Farmasi

Apa itu Farmakologi?

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Farmakologi adalah ilmu tentang obat-obatan medis dan pengobatan, termasuk asal-usul zat, komposisi, farmakokinetik, penggunaan terapeutik, dan toksikologi. Lebih khusus lagi, ini adalah studi tentang interaksi yang terjadi antara organisme hidup dan bahan kimia yang memengaruhi fungsi biokimia normal atau abnormal. Jika suatu zat memiliki khasiat obat, maka zat tersebut dianggap sebagai obat.

Bidang ini mencakup komposisi dan sifat obat, fungsi, sumber, sintesis dan desain obat, mekanisme molekuler dan seluler, mekanisme organ / sistem, transduksi sinyal / komunikasi seluler, diagnostik molekuler, interaksi, biologi kimia, terapi, dan aplikasi medis serta kemampuan antipatogenik. Dua bidang utama farmakologi adalah farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakodinamika mempelajari efek obat pada sistem biologis, dan farmakokinetik mempelajari efek sistem biologis pada obat. Secara garis besar, farmakodinamika membahas bahan kimia dengan reseptor biologis, dan farmakokinetik membahas penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (ADME) bahan kimia dari sistem biologis.

Farmakologi tidak sama dengan farmasi dan kedua istilah tersebut sering kali disalahartikan. Farmakologi, sebuah ilmu biomedis, berkaitan dengan penelitian, penemuan, dan karakterisasi bahan kimia yang menunjukkan efek biologis dan penjelasan fungsi seluler dan organisme dalam kaitannya dengan bahan kimia ini. Sebaliknya, farmasi, sebuah profesi layanan kesehatan, berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip yang dipelajari dari farmakologi dalam pengaturan klinisnya; apakah itu dalam peran pengeluaran atau perawatan klinis. Dalam kedua bidang tersebut, perbedaan utama antara keduanya adalah perbedaan antara perawatan pasien langsung, praktik kefarmasian, dan bidang penelitian yang berorientasi pada ilmu pengetahuan, yang digerakkan oleh farmakologi.

Etimologi
Kata farmakologi berasal dari kata Yunani φάρμακον, pharmakon, yang berarti "obat" atau "racun", bersama dengan kata Yunani lainnya -λογία, logia yang berarti "studi tentang" atau "pengetahuan tentang". Pharmakon terkait dengan pharmakos, pengorbanan atau pengasingan ritual dari kambing hitam atau korban manusia dalam agama Yunani Kuno.

Istilah modern pharmacon digunakan lebih luas daripada istilah obat karena mencakup zat endogen, dan zat aktif biologis yang tidak digunakan sebagai obat. Biasanya, istilah ini mencakup agonis dan antagonis farmakologis, tetapi juga penghambat enzim (seperti penghambat monoamine oksidase).

Sejarah

Farmakologi periode kuno

Farmakologi periode kuno dimulai sebelum tahun 1700, ditandai dengan adanya observasi empirik yang dilakukan manusia terhadap penggunaan obat. Sejarah ini tercatat dalam Materia Medika yang disusun oleh Dioscorides (Pedanius). Sebelum masa ini, catatan mengenai penggunaan obat-obatan juga ditemukan pada zaman Cina dan Mesir kuno. Beberapa ahli Farmakologi kuno antara lain sebagai berikut.

  • Claudius Galen (129-200 sesudah masehi atau sebelum masehi)
  • Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 SM)
  • Johann Jakob Wepfer (1620-1695 SM).

Farmakologi periode modern

Farmakologi modern dimulai abad 18 sampai dengan 19. Periode ini ditandai dengan penelitian tentang perkembangan obat, serta tempat dan cara kerja obat pada tingkat organ maupun jaringan. Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah farmakologi modern adalah sebagai berikut.

  • Rudolf Buchheim (1820-1879), merupakan pendiri fakultas farmasi pertama di dunia. Fakultas tersebut didirikan di Universitas Dorpat, Tartu, Estonia.
  • Oswald Schmeideberg (1838-1921), salah satu dari penulis jurnal farmakologi pertama di dunia
  • Bernhard Naunyn (1839-1925) bersama Oswald menulis jurnal farmakologi pertama di dunia
  • John J. Abel (1857-1938), bapak farmasi Amerika Serikat, pendiri The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, yang sampai sekarang selalu menjadi acuan di dunia farmakologi.

Cabang Ilmu

  • Ilmu Farmakokinetik, adalah ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi obat (ADME). Secara singkat artinya pengaruh tubuh terhadap obat.
  • Ilmu Farmakoterapi, ilmu yang mempelajari penggunaan obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
  • Ilmu Farmakodinamik, adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fungsi berbagai organ, cara kerja obat dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia serta struktur dan fungsi organ.
  • llmu Toksikologi, adalah ilmu yang mempelajari keracunan dan zat-zat yang menyebabkan keracunan.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa itu Farmakologi?

