Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam ekonomi global yang semakin tidak stabil, inflasi menjadi tantangan utama dalam rantai pasok. Kenaikan harga bahan baku, gangguan logistik, dan perubahan kebijakan moneter mempengaruhi efisiensi bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Chenxi Zhang, Zeshui Xu, Xunjie Gou, dan Marinko Škare mengkaji bagaimana berbagai indikator inflasi berdampak pada penelitian manajemen rantai pasok (SCM) dan daya saing perusahaan.
Penelitian ini berfokus pada dua pendekatan utama, yaitu analisis bibliometrik dan ekonometrik. Analisis bibliometrik digunakan untuk mengidentifikasi tren penelitian SCM selama beberapa dekade terakhir, sedangkan analisis ekonometrik menggunakan model VAR (Vector Autoregression) untuk mengevaluasi hubungan antara inflasi dan SCM. Hasil studi menunjukkan bahwa inflasi dan SCM memiliki hubungan dua arah, di mana inflasi mempengaruhi strategi rantai pasok, sementara inovasi dalam SCM juga berkontribusi dalam mengatasi tekanan inflasi.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan utama:
Dampak Inflasi terhadap Rantai Pasok
Penelitian ini menemukan bahwa inflasi memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap manajemen rantai pasok, dengan beberapa temuan utama:
Studi Kasus: Bagaimana Perusahaan Mengatasi Dampak Inflasi
Studi ini juga membahas bagaimana perusahaan dari berbagai industri menghadapi dampak inflasi terhadap rantai pasok mereka:
Implikasi Penelitian bagi Bisnis dan Ekonomi
Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi penting bagi bisnis dan ekonomi global:
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa inflasi memiliki dampak signifikan terhadap rantai pasok dan daya saing bisnis. Kenaikan harga energi, pangan, dan bahan baku mempengaruhi efisiensi rantai pasok secara langsung. Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa SCM yang efisien dapat membantu perusahaan beradaptasi terhadap inflasi, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan daya saing mereka.
Dengan mengadopsi strategi SCM berbasis teknologi dan fleksibilitas pemasok, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif inflasi dan tetap kompetitif di pasar global. Studi ini memberikan wawasan berharga bagi perusahaan, akademisi, dan pembuat kebijakan dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
Sumber Referensi : Zhang, C., Xu, Z., Gou, X., & Škare, M. The Dynamic Impact of Inflation on Supply Chain and Competitiveness: Bibliometric and Econometric Analysis. Journal of Competitiveness, 2023.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam rantai pasoknya. Pengukuran kinerja rantai pasok menjadi langkah penting dalam mengevaluasi efisiensi operasional serta menemukan titik-titik perbaikan. Paper berjudul Supply Chain Performance Measurement with Supply Chain Operation References Approach (A Case Study in a Batik Company) oleh Novie Susanto, Ratna Purwaningsih, Rani Rumita, dan Emanuela Septia membahas bagaimana model SCOR (Supply Chain Operations Reference) digunakan untuk mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok di industri batik.
Penelitian ini menyoroti permasalahan yang dihadapi oleh CV. PT, sebuah perusahaan batik di Solo, Jawa Tengah, dalam hal ketidaksesuaian bahan baku dan masalah dalam produksi yang menyebabkan penurunan produktivitas. Dengan menggunakan model SCOR, penelitian ini mengevaluasi lima proses utama dalam rantai pasok, yaitu plan, source, make, deliver, dan return, untuk mengidentifikasi titik-titik lemah serta menyusun strategi peningkatan kinerja.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model SCOR untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan indikator Key Performance Indicators (KPI). Model SCOR yang digunakan adalah versi 12.0, yang merupakan pengembangan dari versi sebelumnya dengan tambahan sub-atribut untuk evaluasi yang lebih mendalam.
Tiga tahap utama dalam penelitian ini meliputi:
Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Model SCOR
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa total kinerja rantai pasok CV. PT adalah 69,983, yang masuk dalam kategori rata-rata. Ini berarti perusahaan memiliki banyak ruang untuk perbaikan guna meningkatkan efisiensi operasionalnya.
