Farmasi

Profil Kimia Farma

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 April 2024


 

Salah satu apotek milik Kimia Farma di Bandung 

PT Kimia Farma Tbk adalah anak usaha Bio Farma yang berbisnis di bidang farmasi. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga tahun 2020, perusahaan ini memiliki 12 pabrik, 1.278 apotek, 451 klinik kesehatan, 75 laboratorium klinik, 10 optik, dan 3 klinik kecantikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan ini juga memiliki 18 gerai ritel di Arab Saudi. PT Kimia Farma Tbk adalah produsen dan distributor farmasi di Indonesia. Perusahaan ini berbasis di Jakarta.

Sejarah

Pada tahun 1957, perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi tersebut antara lain N. V. Pharmaceutische Handelsvereeniging J. van Gorkom & Co, (Jakarta), N. V. Chemicaliënhandel Rathkamp & Co, (Jakarta), N. V. Bandoengsche Kininefabriek,(Bandung), N. V. Jodium Onderneming Watoedakon(Mojokerto), dan N. V. Verbandstoffenfabriek(Surakarta).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1968, perusahaan-perusahaan tersebut diberi nama Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu PNF Radja Farma (Jakarta), PNF Hati Nurani Farma (Jakarta), PNF Nakula Farma (Jakarta), PNF Bio Farma, Perusahaan Negara (PN) Bhineka Kina Farma(Bandung), PN Sari Husada(Yogyakarta), dan PN Obat-obatan dan Alat Kesehatan Kasa Husada(Surabaya).

Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP. 3 Pada tahun 1969 perusahaan-perusahaan tersebut bergabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971, perusahaan-perusahaan Farmasi Negara mengalihkan bentuk hukum Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) menjadi PT. Kimia Farma (Persero).

Pada tahun 1998, krisis ekonomi Asia mengakibatkan anggaran negara mengalami peningkatan utang nasional. Untuk mengurangi beban utang tersebut, pemerintah mulai melakukan privatisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik negara. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembangunan, S-59/M-PM.BUMN/2000 tertanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi.

Direksi PT. Kimia Farma (Persero) mendirikan dua anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2002, yaitu PT. Kimia Farma Farmasi dan PT. Kimia Farma Perdagangan dan Distribusi. Pada tanggal 4 Juli 2002 PT. Kimia Farma Tbk. resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik dan berganti nama menjadi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.

Kontroversi
Pada bulan Mei 2021, seorang manajer lokal Medan dan empat karyawan lainnya yang bekerja untuk Kimia Farma ditangkap karena mencuci dan menggunakan kembali penyeka hidung COVID-19 sebanyak 20.000 kali pada 9.000 penumpang yang terbang melalui Bandara Internasional Kualanamu sejak Desember 2020. Para karyawan tersebut diduga telah mengantongi uang sebanyak 1. 8 miliar rupiah (~ $ 125.000 USD), beberapa di antaranya diduga digunakan untuk membeli rumah mewah untuk salah satu tersangka.

Meskipun Kimia Farma telah memecat karyawan yang bersangkutan, dua pengacara hak asasi manusia, Ranto Sibarani dan Kamal Pane, yang sering menjadi penumpang pada saat itu, telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan, meminta ganti rugi sebesar Rp. 1 miliar (~ $ 69.000 USD) per penumpang yang terkena dampak.

Pabrik
Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia memproduksi obat-obatan.

  • Pabrik Jakarta memproduksi tablet sediaan, tablet salut, kapsul, butiran, sirup, suspensi kering/sirup, obat tetes mata, krim, antibiotik dan injeksi.
  • Pabrik Bandung memproduksi bahan baku dan turunan kina, rifampisin, obat asli Indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
  • Pabrik Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak nabati dan kosmetik (bedak).
  • Pabrik Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang memproses yodium tambang di Indonesia.
  • Pabrik Tanjung Morawa di Padang, Sumatra Utara, memasok obat-obatan di Sumatra.

