Pertambangan dan Perminyakan

Evolusi Industri Migas di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 17 April 2025


Sebuah ledakan besar diperkirakan akan terjadi pada industri minyak Indonesia. Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di blok Riau Rokan. Mulai 8 Agustus 2021, blok tersebut sepenuhnya berada di bawah kendali masyarakat Indonesia melalui manajemen PT Pertamina (Persero). Blok Rokan merupakan salah satu kawasan penghasil minyak terbesar di Indonesia. Pada tahun 1970, produksi blok ini bisa mencapai satu juta barel per hari. Hingga 2018, total pangsa produksi minyak nasional dari blok Rokan sebesar 26 persen. Dengan akuisisi nasional tersebut, Blok Rokan seharusnya dapat mendukung target produksi minyak nasional hingga satu juta barel per hari pada tahun 2030 (Kompas.id, 14/8/2022, melawan penurunan produksi Blok Rokan).

Namun kabar baik tahun 2021 tidak diikuti dengan keadaan yang diharapkan. Sebab, industri perminyakan Tanah Air saat ini tengah menghadapi tantangan. Sejak tahun 2016, capaian produksi minyak nasional (minyak terproduksi yang diterima untuk disuling dan siap pakai) terus menurun, meski blok Rokan menjadi milik negara. Pengalihan Blok Rokan menjadi catatan penting dalam kronologi industri perminyakan Indonesia. Namun kronologi saat ini juga harus diikuti dengan peninjauan kembali Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001 karena permasalahan yang dihadapi industri perminyakan nasional sangat luas dan mendalam.

Undang-undang ini harus direvisi untuk membuka pintu lebar bagi investasi di industri minyak Indonesia. Kehadiran investor dengan modal segar menjadi kunci peningkatan produksi minyak dan peningkatan kualitas industri minyak tanah air. Masalah perizinan, kelembagaan, dan keselamatan harus ditekankan dalam tinjauan tersebut (Kompas, 1 November 2023, tinjauan segera terhadap undang-undang minyak dan gas bumi). Apalagi dalam kronologi panjang industri perminyakan, bangsa Indonesia harus menjaga jati dirinya sebagai tuan rumah di tanah air. Belajar dari kehadiran PT CPI di blok Rokan, perusahaan asing yang berpusat di Amerika Serikat ini bahkan mampu melampaui prestasi gemilang tuan rumahnya. Pada tahun 2014, kapasitas angkat PT CPI sebesar 280.000 barel per hari. Jumlah tersebut melebihi PT Pertamina yang hanya mencapai 188.193 barel per hari pada tahun yang sama.

Banyak juga perusahaan asing yang sukses di Indonesia. Misalnya saja Total Eksplorasi dan Produksi Indonesia (Prancis) yang mencapai 62.679 barel per hari pada tahun yang sama. Mobil Cepu Ltd (AS) juga memperoleh pendapatan hingga 99.642 barel per hari. Pada tahun 2014, PT Pertamina, satu-satunya perusahaan minyak milik negara, hanya berhasil mencapai 22 persen dari seluruh produksi minyak yang dipasarkan di Indonesia (Kompas, 16/04/2015, Saatnya menjadi juara di dalam negeri). Terjadinya berbagai cerita dan peristiwa di atas hanyalah sebagian kecil dari kronologi panjang industri perminyakan Indonesia. Peristiwa penting dalam industri perminyakan Indonesia sejak tahun 1871 telah tercatat.

