Pembelajaran Digital

Daring versus Luring: Analisis Kritis Kinerja Pendidikan Tinggi di Era Pra dan Pasca-Pandemi

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 15 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Perdebatan mengenai efektivitas relatif antara pendidikan daring (online) dan tatap muka (face-to-face - FtF) telah menjadi diskursus sentral dalam literatur pendidikan tinggi selama beberapa dekade. Namun, pandemi COVID-19 pada tahun 2020 berfungsi sebagai katalisator yang mentransformasi perdebatan ini dari ranah teoretis menjadi sebuah eksperimen global berskala masif, memaksa institusi pendidikan di seluruh dunia untuk beralih ke mode instruksi virtual. Karya Duha Tore Altindag, Elif S. Filiz, dan Erdal Tekin yang berjudul, "Is Online Education Working?," menyajikan sebuah investigasi empiris yang mendalam dan relevan untuk menjawab pertanyaan fundamental ini. Masalah inti yang diangkat adalah ketidakpastian mengenai dampak kausal dari modalitas instruksi terhadap hasil belajar mahasiswa, sebuah isu yang diperumit oleh masalah seleksi mandiri (self-selection), di mana mahasiswa yang memilih kelas daring mungkin secara inheren berbeda dalam hal motivasi, pencapaian akademik sebelumnya, atau gaya belajar dibandingkan mereka yang memilih kelas tatap muka.

Kerangka teoretis penelitian ini dibangun di atas tinjauan literatur yang komprehensif, merangkum temuan-temuan kunci dari studi-studi sebelumnya. Para penulis merujuk pada serangkaian penelitian eksperimental (misalnya, Figlio et al., 2013) yang, meskipun berskala kecil, secara umum menunjukkan bahwa instruksi FtF cenderung menghasilkan hasil akademik yang sedikit lebih unggul, terutama bagi kelompok mahasiswa tertentu. Di sisi lain, studi kuasi-eksperimental yang menggunakan data administratif berskala besar (misalnya, Hart et al., 2018; Bettinger et al., 2017) juga secara konsisten menemukan bahwa mahasiswa cenderung berkinerja lebih buruk di kelas daring.

Namun, penelitian ini secara eksplisit memposisikan dirinya untuk melampaui studi-studi yang ada dengan beberapa cara yang krusial. Pertama, tidak seperti mayoritas riset yang berfokus pada data pra-pandemi, studi ini memanfaatkan data longitudinal yang unik yang mencakup tujuh semester sebelum pandemi dan lima semester setelahnya, memungkinkan analisis dinamika yang berubah dari waktu ke waktu. Kedua, penelitian ini memperluas cakupan analisis heterogenitasnya, tidak hanya melihat demografi mahasiswa tetapi juga dampaknya pada mahasiswa program kehormatan (honors) dan mahasiswa pascasarjana, sebuah area yang sebelumnya kurang dieksplorasi. Terakhir, studi ini menyajikan sebuah analisis inovatif mengenai peran perangkat lunak pengawasan ujian (proctoring software) dalam memoderasi hubungan antara modalitas instruksi dan kinerja akademik.

Metodologi dan Kebaruan

Untuk mengatasi tantangan bias seleksi yang melekat, penelitian ini mengadopsi metodologi kuasi-eksperimental yang canggih dengan menggunakan data administratif tingkat transkrip dari sebuah universitas riset publik berukuran sedang di Amerika Serikat. Sumber data yang kaya ini mencakup dua belas semester, dari Musim Gugur 2016 hingga Musim Semi 2022, memberikan kekuatan statistik yang luar biasa dan kemampuan untuk melacak tren dari waktu ke waktu.

Model ekonometrik yang digunakan adalah model regresi fixed effects (efek tetap) yang komprehensif. Pendekatan ini merupakan kebaruan metodologis utama dari studi ini, karena ia memungkinkan peneliti untuk mengontrol secara ketat berbagai sumber variasi yang tidak teramati yang dapat mengacaukan hasil. Secara spesifik, model ini mencakup:

  1. Efek Tetap Mahasiswa (Student Fixed Effects): Mengontrol karakteristik mahasiswa yang tidak berubah dari waktu ke waktu (seperti kemampuan bawaan atau motivasi intrinsik) dengan membandingkan kinerja seorang mahasiswa di kelas daring dengan kinerjanya sendiri di kelas tatap muka.

  2. Efek Tetap Mata Kuliah (Course Fixed Effects): Mengontrol perbedaan inheren dalam tingkat kesulitan antar mata kuliah dengan membandingkan kinerja mahasiswa dalam mata kuliah yang sama yang ditawarkan dalam kedua modalitas.

  3. Efek Tetap Instruktur (Instructor Fixed Effects): Mengontrol variasi dalam gaya mengajar atau standar penilaian antar instruktur dengan membandingkan hasil dari kelas daring dan tatap muka yang diajar oleh instruktur yang sama.

Variabel hasil utama yang dianalisis mencakup empat metrik kinerja: tingkat penarikan diri dari mata kuliah (withdrawal rate), tingkat kelulusan (pass rate), kemungkinan mendapatkan nilai A, dan nilai akhir numerik (skala 0-4). Selain itu, penelitian ini juga menguji dampak jangka panjang terhadap kemungkinan mengulang mata kuliah, kelulusan tepat waktu, dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saat kelulusan.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis data yang rigor menghasilkan serangkaian temuan kuantitatif yang memberikan wawasan bernuansa mengenai dinamika pembelajaran daring dan tatap muka.

Pertama, analisis deskriptif awal mengonfirmasi adanya "keunggulan FtF" yang signifikan pada periode pra-pandemi. Mahasiswa di kelas tatap muka secara konsisten menunjukkan tingkat penarikan diri yang lebih rendah, serta tingkat kelulusan dan nilai akhir yang lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan mereka di kelas daring. Namun, temuan yang menarik adalah bahwa kesenjangan ini secara signifikan menyempit pada periode pasca-pandemi, menunjukkan adanya kemungkinan peningkatan kualitas atau adaptasi terhadap pembelajaran daring.