Penghargaan

PT Kimia Farma meraih penghargaan Kategori Industri Kesehatan dalam acara Indonesia Most Acclaimed Company 2022 with Outstanding Innovations of Health Product and Services.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Profil Kimia Farma

Farmasi

Kemenperin Bersiap Mendukung Pengembangan Obat Parasetamol oleh BUMN

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 April 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mendorong kemandirian industri farmasi di tanah air karena sebagai sektor penting dalam menopang pembangunan kesehatan nasional. 

Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha memperkuat struktur manufaktur industri farmasi di dalam negeri, antara lain dengan memacu kegiatan riset untuk menciptakan inovasi produk. Hal inilah yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dengan PT Kimia Farma Tbk. 

"Pada kesempatan ini, kami memberikan apresiasi kepada PT Pertamina yang menjalin kerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk dalam rangka pengembangan industri bahan baku obat parasetamol dari bahan baku benzene," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam dalam keterangan tertulis, Rabu (16/9/2020).

Dia menekankan bahwa Kemenperin siap mendukung penuh segala upaya pengoptimalan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi. Seperti pengembangan bahan baku obat parasetamol. Sebab, langkah tersebut merupakan salah satu dari program Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020–2024 yang dikoordinasikan dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). 

"Jadi, kami menyambut baik adanya sinergi kedua BUMN tersebut yang juga didukung oleh stakeholder terkait, karena diharapkan pula dapat meningkatkan daya saing industri kimia nasional, terutama pada lini industri antara (fine chemical maupun specialty chemical)," ujarnya. Upaya substitusi impor diyakini dapat membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia khususnya di sektor farmasi. 

"Selama ini, industri farmasi nasional mampu memproduksi sekitar 90 persen kebutuhan obat domestik," kata Khayam. Kemenperin mencatat, pada triwulan I tahun 2020, industri kimia, farmasi dan obat tradisional mampu tumbuh paling gemilang sebesar 5,59 persen. Di samping itu, industri kimia dan farmasi juga menjadi sektor manufaktur yang menyetor nilai investasi cukup signifikan pada kuartal I-2020, dengan mencapai Rp 9,83 triliun. 

Kemandirian di sektor industri alat kesehatan dan farmasi diharapkan Kemenperin bisa berkontribusi dalam program pengurangan angka impor impor hingga 35 persen pada akhir tahun 2022.

Sumber: kompas.com
 

 

Selengkapnya
Kemenperin Bersiap Mendukung Pengembangan Obat Parasetamol oleh BUMN

Farmasi

Melangkah Bersama: Industri Alat Kesehatan dan Farmasi Berintegrasi dalam Program Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 April 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menambahkan industri alat kesehatan dan industri farmasi ke dalam prioritas pengembangan Making Indonesia 4.0. 

Sebelumnya, pemerintah sudah sudah menetapkan 5 sektor industri 4.0 yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, kimia, dan elektronika. 

"Masuknya industri alat kesehatan dan farmasi ke dalam prioritas pengembangan Making Indonesia 4.0 merupakan salah satu upaya Kemenperin untuk dapat segera mewujudkan Indonesia yang mandiri di sektor kesehatan," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan tertulis, Minggu (21/6/2020).

Agus menambahkan, kemandirian Indonesia di sektor industri alat kesehatan dan farmasi merupakan hal yang penting, terlebih dalam kondisi kedaruratan kesehatan seperti saat ini.  Sektor industri alat kesehatan dan farmasi masuk dalam kategori high demand (permintaan tinggi) di tengah pandemi Covid-19. Ia menilai industri alat kesehatan dan farmasi perlu didorong untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri.

Kemandirian di sektor industri alat kesehatan dan farmasi diharapkan berkontribusi dalam program pengurangan angka impor impor hingga 35 persen pada akhir tahun 2022. "Inovasi dan penerapan industri 4.0 di sektor industri alat kesehatan dan farmasi dapat meningkatkan produktivitas," kata Menperin. Kemenperin mengaku terus berupaya meningkatkan daya saing sektor industri alat kesehatan dan farmasi dengan mendorong transformasi teknologi berbasis digital.