Linimasa Industri Minyak di Indonesia

Periode 1871 – 1945

  • Pada 1871, pengusaha Belanda Jan Reerink melakukan pencarian minyak pertama di Majalengka, Jawa Barat, dan memperoleh konsesi.
  • Penemuan minyak komersial pertama terjadi di Telaga Said, Pangkalan Brandan, Langkat, Sumatera Utara pada 1883.
  • Perusahaan minyak Belanda, Royal Dutch, didirikan pada 1890.
  • Kilang minyak pertama dibangun di Wonokromo pada 1890-an, diikuti oleh kilang lainnya di Pangkalan Brandan dan Cepu.
  • Pada 1907, terbentuklah Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) dari gabungan Royal Dutch dan Shell Transport and Trading Company.
  • Standard Oil Company of New Jersey membentuk anak perusahaan, Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM), pada 1912.
  • Pada 1920, Caltex memulai kegiatan di Indonesia.
  • Stanvac menemukan minyak di Pendopo, Sumatera Selatan pada 1916.
  • Pada 1939, Caltex memulai pengeboran eksplorasi pertamanya di Riau.
  • Perang di Asia Tenggara pada 1941 menyebabkan penutupan sumur minyak.
  • Tentara Jepang menemukan lapangan Minas di Riau pada 1944.
  • Lapangan minyak di Pangkalan Brandan diserahkan kepada Indonesia pada 1945 dan menjadi Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI).

Periode 1946 – 1960

  • Setelah Jepang mundur pada 1946, lapangan minyak Stanvac dikelola oleh Perusahaan Negara (PN) Pertambangan Minyak Indonesia (Permiri).
  • Stanvac mencapai tingkat produksi tertinggi sebelum perang pada 1948.
  • Caltex kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera pada 1949.
  • Konsesi BPM Cepu dikembalikan kepada BPM setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949.
  • Pada 1951, PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Permigan) menggantikan PTMNRI.
  • Caltex mulai mengekspor minyak dari lapangan Minas, Riau pada 1952.
  • Pada 1954, PTMNRI diubah menjadi Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU).
  • Pada 1957, PT Perusahaan Minyak Negara (Permina) didirikan dan bergabung dengan Pertamin pada 1968 menjadi Pertamina.
  • UU Nomor 44 Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dikeluarkan oleh pemerintah RI.
  • BPM di Indonesia dilikuidasi pada 1960 dan PT Shell Indonesia dibentuk menggantikannya.

Periode 1961 - 1998

  • Pada 1961, pemerintah mengambil alih saham Shell dalam Permindo, yang kemudian dibentuk kembali menjadi PN Pertamin.
  • Sistem konsesi perusahaan minyak asing diganti dengan kontrak karya pada tahun yang sama.
  • Indonesia menjadi anggota OPEC pada 1962, dan Pertamin menandatangani kontrak bagi hasil pertamanya dengan Pan America.
  • PN Permina mengambil alih NNGPM pada 1964.
  • Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) didirikan pada 1965, dan pemerintah membeli PT Shell Indonesia pada akhir tahun yang sama.
  • Konsep production sharing contract (PSC) mulai diperkenalkan pada 1967, sementara Pertamin dan Permina digabung menjadi PN Pertamina pada 1968.
  • UU Nomor 8 Tahun 1971 menempatkan Pertamina sebagai perusahaan migas milik negara.
  • Pertamina mengalami krisis keuangan pada 1975, dan produksi minyak mencapai puncaknya pada 1977.
  • Krisis moneter melanda Indonesia pada 1998.

Periode 2001 - 2023

  • Pada 2001, disahkan UU Nomor 22 tentang Minyak dan Gas, membentuk BPMIGAS. Pertamina hanya sebagai pemain, melepaskan fungsi regulator.
  • PN Pertamina berubah menjadi PT Pertamina pada 2003 setelah UU tersebut.
  • Indonesia keluar dari OPEC pada 2009.
  • BPMIGAS dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi pada 2012, digantikan oleh SKK MIGAS pada 2013.
  • PT Pertamina mencatat peningkatan lifting minyak pada 2016 sebelum mengalami penurunan setiap tahunnya.
  • Blok Mahakam diambil alih oleh PT Pertamina pada 2018 dari Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.
  • PT Pertamina mengakuisisi Blok Rokan dari PT CPI pada 2021 setelah pemerintah menolak perpanjangan pengelolaan PT CPI.
  • Revisi UU Migas masuk rencana pembahasan DPR pada 2023, sebagai respons terhadap penurunan investasi dan capaian lifting minyak nasional.