Farmasi

Apa itu Farmasi?

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Farmasi adalah ilmu dan praktik menemukan, memproduksi, menyiapkan, meracik, meracik, mengkaji, dan memantau obat-obatan, yang bertujuan untuk memastikan penggunaan obat-obatan yang aman, efektif, dan terjangkau. Ilmu ini merupakan ilmu yang beragam karena menghubungkan ilmu kesehatan dengan ilmu farmasi dan ilmu pengetahuan alam. Praktik profesional menjadi lebih berorientasi klinis karena sebagian besar obat sekarang diproduksi oleh industri farmasi. Berdasarkan pengaturannya, praktik farmasi diklasifikasikan sebagai farmasi komunitas atau institusi. Memberikan perawatan pasien langsung di komunitas apotek institusional dianggap sebagai farmasi klinis

Ruang lingkup praktik farmasi mencakup peran yang lebih tradisional seperti peracikan dan pemberian obat. Hal ini juga mencakup layanan yang lebih modern yang berkaitan dengan perawatan kesehatan termasuk layanan klinis, meninjau obat untuk keamanan dan kemanjuran, dan memberikan informasi obat dengan konseling pasien. Oleh karena itu, apoteker adalah ahli dalam terapi obat dan merupakan tenaga kesehatan utama yang mengoptimalkan penggunaan obat untuk kepentingan pasien.

Tempat di mana farmasi (dalam arti pertama) dipraktikkan disebut apotek (istilah ini lebih umum di Amerika Serikat) atau apoteker (yang lebih umum di Britania Raya, meskipunapotek juga digunakan). Di Amerika Serikat dan Kanada, toko obat biasanya menjual obat-obatan, serta barang-barang lainnya seperti kembang gula, kosmetik, peralatan kantor, mainan, produk perawatan rambut, dan majalah, dan terkadang makanan dan bahan makanan.

Dalam penyelidikannya terhadap bahan-bahan herbal dan kimiawi, pekerjaan apoteker dapat dianggap sebagai pendahulu ilmu kimia dan farmakologi modern, sebelum perumusan metode ilmiah.

The Green Pharmacy Cross

Disiplin ilmu

Bidang farmasi secara umum dapat dibagi menjadi berbagai disiplin ilmu:

  • Farmasetika dan Farmasetika Komputasi
  • Farmakokinetik dan Farmakodinamik
  • Kimia Medis inal dan Farmakognosi
  • Farmakologi
  • Praktik Farmasi
  • Farmakoinformatika
  • Farmakogenomik

Batasan antara disiplin ilmu ini dan dengan ilmu lain, seperti biokimia, tidak selalu jelas. Seringkali, tim kolaboratif dari berbagai disiplin ilmu (apoteker dan ilmuwan lain) bekerja sama untuk memperkenalkan terapi dan metode baru untuk perawatan pasien. Namun, farmasi bukanlah ilmu dasar atau ilmu biomedis dalam bentuknya yang khas. Kimia obat juga merupakan cabang kimia sintetis yang berbeda yang menggabungkan farmakologi, kimia organik, dan biologi kimia.

Farmakologi terkadang dianggap sebagai disiplin ilmu farmasi keempat. Meskipun farmakologi sangat penting dalam studi farmasi, farmakologi tidak spesifik untuk farmasi. Kedua disiplin ilmu tersebut berbeda. Mereka yang ingin mempraktikkan farmasi (berorientasi pada pasien) dan farmakologi (ilmu biomedis yang membutuhkan metode ilmiah) menerima pelatihan dan gelar terpisah yang unik untuk kedua disiplin ilmu tersebut.

Farmakoinformatika dianggap sebagai disiplin ilmu baru lainnya, untuk penemuan dan pengembangan obat secara sistematis dengan efisiensi dan keamanan. Farmakogenomik adalah studi tentang varian terkait genetik yang memengaruhi respons klinis pasien, alergi, dan metabolisme obat.

Profesional
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setidaknya ada 2,6 juta apoteker dan tenaga farmasi lainnya di seluruh dunia. 

Pharmacists
Apoteker adalah tenaga kesehatan profesional dengan pendidikan dan pelatihan khusus yang melakukan berbagai peran untuk memastikan hasil kesehatan yang optimal bagi pasien mereka melalui penggunaan obat-obatan yang berkualitas. Apoteker juga dapat menjadi pemilik usaha kecil, yang memiliki apotek tempat mereka berpraktik. Karena apoteker mengetahui cara kerja obat tertentu, dan metabolisme serta efek fisiologisnya pada tubuh manusia dengan sangat rinci, mereka memainkan peran penting dalam optimalisasi perawatan obat untuk individu.