Pemanfaatan teknologi digital ini nantinya akan dimulai dari tahapan produksi hingga distribusi kepada konsumen. Program Making Indonesia 4.0 telah mendukung perusahaan industri dalam penyesuaian dengan kondisi saat ini. Di masa pandemi Covid-19, penerapan industri 4.0 memudahkan industri dalam menjalankan protokol kesehatan. "Dengan menjalankan digitalisasi, perusahaan dapat mengatur proses kerja maupun SDM-nya dan tetap produktif," ucapnya.

Pada tahun 2019, Kemenperin telah meluncurkan Indonesia Industri 4.0 Readiness Index atau dikenal dengan INDI 4.0. Melalui INDI 4.0, perusahaan industri melakukan penilaian mandiri untuk mengukur kesiapannya dalam bertransformasi menuju industri 4.0. Untuk meningkatkan kesiapan industri, Kemenperin menginisiasi tindak lanjut INDI 4.0, yaitu dengan membangun Ekosistem Indonesia 4.0 atau disebut SINDI 4.0. Ekosistem tersebut merupakan wadah dalam membangun sinergi dan kolaborasi antara pihak untuk mempercepat proses transformasi industri 4.0.

Sumber: money.kompas.com
 

 

Selengkapnya
Melangkah Bersama: Industri Alat Kesehatan dan Farmasi Berintegrasi dalam Program Industri 4.0

Teknik Elektro

Mengenal Perusahaan Jepang Yaitu Intelligent Systems Co., Ltd.

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 17 April 2024


Intelligent Systems Co., Ltd, adalah pengembang video game Jepang yang terkenal dengan seri video game Fire Emblem, Paper Mario, WarioWare, dan Wars yang diterbitkan oleh Nintendo. Kantor pusat perusahaan awalnya berlokasi di Pusat Penelitian Nintendo Kyoto di Higashiyama-ku, Kyoto, namun kemudian dipindahkan ke gedung dekat kantor pusat Nintendo pada bulan Oktober 2013. Mereka juga bertanggung jawab atas pembuatan berbagai perangkat keras pengembangan yang digunakan oleh pihak pertama dan ketiga. pengembang membuat game untuk sistem Nintendo, seperti IS Nitro Emulator, kit pengembangan resmi untuk Nintendo DS.

Sejarah singkat

Sistem Cerdas dimulai ketika Nintendo mempekerjakan programmer Toru Narihiro untuk mem-porting perangkat lunak sistem disk Famicom ke format kartrid ROM standar yang digunakan di luar Jepang untuk NES. Sebagai Laboratorium HAL, tim tersebut segera menjadi utilitas Nintendo, menyediakan peralatan sistem dan mempekerjakan orang untuk memprogram, memperbaiki, atau mem-porting perangkat lunak yang dikembangkan Nintendo. Sebagian besar karya asli tim terdiri dari kontribusi kecil untuk game yang lebih besar yang dikembangkan oleh Nintendo RandD1 dan Nintendo EAD.

Narihiro memprogram video game pertamanya, Famicom Wars dan Fire Emblem: Shadow Dragon dan Blade of Light, di akhir masa pakai Famicomand#039, meskipun desain game, desain grafis, dan musiknya ditangani oleh tim RandD1 Nintendo. Berkat kesuksesan Narihiro ja#039, Intelligent Systems mulai merekrut desainer grafis, pemrogram, dan musisi untuk mengembangkan perusahaan dari pengembang utilitas menjadi tim pengembangan game. Perusahaan terus mengembangkan entri baru dalam franchise Wars dan Fire Emblem.

Intelligent Systems memproduksi Paper Mario untuk Nintendo 64 pada tahun 2000, yang menjadi kesuksesan mengejutkan yang melahirkan lima sekuel. Tiga tahun kemudian, episode pertama serial WarioWare dirilis di Game Boy Advance, dan juga menjadi serial yang sukses. Nintendo tidak mempublikasikan semua game yang dikembangkan oleh Intelligent Systems. Cubivore: Survival of the Fittest (dikembangkan bersama oleh Intelligent Systems) diterbitkan oleh Atlus di Amerika Utara; Intelligent Systems juga mengembangkan berbagai game Dragon Quest terbitan Square Enix.