Sejarah

Sejarah sistem kontrak migas di Indonesia dimulai ketika Aeilko J. Zilker menemukan minyak pertama kali pada Juni 1885 di Telaga Said, Langkat, Sumatera Utara. Temuan ini mendorong pendirian perusahaan minyak Belanda (Royal Dutch) pada tahun 1890 dan mengilhami pembuatan UU Pemerintah Hindia Belanda (Indische Mijnwet) pada 1899 yang mengatur tentang konsesi minyak. Sejak itu, sistem kontrak mengalami beberapa perubahan signifikan.

  • Pada tahun 1899, diterapkan Indische Mijnwet Nomor 214 Tahun 1899, di mana konsesi minyak diberikan kepada perusahaan asing dengan pemerintah menerima pemasukan dari pemegang konsesi.
  • Pada tahun 1960, dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Migas Nomor 44 Tahun 1960 yang menerapkan sistem kontrak karya. Pemerintah menerima iuran pasti, iuran eksplorasi, dan eksploitasi, serta pembagian laba antara pemerintah dan kontraktor sebesar 60:40. Selain itu, kontraktor diwajibkan menyerahkan 25 persen dari bagiannya sebagai domestic market obligation (DMO).
  • Pada tahun 1966, diperkenalkan PSC Generasi I dengan batasan cost recovery maksimal 40 persen dan bagi hasil Pertamina serta kontraktor sebesar 65:35 dari pendapatan bersih.
  • Pada tahun 1976, diterapkan PSC Generasi II yang tidak memiliki batasan cost recovery. Pembagian bagi hasil Pertamina dan kontraktor adalah 85:15 untuk minyak dan 70:30 untuk gas.
  • Pada tahun 1988, diperkenalkan PSC Generasi III dengan dikenakannya first tranche petroleum (FTP) sebesar 20 persen dari produk bruto, yang kemudian dibagi antara pemerintah dan kontraktor.
  • Selama periode 1988-1993, diberlakukan Paket Intensif yang mengatur bagi hasil Pertamina dan kontraktor untuk daerah-daerah tertentu dan jenis produksi minyak tertentu.
  • Pada tahun 2001, diperkenalkan struktur baru PSC yang mengubah tingkat pajak penghasilan dan memberlakukan intensif baru untuk lapangan marjinal pada tahun 2005. FTP sebesar 10 persen tidak dibagi antara pemerintah dan kontraktor.
     

Sumber: kompaspedia.kompas.id 

Selengkapnya
Evolusi Industri Migas di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya

Pertambangan dan Perminyakan

Pilihan 5 Universitas Populer di Indonesia untuk Jurusan Teknik Perminyakan, Manakah yang Anda Minati?

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 17 April 2025


Ini kampus yang memiliki jurusan teknik perminyakan favorit di Indonesia.Teknik perminyakan atau disebut dengan migas adalah salah satu jurusan yang menyediakan prospek kerja menjanjikan. Itulah mengapa ada beberapa universitas di Indonesia yang menawarkan jurusan perminyakan terbaik dan dapat kamu pertimbangkan untuk rencana perkuliahan.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 5 kampus dengan jurusan Teknik Perminyakan favorit di Indonesia.

1. Universitas Trisakti

Pilihan kampus berikutnya di mana kamu bisa belajar tentang teknik perminyakan adalah diUniversitas Trisaktiprogram studi ini sudah ada di kampus tersebut sejak tahun 1980 bersamaan dengan adanya jurusan teknik geologi.Walaupun demikian, jurusan perminyakan masih menjadi pilihan yang lebih populer dibandingkan jurusan teknik geologi.