Kedua, hasil regresi fixed effects utama menguatkan temuan deskriptif ini. Setelah mengontrol berbagai faktor perancu, ditemukan bahwa pada periode pra-pandemi, instruksi FtF secara signifikan mengurangi kemungkinan mahasiswa menarik diri (sebesar 2,3 poin persentase), meningkatkan kemungkinan lulus (sebesar 4,2 poin persentase), dan menghasilkan nilai akhir yang lebih tinggi (sebesar 0,109 poin). Namun, analisis tren dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa keunggulan FtF ini secara bertahap menurun dan sebagian besar menghilang pada semester-semester pasca-pandemi. Bahkan, pada beberapa semester awal setelah pandemi (Musim Gugur 2020 dan Musim Semi 2021), mahasiswa di kelas daring menunjukkan kinerja yang sedikit lebih unggul dalam hal perolehan nilai A dan nilai akhir, sebelum akhirnya kedua modalitas kembali menunjukkan kinerja yang konvergen.

Ketiga, penelitian ini mengungkap dampak jangka panjang yang signifikan. Mahasiswa dengan proporsi kelas FtF yang lebih tinggi secara signifikan lebih mungkin untuk lulus tepat waktu, membutuhkan jumlah semester yang lebih sedikit untuk menyelesaikan studi, dan meraih IPK kelulusan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, mahasiswa yang mengambil 90-100% mata kuliah mereka secara tatap muka memiliki kemungkinan 5,3 poin persentase lebih tinggi untuk lulus tepat waktu dibandingkan dengan mereka yang mengambil kurang dari 50% kelas FtF. Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun kinerja dalam satu mata kuliah daring mungkin sebanding, pengalaman pendidikan yang didominasi oleh mode daring dapat memiliki konsekuensi negatif kumulatif.

Terakhir, analisis mengenai penggunaan layanan pengawasan ujian (proctoring) menghasilkan temuan yang menarik. Penggunaan perangkat lunak proctoring secara umum berkorelasi dengan kinerja akademik yang lebih rendah di kedua modalitas, baik daring maupun tatap muka. Hal ini menunjukkan bahwa alih-alih hanya mencegah kecurangan, alat ini mungkin juga menimbulkan stres atau hambatan lain yang berdampak negatif pada hasil ujian.

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Meskipun metodologinya kuat, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diakui. Pertama, karena data berasal dari satu universitas riset publik, generalisasi temuan ke jenis institusi lain (misalnya, community colleges atau universitas swasta) harus dilakukan dengan hati-hati. Kedua, meskipun model fixed effects sangat efektif dalam mengontrol bias seleksi yang tidak berubah dari waktu ke waktu, ia mungkin tidak sepenuhnya menangkap faktor-faktor perancu yang bervariasi seiring waktu (misalnya, perubahan dalam dukungan teknologi atau pelatihan dosen).

Secara kritis, penelitian ini, karena sifat kuantitatifnya, tidak dapat membongkar "kotak hitam" dari proses pembelajaran itu sendiri. Data log menunjukkan apa yang terjadi pada hasil akhir, tetapi tidak dapat menjelaskan mengapa perbedaan tersebut muncul. Faktor-faktor kualitatif seperti tingkat keterlibatan mahasiswa, kualitas interaksi, atau efektivitas desain pedagogis spesifik tidak dapat diukur melalui data administratif semata.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, temuan dari penelitian ini memberikan implikasi yang signifikan bagi para pembuat kebijakan di tingkat institusional. Kesimpulan bahwa kesenjangan kinerja antara pendidikan daring dan tatap muka telah menyempit menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi dan pedagogi daring kemungkinan besar telah membuahkan hasil. Namun, temuan mengenai dampak negatif kumulatif terhadap kelulusan tepat waktu dan IPK menyiratkan bahwa model pendidikan yang sepenuhnya daring mungkin bukan merupakan pengganti yang sempurna untuk pengalaman kampus tradisional. Hasil mengenai perangkat lunak proctoring juga menyarankan perlunya evaluasi yang cermat terhadap biaya dan manfaat dari alat pengawasan tersebut.

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan yang menjanjikan. Ada kebutuhan mendesak untuk penelitian metode campuran yang mengintegrasikan analisis data log kuantitatif dengan data kualitatif (seperti wawancara atau survei) untuk memahami mekanisme di balik temuan ini. Studi replikasi di berbagai jenis institusi dan negara akan sangat berharga untuk menguji kekokohan model ini. Terakhir, penelitian eksperimental yang dirancang untuk mengisolasi dampak dari komponen-komponen spesifik dalam pembelajaran daring (misalnya, interaksi sinkron vs. asinkron, berbagai jenis penilaian) dapat memberikan panduan yang lebih preskriptif untuk desain kursus yang efektif di masa depan.

Sumber

Altindag, D. T., Filiz, E. S., & Tekin, E. (2024). Is Online Education Working?. NBER Working Paper No. 29113. National Bureau of Economic Research. http://www.nber.org/papers/w29113

Selengkapnya
Daring versus Luring: Analisis Kritis Kinerja Pendidikan Tinggi di Era Pra dan Pasca-Pandemi

Pendidikan

Dampak Moodle dalam Pembelajaran Bahasa: Analisis Eksperimental terhadap Akuisisi dan Sikap Mahasiswa

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 14 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada adopsi teknologi yang meluas di institusi pendidikan sebagai respons terhadap kebutuhan akan pembelajaran jarak jauh, sebuah tren yang semakin diperkuat oleh disrupsi akibat COVID-19. Dalam konteks pengajaran bahasa, platform seperti Moodle menawarkan potensi untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif, di mana guru dapat menyediakan beragam sumber daya instruksional—mulai dari video, materi tertulis, hingga rekaman audio—untuk mendorong kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.  