Apoteker diwakili secara internasional oleh Federasi Farmasi Internasional (FIP), sebuah LSM yang terkait dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka diwakili di tingkat nasional oleh organisasi profesi seperti Royal Pharmaceutical Society di Inggris, Pharmaceutical Society of Australia (PSA), Asosiasi Apoteker Kanada (CPhA), Asosiasi Apoteker India (IPA), Asosiasi Apoteker Pakistan (PPA), Asosiasi Apoteker Amerika (APhA), dan Malaysian Pharmaceutical Society (MPS).

Dalam beberapa kasus, badan perwakilan juga merupakan badan pendaftaran, yang bertanggung jawab atas regulasi dan etika profesi.

Di Amerika Serikat, spesialisasi dalam praktik farmasi yang diakui oleh Dewan Spesialisasi Farmasi meliputi: kardiovaskular, penyakit menular, onkologi, farmakoterapi, nuklir, nutrisi, dan psikiatri.[5] Komisi Sertifikasi Farmasi Geriatri memberikan sertifikasi kepada apoteker dalam praktik farmasi geriatri. American Board of Applied Toxicology mensertifikasi apoteker dan profesional medis lainnya dalam bidang toksikologi terapan.

Staf pendukung farmasi

Teknisi farmasi

Teknisi farmasi mendukung pekerjaan apoteker dan profesional kesehatan lainnya dengan melakukan berbagai fungsi yang berhubungan dengan farmasi, termasuk memberikan obat resep dan peralatan medis lainnya kepada pasien dan menginstruksikan penggunaannya. Mereka juga dapat melakukan tugas administratif dalam praktik kefarmasian, seperti meninjau permintaan resep dengan kantor medis dan perusahaan asuransi untuk memastikan obat yang tepat disediakan dan pembayaran diterima.

Undang-undang mewajibkan pengawasan kegiatan teknisi farmasi tertentu oleh seorang apoteker. Mayoritas teknisi farmasi bekerja di apotek komunitas. Di apotek rumah sakit, teknisi farmasi dapat dikelola oleh teknisi farmasi senior lainnya. Di Inggris, peran PhT di apotek rumah sakit telah berkembang dan tanggung jawab telah diserahkan kepada mereka untuk mengelola departemen farmasi dan area khusus dalam praktik farmasi yang memungkinkan apoteker memiliki waktu untuk mengkhususkan diri dalam bidang keahlian mereka sebagai konsultan pengobatan yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja dengan pasien dan penelitian. Teknisi farmasi terdaftar di General Pharmaceutical Council (GPhC). GPhC adalah regulator apoteker, teknisi farmasi, dan tempat farmasi.

Di Amerika Serikat, teknisi farmasi menjalankan tugasnya di bawah pengawasan apoteker. Meskipun mereka dapat melakukan, di bawah pengawasan, sebagian besar tugas pengeluaran, peracikan, dan tugas-tugas lainnya, mereka umumnya tidak diizinkan untuk melakukan peran konseling kepada pasien tentang penggunaan obat yang tepat. Beberapa negara bagian memiliki rasio apoteker dan teknisi farmasi yang diamanatkan secara hukum.

Asisten dispensing
Asisten dispensing biasanya disebut sebagai "dispenser" dan di apotek komunitas melakukan sebagian besar tugas yang sama dengan teknisi apotek. Mereka bekerja di bawah pengawasan apoteker dan terlibat dalam menyiapkan (mengeluarkan dan memberi label) obat-obatan untuk diberikan kepada pasien.

Asisten tenaga kesehatan/asisten konter obat
Di Inggris, kelompok staf ini dapat menjual obat-obatan tertentu (termasuk obat-obatan khusus apotek dan obat-obatan yang masuk dalam daftar penjualan umum) tanpa resep. Mereka tidak dapat menyiapkan obat-obatan yang hanya diresepkan untuk diberikan kepada pasien.

Persyaratan pendidikan

Ada beberapa persyaratan sekolah yang berbeda sesuai dengan yurisdiksi nasional di mana siswa bermaksud untuk berlatih.

Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, apoteker umum akan mendapatkan gelar Doktor Farmasi (Pharm.D.). Pharm.D. dapat diselesaikan dalam waktu minimal enam tahun, yang mencakup dua tahun kelas pra-farmasi, dan empat tahun studi profesional. Setelah lulus dari sekolah farmasi, sangat disarankan agar siswa melanjutkan untuk menyelesaikan residensi satu atau dua tahun, yang memberikan pengalaman berharga bagi siswa sebelum keluar secara mandiri untuk menjadi apoteker umum atau khusus.