2. Institut Teknologi Bandung

Disingkat ITB, Institut Teknologi Bandung merupakan universitas yang masuk dalam jajaran kampus terbaik yang ada di Indonesia termasuk pada jurusan teknik perminyakan. Jurusan migas di lembaga perguruan tinggi ini termasuk dalam kategori jurusan paling berkualitas. Apabila kamu ingin masuk menjadi mahasiswa jurusan Migas, maka kamu harus mendaftar pada fakultas teknik pertambangan dan perminyakan.

3. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Universitas ini sudah berusia sekitar 54 tahun dan menyediakan program jurusan Migas atau perminyakan. Alasan kampusnya menjadi pilihan terbaik untuk jurusan Teknik perminyakan di Indonesia adalah karena berhasil memperoleh akreditasi A pada jurusan perminyakan dari lembaga akreditasi BAN PT. Sampai saat ini Universitas tersebut menjadi satu-satunya kampus yang menawarkan jurusan perminyakan di wilayah Yogyakarta. Sehingga Universitas tersebut layak dijadikan sebagai percontohan bagi Universitas lainnya.

4. Universitas Pertamina

Teknik perminyakan terbaik di Indonesia selanjutnya yaitu Universitas Pertamina. Kampus ini tergolong sebagai kampus baru pada pendidikan nasional Indonesia, tetapi mampu menyediakan program jurusan perminyakan terbaik dalam waktu singkat. Dengan belajar teknik perminyakan di Universitas Pertamina, maka Mahasiswa dapat mengembangkan wawasan dan teknologi terkait bidang pertambangan Migas.

5. Universitas Islam Riau

Keberadaan Universitas Islam Riau untuk menjawab adanya penemuan bahwa Riau adalah salah satu kota yang ada di Indonesia dan mempunyai potensi penghasil minyak paling besar. Itulah mengapa perkembangan dunia perminyakan dan juga migas di Riau begitu pesat. Bahkan kota ini membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman pada bidang perminyakan dalam jumlah tinggi.
 

Sumber: edukasi.sindonews.com

Selengkapnya
Pilihan 5 Universitas Populer di Indonesia untuk Jurusan Teknik Perminyakan, Manakah yang Anda Minati?

Tantangan Global

Sikap Bahasa Mahasiswa Teknik Indonesia: Antara Identitas Lokal dan Tantangan Global

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 April 2025


Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan bahasa luar biasa: lebih dari 700 bahasa daerah hidup berdampingan dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan Bahasa Inggris sebagai bahasa global. Di tengah kompleksitas ini, muncul pertanyaan penting: bagaimana mahasiswa teknik—calon profesional masa depan—menyikapi peran masing-masing bahasa dalam kehidupan mereka?

Artikel "Language Attitudes and Valorization Among Indonesian Engineering Students" menggali pertanyaan ini dengan pendekatan kualitatif mendalam. Penelitian ini menyoroti bagaimana mahasiswa teknik memaknai Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan bahasa warisan (heritage language) seperti Jawa, Sunda, atau Batak, dalam konteks akademik, sosial, dan budaya.

  • 70 mahasiswa teknik melalui kuesioner.

  • 10 peserta wawancara mendalam untuk memperkaya konteks.

  • Responden berasal dari berbagai latar belakang etnis dan bahasa daerah.

Pendekatan ini memungkinkan eksplorasi yang holistik atas sikap bahasa mereka dalam konteks multibahasa yang dinamis.

Bahasa Inggris sebagai Simbol Kesempatan dan Status Global

  • 44,3% responden sangat setuju bahwa Bahasa Inggris penting dipelajari.

  • 50% menyatakan Bahasa Inggris krusial untuk masa depan.

  • 63,4% merasa lebih mudah memahami Bahasa Inggris jika digunakan setiap hari.

Para mahasiswa melihat Bahasa Inggris sebagai:

  • Alat untuk mengakses pendidikan dan literatur global.

  • Pintu masuk ke pasar kerja internasional.

  • Simbol status intelektual dan kecanggihan.

