Strategi Efektif Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja melalui Pengadaan, Monitoring, dan Efisiensi Biaya Konstruksi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

16 Mei 2025, 10.58

pixabay.com

Pendahuluan: Konstruksi, Industri Vital dengan Risiko Tinggi

Industri konstruksi di Inggris menyumbang 8% dari PDB, mempekerjakan 10% tenaga kerja nasional, dan menghasilkan £250 miliar per tahun. Namun, ironisnya, sektor ini juga menjadi salah satu yang paling berbahaya, dengan tingkat kecelakaan kerja tertinggi. Penelitian oleh John P. Cooney menyelidiki hubungan antara strategi pengadaan proyek, monitoring, dan efektivitas biaya terhadap peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3 atau OHS) di industri ini.

Studi ini menyoroti bahwa budaya organisasi kontraktor, keputusan tender, serta pengabaian faktor keselamatan demi efisiensi anggaran berkontribusi terhadap tingginya risiko kecelakaan. Oleh karena itu, pendekatan strategis berbasis regulasi hukum, manajemen risiko, dan insentif ekonomi sangat dibutuhkan.

Isu Utama: Tiga Pilar Penelitian

Penelitian ini mengeksplorasi tiga isu utama yang saling terkait:

  1. Bagaimana proses pengadaan (procurement) memengaruhi K3.
    Pemilihan kontraktor yang tidak mempertimbangkan rekam jejak keselamatan berisiko besar terhadap keseluruhan proyek.
  2. Efektivitas biaya dan prioritas keselamatan.
    Kontraktor sering tergoda memilih penawaran termurah, mengabaikan standar K3 demi mengurangi biaya.
  3. Strategi dan tanggung jawab pemangku kepentingan.
    Siapa yang harus bertanggung jawab jika kecelakaan terjadi? Bagaimana kontrak dan regulasi dapat menekan risiko tersebut?

Metodologi Penelitian: Pendekatan Gabungan

Penulis menggunakan kombinasi kualitatif dan kuantitatif, termasuk:

  • Studi literatur intensif
  • Kuesioner terstruktur untuk pekerja konstruksi dan manajer proyek
  • Analisis SWOT dan penilaian kebijakan legislatif K3 di Inggris

Temuan Kunci: Angka, Fakta, dan Analisis

  1. Faktor Ekonomi & OHS: Biaya Langsung dan Tidak Langsung
    • Kerugian ekonomi akibat penyakit akibat kerja mencapai 23 juta hari kerja hilang (2009/2010).
    • Biaya langsung: asuransi, klaim kerusakan, kompensasi.
    • Biaya tidak langsung: citra perusahaan menurun, moral pekerja rendah, keterlambatan proyek, biaya pelatihan ulang.
  2. Kecelakaan Fatal Masih Tinggi
    • Tahun 2006/2007, terjadi kenaikan 28% kematian kerja, menyumbang 32% dari seluruh kematian akibat kerja nasional di Inggris.
    • Industri konstruksi memiliki tingkat kematian 4x lebih tinggi dibanding sektor lain.
  3. Peran Klien dan Kontraktor dalam Proyek
    • Klien dianggap bertanggung jawab hukum dan moral atas keselamatan di lokasi proyek.
    • Namun, tanggung jawab ini sering dialihkan ke pihak ketiga seperti subkontraktor, menciptakan ketidakjelasan dan risiko hukum.
  4. Masalah Pengadaan & Tender
    • Banyak kontraktor memilih penawaran termurah tanpa meninjau catatan K3 dari penyedia jasa.
    • Studi menyarankan verifikasi budaya keselamatan organisasi sebagai bagian dari evaluasi tender.
  5. Pengaruh Budaya Organisasi & CSR
    • Implementasi K3 dipengaruhi oleh komitmen CSR organisasi terhadap kesehatan karyawan.
    • Perusahaan dengan nilai CSR tinggi lebih konsisten dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan.

Studi Kasus: Statistik & Dampak Nyata

  • 1,3 juta orang di Inggris menderita penyakit akibat kerja pada 2009/2010.
  • 8% pekerja konstruksi Inggris adalah migran, menciptakan tantangan komunikasi K3.
  • Beberapa proyek besar menunjukkan bahwa pengawasan yang lemah dalam proses procurement menyebabkan peningkatan insiden kecelakaan.

Dimensi Hukum: Tanggung Jawab Sipil dan Pidana

  • Undang-Undang Health and Safety at Work Act 1974 memberikan beban pembuktian pada perusahaan untuk menunjukkan bahwa mereka telah mengambil semua langkah yang "reasonably practicable".
  • Konsekuensi hukum meliputi denda, tuntutan perdata, dan bahkan penjara jika ditemukan kelalaian fatal.

Kritik dan Analisis Tambahan

Keunikan dari studi ini adalah fokusnya pada procurement sebagai pintu awal keselamatan kerja. Ini pendekatan yang sering luput dalam praktik industri, padahal merupakan titik awal semua perjanjian kerja. Namun, penelitian ini:

  • Belum menguji model di luar Inggris, padahal banyak prinsipnya dapat diaplikasikan secara global.
  • Perlu pendalaman lebih lanjut pada strategi implementasi pasca-tender, bukan hanya tahap seleksi.

Implikasi Strategis untuk Industri Konstruksi Global

Penelitian ini sangat relevan dalam konteks ESG (Environmental, Social & Governance) dan tuntutan transparansi bisnis global. Perusahaan konstruksi yang menyeimbangkan efisiensi biaya dengan standar keselamatan tinggi akan lebih berdaya saing, mendapatkan kepercayaan dari klien dan masyarakat.

Rekomendasi Praktis

  1. Integrasikan evaluasi K3 ke dalam semua tahapan procurement — dari tender hingga monitoring lapangan.
  2. Wajibkan pelatihan keselamatan bagi semua tenaga kerja, termasuk pekerja sementara dan migran.
  3. Bangun sistem audit dan reward berbasis hasil nyata keselamatan.
  4. Kembangkan kesadaran risiko sejak pendidikan vokasi melalui kurikulum K3.
  5. Perkuat regulasi tender dengan syarat kinerja K3 minimum.

Kesimpulan: OHS adalah Investasi, Bukan Biaya

Penelitian ini memperlihatkan bahwa pendekatan strategis terhadap keselamatan kerja—yang mencakup aspek hukum, ekonomi, dan budaya organisasi—dapat secara nyata menurunkan risiko kecelakaan kerja di industri konstruksi. Kesehatan dan keselamatan kerja tidak boleh menjadi korban efisiensi anggaran. Justru, keduanya harus menjadi faktor pertimbangan utama dalam proses pengadaan dan manajemen proyek.

Sumber : Cooney, J. P. (2016). Health and safety in the construction industry: A review of procurement, monitoring, cost effectiveness and strategy. University of Salford.