Kurikulum yang ditetapkan untuk gelar Pharm.D. terdiri dari setidaknya 208 jam kredit. Dari 208 jam kredit, 68 jam kredit merupakan jam kredit yang ditransfer, dan 140 jam kredit sisanya diselesaikan di sekolah profesional. Ada serangkaian tes standar yang harus dilalui oleh siswa selama proses sekolah farmasi. Tes standar untuk masuk ke sekolah farmasi di Amerika Serikat disebut Tes Penerimaan Perguruan Tinggi Farmasi (PCAT). Pada tahun ketiga siswa di sekolah farmasi, siswa harus lulus Penilaian Hasil Kurikulum Farmasi (PCOA). Setelah gelar Pharm.D. diperoleh setelah tahun keempat sekolah profesional, siswa kemudian memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Lisensi Apoteker Amerika Utara (NAPLEX) dan Ujian Yurisprudensi Farmasi Multistate (MPJE) untuk bekerja sebagai apoteker profesional.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa itu Farmasi?

Wirausaha

Kemenperin Tingkatkan Populasi IKM Inovatif dengan Cara Latih Ribuan Wirausaha Baru

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) terus meningkatkan kemampuan wirausaha baru(WUB)sektor industri kecil dan menengah (IKM) agar semakin tumbuh dan berdaya saing dalam memproduksi barang dan jasa. Para IKM terus dilatih oleh Kemenperin untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi, serta memperkuat keterampilan teknis, khususnya dalam penggunaan teknologi informasi untuk mengembangkan usahanya.

“Ditjen IKMA Kemenperin secara rutin melaksanakan bimbingan teknis dan pendampingan kepada WUB IKM di berbagai daerah agar mereka bisa naik kelas jadi pelaku IKM yang inovatif. Program ini bertujuan meningkatkan perhatian WUB IKM terhadap legalitas usaha melalui perizinan berusaha yang kini dapat diakses dengan mudah melalui laman Online Single Submission (OSS),” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Senin (18/7).

Ditjen IKMA Kemenperin memiliki dua program utama dalam rangka meningkatkan populasi IKM melalui kewirausahaan. Pertama, bagi calon wirausaha baru yang belum lama merintis usaha, Ditjen IKMA terus menggelar pelatihan WUB melalui program santripreneur, pelatihan WUB di daerah tertinggal, perbatasan, terluar, dan atau pascabencana. Kedua, pendampingan WUB yang bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain termasuk dekonsentrasi.

“Hingga triwulan 2022, Ditjen IKMA telah melatih 12.700 wirausaha baru dan memfasilitasi 3.648 wirausaha baru industri kecil dengan legalitas usaha. Sementara itu, program penumbuhan WUB tahun 2021 berhasil melatih 6.258 WUB dan memberikan fasilitasi legalitas usaha kepada 3.048 WUB,” ungkap Reni.

Setelah melalui program dasar pelatihan WUB, Ditjen IKMA juga memfasilitasi pelaku IKM dalam program peningkatan daya saing melalui beragam pendampingan, perluasan akses pasar, pameran, dan awarding.

Menurut Reni, program tersebut penting untuk mendongkrak kemampuan sektor IKM yang selama ini berkontribusi besar dalam perekonomian nasional. “Saat ini jumlah unit usaha IKM mencapai 4,4 juta unit usaha atau 99,7% dari total unit usaha industri, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 10,36 juta orang atau 66,25% dari total tenaga kerja industri, IKMmampu berkontribusi sebesar 21,47% dari total nilai output industri nasional,” sebutnya.

Setelah dua tahun dihadapkan olehpandemi Covid-19, ekonomi Indonesia terus berangsur pulih. Tingkat konsumsi masyarakat yang kini kembali meningkat turut menggiatkan aktivitas IKM dalam memproduksi barang maupun jasa.

“Dengan kreativitas, WUB IKM bisa memanfaatkan dan mengolah sumber kekayaan alam menjadi produk berkualitas. Terlebih, akses teknologi informasi yang terus berkembang memudahkan WUB IKM dalam proses produksi, hingga mengenalkan dan memasarkan produknya,” tutur Reni.

Sementara itu, Direktur  IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Kemenperin, Dini Hanggandari mengemukakan, Ditjen IKMA juga telah menyelenggarakan Bimbingan Teknis WUB IKM di Provinsi Maluku untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan teknis serta menguatkan jejaring antar IKM. Bimbingan Teknis WUB IKM di Provinsi Maluku ini menyasar WUB IKM di bidang ikan asap cair, daur ulang limbah, kerajinan plastik, perbaikan elektronik, pengolahan daging ikan, dan anyaman lidi.