Contohnya, mahasiswa menyatakan bahwa mengikuti konten seperti film, podcast, atau game berbahasa Inggris membantu mereka meningkatkan kemampuan berbahasa dan menyesuaikan diri dengan standar internasional.

Bahasa Indonesia: Simbol Persatuan dan Identitas Nasional

  • 60% sangat setuju bahwa Bahasa Indonesia penting dipelajari.

  • 52,9% merasa penggunaan harian Bahasa Indonesia mempermudah pemahaman.

  • 54,3% merasa berbicara Bahasa Indonesia di kelas meningkatkan kemampuan berbahasa.

Bahasa Indonesia dihargai karena:

  • Memfasilitasi komunikasi antar suku.

  • Memperkuat identitas nasional.

  • Digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dan akademik.

Banyak peserta mengungkapkan kebanggaan bisa berbicara fasih dalam Bahasa Indonesia, karena mencerminkan identitas sebagai warga negara Indonesia.

“Bahasa Indonesia itu jembatan. Tanpa itu, kita tidak bisa saling mengerti di negeri seberagam ini,” kata salah satu mahasiswa asal Sumatera.

Bahasa Daerah: Jejak Budaya yang Ingin Dipertahankan

  • 73% menyatakan bahasa daerah penting.

  • 71,8% menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • 80% merasa lebih terhubung dengan budaya leluhur saat menggunakan bahasa warisan mereka.

Namun:

  • Hanya 14,3% yang sangat setuju bahasa daerah penting untuk masa depan.

  • 35,7% menyatakan tidak yakin dengan nilai praktis bahasa daerah dalam kehidupan profesional.

Persepsi ini menunjukkan adanya kekhawatiran bahwa meskipun bahasa daerah dihargai secara emosional dan kultural, penggunaannya terancam oleh tekanan modernisasi dan globalisasi.

Tabel Ringkasan Sikap Bahasa Mahasiswa Teknik

Bahasa Nilai Fungsional Nilai IdentitasTantanganBahasa InggrisTinggi (akses global, karier)Rendah (tidak identitas lokal)Ketimpangan akses belajarBahasa IndonesiaSedang (nasional,akademik)Tinggi (identitasnasional)Terpinggirkan dalam globalisasiBahasa DaerahRendah (fungsi terbatas)Sangat tinggi (akar budaya)Terancam punah

Penelitian ini mencatat berbagai inisiatif mahasiswa untuk mempromosikan trilingualisme (Inggris–Indonesia–Daerah):

  • Engineering English Club: klub bahasa yang mendorong pembelajaran Bahasa Inggris melalui diskusi dan kegiatan.

  • Festival Multibahasa: pertunjukan dan pameran budaya dalam berbagai bahasa daerah.

  • Konten digital: mahasiswa membuat vlog, podcast, dan posting sosial media dalam Bahasa Inggris dan Indonesia.

  • Tutor Bahasa Online: beberapa mahasiswa menjadi mentor bahasa bagi teman atau komunitas melalui platform daring.

Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya pasif dalam menerima kebijakan bahasa, tapi juga proaktif dalam menciptakan ruang multibahasa yang inklusif.

Analisis dan Opini: Apa Artinya Bagi Pendidikan dan Industri?

1. Implikasi untuk Kurikulum Pendidikan Tinggi

Temuan ini menunjukkan pentingnya:

  • Menerapkan pendekatan multibahasa dalam pengajaran, tidak hanya fokus pada Bahasa Inggris.

  • Meningkatkan literasi digital dalam tiga bahasa, karena ketiganya berperan dalam ranah sosial, akademik, dan profesional.

  • Memasukkan bahasa warisan dalam kegiatan akademik dan nonformal, seperti tugas presentasi atau kegiatan budaya.

2. Relevansi di Dunia Industri

  • Perusahaan multinasional mencari talenta dengan kompetensi multibahasa.