Namun, di luar potensi teoretisnya, masih terdapat kesenjangan dalam pemahaman empiris mengenai dampak nyata dari alat-alat ini terhadap dua hasil pembelajaran yang krusial: peningkatan kemahiran berbahasa dan pembentukan sikap positif mahasiswa. Dengan latar belakang ini, karya Qaddumi dan Smith bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menyelidiki secara kuantitatif bagaimana implementasi Moodle mempengaruhi akuisisi bahasa Inggris dan sikap mahasiswa tingkat dua. Hipotesis utama yang secara implisit diuji adalah bahwa penggunaan latihan bahasa interaktif yang difasilitasi oleh Moodle akan menghasilkan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perkembangan keterampilan berbahasa jika dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional.  

Metodologi dan Kebaruan

Untuk menguji hipotesisnya, penelitian ini mengadopsi metodologi desain penelitian quasi-eksperimental yang kuat, sebuah pendekatan yang sangat sesuai untuk lingkungan pendidikan di mana randomisasi penuh sering kali tidak memungkinkan. Desain ini melibatkan pembentukan dua kelompok: sebuah  

kelompok eksperimental yang pembelajarannya didukung oleh Moodle, dan sebuah kelompok kontrol yang mengikuti metode pengajaran konvensional.  

Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan pra-tes dan pasca-tes (pre-test and post-test) dengan menggunakan dua instrumen yang dikembangkan secara khusus untuk penelitian ini:

  1. Sebuah tes pengembangan bahasa yang terdiri dari 100 butir soal pilihan ganda, yang dirancang untuk mengukur berbagai aspek kemahiran berbahasa, termasuk keterampilan berbicara.

  2. Sebuah kuesioner yang terdiri dari 25 butir soal, yang dibagi ke dalam empat bagian untuk merekam sikap mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa.  

Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada penemuan teori baru, melainkan pada aplikasi metodologisnya yang rigor untuk mengukur efektivitas sebuah intervensi teknologi. Dengan menggunakan desain quasi-eksperimental yang mencakup kelompok kontrol dan pengukuran sebelum-sesudah, penelitian ini berhasil melampaui laporan anekdotal dan menyajikan bukti empiris yang dapat diukur mengenai dampak Moodle dalam konteks pengajaran EFL.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis data kuantitatif menghasilkan temuan yang jelas dan signifikan secara statistik. Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa kelompok eksperimental yang menggunakan Moodle menunjukkan perkembangan yang lebih besar dalam keterampilan berbahasa Inggris dibandingkan dengan kelompok kontrol.  

Secara lebih spesifik, perbandingan nilai rata-rata (mean) antara hasil pra-tes dan pasca-tes menunjukkan bahwa kelompok eksperimental mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi. Temuan ini diperkuat oleh hasil uji statistik Wilks' Lambda, yang mengonfirmasi adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pada pengukuran pasca-tes. Salah satu hasil yang paling menonjol adalah adanya korelasi yang kuat antara peningkatan kemahiran berbicara (speaking proficiency) mahasiswa dengan penggunaan Moodle oleh mereka.  

Secara kontekstual, temuan ini memberikan validasi empiris yang kuat terhadap argumen bahwa latihan pembelajaran bahasa yang interaktif dan bermakna yang difasilitasi oleh LMS dapat secara efektif meningkatkan kinerja mahasiswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang juga menemukan dampak positif Moodle terhadap performa siswa, menegaskan bahwa platform digital, jika diimplementasikan dengan benar, dapat menjadi alat yang ampuh untuk akuisisi bahasa.  

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Penulis secara transparan mengakui keterbatasan utama dari penelitian ini, yaitu ukuran sampel yang kecil. Ketergantungan pada sekelompok peserta yang terbatas dari satu konteks institusional tertentu mengharuskan adanya kehati-hatian dalam melakukan generalisasi temuan ke populasi yang lebih luas.  

Sebagai refleksi kritis, meskipun tes pilihan ganda yang digunakan komprehensif, ia mungkin tidak sepenuhnya menangkap nuansa dari keterampilan produktif seperti berbicara. Namun, temuan yang secara spesifik menyoroti peningkatan kemahiran berbicara menunjukkan bahwa aktivitas di Moodle kemungkinan besar berhasil menstimulasi aspek-aspek komunikatif yang kemudian tercermin dalam skor tes secara keseluruhan.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, temuan dari penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi para pendidik bahasa, pengembang kurikulum, dan pembuat kebijakan institusional. Hasil skor pasca-tes yang lebih tinggi pada kelompok eksperimental memberikan argumen berbasis bukti yang kuat untuk mengintegrasikan LMS seperti Moodle secara lebih mendalam ke dalam kurikulum pengajaran bahasa.  

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan. Ada kebutuhan yang jelas untuk studi replikasi dengan sampel yang lebih besar dan lebih beragam untuk menguji kekokohan temuan ini di berbagai konteks budaya dan institusional. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat berfokus pada investigasi yang lebih mendalam mengenai jenis-jenis aktivitas interaktif spesifik di dalam Moodle yang paling berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan berbahasa, sehingga memungkinkan para pendidik untuk merancang intervensi yang lebih bertarget dan efektif.