Selain itu,servis ponsel, reparasi mesin kapal angkutan, pangan berbasis hasil laut, anyaman daun lontar, dan perbaikan mesin motor tempel. Bimtek tersebut digelar di empat kabupaten dan kota di Provinsi Maluku dengan topik sesuai potensi komoditas di masing-masing daerah.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Sumber: kemenperin.go.id

Selengkapnya
Kemenperin Tingkatkan Populasi IKM Inovatif dengan Cara Latih Ribuan Wirausaha Baru

Perindustrian

IKM Alas Kaki Membuka Pasar Ekspor dengan Meningkatnya Daya Saing Global

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) produsen alas kaki agar bisa meningkatkan daya saingnya. Apalagi, sebagai negara pusat produksi alas kaki terbesar ke-4 dunia, Indonesia memiliki potensi menjadi produsen sepatu lokal yang kompetitif di kancah global, dengan kualitas yang setara dengan merek-merek ternama dunia.

Adapun dua merek sepatu lokal yang terbukti mampu merambah ke pasar global, di antaranya Sagara Boots dan Pijakbumi. Keduanya merupakan mitra Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo, unit pelaksana teknis di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin.

“BPIPI menggandeng Sagara Boots dan Pijakbumi masuk ke dalam ekosistem pelaku industri alas kaki nasional lantaran berhasil menjadi contoh pelaku IKM alas kaki yang berkualitas. Kisah sukses kedua IKM ini diharapkan mampu membangkitkan semangat IKM lainnya untuk lebih lihai membaca peluang di pasar dalam dan luar negeri,” kata Direktur Jenderal IKMAKemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Kamis (30/12).

Saat bertemu dengan para pendiri Sagara Boots dan Pijakbumi, Reni mengapresiasi prestasi Sagara Boots dan Pijakbumi yang telah mampu mematahkan stigma negatif produksi sepatu negara berkembang berkualitas buruk, dengan material jelek, dan desain yang kuno. “Sagara Boots bahkan telah tembus menjadi sepatu boots kulit tier satu, yang setara dengan sepatu asal Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Sedangkan, produk Pijakbumi telah diekspor ke 20 negara di dunia,” ungkapnya.

Menurut Reni, kedua IKM alas kaki tersebuttelah membuktikan bahwa brand sepatu lokal semakin inovatif, dengan desain yang mengikuti selera pasar terkini serta tetap memerhatikan produksi ramah lingkungan dan berkesinambungan.Bahkan, mereka mampu melayani permintaan secara custom atau sesuai selera konsumen. “Dengan kualitas yang terbaik, kami optimistis brand lokal bisa lebih keren dan punya nilai jual tinggi dibanding brand luar yang ada di retail besar,” tuturnya.

Hingga kuartal III tahun 2021, total nilai ekspor alas kaki (kulit dan non-kulit) Indonesia mencapai USD4,3 miliar. Sementara itu, total PDB industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mencapai Rp20 triliun atau tumbuh 7% (y-o-y) sampai pada kuartal III-2021.

Pendiri sekaligus pemilik Sagara Boots, Bagus Satrio mengungkapkan, semakin banyak media asing yang mengekspos kemampuan industri sepatu Indonesia dalam menghasilkan boots yang berkualitas, yang bisa bersaing denganproduk kelas dunia. Oleh karenanya, produk sepatu lokal bisa dikenal masayarakat dunia.  

“Kami tidak sembarangan memilih bahan baku, harus menggunakan bahan kulit yang terbaik. Selain itu, dengan kualitas kulit dan sol terbaik, sehingga harga boots kami bahkan lebih mahal dari produk Amerika. Kami menjual dengan harga sekitar Rp6 juta,” sebut Bagus.

Sagara Boots bisa menerima pesanan secara custom, dan seluruh produksi sepatunya dilakukan secara manual dengan tangan. Tim Sagara pun menerapkan sistem waiting list sampai empat bulan lantaran tenaga kerja yang terbatas dan pesanan yang semakin membludak. “Dalam sebulan kami hanya bisa menghasilkan 40-60 pasang sepatu. Di luar negeri, Sagara Boots diminati karena handmade, custom, dan kualitas kulitnya tinggi,” imbuhnya.

Sedangkan Pijakbumi merupakan brand sepatu asal Bandung yang berciri khas eco friendly dengan bahan dari kulit natural dan ekstrak tumbuhan, salah satunya adalah dari serbuk kayu. Pijakbumi didirikan oleh Rowland Asfales dengan konsep orisinalitas desain, kearifan lokal, dan bahan material ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon. Dengan memadu padankan bahan baku pilihan, Pijakbumi mampu menghasilkan produk sepatu berkualitas.

Dalam produksi dan pemasaran, seringkali Sagara Boots maupun Pijakbumi terkendala oleh akses bahan baku impor dan modal untuk ekspor. Selain itu, Pijakbumi juga sedang berupaya mengkalkulasi bahan eco friendly sebagai bahan utama sepatunya, agar bisnisnya lebih berkelanjutan.

“Kami berharap ada cara untuk mengkalkulasi penggunaan bahan ramah lingkungan untuk perusahaan inovatif, dan bisa mendapatkan pengurangan pajak terkait pengolahan industri yang berkomitmen mengurangi emisi karbon,” kata Rowland.