Penelitian ini menemukan beberapa permasalahan utama yang menyebabkan kinerja rantai pasok CV. PT belum optimal:
Studi Kasus: Implementasi Model SCOR pada CV. PT
Penelitian ini mengevaluasi lima proses utama dalam rantai pasok CV. PT:
Strategi Perbaikan Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan hasil evaluasi, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok CV. PT:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa model SCOR dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam rantai pasok dan memberikan strategi perbaikan yang tepat. Evaluasi kinerja CV. PT menunjukkan bahwa perusahaan masih berada dalam kategori rata-rata dengan beberapa area yang perlu ditingkatkan, terutama dalam hal akurasi dokumentasi, efisiensi produksi, dan ketepatan waktu pengiriman.
Dengan menerapkan strategi yang direkomendasikan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi rantai pasoknya, mengurangi pemborosan, serta meningkatkan kepuasan pelanggan. Industri batik sebagai bagian dari ekonomi kreatif Indonesia dapat memperoleh manfaat besar dari optimasi rantai pasok berbasis model SCOR, sehingga lebih kompetitif di pasar global.
Sumber : Susanto, N., Purwaningsih, R., Rumita, R., & Septia, E. Supply Chain Performance Measurement with Supply Chain Operation References Approach (A Case Study in a Batik Company). Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, Sao Paulo, Brazil, 2021.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam persaingan bisnis global, kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance/SCP) menjadi faktor kunci bagi perusahaan untuk tetap kompetitif. Paper berjudul System Dynamics: An Approach to Modeling Supply Chain Performance Measurement oleh Peide Liu, Morteza Atifeh, Mohsen Khorshidnia, dan Seyed Ghiasuddin Taheri membahas bagaimana model System Dynamics (SD) dapat meningkatkan kinerja rantai pasok dengan fokus pada agilitas dan fleksibilitas.
Penelitian ini menyoroti keterkaitan antara SCP, biaya operasional, kepuasan pelanggan, dan efisiensi logistik dengan menggunakan simulasi berbasis System Dynamics untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan model System Dynamics (SD) berbasis hubungan sebab-akibat, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan agilitas dan fleksibilitas tidak selalu meningkatkan profitabilitas. Terdapat titik optimal di mana peningkatan agilitas dan fleksibilitas memberikan manfaat maksimal sebelum mengalami diminishing returns.
Konsep System Dynamics dalam Evaluasi Kinerja Rantai Pasok
Paper ini menyoroti bagaimana System Dynamics digunakan untuk mengukur SCP dengan mempertimbangkan tiga aspek utama:
1. Agilitas Rantai Pasok (Supply Chain Agility/SCA)
2. Fleksibilitas Rantai Pasok (Supply Chain Flexibility/SCF)
3. Profitabilitas dan Efisiensi Operasional
Temuan Utama dalam Penelitian
Paper ini mengidentifikasi beberapa temuan penting dalam evaluasi SCP menggunakan System Dynamics:
Studi Kasus: Implementasi System Dynamics dalam Industri
Paper ini menyajikan beberapa studi kasus terkait implementasi model System Dynamics dalam rantai pasok:
1. Industri Manufaktur Otomotif
2. Industri Retail
3. Industri Teknologi
Tantangan dalam Implementasi System Dynamics dalam SCM
Meskipun model System Dynamics menawarkan banyak manfaat, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model System Dynamics dalam evaluasi kinerja rantai pasok membantu mengidentifikasi variabel kunci yang berkontribusi pada efisiensi operasional dan profitabilitas.
Dengan memahami hubungan antara agilitas, fleksibilitas, dan profitabilitas, perusahaan dapat menemukan titik optimal dalam strategi rantai pasok mereka.
Bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan kinerja rantai pasok, investasi dalam teknologi, integrasi informasi, dan strategi berbasis data akan menjadi faktor utama dalam mencapai keunggulan kompetitif.
Sumber Referensi :
Liu, P., Atifeh, M., Khorshidnia, M., & Taheri, S. G. System Dynamics: An Approach to Modeling Supply Chain Performance Measurement. Technological and Economic Development of Economy, Vol. 29, Issue 4, 2023, pp. 1291–1317.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025
Pendahuluan
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) merupakan aspek krusial dalam bisnis modern, melibatkan koordinasi pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan untuk meningkatkan efisiensi serta menekan biaya.