Sumber

Qaddumi, H. A., & Smith, M. (2024). Implementation of Learning Management Systems (Moodle): Effects on Students' Language Acquisition and Attitudes towards Learning English as a Foreign Language. Trends in Higher Education, 3, 260-272. https://doi.org/10.3390/higheredu3020016

Selengkapnya
Dampak Moodle dalam Pembelajaran Bahasa: Analisis Eksperimental terhadap Akuisisi dan Sikap Mahasiswa

Konstruksi

Menjembatani Kesenjangan Keterampilan: Peta Jalan Pendidikan untuk Metode Konstruksi Modern di Irlandia

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 14 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Industri konstruksi global berada di ambang disrupsi yang signifikan, didorong oleh kombinasi tekanan keberlanjutan, kelangkaan keterampilan, kemajuan teknologi material, dan digitalisasi. Di tengah transformasi ini, Metode Konstruksi Modern (Modern Methods of Construction - MMC)—terutama yang berbasis manufaktur di luar lokasi (off-site manufacturing)—muncul sebagai paradigma yang menjanjikan untuk mengatasi inefisiensi yang melekat pada rantai nilai konstruksi tradisional yang terfragmentasi. Namun, adopsi yang lebih luas dari pendekatan inovatif ini terhambat oleh sebuah tantangan fundamental: kurangnya personel yang terlatih dan terdidik dengan baik di seluruh rantai pasokan.  

Laporan "Modern Methods of Construction: Defining MMC Business" ini secara spesifik mengkaji permasalahan tersebut dalam konteks industri konstruksi Irlandia. Dengan latar belakang meningkatnya permintaan akan solusi MMC yang didorong oleh klien yang lebih terinformasi dan dimungkinkan oleh teknologi seperti Building Information Modeling (BIM), penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan yang krusial. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi secara sistematis kesenjangan dalam penyediaan pelatihan dan pendidikan untuk keterampilan yang dibutuhkan oleh sektor MMC, sebagaimana dipersepsikan oleh para pemangku kepentingan utama di industri konstruksi Irlandia.  

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metodologi penelitian campuran (mixed-methods) yang kuat untuk membangun pemahaman yang komprehensif dan berbasis bukti. Pendekatan ini melibatkan dua cabang pengumpulan data primer:

  1. Survei Kuantitatif: Sebuah survei disebarkan kepada para pemangku kepentingan utama di sektor konstruksi Irlandia untuk mengumpulkan pandangan mereka mengenai pentingnya MMC, dampaknya, dan kesenjangan keterampilan yang ada.  

  2. Wawancara Kualitatif: Wawancara mendalam dilakukan dengan perwakilan dari perusahaan-perusahaan manufaktur di luar lokasi yang berbasis di Irlandia untuk mendapatkan wawasan yang lebih kaya dan bernuansa mengenai kebutuhan industri saat ini.  

Selain itu, penelitian ini juga mencakup tinjauan terhadap penawaran kursus yang ada di berbagai universitas dan perguruan tinggi di Irlandia untuk memetakan lanskap pendidikan saat ini terkait dengan MMC. Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada sintesisnya yang pragmatis dan berorientasi pada solusi. Dengan secara langsung menghubungkan permintaan industri (yang diartikulasikan melalui survei dan wawancara) dengan pasokan pendidikan (yang dipetakan melalui tinjauan kurikulum), penelitian ini menghasilkan sebuah analisis kebutuhan (  

needs analysis) yang spesifik konteks dan dapat ditindaklanjuti, yang berfungsi sebagai fondasi untuk rekomendasi kebijakan yang konkret.

 

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

 

Analisis data yang komprehensif menghasilkan serangkaian temuan yang secara jelas melukiskan tantangan dan peluang dalam ekosistem keterampilan MMC di Irlandia.

  1. Adanya Kesenjangan Keterampilan yang Signifikan: Temuan yang paling menonjol adalah konfirmasi empiris mengenai adanya kesenjangan keterampilan yang nyata. Ketika ditanya apakah Irlandia saat ini memiliki keterampilan kerja yang memadai untuk menerapkan MMC dengan sukses, mayoritas responden survei (53,8%) menyatakan tidak. Kesenjangan keterampilan ini secara konsisten muncul sebagai salah satu dari sepuluh hambatan utama dalam implementasi MMC, menegaskan bahwa masalah sumber daya manusia adalah isu sentral.  

  2. Sifat Keterampilan Hibrida yang Unik: Penelitian ini mengungkap bahwa kompetensi yang dibutuhkan untuk MMC bukanlah sekadar keterampilan konstruksi atau manufaktur tradisional, melainkan sebuah perpaduan unik dari keduanya. Keterampilan yang dibutuhkan merupakan campuran dari yang ditemukan dalam disiplin ilmu konstruksi, manufaktur, dan manajemen rantai pasokan. Hal ini menyiratkan bahwa model pelatihan silo yang ada saat ini tidak lagi memadai dan diperlukan pendekatan yang lebih interdisipliner.  

  3. Defisit dalam Lanskap Pendidikan Saat Ini: Tinjauan terhadap kurikulum yang ada di berbagai institusi pendidikan tinggi di Irlandia menunjukkan adanya defisit yang jelas. Sebagian besar program studi di bidang Arsitektur dan Teknik di berbagai tingkatan (NFQ Level 7, 8, dan 9) ditemukan tidak memiliki modul atau elemen kursus yang secara spesifik membahas MMC. Kesenjangan antara kebutuhan industri yang mendesak dan kurangnya penawaran pendidikan yang relevan ini menjadi akar masalah dari kelangkaan talenta.  

  4. Pergeseran Model Bisnis dan Kebutuhan Kolaborasi: Adopsi MMC menuntut lebih dari sekadar keterampilan teknis baru; ia juga mensyaratkan pergeseran dalam model bisnis dan praktik pengadaan. Rantai nilai tradisional yang terfragmentasi, di mana risiko sering kali dilimpahkan ke bawah, tidak sesuai dengan pendekatan MMC yang berbasis manufaktur. Diperlukan pendekatan yang lebih kolaboratif, model pembagian risiko yang baru, dan strategi pengadaan yang berbeda (misalnya, Keterlibatan Kontraktor Awal atau  

    Early Contractor Involvement) yang tidak sepenuhnya didukung oleh model kontrak tradisional.  