Platform digital IFN

Dirjen IKMA menegaskan, melalui BPIPI, pihaknya berkomitmen untuk terus membantu para pelaku IKM alas kaki untuk mencari solusi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kemudahan akses ke pasar ekspor.

“Untuk memecahkan masalah-masalah terkait ekspor produk alas kaku ini, kami akan memfasilitasi mereka untuk bisa mengakses fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan akses pembiayaan untuk ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),” ujar Reni. Sementara itu, terkait kalkulasi penggunaan bahan material ramah lingkungan, Ditjen IKMA mempertemukan IKM alas kaki dengan Pusat Industri Hijau Kemenperin.

Lebih lanjut, guna mendukung para pelaku bisnis persepatuan untuk tumbuh bersama, BPIPI membuat sebuah platform digital bernama Indonesia Footwear Network (IFN) yang bisa diakses melalui lamanhttps://ifn.bpipi.id/.IFN ini bertujuan sebagai solusi atas perubahan tatanan industri alas kaki nasional sejak pandemi Covid-19.

“Di platform ini, beragam pelaku dan komunitas industri alas kaki nasional dapat berkolaborasi sebagai mitra bisnis untuk melakukan sharing value,” ujarnya. Reni menambahkan, melalui IFN, BPIPI akan dapat memberikan informasi yang relevan bagi pasar domestik dan global terkait potensi industri alas kaki Indonesia dari sektor hulu hingga hilir.

Kepala BPIPI Edi Suhendra menyampaikan, sebagai fasilitator industri alas kaki nasional, BPIPI memiliki peran untuk menguatkan kembali beragam komunitas industri alas kaki di Indonesia. Dengan demikian, IFN akan didorong untuk melengkapi dan mengumpulkan informasi industri yang selama ini ada di masing-masing komunitas. BPIPI juga terus mendorong program kemitraan di industri alas kaki agar ekosistem industri khususnya IKM alas kaki mampu lebih mandiri, menghasilkan kualitas produk lebih baik dan potensi go global.

“Sebagai salah satu manufaktur alas kaki terbesar global, Indonesia perlu mengambil inisiatif untuk mengintegrasikan informasi dari produsen, supplier, sumber material, merek lokal, dan organisasi yang bergerak di sektor industri alas kaki,” papar Edi. Oleh sebab itu, IFN yang digawangi BPIPI ini hadir sebagai penyedia informasi yang relevan bagi pasar potensial industri alas kaki dari hulu ke hilir, baik domestik dan global.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Sumber: kemenperin.go.id

Selengkapnya
IKM Alas Kaki Membuka Pasar Ekspor dengan Meningkatnya Daya Saing Global

Perindustrian

Kemenperin Mengutamakan Penguatan Mitra dan Program e-Smart bagi IKM

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Menjelang tahun 2022, beragam tantangan masih harus dihadapi oleh para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di tanah air. Sampai saat ini, pelaku IKM masih menghadapi kesulitan untuk bermitra dengan industri besar atau masuk ke dalam rantai pasok global.

“IKM perlu terus beradaptasi, bertransformasi dengan digital teknologi, berinovasi dengan sentuhan kearifan lokal, dan menjaga mutu produknya agar dapat masuk ke jejaring industri besar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (31/12).

Oleh sebab itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) tak henti mengupayakan beragam kemitraan sektor IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya. Sepanjang 2021, Ditjen IKMA Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 96 pelaku IKM melalui kegiatan temu bisnis, dengan jumlah yang berhasil bermitra mencapai 18 pelaku IKM.

“Fasilitasi yang kami lakukan dalam bentuk penyelenggaraan Forum Koordinasi IKM alat angkut dengan industri besar. Sejumlah 5 IKM sukses bermitra dengan industri besar melalui forum tersebut,” ungkap Dirjen IKMA, Reni Yanita.

Ada pula temu bisnis 14 IKM peserta Indonesia Food Innovation dengan grup hotel Accor, dan satu IKM berhasil mendapatkan pesanan. Selain itu, ada temu bisnis 62 IKM kosmetik dan industri bahan baku, dengan 12 IKM berhasil menjalin kemitraan.

Reni menjelaskan, pihaknya secara konsisten menumbuhkan dan mengembangkan IKM startup berbasis teknologi, sesuai dengan arahan Menperin, agar dapat menyediakan solusi bagi industri kecil yang masih kesulitan dalam adaptasi teknologi 4.0. Tantangan lain yang dihadapi oleh industri menengah, yaitu perlunya dukungan skema pembiayaan dalam upaya peningkatan kapasitas dan ekspor.

“Kami juga punya program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM, pendampingan dan fasilitasi sertifikasi produk, penguatan mesin peralatan, serta program e-Smart IKM yang terus dilanjutkan pada 2022 agar IKM dapat lebih berdaya saing di pasar luas,” sebutnya.

