Accelerated Life Testing
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025
Pendahuluan: Garansi, Biaya, dan Pentingnya Accelerated Life Testing (ALT)
Dalam dunia industri modern, jaminan kualitas produk tidak hanya menjadi nilai jual utama tetapi juga merupakan potensi beban biaya yang harus dikelola dengan strategi cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh produsen untuk mengurangi risiko biaya garansi adalah melalui Accelerated Life Testing (ALT), yaitu metode pengujian keandalan produk dengan mempercepat proses kegagalan menggunakan tingkat stres yang lebih tinggi dari kondisi operasional normal. Artikel ini secara khusus menghubungkan konsep ALT dengan kebijakan garansi pro-rata, terutama untuk produk yang tidak dapat diperbaiki seperti baterai dan ban. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk menghitung estimasi keandalan dan biaya penggantian produk dengan cara yang efisien, sehingga memungkinkan produsen menentukan waktu penggantian optimal sekaligus menekan pengeluaran garansi.
Konsep Dasar ALT dan Distribusi Generalised Exponential
ALT dalam studi ini dilakukan pada kondisi stres konstan dengan data yang mengalami sensor Tipe-I. Distribusi umur produk diasumsikan mengikuti Generalised Exponential Distribution (GED) dengan parameter α sebagai parameter bentuk yang bergantung pada tingkat stres dan β sebagai parameter skala yang konstan untuk semua level stres. Fungsi distribusi kumulatif GED dinyatakan sebagai F(t) = (1 - e^(-t/β))^α. Distribusi ini cocok untuk menggambarkan produk dengan tingkat kerusakan yang meningkat seiring waktu. Ketika nilai α lebih besar dari satu, laju kegagalan meningkat; jika α kurang dari satu, laju kegagalan menurun; dan jika α sama dengan satu, laju kegagalan bersifat konstan.
Model ALT dengan Pendekatan Power Rule dan Sensor Tipe-I
Parameter α di setiap level stres dimodelkan mengikuti Power Rule: αj = C × Vj^(-p), di mana C dan p merupakan parameter positif. Eksperimen dilakukan pada tiga level stres: V₁ = 1, V₂ = 1.5, dan V₃ = 2, dengan pembagian sampel yang merata untuk setiap level. Dari seluruh unit uji, sekitar 60% mengalami kegagalan sebelum mencapai waktu sensor yang telah ditentukan, t₀.
Estimasi Parameter dengan Maximum Likelihood Estimation (MLE)
Estimasi parameter dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk memperoleh nilai parameter β, C, dan p. Proses penyelesaian persamaan likelihood dilakukan melalui metode numerik Newton-Raphson. Fungsi keandalan untuk kondisi penggunaan normal diturunkan dari distribusi GED dan dinyatakan sebagai Ru(t) = 1 − (1 − e^(−t/β))^α.
Simulasi dan Evaluasi Performa Estimator
Simulasi Monte Carlo dilakukan sebanyak 1000 kali untuk empat ukuran sampel, yaitu n = 50, 100, 150, dan 200. Dua skenario nilai parameter awal diuji, dengan kombinasi β = 0.25 atau 1, C = 1 atau 1.5, dan p = 1 atau 1.5. Hasil simulasi menunjukkan bahwa estimasi parameter semakin presisi seiring bertambahnya jumlah sampel. Nilai relative absolute bias (RAB) dan mean square error (MSE) untuk masing-masing parameter menurun secara konsisten dengan bertambahnya n. Misalnya, pada n = 50, RAB untuk β sebesar 0.084 dengan MSE sebesar 0.078, sedangkan pada n = 200, RAB menurun drastis menjadi 0.008 dengan MSE hanya 0.010.
Prediksi Keandalan Produk dalam Kondisi Normal
Model digunakan untuk memprediksi keandalan produk pada kondisi stres normal, yaitu V = 0.5. Dengan parameter yang disimulasikan, misalnya β = 0.25, C = 1.5, dan p = 1, diperoleh nilai α sebesar 3.201. Fungsi keandalan produk dihitung untuk berbagai waktu penggunaan: pada t = 0.2, nilai R(t) adalah 0.8518; pada t = 0.4, R(t) menjadi 0.5141; dan pada t = 0.6, menurun lagi menjadi 0.2624. Hal ini menunjukkan bahwa seiring bertambahnya waktu penggunaan, tingkat keandalan produk menurun secara signifikan.
Kebijakan Penggantian Produk dalam Skema Garansi Pro-Rata
Penelitian ini juga memodelkan kebijakan penggantian produk yang tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan pendekatan age replacement. Jika produk gagal sebelum umur garansi w, pelanggan akan menerima kompensasi dalam bentuk rebate proporsional, dengan fungsi R(t) = Cp × (1 − t/w) untuk 0 ≤ t ≤ w. Biaya total siklus penggantian dihitung dengan mempertimbangkan tiga skenario: jika produk gagal sebelum w, biaya adalah Cd + Cp − R(t); jika gagal setelah w, biaya menjadi Cd + Cp; dan jika produk diganti pada umur τ, biaya yang dibebankan hanya Cp. Dalam simulasi, digunakan nilai biaya downtime Cd sebesar 50 dan biaya penggantian Cp sebesar 1000.