Disadur dari: en.wikipedia.org 

Selengkapnya
Mengenal Perusahaan Jepang Yaitu Intelligent Systems Co., Ltd.

Farmasi

Pemerintah Dorong Kemandirian Industri Farmasi Lokal untuk Menghindari Ketergantungan

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 April 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kemandirian dan ketahanan industri farmasi secara nasional sangat penting dimiliki oleh Indonesia. Berkaca pada pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia khususnya, Luhut pun mendorong industri ini diwujudkan di dalam negeri. 

Menurut dia, Indonesia tidak boleh ketinggalan atau kecolongan lagi untuk membenahi sektor farmasi, umumnya dunia kesehatan. 

Luhut menyatakan, sudah cukup Indonesia merasakan kesulitan yang dialami saat pandemi Covid-19. Terkait hal ini Presiden Joko Widodo pun sudah memerintahkan dirinya bersama Menteri Kesehatan untuk bersama melakukan dan membawa industri obat-obat ke dalam negeri. Sebab Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan suplai dari luar negeri, sehingga jika ke depannya pandemi terjadi lagi tidak ada masalah lagi utamanya dari sisi kefarmasian.

"Kita tidak keteteran seperti yang kemarin dan pemerintah siap menjadi upstaker (penyerap) dari produksi di dalam negeri melalui program pengadaan. Produksi dalam negeri akan menjadi prioritas dan ini saya lihat berlaku di banyak negeri di dunia, mereka memprioritaskan produksi dalam negerinya," kata dia dalam sambutannya secera virtual pada Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi, dikutip Selasa (9/11/2021). 

Luhut bilang, pandemi Covid-19 telah banyak memberikan pelajaran berharga bagi negara di dunia termasuk Indonesia. Pasalnya, ketika pandemi menghantam dunia banyak negara yang melakukan restriksi ekspor obat, vaksin dan alat kesehatan.
 
Kondisi itu menyulitkan Indonesia ketika itu dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama saat India dilanda Covid-19 varian Delta dan Tiongkok melaksanakan vaksinasi secara masif. 

"Kita sulit mendapatkan suplai vaksin, meskipun sudah ada perjanjian penjadwalan pengirimannya, misalnya dari India waktu itu," ungkapnya.

Mewujudkan kemandirian dan ketahanan industri farmasi di dalam negeri itu, Luhut telah melakukan komunikasi hingga penjajakan serius dengan perusahan-perusahan farmasi mancanegara, seperti Merck, Pfizer, dan Johnson & Johnson untuk mau berinvestasi di Indonesia. 

"Saya bertemu dengan mereka dan kami mengundang mereka untuk berinvestasi di Indonesia pada bidang farmasi terutama obat dan vaksin yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Dan kita sudah dalam proses penjajakan sehingga kita mau industri itu ada dalam di dalam negeri," ujarnya. Pemerintah juga akan mendorong skema insentif yang lebih baik untuk mendorong investasi di sektor farmasi, tidak hanya kepada perusahaan-perusahaan negara atau BUMN, namun juga mendorong sektor swasta.

 "Kami juga berencana memberikan insentif seperti tax holiday (pembebasan pajak) yang lebih menarik, kami juga menyiapkan kawasan industri untuk sektor industri farmasi, sehingga bisa terbentuk ekosistem produksi yang lebih baik," tuturnya.

Sumber:money.kompas.com 
 

 

Selengkapnya
Pemerintah Dorong Kemandirian Industri Farmasi Lokal untuk Menghindari Ketergantungan

Farmasi

Strategi Menperin Mendorong Industri Farmasi Lokal Memimpin di Tanah Air

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 17 April 2024


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung industri farmasi dan alat kesehatan menjadi swasta di Tanah Air. Mengurangi ketergantungan terhadap produk impor secara bertahap. 