Paper berjudul A Supply Chain Management Study: A Review of Theoretical Models from 2014 to 2019 oleh Shu-Hsien Liao dan Retno Widowati, yang diterbitkan dalam Operations and Supply Chain Management (Vol. 14, No. 2, 2021, pp. 173-188), membahas perkembangan teori dalam SCM. Penelitian ini meninjau 97 artikel dari 48 jurnal yang membahas berbagai model teoritis dalam SCM.
Artikel ini mengkaji model teoritis SCM, termasuk SCOR (Supply Chain Operations Reference), Balanced Scorecard (BSC), model berbasis teknologi, dan pendekatan keberlanjutan, serta implikasinya terhadap industri.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literature review sistematis dengan menganalisis artikel dari 2014 hingga 2019 yang diperoleh dari database akademik, seperti ScienceDirect, Wiley, Sage, Taylor & Francis, Springer Link, dan Emerald Insight.
Analisis dilakukan terhadap variabel independen, variabel dependen, moderator, mediator, serta model yang mengombinasikan beberapa variabel ini untuk memahami tren dan pergeseran dalam penelitian SCM.
Model Teoritis dalam Manajemen Rantai Pasok
Paper ini mengelompokkan model teoritis SCM ke dalam beberapa pendekatan utama:
1. Model SCOR (Supply Chain Operations Reference Model)
SCOR adalah model referensi yang mengkategorikan rantai pasok dalam lima proses utama:
SCOR sering digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengevaluasi kinerja rantai pasok berdasarkan keandalan, fleksibilitas, dan biaya.
2. Balanced Scorecard (BSC) dalam SCM
Pendekatan BSC digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan empat perspektif utama:
Studi menemukan bahwa penerapan BSC dapat meningkatkan koordinasi antara pemasok dan perusahaan serta memperbaiki pengambilan keputusan strategis.
3. Model Berbasis Teknologi
SCM semakin berkembang dengan integrasi AI, Big Data, dan IoT.
Perusahaan yang mengadopsi teknologi ini melaporkan peningkatan efisiensi operasional hingga 30%.
4. Model Berbasis Keberlanjutan (Green SCM)
Peningkatan kesadaran terhadap keberlanjutan mendorong banyak perusahaan untuk menerapkan Green Supply Chain Management (GSCM), yang berfokus pada:
Perusahaan yang menerapkan GSCM mampu menghemat biaya operasional hingga 15% serta meningkatkan citra merek mereka.
Temuan Utama dalam Penelitian SCM
Dari tinjauan literatur yang dilakukan, terdapat beberapa temuan utama:
Studi Kasus Implementasi Model SCM di Industri
Paper ini memberikan beberapa contoh implementasi model SCM di berbagai industri:
1. Industri Manufaktur
2. Industri Retail
3. Industri Logistik
Tantangan dalam Implementasi SCM
Meskipun SCM membawa banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan utama:
Kesimpulan
Paper ini menyoroti perkembangan model teoritis SCM dari 2014-2019, dengan fokus pada SCOR, BSC, model berbasis teknologi, dan keberlanjutan.
Dengan mengadopsi teknologi digital, strategi berbasis data, dan pendekatan ramah lingkungan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing dalam rantai pasok global.
Sumber Referensi : Liao, S.-H., & Widowati, R. A Supply Chain Management Study: A Review of Theoretical Models from 2014 to 2019. Operations and Supply Chain Management, Vol. 14, No. 2, 2021, pp. 173-188.
Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 06 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pengukuran kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance Measurement – SCPM) menjadi faktor utama untuk memastikan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Paper berjudul Performance Measurement for Supply Chain Management: A Systematic Literature Review oleh Amanda O. Voltolini, Edson Pinheiro de Lima, dan Sérgio E. Gouvea da Costa, membahas berbagai model evaluasi kinerja rantai pasok serta tren penelitian terbaru dalam bidang ini.