Program e-Smart IKM masuk dalam salah satu agenda prioritas Kemenperin pada tahun 2022. Ditjen IKMA menargetkan sebanyak 3.000 IKM ikut serta dalam pembinaan. Rangkaian kegiatan e-Smart IKM dimulai dengan bimbingan literasi digital IKM, penguatan branding dan manajemen bisnis melalui e-Smart IKM, dan program IKM Go Global.

“Program e-Smart ini bertujuan untuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan produktivitas IKM dengan memanfaatkan internet of things (industry 4.0) melalui platform digital, sekaligus untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan industri prioritas,” paparnya.

Hingga 13 Desember 2021, program e-Smart IKM Ditjen IKMA telah membina 4.600 pelaku IKM melalui workshop, pendampingan, dan pembinaan lainnya yang menjadi bagian dari Gerakan Bangga Buatan Indonesia. Sebanyak 3.256 IKM masuk dalam tahapan sustainability program yang meliputi kegiatan workshop e-Smart IKM, webinar dan pendampingan digital marketing. Sejak 2017-2020, program e-Smart IKM Kemenperin telah melibatkan 13.183 IKM di seluruh daerah.

Program unggulan IKM

Reni menambahkan, program unggulan lainnya adalah penumbuhan wirausaha baru (WUB). Program ini sudah dilaksanakan dengan melatih sebanyak 6.258 wirausaha, dengan 3.408 WUB di antaranya telah mendapatkan legalitas atau izin usaha.

Pelatihan atau bimbingan teknis dan manajemen kewirausahaan yang diberikan kepada 6.258 WUB tersebut, berasal dari kegiatan Satker Pusat sebanyak 2.534 WUB, Satker Dekonsentrasi sebanyak 3.410 WUB, serta Satker Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia sebanyak 314 WUB.

Berikutnya, program Santripreneur Ditjen IKMA sepanjang 2021 telah menjangkau 14 pondok pesantren dan membina 236 santri melalui bimbingan dan pendampingan teknis serta bantuan mesin/peralatan, dan meliputi beberapa bidang pembinaan, di antaranya IKM fesyen, olahan pangan, alas kaki dan perbengkelan. Program Santripreneur ini digelar sejak Maret hingga November 2021.

Sedangkan program restrukturisasi mesin/peralatan IKM tahun ini telah diberikan kepada 115 IKM, dengan total nilai potongan Rp12,1 miliar, dan nilai investasi sebesar Rp77,7 miliar. Tak hanya itu, Ditjen IKMA juga fokus menggelar fasilitasi dan pendampingan kepada para IKM di sentra-sentra IKM.

“Pembinaan di sentra IKM diberikan kepada 501 sentra IKM. Pembinaan di antaranya berupa bimbingan dan pendampingan teknis produksi serta fasilitasi mesin/peralatan produksi sentra IKM,” tuturnya.

Reni menyampaikan, dalam upaya pengembangan sentra IKM di berbagai wilayah di Indonesia, Ditjen IKMA Kemenperin telah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus, di mana pada 2021 melibatkan sebanyak 136 kabupaten/kota yang memperoleh alokasi DAK Sub Bidang Revitalisasi Sentra IKM.

“Kami terus mendorong Pemda agar bisa memanfaatkan DAK ini sebagai solusi pengembangan IKM di daerah dengan berbasis sentra IKM,” ujarnya.

Ditjen IKMA Kemenperin juga memberikan pendampingan dan pembuatan desain kemasan dan merek bagi IKM melalui Klinik Desain Merek Kemas. Klinik ini telah memfasilitasi 100 IKM, dengan jumlah desain kemasan sebanyak 200 desain dan jumlah desain merek sebanyak 200 desain.

“Sementara bantuan cetak kemasan diberikan kepada 10 IKM. Ada pula fasilitasi Kekayaan Intelektual melalui Klinik KI yang telah menghasilkan pendaftaran 394 Merek dan 6 Desain Industri, dan satu Indikasi Geografis,” sebut Reni.

Adapun capaian kontribusi industri aneka terhadap PDB Triwulan III 2021 (yoy) sebesar 0,13 persen, dengan nilai investasi industri aneka hingga Triwulan III tahun 2021 mencapai Rp2,17 triliun. Ditjen IKMA telah memfasilitasi sertifikasi SNI mainan anak kepada 23 IKM, dan melakukan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001-2015) kepada 4 IKM mainan anak.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Sumber: kemenperin.go.id

 

Selengkapnya
Kemenperin Mengutamakan Penguatan Mitra dan Program e-Smart bagi IKM

Perindustrian

Industri Kemasan Produk Berperan Dukung Ekosistem Halal

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 16 April 2024


Guna menyambut peluang pasar halal yang telah menjadi tren global saat ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus untuk mengakselerasi pengembangan sektor industri dan kawasan industri halal di tanah air yang berdaya saing global. Apalagi, Indonesia punya potensi pasar halal yang sangat besar sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia.