“Kami mendorong industri kefarmasian dan alkes untuk menjadi pemain penting dan menjaga negara kita. Selain itu, sektor kefarmasian dan alkes termasuk sektor yang paling banyak diminati meski di tengah pandemi COVID-19. adalah salah satu sektor yang paling diminati karena kekuatannya." Hal itu diungkapkannya dalam keterangan yang dikeluarkan, Minggu (7 Mei 2020). 

Menperin menyebutkan, pihaknya punya beberapa strategi untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi. Salah satunya mengurangi bahan baku impor dengan dibutuhkannya kerja sama yang erat dengan kementerian dan lembaga lain dalam menghasilkan regulasi dan kebijakan yang dapat menghadirkan ekosistem industri yang kondusif.

"Hal ini yang terus kami upayakan bersama-sama dengan berbagai kementerian maupun lembaga. Kami berharap melalui kebijakan yang ramah terhadap industri farmasi, maka target untuk mengurangi impor sebesar 35 persen pada akhir tahun 2022 dapat tercapai sehingga industri di Indonesia dapat lebih mandiri dalam memenuhi bahan bakunya," paparnya.

Industri farmasi Indonesia didukung oleh 220 perusahaan, lebih dari 90% diantaranya fokus pada back end manufaktur farmasi. Pemerintah terus bekerja keras untuk mengurangi impor bahan baku, khususnya di sektor hulu industri farmasi. Kementerian Perindustrian juga menargetkan untuk menambah industri farmasi dan kesehatan sebagai sektor pionir baru dalam penerapan Industri 4.0 melalui lima bidang utama yang diidentifikasi dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. 

“Sebab, dengan kondisi permintaan yang tinggi terhadap produk kedua sektor tersebut, perlu adanya dukungan teknologi modern dan ketersediaan SDM yang kompeten untuk mengembangkannya," katanya.

Di sektor alat kesehatan, Kemenperin semakin aktif mendorong kolaborasi yang erat antara sektor industri dengan akademisi. Hal ini terwujud dalam produksi ventilator yang digunakan untuk membantu penanganan pandemi Covid-19. Indonesia belum memiliki industri alat kesehatan yang secara khusus memproduksi ventilator.

"Ventilator hasil produksi perguruan tinggi dan pelaku industri memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 80 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan kita dalam memproduksi ventilator secara mandiri ini cukup membanggakan," ujarnya.

Untuk itu, Kemenperin akan terus mendorong peningkatan utilisasi dari TKDN sehingga Indonesia dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan di sektor alat kesehatan. "Rata-rata TKDN dari alat kesehatan sudah mencapai 25-90 persen dan ini harus terus dijaga sehingga produksi alat kesehatan dapat terus mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri," katanya. Bahkan, Kemenperin berupaya untuk mewujudkan kemandirian di sektor kesehatan dengan mendorong sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) melakukan diversifikasi produknya. Industri TPT telah berhasil memproduksi alat pelindung diri (APD) dan masker yang digunakan oleh tenaga medis serta masker kain yang digunakan oleh masyarakat. 

Saat ini, terjadi peningkatan signifikan pada produksi pakaian bedah dan pakaian pelindung medis. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenperin dan Kementerian Kesehatan, terjadi surplus produksi sampai Desember 2020, sebesar 1,96 miliar buah untuk masker bedah, kemudian 377,7 juta buah masker kain, sebanyak 13,2 juta buah pakaian bedah (gown/surgical gown), dan 356,6 juta buah untuk pakaian pelindung medis (coverall). 

Untuk itu, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 57 Tahun 2020. Regulasi ini memberikan kesempatan bagi pelaku industri TPT untuk melakukan ekspor produk alat pelindung diri seperti masker bedah, pakaian pelindung medis, dan pakaian bedah.

Sumber: money.kompas.com
 

Selengkapnya
Strategi Menperin Mendorong Industri Farmasi Lokal Memimpin di Tanah Air
« First Previous page 587 of 773 Next Last »