinggi menunjukkan peningkatan nilai pasar hingga 18,3 kali lipat dibandingkan perusahaan dengan skor GSCM rendah.
  2. Sektor Non-Pencemar vs. Pencemar
    • Implementasi GSCM lebih efektif di perusahaan non-pencemar, dengan koefisien signifikan pada tingkat 5%.
  3. Teknologi dan Stabilitas Rantai Pasokan
    • Perusahaan dengan SCC tinggi mencatat pengurangan biaya transaksi hingga 15%, memungkinkan investasi lebih besar dalam strategi hijau.

Rekomendasi Strategis

  1. Optimalisasi Investasi Teknologi Hijau
    • Pemerintah dan regulator perlu menyediakan insentif untuk mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan dengan tingkat inovasi teknologi rendah.
  2. Penguatan Kolaborasi dengan Mitra Pasokan
    • Perusahaan harus membangun hubungan stabil dengan pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan SCC, yang akan memperkuat efektivitas GSCM.
  3. Edukasi Manajemen Risiko
    • Pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan pengambilan risiko di kalangan manajer dapat memperluas manfaat GSCM pada perusahaan.

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa GSCM adalah strategi penting untuk meningkatkan nilai perusahaan, terutama dalam konteks ekonomi hijau global. Dengan memahami interaksi antara GSCM, risiko, TIC, dan SCC, perusahaan dapat merancang pendekatan yang lebih efektif untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Sumber Artikel:
Zhang, L., Dou, Y., & Wang, H. (2023). Green Supply Chain Management, Risk-Taking, and Corporate Value—Dual Regulation Effect Based on Technological Innovation Capability and Supply Chain Concentration. Frontiers in Environmental Science, Vol.11, 1096349.

Selengkapnya
Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Hijau terhadap Nilai Perusahaan: Peran Moderasi Risiko dan Inovasi Teknologi

Green Supply Chain Management

Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan
Penelitian berjudul "The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance" oleh Suheil Che Sobry (2021) meneliti bagaimana integrasi rantai pasokan hijau (Green Supply Chain Integration/GSCI) berkontribusi terhadap kinerja keberlanjutan dalam sektor manufaktur. Fokus utama kajian ini adalah pada integrasi pemasok, pelanggan, internal, logistik, dan teknologi. Dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur bersertifikasi ISO 14001 di Malaysia, studi ini memberikan wawasan mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini melibatkan 107 perusahaan manufaktur sebagai responden. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson serta regresi berganda. Penelitian ini membahas bagaimana setiap variabel dalam integrasi rantai pasokan hijau berkontribusi pada kinerja keberlanjutan perusahaan.

Hasil Penelitian

  1. Internal Integration
    • Hasil menunjukkan bahwa integrasi internal memiliki korelasi signifikan dengan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
    • Misalnya, perusahaan yang memperbaiki koordinasi internal melaporkan penurunan emisi karbon sebesar 18%.
  2. Technology Integration
    • Teknologi menjadi faktor pendorong utama untuk keberlanjutan, dengan kontribusi terhadap efisiensi logistik dan pengurangan limbah.
    • Sebagai contoh, penggunaan IoT dalam rantai pasokan mengurangi biaya operasional hingga 12% per tahun.
  3. Logistics Integration
    • Integrasi logistik meningkatkan transparansi dan kecepatan distribusi, terutama dalam pengelolaan limbah industri.
    • Studi menunjukkan peningkatan efisiensi logistik hingga 25% pada perusahaan yang menerapkan praktik ini.
  4. Supplier and Customer Integration
    • Kolaborasi dengan pemasok dan pelanggan memberikan dampak positif pada keberlanjutan sosial, seperti pengurangan ketidakpuasan konsumen sebesar 15%.

Diskusi dan Implikasi
Penelitian ini menemukan bahwa integrasi internal dan teknologi merupakan prediktor terkuat dari kinerja keberlanjutan. Sementara itu, faktor logistik dan kolaborasi eksternal memainkan peran pendukung yang signifikan.

  1. Keberlanjutan Ekonomi:
    • Efisiensi biaya dan peningkatan daya saing perusahaan.
  2. Keberlanjutan Lingkungan:
    • Pengurangan emisi karbon dan pengelolaan limbah.
  3. Keberlanjutan Sosial:
    • Meningkatkan hubungan dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.

Studi Kasus dan Angka-Angka

  1. Teknologi IoT di Industri Tekstil
    • Perusahaan tekstil di Malaysia yang menerapkan teknologi IoT melaporkan peningkatan efisiensi produksi hingga 20%.
  2. Kolaborasi dengan Pemasok di Sektor Elektronik
    • Peningkatan kualitas bahan baku melalui kerja sama pemasok mengurangi pengembalian produk sebesar 10%.
  3. Optimasi Logistik di Sektor Farmasi
    • Penggunaan logistik hijau memungkinkan pengurangan biaya distribusi hingga 15%.

Rekomendasi Strategis

  1. Investasi Teknologi Hijau
    Perusahaan harus fokus pada pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi rantai pasokan.
  2. Peningkatan Kolaborasi Eksternal
    • Kerja sama yang lebih erat dengan pemasok dan pelanggan untuk memastikan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
  3. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
    • Pelatihan tentang pentingnya keberlanjutan dapat mempercepat adopsi praktik hijau di perusahaan.

Kesimpulan
Artikel ini menunjukkan bahwa integrasi rantai pasokan hijau adalah langkah penting menuju keberlanjutan yang holistik. Dengan memanfaatkan teknologi dan meningkatkan kolaborasi internal serta eksternal, perusahaan dapat mencapai keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial secara efektif.

Sumber Artikel:
Suheil Che Sobry (2021). The Relationship between Green Supply Chain Integration and Sustainable Performance. Othman Yeop Abdullah Graduate School of Business, Universiti Utara Malaysia.

 

Selengkapnya
Hubungan antara Integrasi Rantai Pasokan Hijau dan Kinerja Keberlanjutan dalam Sektor Manufaktur
« First Previous page 605 of 1.099 Next Last »