Artikel ini mengulas pendekatan sistematis dalam pengukuran kinerja rantai pasok dengan fokus pada model SCOR (Supply Chain Operations Reference Model), Balanced Scorecard (BSC), serta indikator kuantitatif dan kualitatif lainnya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur sistematis (SLR) dengan menganalisis 1.252 artikel dari berbagai database akademik, termasuk Web of Science, Scopus, Science Direct, Emerald, Taylor & Francis, dan Wiley.
Setelah proses seleksi, sebanyak 816 artikel relevan dianalisis lebih lanjut melalui pendekatan bibliometrik untuk memetakan tren penelitian dalam bidang SCPM.
Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Paper ini mengidentifikasi beberapa model utama yang digunakan untuk menilai kinerja rantai pasok, yaitu:
1. SCOR (Supply Chain Operations Reference Model)
SCOR adalah model yang mengkategorikan rantai pasok dalam lima proses utama:
SCOR digunakan oleh banyak perusahaan untuk menganalisis kinerja berdasarkan keandalan, fleksibilitas, dan efisiensi biaya.
2. Balanced Scorecard (BSC)
BSC digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan empat perspektif utama:
Beberapa penelitian menemukan bahwa penerapan BSC dalam rantai pasok meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan serta membantu perusahaan dalam menyesuaikan strategi bisnis mereka.
3. Model Lain dalam SCPM
Selain SCOR dan BSC, paper ini juga mengidentifikasi model lain yang sering digunakan:
Temuan Utama dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Dari analisis literatur yang dilakukan, terdapat beberapa tren utama dalam penelitian SCPM:
Studi Kasus: Penerapan Model SCPM dalam Industri
Beberapa contoh penerapan model SCPM dalam industri mencakup:
1. Manufaktur Otomotif
2. Industri Retail
3. Industri Teknologi
Tantangan dalam Implementasi SCPM
Meskipun pengukuran kinerja rantai pasok membawa banyak manfaat, ada beberapa tantangan utama:
Kesimpulan
Paper ini menyoroti perkembangan model pengukuran kinerja rantai pasok, dengan menekankan pada SCOR, Balanced Scorecard, dan model berbasis AI. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan data dan teknologi yang lebih canggih dapat meningkatkan efektivitas SCPM dan membantu perusahaan dalam meningkatkan daya saing mereka.
Bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan rantai pasoknya, mengadopsi pendekatan berbasis teknologi dan keberlanjutan akan menjadi langkah strategis untuk masa depan.
Sumber : Voltolini, A. O., de Lima, E. P., & Gouvea da Costa, S. E. Performance Measurement for Supply Chain Management: A Systematic Literature Review. Pontifical Catholic University of Parana, Federal University of Technology - Parana, Brazil, 2016.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025
Pada akhir abad ke-19, industrialisasi yang pesat membawa peningkatan kecelakaan kerja yang signifikan. Dengan meningkatnya penggunaan mesin berat dan bahan kimia berbahaya, para pekerja menghadapi risiko tinggi terhadap cedera dan penyakit akibat kerja. Data dari artikel menunjukkan bahwa:
Perjuangan panjang buruh dan aktivis kesehatan akhirnya menghasilkan undang-undang yang lebih progresif:
Dalam penelitian ini, Rosner dan Markowitz menyoroti bagaimana kebijakan OSHA telah mengurangi angka kecelakaan kerja:
Namun, artikel ini juga mencatat bahwa perlawanan dari industri terus berlanjut:
Rosner dan Markowitz menekankan bahwa keselamatan kerja bukan hanya masalah regulasi tetapi juga pertarungan antara kepentingan buruh dan industri. Beberapa poin penting yang dapat diambil dari artikel ini adalah:
Artikel ini memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah dan dinamika kebijakan K3 di Amerika Serikat. Meskipun telah banyak kemajuan, tantangan masih tetap ada, terutama dalam menghadapi tekanan dari sektor industri yang ingin melonggarkan regulasi. Keselamatan pekerja harus tetap menjadi prioritas utama, dan penelitian seperti ini membantu menyoroti pentingnya regulasi yang kuat untuk melindungi hak-hak pekerja.
Sumber: Rosner, D., & Markowitz, G. A Short History of Occupational Safety and Health in the United States. American Journal of Public Health, Vol. 110, No. 5, 2020, Hal. 622-628.