Interpretasi Hasil Akhir dan Aplikasi Praktis
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan masa garansi w menyebabkan kenaikan total biaya, sedangkan memperpanjang umur penggantian τ cenderung menurunkan cost rate (CR). Misalnya, untuk β = 2, α = 0.2, w = 5 dan τ = 7, diperoleh biaya ekspektasi E(C) sebesar 930.12, waktu ekspektasi E(T) sebesar 5.79, dan cost rate sebesar 230.88. Ketika α meningkat menjadi 0.4 dan w tetap 5, E(C) menurun menjadi 830.18 dan CR menjadi 204.67. Namun, jika masa garansi diperpanjang menjadi w = 8 dan τ menjadi 10, E(C) meningkat menjadi 1050.81, tetapi CR tetap terkendali di angka 216.66. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemilihan umur penggantian yang tepat sangat penting untuk menyeimbangkan biaya dan keandalan produk, terutama pada produk dengan laju kerusakan yang lebih cepat.
Analisis Tambahan dan Kritik Terhadap Studi
Salah satu kekuatan utama penelitian ini adalah integrasi realistis antara model ALT dan kebijakan garansi untuk produk non-repairable. Pendekatan yang ditawarkan sangat aplikatif, khususnya untuk produk konsumen seperti baterai, lampu, dan ban, di mana penggantian lebih efisien daripada perbaikan. Selain itu, simulasi yang dilakukan menunjukkan estimator yang konsisten dan efisien di berbagai kondisi. Namun, studi ini masih memiliki keterbatasan, terutama pada aspek integrasi eksak dari model matematis yang bergantung pada pendekatan numerik. Model juga belum membahas secara menyeluruh skenario garansi dengan opsi perbaikan atau perpanjangan jangka waktu garansi. Oleh karena itu, pengembangan lanjutan disarankan untuk mencakup produk repairable dan penggunaan data empiris dari laporan purna jual sebagai validasi praktis model.
Kesimpulan Umum
Studi ini menggabungkan dua aspek penting dalam strategi manajemen kualitas: pengujian keandalan produk melalui Accelerated Life Testing dan kebijakan garansi pro-rata berbasis model matematis. Dengan menggunakan pendekatan Generalised Exponential Distribution dan power rule untuk memodelkan pengaruh stres terhadap waktu kegagalan, artikel ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memprediksi keandalan, mengelola biaya penggantian, dan menentukan umur penggantian optimal. Dalam konteks persaingan industri yang semakin ketat, metode ini dapat menjadi alat strategis bagi produsen untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memenuhi ekspektasi konsumen terhadap kualitas dan jaminan produk.
Sumber asli :
Showkat Ahmad Lone & Aquil Ahmed – Design and Analysis of Accelerated Life Testing and its Application Under Rebate Warranty, Sankhyā A: The Indian Journal of Statistics, 2020.
Accelerated Life Testing
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025
Pendahuluan: Revolusi ALT dalam Dunia Produk Tahan Lama
Dalam era industri yang kompetitif, memahami daya tahan produk dengan akurat tanpa menunggu waktu rusak secara alami adalah suatu keharusan. Pengujian dengan Accelerated Life Testing (ALT) memanfaatkan tekanan (stress) buatan untuk mempercepat kerusakan dan memperkirakan keandalan produk.
Penelitian ini mengkaji Step-Stress Accelerated Life Testing (SSALT) berbasis distribusi Burr-XII dengan model Cumulative Exposure di bawah kondisi Progressive Type-II Censoring, lengkap dengan penerapan pada data nyata dari bola lampu.
Mengapa Burr-XII?
Distribusi Burr Type XII, dengan dua parameter bentuk (c dan k), sangat fleksibel dan mampu menangani distribusi umur produk dengan kegagalan awal yang tinggi, berbeda dengan distribusi klasik seperti eksponensial atau Weibull.
Karakteristik Utama Burr-XII:
Formulasi PDF-nya:
f(x) = c·k·xc−1 · (1 + xc)−(k+1)
Model ALT dan Censoring Tipe-II Progresif
Pengujian dilakukan dalam dua level stress:
Setiap unit diuji hingga gagal atau dihapus secara progresif sesuai skema censoring. Setelah waktu tetap τ₁, stress dinaikkan dari S₁ ke S₂.
Cumulative Exposure Model:
Model ini menyatukan waktu stress rendah dan tinggi sebagai bentuk paparan kumulatif, dinyatakan melalui CDF dan PDF gabungan berdasarkan Burr-XII.
Pendekatan Estimasi Parameter
📌 Estimasi Parameter: MLE (Maximum Likelihood Estimation)
MLE digunakan untuk mengestimasi parameter c₁, c₂, dan k menggunakan persamaan likelihood berdasarkan data censoring progresif.
Karena bentuk eksplisit sulit diperoleh, digunakan metode Newton-Raphson untuk menyelesaikan sistem non-linear dari turunan log-likelihood.