  • Bahasa lokal bisa menjadi nilai tambah dalam pemasaran berbasis budaya atau layanan publik.

  • Perusahaan digital seperti e-commerce atau startup teknologi membutuhkan konten dalam berbagai bahasa untuk menjangkau pasar lokal.

Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga aset strategis dalam dunia kerja yang makin kompleks.

3. Tantangan yang Perlu Dijawab

  • Kurangnya dukungan kebijakan institusi untuk pelestarian bahasa daerah.

  • Ketimpangan akses pembelajaran Bahasa Inggris di luar kampus besar atau kota.

  • Sikap superioritas linguistik: menganggap satu bahasa lebih unggul bisa merusak semangat inklusivitas.

H2: Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini sejalan dengan studi-studi sebelumnya seperti:

  • Dragojevic et al. (2021) tentang sikap bahasa sebagai ekspresi kognitif dan emosional.

  • Manan & Hajar (2022) yang menekankan peran Bahasa Inggris dalam ekonomi neoliberal.

  • Namun, berbeda dengan Ullah & Ming Yit Ho (2021) yang memprediksi globalisasi akan menghapuskan bahasa daerah. Di sini, para mahasiswa justru menunjukkan upaya pelestarian.

H2: Kesimpulan: Trilingualisme sebagai Jalan Tengah Identitas dan Globalisasi

Sikap bahasa mahasiswa teknik Indonesia mencerminkan keseimbangan antara:

  • Bahasa Inggris untuk mobilitas global.

  • Bahasa Indonesia untuk kohesi nasional.

  • Bahasa daerah sebagai identitas budaya.

Penelitian ini menegaskan bahwa multilingualisme bukan sekadar fenomena linguistik, tetapi juga proyek sosial, ekonomi, dan budaya. Mahasiswa tidak hanya pengguna bahasa pasif, tetapi juga agen perubahan yang mampu memelihara keberagaman sambil tetap adaptif terhadap tantangan global.

Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apa yang dimaksud dengan "valorization" dalam konteks bahasa?
Valorization adalah proses memberi nilai atau penghargaan terhadap suatu bahasa, biasanya terkait identitas, budaya, dan fungsi sosialnya.

Apakah Bahasa Inggris mengancam bahasa lokal?
Bisa iya, bisa tidak. Tergantung bagaimana kebijakan pendidikan dan budaya diatur. Tanpa pelestarian, bahasa lokal bisa tersingkir.

Apa peran teknologi dalam pelestarian bahasa?
Sangat besar. Platform seperti YouTube, podcast, bahkan TikTok, bisa digunakan untuk menghidupkan kembali bahasa-bahasa daerah.

Sumber Asli Artikel (tanpa link):

Nurlia, V., Indarti, D., & Manara, C. (2025). Language Attitudes and Valorization Among Indonesian Engineering Students. JOLLT Journal of Languages and Language Teaching, 13(1), 268–280.

Selengkapnya
Sikap Bahasa Mahasiswa Teknik Indonesia: Antara Identitas Lokal dan Tantangan Global

Profesi & Etika

​​​​​​​Menjaga Moralitas Digital: Pentingnya Etika Profesi dalam Dunia Teknologi Informasi Modern

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 April 2025


Apa Itu Etika Profesi?

Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam konteks profesional, etika merujuk pada nilai-nilai dan prinsip yang mengatur perilaku seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Ini bukan sekadar sopan santun, tapi mencakup kode moral yang membedakan mana tindakan yang bertanggung jawab dan mana yang berpotensi merusak integritas profesi.

Dalam bidang TI, etika menjadi sangat penting karena:

  • Produk TI berdampak luas: Sebuah sistem komputer yang diciptakan dapat memengaruhi jutaan orang.
  • Kepercayaan publik dipertaruhkan: Klien, pengguna, dan bahkan negara, bergantung pada profesional TI untuk menjaga keamanan dan integritas data.
  • Peluang penyalahgunaan sangat besar: Seorang programmer bisa menciptakan software untuk pendidikan—atau justru malware yang merusak sistem pemerintah.