 

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

 

Meskipun menyajikan analisis yang komprehensif, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, fokusnya yang eksklusif pada konteks Irlandia berarti bahwa temuan dan rekomendasi spesifiknya mungkin tidak dapat digeneralisasi secara langsung ke negara lain dengan struktur industri atau sistem pendidikan yang berbeda. Kedua, meskipun melibatkan berbagai pemangku kepentingan, ada potensi bias seleksi di mana responden survei dan wawancara mungkin adalah mereka yang sudah lebih proaktif dan sadar akan pentingnya MMC, sehingga perspektif dari perusahaan yang lebih resisten terhadap perubahan mungkin kurang terwakili.

 

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

 

Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat signifikan dan langsung. Laporan ini secara efektif berfungsi sebagai peta jalan bagi para pembuat kebijakan, institusi pendidikan, dan badan profesional di Irlandia. Rekomendasi utamanya jelas: perlu ada upaya terkoordinasi untuk mengembangkan kursus pelatihan dan pendidikan terkait MMC di semua tingkatan, mulai dari program magang hingga program pascasarjana (NFQ Level 4 hingga 9). Ini mencakup pembuatan kursus baru yang berfokus pada MMC, serta  

integrasi modul-modul terkait MMC ke dalam kurikulum teknis yang sudah ada.  

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalur. Studi longitudinal dapat dilakukan untuk melacak dampak dari implementasi rekomendasi pendidikan ini terhadap tingkat adopsi MMC dan metrik produktivitas industri. Selain itu, penelitian komparatif yang menganalisis model pendidikan MMC yang berhasil di negara lain dapat memberikan wawasan berharga untuk mempercepat pengembangan kurikulum di Irlandia. Sebagai refleksi akhir, studi ini menegaskan bahwa realisasi penuh dari potensi MMC sangat bergantung pada investasi paralel dalam modal manusia; tanpa tenaga kerja yang terampil, inovasi teknologi secanggih apa pun akan tetap menjadi potensi yang tidak terpenuhi.

Sumber

Modern Methods of Construction: Defining MMC Business & Skills Requirements. (n.d.). Laporan berdasarkan survei dan wawancara dengan para pemangku kepentingan konstruksi di Irlandia.

Selengkapnya
Menjembatani Kesenjangan Keterampilan: Peta Jalan Pendidikan untuk Metode Konstruksi Modern di Irlandia

Pembelajaran Digital

Menganalisis Dampak Interaktivitas terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Daring: Sebuah Pendekatan Model Logit Ordina

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 14 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Di era pasca-pandemi, pembelajaran daring telah bertransformasi dari sebuah alternatif menjadi komponen integral dalam ekosistem pendidikan tinggi. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada pemahaman mendalam mengenai dinamika interaksi di ruang virtual. Karya Byung-Hak Leem yang berjudul, "Impact of interactivity on learning outcome in online learning settings," menyajikan sebuah investigasi kuantitatif yang cermat untuk menjawab pertanyaan fundamental: Bagaimana berbagai bentuk interaksi—antara siswa, fakultas, konten, dan sistem—secara nyata mempengaruhi pencapaian akademik?

Kerangka teoretis penelitian ini secara solid berlabuh pada dua model pedagogis yang telah mapan. Pertama, model Community of Inquiry (CoI), yang mengidentifikasi tiga elemen inti yang saling tumpang tindih—kehadiran kognitif, kehadiran sosial, dan kehadiran mengajar—sebagai fondasi untuk pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Kedua, model interaksi yang diperluas dari Moore, yang mencakup empat jenis interaksi krusial: siswa-konten, siswa-pengajar, siswa-siswa, dan siswa-sistem (antarmuka teknologi). Dengan mengintegrasikan kedua kerangka ini, penulis merumuskan serangkaian hipotesis yang bertujuan untuk menguji secara empiris dampak positif dari interaksi siswa-konten (catatan dan video kuliah), interaksi siswa-fakultas (melalui messenger dan Zoom), dan interaksi siswa-platform LMS (tampilan halaman dan waktu tinggal) terhadap hasil belajar.

Metodologi dan Kebaruan

Untuk menguji hipotesisnya, penelitian ini mengadopsi metodologi kuantitatif yang canggih dengan menggunakan model logit ordinal. Pilihan metodologis ini sangat tepat karena variabel dependen—kinerja akademik siswa yang direpresentasikan dalam bentuk nilai (A, B, C, D, F)—bersifat kategorikal dan memiliki tingkatan yang terurut, sebuah karakteristik data yang tidak dapat dianalisis secara akurat menggunakan model regresi linear standar.

Sumber data utama berasal dari log data platform Learning Management System (LMS) CANVAS dari tiga mata kuliah daring di sebuah universitas di Korea selama semester musim semi 2022, dengan total sampel sebanyak 166 mahasiswa. Penggunaan data log web ini menjadi kebaruan utama dari penelitian ini. Alih-alih mengandalkan kuesioner atau wawancara yang bersifat subjektif, studi ini mengukur interaksi secara objektif melalui metrik digital seperti tingkat penyelesaian unduhan materi, jumlah pesan yang dipertukarkan, waktu yang dihabiskan dalam sesi Zoom, serta jumlah tampilan halaman dan total waktu tinggal di LMS. Pendekatan ini memungkinkan analisis yang lebih berbasis bukti mengenai perilaku aktual pembelajar.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis data menggunakan model logit ordinal menghasilkan serangkaian temuan yang memberikan wawasan yang jelas dan dapat ditindaklanjuti. Secara umum, ditemukan bahwa interaksi siswa-konten, siswa-fakultas (melalui messenger), dan siswa-platform secara signifikan dan positif mempengaruhi hasil belajar.

Temuan yang paling menonjol adalah peringkat pengaruh dari berbagai atribut interaktivitas, yang diukur melalui nilai odds ratio:

  1. Interaksi Siswa-Catatan Kuliah: Atribut ini menunjukkan pengaruh yang luar biasa besar, dengan odds ratio mencapai 45.898,8. Ini mengindikasikan bahwa keterlibatan aktif dengan materi kuliah tertulis adalah prediktor terkuat dari keberhasilan akademik.