Studi Kasus: Data Nyata Lampu Pijar
Data dikumpulkan dari 64 lampu dengan skema censoring progresif (11 unit dihapus sebelum gagal). Tabel waktu kegagalan menunjukkan transisi antara stress 2.25V dan 2.44V.
Validasi Model:
Stress:
Hasil uji goodness-of-fit menunjukkan bahwa pada tingkat stres 2.25V, diperoleh nilai D-statistic sebesar 1.10 dengan p-value 0.30, yang mengindikasikan tidak terdapat perbedaan signifikan antara distribusi empiris dan distribusi teoritis pada tingkat signifikansi umum. Sementara itu, untuk tingkat stres 2.44V, nilai D-statistic jauh lebih kecil yaitu 0.013 dengan p-value tinggi sebesar 0.965, yang menunjukkan kecocokan yang sangat kuat antara data pengamatan dan model distribusi yang digunakan. Dengan demikian, kedua kondisi stres dapat dianggap sesuai untuk digunakan dalam pemodelan keandalan, dengan tingkat kecocokan yang lebih optimal pada stres 2.44V.
Hasil Estimasi Parameter Nyata :
Hasil estimasi parameter nyata menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) menunjukkan nilai parameter yang telah dikalibrasi dengan data aktual. Nilai c₁ diperoleh sebesar 6.628 dengan interval kepercayaan 95% antara [2.419, 18.161], menunjukkan tingkat ketidakpastian yang moderat. Parameter c₂ memiliki nilai 18.88, namun dengan interval kepercayaan yang sangat lebar, yakni dari [5.114×10⁻⁶, 6.972×10⁻²³], mengindikasikan kemungkinan variabilitas tinggi atau ketidakstabilan estimasi. Sementara itu, parameter k diperkirakan sebesar 0.027 dengan interval kepercayaan antara [7.32×10⁻⁷, 9.97×10⁻⁶], yang menandakan kecenderungan parameter ini memiliki pengaruh yang kecil tetapi tetap signifikan dalam model.
Menggunakan model akselerasi linier yang dirumuskan sebagai ln(σi) = a + b·ln(Si), diperoleh nilai koefisien a = −8.4276 dan b = 12.9133, yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai deviasi standar kondisi normal σ₀, yakni 1.687. Berdasarkan nilai ini, fungsi keandalannya dinyatakan dalam bentuk R(t) = (1 + t / 1.687)^−0.024, yang menunjukkan bahwa keandalan produk menurun secara perlahan seiring waktu.
Dalam studi simulasi, dilakukan evaluasi terhadap performa model dengan mempertimbangkan variasi jumlah unit (n = 30, 50, dan 70), serta berbagai skema penyensoran, baik yang lengkap maupun bertahap. Titik perubahan kondisi pengujian ditetapkan pada τ₁ = 4.2, sebagai bagian dari upaya untuk menilai sensitivitas dan stabilitas model di bawah kondisi uji yang beragam. Temuan dari simulasi ini berkontribusi penting dalam menilai seberapa handal model dalam konteks penerapan aktual dan memberikan dasar kuat untuk perencanaan pengujian lanjutan.
Studi Simulasi: Evaluasi Kinerja Model
Parameter simulasi:
Hasil Utama :
Hasil utama dari analisis menunjukkan bahwa semakin besar ukuran sampel (n), maka estimasi parameter menjadi semakin akurat, yang tercermin dari penurunan nilai Mean Square Error (MSE) pada parameter c₁, c₂, dan k. Untuk sampel sebanyak n = 30, MSE masing-masing parameter adalah 0.0048, 0.0142, dan 0.048 dengan tingkat akurasi confidence interval (CI) berkisar antara 93% hingga 96%. Ketika ukuran sampel ditingkatkan menjadi n = 50, MSE menurun menjadi 0.0031, 0.0109, dan 0.037 dengan tingkat akurasi CI meningkat hingga 97%–99%. Pada sampel n = 70, MSE terus menurun menjadi 0.0026, 0.0052, dan 0.016, dengan akurasi CI tetap tinggi di kisaran 93%–97%. Temuan ini menguatkan bahwa peningkatan ukuran sampel dalam pengujian secara langsung berdampak positif terhadap akurasi estimasi parameter dan kestabilan interval kepercayaan yang dihasilkan.
Kelebihan dan Kekurangan
✅ Kelebihan:
⚠️ Kekurangan:
Relevansi dalam Industri
Model ini sangat bermanfaat untuk:
Kesimpulan
Distribusi Burr-XII dalam Step-Stress ALT menawarkan fleksibilitas dan presisi tinggi, terutama dalam konteks censoring progresif dan eksperimen dunia nyata. Melalui simulasi dan penerapan pada data lampu pijar, metode ini terbukti:
Dengan keunggulan ini, pendekatan ALT berbasis Burr-XII bisa menjadi standar baru dalam pengujian keandalan produk industri masa kini.
Sumber Asli : Fathy H. Riad, E. H. Hafez, Sh. A. M. Mubarak – Study on Step-Stress Accelerated Life Testing for The Burr-XII Distribution Using Cumulative Exposure Model Under Progressive Type-II Censoring with Real Data Example, Journal of Statistics Applications & Probability, Vol. 10, No. 1, 2021.