Karakteristik Profesi

Tantangan muncul ketika teknologi berkembang lebih cepat dari regulasi dan kesadaran etis. AI, big data, dan IoT memperluas ruang lingkup intervensi teknologi, tapi juga memperbesar potensi penyalahgunaan. Misalnya:

  • AI Deepfake: Dapat digunakan untuk edukasi, tapi juga untuk penipuan.
  • Sistem Big Data: Bisa membantu perencanaan kota, tapi juga bisa melanggar privasi warga jika datanya disalahgunakan.

H2: Kode Etik Profesi TI: Batasan yang Harus Dijaga

Zarkasyi merinci berbagai larangan dan aturan dalam kode etik profesi TI, terutama bagi programmer, di antaranya:

H3: Contoh Pelanggaran Etika yang Harus Dihindari

  • Membuat atau menyebarkan malware.
  • Menulis kode yang sulit dipahami secara sengaja (obfuscation).
  • Menggunakan ulang kode tanpa izin atau melanggar hak cipta.
  • Mencuri software atau menerima dana tambahan dari pihak eksternal dalam proyek.
  • Membocorkan data sensitif, termasuk keuangan dan personal.
  • Mengambil kredit dari kerja orang lain.
  • Menyangkal adanya bug dengan sengaja.

Kode etik ini bertujuan agar para profesional TI tetap berada dalam jalur integritas dan bisa dipercaya. Sejalan dengan prinsip emas: perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.

H2: Studi Kasus: Etika Profesi dalam Dunia Nyata

Untuk memperkaya analisis, mari kita lihat beberapa studi kasus nyata yang relevan dengan topik ini:

H3: Kasus Cambridge Analytica (2018)

Skandal yang melibatkan penyalahgunaan data 87 juta pengguna Facebook ini menjadi contoh nyata bagaimana TI bisa menjadi alat manipulatif jika etika diabaikan. Insinyur data dan analis sistem di perusahaan tersebut gagal menjaga prinsip privasi dan transparansi.

Pelajaran: Profesional TI harus memiliki kepekaan sosial dan memahami batas legal dan etis dalam penggunaan data pengguna.

H3: Ransomware WannaCry (2017)

Serangan ransomware yang menyebar ke lebih dari 150 negara menunjukkan bagaimana seorang programmer bisa menciptakan kode yang merusak sistem rumah sakit, institusi keuangan, dan infrastruktur penting.

Pelajaran: Tidak cukup hanya menjadi ahli dalam koding—profesional TI juga harus memiliki kompas moral yang kuat.

H3: Proyek AI Open Source dan Bias Algoritma

Beberapa proyek AI open source, seperti yang terjadi pada facial recognition, sempat dikritik karena bias terhadap ras tertentu. Ini menunjukkan pentingnya memahami dampak sosial dari teknologi.

Pelajaran: Profesi TI bukan hanya soal kemampuan teknis, tapi juga keberanian untuk meninjau dampak sosial dan inklusivitas teknologi yang diciptakan.

H2: Tantangan Etika Baru: Ketika Robot Bisa Memutuskan

Zarkasyi menyinggung bahwa kita berada di ambang realitas baru dengan hadirnya AI. Tantangan yang muncul antara lain:

  • Siapa yang bertanggung jawab jika AI menyebabkan kerugian?
  • Bagaimana jika AI bertindak diskriminatif karena data pelatihan yang bias?
  • Apakah programmer perlu memiliki pelatihan etika sebelum mengembangkan sistem AI?

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan sangat menentukan bagaimana masyarakat memandang profesi TI ke depan.

H2: Etika Profesi di Indonesia: Perlukah Lebih Ketat?