  2. Interaksi Siswa-Video Kuliah: Menempati peringkat kedua dengan odds ratio 99,4, menegaskan pentingnya konten multimedia yang dirancang dengan baik.

  3. Interaksi Siswa-Platform (Tampilan Halaman): Dengan odds ratio 20,5, temuan ini menyoroti bahwa navigasi aktif dan eksplorasi di dalam LMS berkorelasi positif dengan kinerja.

  4. Interaksi Siswa-Fakultas (Messenger): Komunikasi satu-ke-satu melalui pesan instan menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan odds ratio 5,9.

  5. Interaksi Siswa-Platform (Waktu Tinggal): Total waktu yang dihabiskan di LMS juga menjadi faktor yang signifikan, dengan odds ratio 5,5.

Secara kontras, temuan yang juga sangat penting adalah bahwa interaksi siswa-fakultas melalui Zoom tidak ditemukan memiliki efek yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar. Temuan ini mengontekstualisasikan bahwa, dalam lingkungan pembelajaran daring, kualitas dan aksesibilitas konten asinkron (catatan dan video) serta kemudahan penggunaan platform LMS memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap kinerja siswa dibandingkan dengan interaksi sinkron melalui konferensi video.

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Penulis secara transparan mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitiannya. Pertama, studi ini dilakukan hanya pada satu departemen di satu universitas, sehingga generalisasi temuannya ke konteks yang lebih luas harus dilakukan dengan hati-hati. Kedua, penelitian ini tidak berhasil menangkap data interaksi antar-siswa, karena mereka cenderung menggunakan platform komunikasi pribadi di luar LMS. Ketiga, analisis yang hanya didasarkan pada data log tidak dapat menangkap nuansa kualitatif dari interaksi; misalnya, ia mengukur kuantitas waktu yang dihabiskan, bukan kualitas dari keterlibatan kognitif selama waktu tersebut.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, temuan ini memberikan implikasi yang sangat kuat bagi universitas dan desainer instruksional. Pesan utamanya adalah bahwa investasi sumber daya harus diprioritaskan pada pengembangan konten pembelajaran asinkron yang berkualitas tinggi dan mudah diakses (baik teks maupun video) serta pada penyediaan platform LMS yang ramah pengguna dan andal. Ini terbukti lebih berdampak daripada sekadar menambah jumlah sesi sinkron.

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka jalan bagi studi replikasi di berbagai institusi dan disiplin ilmu untuk menguji kekokohan temuan ini. Ada juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkan metode guna menangkap dan menganalisis interaksi antar-siswa yang sering kali "tersembunyi". Terakhir, mengintegrasikan analisis data log kuantitatif dengan metode kualitatif (seperti wawancara atau analisis forum diskusi) dapat memberikan pemahaman yang lebih holistik mengenai bagaimana dan mengapa berbagai bentuk interaksi berkontribusi—atau gagal berkontribusi—terhadap pembelajaran yang bermakna.

Sumber

Leem, B.-H. (2023). Impact of interactivity on learning outcome in online learning settings: Ordinal logit model. International Journal of Engineering Business Management, 15, 1-10. DOI: 10.1177/18479790231203107

Selengkapnya
Menganalisis Dampak Interaktivitas terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Daring: Sebuah Pendekatan Model Logit Ordina

Pembelajaran Digital

Analisis Teknis Learning Management Systems: Panduan Pemilihan untuk Fungsionalitas Optimal

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 14 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada masalah praktis yang dihadapi oleh banyak institusi pendidikan dan organisasi di Nigeria dan sekitarnya: proliferasi platform LMS yang masif tanpa adanya studi komparatif yang jelas untuk memandu proses pengambilan keputusan. Penulis mengidentifikasi bahwa meskipun Nigeria menunjukkan kemajuan yang stabil dalam mengadopsi teknologi e-learning, banyak institusi masih kebingungan dalam memilih sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka. Kurangnya analisis teknis yang terperinci sering kali berujung pada implementasi yang suboptimal atau investasi yang tidak efisien.

Dengan latar belakang ini, kerangka teoretis studi ini adalah analisis teknis komparatif yang bertujuan untuk mengevaluasi fungsionalitas dari berbagai LMS yang umum digunakan. Hipotesis implisit yang mendasari karya ini adalah bahwa melalui perbandingan fitur yang sistematis, pola-pola kesamaan dan perbedaan yang signifikan dapat diidentifikasi, yang pada gilirannya dapat memberikan dasar yang kuat untuk rekomendasi strategis. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyajikan analisis komparatif yang luas dari sepuluh platform LMS terkemuka, menyelidiki fungsionalitasnya, dan memberikan rekomendasi berbasis bukti mengenai platform mana yang paling sesuai untuk diadopsi oleh institusi pendidikan tinggi, bisnis, dan organisasi.

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif, dengan menggunakan tinjauan literatur, analisis data sekunder, dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data utama. Proses metodologisnya melibatkan analisis komparatif terhadap sepuluh platform LMS yang dipilih secara cermat: Moodle, Canvas, Docebo, Blackboard, Chamilo, Schoology, Sakai, TalentLMS, iSpring Learn, dan 360Learning.

Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumentasi teknis dan makalah penelitian yang ada, serta melakukan wawancara dengan pengguna untuk memahami persepsi mereka terhadap beberapa sistem LMS yang umum. Analisis data dilakukan menggunakan prosedur tematik untuk mengidentifikasi pola-pola yang konsisten dari data yang terkumpul. Platform-platform tersebut dievaluasi berdasarkan serangkaian kriteria yang komprehensif, mencakup alat keterampilan belajar, alat komunikasi, alat produktivitas, kegunaan, mobilitas, ketersediaan editor kursus, dukungan konferensi video, dan biaya.

Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada kontribusinya sebagai sebuah analisis teknis yang praktis dan berorientasi pada solusi. Dengan secara langsung membandingkan fitur-fitur dari berbagai platform terkemuka dan membingkainya dalam konteks kebutuhan institusi di Nigeria, penelitian ini berfungsi sebagai panduan pengambilan keputusan yang sangat dibutuhkan.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis komparatif yang mendalam terhadap sepuluh platform LMS menghasilkan beberapa temuan kunci yang memberikan wawasan berharga.

  1. Tingkat Kesamaan Fungsionalitas yang Tinggi: Temuan yang paling menonjol adalah bahwa lebih dari 85% dari LMS yang dianalisis menunjukkan kesamaan yang signifikan dalam hal fungsionalitas inti. Sebagian besar platform telah mendukung penggunaan elemen multimedia, pembuatan dan penyuntingan materi kursus, serta manajemen tugas dan latihan.

  2. Dominasi Platform Sumber Terbuka (Open Source): Sebuah observasi menarik adalah bahwa mayoritas dari sistem yang dipelajari, seperti Moodle, Chamilo, Sakai, dan Canvas, bersifat open source. Hal ini menunjukkan adanya tren kuat menuju platform yang menawarkan fleksibilitas dan kustomisasi tanpa biaya lisensi awal yang tinggi, yang sangat relevan bagi institusi dengan anggaran terbatas.

  3. Kesenjangan dalam Fitur Komunikasi: Meskipun fungsionalitas inti cenderung seragam, ditemukan adanya kesenjangan pada fitur komunikasi. Hanya 75% dari sistem yang diteliti yang menyediakan dukungan obrolan (chat) dan hanya 68% yang memiliki dukungan forum. Kurangnya fitur komunikasi sinkron dan asinkron yang terintegrasi ini sering kali memaksa pengguna untuk beralih ke platform eksternal (misalnya, media sosial), yang bertentangan dengan konsep lingkungan belajar terpadu.

  4. Rekomendasi Berbasis Peringkat: Berdasarkan evaluasi komprehensif terhadap 40 fitur dan persyaratan teknis, penelitian ini menyimpulkan bahwa Blackboard merupakan pilihan terbaik secara keseluruhan, terutama bagi organisasi dengan anggaran yang lebih besar yang menginginkan solusi lengkap dan kaya fitur. Di sisi lain, Moodle direkomendasikan sebagai platform open source terbaik, menawarkan fungsionalitas yang luas, antarmuka pengguna yang baik, dan standar keamanan yang solid tanpa biaya lisensi.

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Meskipun menyajikan analisis yang komprehensif, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sebagai studi kualitatif yang mengandalkan data sekunder dan sampel wawancara bertujuan (purposive samples), generalisasi temuannya harus dilakukan dengan hati-hati. Kedua, analisis yang berfokus pada fitur teknis mungkin tidak sepenuhnya menangkap aspek-aspek non-fungsional yang sama pentingnya, seperti kualitas dukungan pelanggan, kemudahan penggunaan dalam jangka panjang, atau efektivitas pedagogis dari setiap platform.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat langsung: ia menyediakan sebuah kerangka kerja berbasis bukti bagi para pengambil keputusan di institusi pendidikan Nigeria untuk menavigasi pasar LMS yang ramai dan memilih platform yang paling sesuai dengan tujuan strategis dan kendala sumber daya mereka.

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka jalan bagi studi-studi yang lebih berfokus pada pengguna. Diperlukan penelitian empiris yang lebih mendalam di konteks Nigeria untuk mengevaluasi pengalaman pengguna (user experience), dampak pedagogis, dan total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership - TCO) dari platform-platform yang direkomendasikan. Studi longitudinal yang melacak dampak implementasi LMS tertentu terhadap hasil belajar siswa dan efisiensi administratif akan menjadi kontribusi yang sangat berharga.

Sumber

Onwodi, G. O., & Ibrahim, G. F. (n.d.). Technical Analysis of Learning Management Systems Towards Improving System Functionality. Faculty of Sciences, National Open University Nigeria, Abuja.

Selengkapnya
Analisis Teknis Learning Management Systems: Panduan Pemilihan untuk Fungsionalitas Optimal

Proyek Kontruksi

Mengurai Benang Kusut Pembengkakan Biaya: Analisis Hierarkis Faktor-Faktor Kunci dalam Proyek Konstruksi Indonesia

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 14 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Pembengkakan biaya (cost overruns) merupakan sebuah penyakit kronis dalam industri konstruksi yang sering kali menjadi penentu utama kegagalan sebuah proyek. Karya Calvin Limantoro, Andi, dan Jani Rahardjo yang berjudul, "Analisa Faktor Cost Overruns dengan Metode Interpretive Structural Modeling pada Proyek Konstruksi di Indonesia," secara sistematis berupaya membongkar kompleksitas di balik fenomena ini. Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya sering kali bersifat kualitatif dan saling terkait, sehingga pendekatan yang hanya membuat daftar penyebab tanpa memahami hubungan sebab-akibat di antara mereka menjadi tidak efektif untuk mitigasi.

Kerangka teoretis penelitian ini dibangun di atas sintesis literatur yang cermat, di mana penulis mengidentifikasi dan memilih lima belas faktor utama penyebab cost overruns yang paling sering muncul dalam studi-studi sebelumnya. Dengan demikian, penelitian ini tidak bertujuan untuk menemukan faktor-faktor baru, melainkan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan yang lebih krusial: memetakan struktur hierarkis dan hubungan kausal antar faktor-faktor tersebut dalam konteks spesifik industri konstruksi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana yang merupakan akar masalah fundamental dan mana yang hanya merupakan gejala, sehingga upaya pencegahan dapat difokuskan pada titik-titik dengan daya ungkit tertinggi.