“Adanya potensi tersebut, membuat kebutuhan terhadap jaminan produk halal sangat penting. Oleh karena itu, Kemenperin bertekad untuk membangun ekosistem halal yang terintegrasi,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Doddy Rahadi di Jakarta, Kamis (6/1).

Dalam laporan The State of Global Islamic Economic Report pada tahun 2020 – 2021, umat muslim dunia membelanjakan lebih dari USD2,02 triliun atau setara Rp29 ribu triliun untuk bidang kebutuhan makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, pariwisata, dan sektor syariah lainnya. Jumlah tersebut meningkat 3,2% dibandingkan tahun 2018.

“Peningkatan pada permintaan produk makanan dan minuman halal merupakan peluang besar bagi sektor industrinya. Hal ini juga dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional,” tuturnya

Menurut Doddy, permintaan produk makanan dan minuman halal yang terus meningkat, seiring meningkatnya juga pemahaman masyarakat akan jaminan produk yang halal. Untuk menghasilkan produk halal, banyak aspek yang menjadi perhatian, seperti bahan baku, teknologi penunjang, fasilitas pendukung dan sumber daya manusia (SDM) industri.

“Seiring dengan peningkatan permintaan tersebut, kebutuhan akan industri penunjang makanan dan minuman juga mengalami peningkatan,” imbuhnya.

Industri kemasan makanan dan minuman merupakan salah satu sektor penunjangnya, yang memiliki peranan sangat penting. Makanan dan minuman yang telah terjamin kehalalannya juga harus dikemas didalam kemasan yang sudah terjamin kehalalannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Kemasan kaleng berbahan baku baja lapis timah elektrolisa (tinplate) merupakan salah satu kemasan yang dipakai mayoritas oleh industri makanan dan minuman dalam negeri. PT Latinusa sebagai satu-satunya produsen bahan baku kemasan kaleng tinplate di Indonesia, berkomitmen untuk turut menyukseskan program halal yang digaungkan oleh pemerintah.

Pada tahun 2015, PT Latinusa telah berhasil mendapatkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI untuk tinplate yang diproduksi. Hal ini menjadikan PT Latinusa sebagai satu satunya industri baja nasional yang memiliki sertifikat halal.

Pada tahun 2021, sesuai dengan perubahan pengelolaan sertifikasi jaminan produk halal yang sebelumnya berada di MUI menjadi ke Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), PT Latinusa telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku tersebut. “Kebutuhan akan tinplate yang halal ini sebagai perwujudan keinginan pelanggan latinusa khususnya di sektor makanan dan minuman,” ungkap Direktur Komersial PT Latinusa, Yulia Heryati.

Menurut Yulia, saat ini masih sangat sedikit perusahaan tinplate yang memiliki sertifikat halal. “Sehingga harus menjadi kewajiban oleh industri makanan dan minuman menggunakan kemasan dengan bahan baku yang terjamin kehalalannya,” tandasnya.

Oleh karena itu perlu menjadi perhatian pemerintah dan peran serta masyarakat untuk ikut secara aktif menjamin dan mengawasi penerapan jaminan produk halal pada industri. “Kehadiran UPT pelayanan standardisasi dan jasa industri di bidang jaminan produk halal merupakan salah satu komitmen Kemenperin dalam mewujudkan amanah perundang-undangan untuk memperkuat ekonomi nasional melalui pemberdayaan yang berfokus pada fasilitasi pembinaan serta pengawasan industri halal,” papar Doddy.

Fasilitas sertifikasi halal, lanjutnya, menjadi sangat penting bagi pelaku industri kita dalam meningkatkan daya saingnya, khususnya dalam pengembangan produk halal dalam ekosistem halal nasional. Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) selaku unit kerja di bawah BSKJI, memiliki peran strategis dalam menumbuhan ekosistem halal nasional.

“Sebab, kemasan merupakah salah satu faktor yang perlu diperhatikan bagi industri halal,” ujar Doddy. Kemasan dalam sebuah produk memiliki peranan yang penting, karena bukan hanya berfungsi untuk membungkus, tetapi kemasan juga harus melindungi isi produk tersebut agar tetap terjaga kualitas dan mutunya.

“Seluruh sektor yang wajib halal membutuhkan kemasan halal sebagai salah satu prosedur wajib dalam Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH). Selain itu, industri kimia merupakan bagian dari sektor dasar dalam ekosistem halal nasional,” pungkasnya.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Sumber: kemenperin.go.id

 

Selengkapnya
Industri Kemasan Produk Berperan Dukung Ekosistem Halal
« First Previous page 604 of 773 Next Last »