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metodologi hibrida yang canggih, mengintegrasikan dua teknik pengambilan keputusan multikriteria (Multi-Criteria Decision-Making - MCDM), yaitu Interpretive Structural Modeling (ISM) dan Decision-making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL). Pendekatan ini memungkinkan analisis yang melampaui sekadar identifikasi faktor untuk memodelkan interaksi dinamis di antara mereka.

Pengumpulan data dilakukan melalui survei kuesioner perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang disebar kepada delapan orang responden yang dikategorikan sebagai ahli di bidang konstruksi, dengan kriteria utama memiliki pengalaman sebagai manajer proyek. Proses analisis data sangat terstruktur:

  1. Metode DEMATEL digunakan untuk mengkuantifikasi kekuatan pengaruh antar faktor, menghasilkan matriks hubungan total (Total-Relation Matrix) dan mengklasifikasikan faktor sebagai penyebab (dispatcher) atau akibat (receiver).

  2. Hasil dari DEMATEL kemudian diubah menjadi masukan untuk metode ISM, yang digunakan untuk membangun model struktur hierarkis yang memvisualisasikan hubungan antar faktor ke dalam beberapa tingkatan, dari akar masalah yang paling dasar hingga dampak yang paling permukaan.

Kebaruan dari karya ini terletak pada aplikasi metodologisnya yang rigor untuk konteks Indonesia. Dengan menggabungkan ISM dan DEMATEL, penelitian ini berhasil mengubah daftar faktor kualitatif yang tidak terstruktur menjadi sebuah model kausal yang dapat ditindaklanjuti, memberikan sebuah peta sistemik dari permasalahan cost overruns.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis data yang komprehensif menghasilkan sebuah model hierarkis empat tingkat yang secara jelas memetakan hubungan sebab-akibat dari kelima belas faktor cost overruns.

  • Pada level paling dasar (Level 4), penelitian ini mengidentifikasi Keterbatasan Sumber Daya Manusia (F6) sebagai akar masalah yang paling fundamental. Ini adalah pendorong utama yang mempengaruhi semua faktor lain dalam sistem.

  • Pada Level 3, terdapat dua faktor yang dipengaruhi oleh keterbatasan SDM namun menjadi penyebab bagi level di atasnya, yaitu Manajemen Kontraktor yang Buruk (F7) dan Adanya Praktik Kecurangan pada Internal Perusahaan (F8).

  • Pada Level 2, terdapat faktor-faktor yang lebih bersifat perantara, seperti Perencanaan dan Estimasi Pekerjaan yang Buruk (F1), Harga Material yang Berubah-ubah (F3), dan Perubahan Cuaca yang Tidak Menentu (F14).

  • Pada Level 1, terdapat sembilan faktor yang merupakan dampak atau gejala paling permukaan dari masalah di level-level yang lebih dalam. Faktor-faktor ini termasuk Keterlambatan Pekerjaan (F5), Perubahan Desain (F2), Kontrak yang Tidak Menguntungkan (F12), dan Kualitas Pekerjaan yang Buruk (F15).

Analisis DEMATEL lebih lanjut mengonfirmasi temuan ini. Ketika kedua metode disintesis, tiga faktor secara konsisten muncul sebagai akar masalah utama dengan daya penggerak (driving power) tertinggi dan tingkat ketergantungan (dependence) yang rendah:

  1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (F6)

  2. Manajemen Kontraktor yang Buruk (F7)

  3. Adanya Praktik Kecurangan pada Internal Perusahaan (F8)

Secara kontekstual, temuan ini sangat signifikan. Ia menunjukkan bahwa masalah-masalah yang sering terlihat di permukaan seperti keterlambatan atau perubahan desain sering kali hanyalah gejala dari masalah yang lebih fundamental di tingkat kapabilitas SDM, integritas manajemen, dan praktik etis perusahaan.

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Penulis secara eksplisit mengakui keterbatasan utama dari penelitian ini, yaitu ketergantungan pada penilaian subjektif dari sekelompok kecil ahli (delapan responden). Meskipun umum dalam studi ISM/DEMATEL, hal ini berarti bahwa model yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan bias dari para ahli yang berpartisipasi.

Sebagai refleksi kritis, meskipun model ini memberikan wawasan kausal yang mendalam, ia tidak dapat digeneralisasi secara statistik ke seluruh industri konstruksi Indonesia. Validitasnya bergantung sepenuhnya pada keahlian dan representativitas dari panel ahli yang dipilih.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat kuat. Model hierarkis yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai kerangka kerja strategis bagi para manajer proyek dan pemilik perusahaan. Alih-alih memadamkan "kebakaran" di Level 1 (misalnya, mengatasi keterlambatan dengan kerja lembur), mereka dapat memfokuskan sumber daya dan upaya perbaikan pada tiga akar masalah di Level 3 dan 4. Mengatasi masalah keterbatasan SDM melalui pelatihan, memperbaiki sistem manajemen kontraktor, dan memperkuat kontrol internal untuk mencegah kecurangan akan memberikan dampak sistemik yang jauh lebih besar dalam mencegah cost overruns.

Untuk penelitian di masa depan, penulis secara tepat merekomendasikan perlunya validasi lebih lanjut menggunakan metode statistik seperti Structural Equation Modeling (SEM) dengan sampel yang lebih besar. Hal ini akan memungkinkan pengujian hipotesis hubungan kausal yang diidentifikasi dalam model ini secara kuantitatif, sehingga meningkatkan validitas dan generalisasi temuan.

Sumber

Limantoro, C., Andi, & Rahardjo, J. (2023). Analisa Faktor Cost Overruns dengan Metode Interpretive Structural Modeling pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Dimensi Utama Teknik Sipil, 10(1), 20-37. DOI: 10.9744/duts.10.1.20-37

Selengkapnya
Mengurai Benang Kusut Pembengkakan Biaya: Analisis Hierarkis Faktor-Faktor Kunci dalam Proyek Konstruksi Indonesia
« First Previous page 6 of 1.167 Next Last »