Di Indonesia, regulasi dan penegakan kode etik profesi TI masih tergolong longgar. Meskipun sudah ada organisasi seperti APTIKOM atau asosiasi profesi TI lainnya, belum semua praktisi TI terlibat aktif atau sadar akan kode etik.

Langkah konkret yang bisa diambil:

  1. Mewajibkan sertifikasi etika digital dalam pendidikan TI.
  2. Membentuk badan etika profesional dengan wewenang hukum.
  3. Melibatkan asosiasi TI dalam penyusunan kebijakan publik berbasis teknologi.
  4. Mengadopsi praktik internasional seperti ACM Code of Ethics atau IEEE Code of Conduct.

H2: Menyambut Masa Depan dengan Etika sebagai Kompas

Zarkasyi menutup tulisannya dengan mengajak semua insan TI untuk menjadikan etika sebagai kompas utama dalam menjalankan profesinya. Sebab di era globalisasi yang ditandai dengan digitalisasi dan otomatisasi ekstrem, nilai-nilai kemanusiaan justru harus dikedepankan.

Jika tidak, teknologi yang awalnya dimaksudkan untuk memudahkan hidup manusia justru bisa menjadi alat penindasan, manipulasi, dan pelanggaran hak asasi manusia.

H2: Kesimpulan: Mengintegrasikan Teknologi dan Moralitas

Etika bukanlah sesuatu yang sekadar opsional, apalagi dalam profesi yang bersentuhan langsung dengan data, sistem, dan algoritma seperti TI. Etika adalah fondasi yang menjamin bahwa kemajuan teknologi benar-benar membawa manfaat dan bukan malapetaka.

Artikel Zarkasyi memberikan pencerahan penting: bahwa seorang profesional TI tidak hanya dituntut untuk bisa, tetapi juga bijak dalam menggunakan ilmunya. Dunia akan selalu memerlukan programmer, engineer, dan analis sistem. Tapi dunia lebih membutuhkan mereka yang tidak hanya hebat secara teknis, tapi juga luhur dalam nilai.

FAQ Singkat

Apa itu etika profesi TI?

Etika profesi TI adalah seperangkat nilai dan prinsip yang mengatur bagaimana seorang profesional TI harus bersikap dan bertindak secara bertanggung jawab dalam pekerjaannya.

Mengapa etika penting dalam profesi TI?

Karena produk teknologi informasi bisa berdampak luas, baik atau buruk, tergantung pada bagaimana teknologi itu dikembangkan dan digunakan.

Apa risiko jika etika diabaikan?

Penyalahgunaan data, pencurian informasi, malware, diskriminasi berbasis algoritma, hingga kerusakan sosial akibat penyebaran informasi palsu.

Sumber Artikel Asli:

Zarkasyi. Etika Profesi dalam Bidang Teknologi Informasi. Teknik Logistik, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe. Dalam: TTS 4.0.

Selengkapnya
​​​​​​​Menjaga Moralitas Digital: Pentingnya Etika Profesi dalam Dunia Teknologi Informasi Modern

Keinsinyuran

Meningkatkan Kinerja Organisasi Insinyur Indonesia melalui TOGAF: Solusi Digital Strategis untuk Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 April 2025


Di era digital yang berkembang cepat, organisasi profesional seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menghadapi tekanan untuk menyelaraskan strategi bisnis dengan teknologi informasi. Ketika sistem informasi tidak terintegrasi dan performa kerja menurun akibat perangkat lunak ERP (Enterprise Resource Planning) yang tidak optimal seperti Microsoft Dynamics Axapta (AX), diperlukan pendekatan yang lebih strategis. Artikel oleh Abdullah Qiqi Asmara dkk. menawarkan solusi konkret melalui penerapan Enterprise Architecture (EA) menggunakan kerangka kerja TOGAF (The Open Group Architecture Framework).

Apa itu TOGAF dan Mengapa Penting?

TOGAF merupakan metodologi terbuka dan komprehensif untuk merancang, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengelola arsitektur perusahaan. Dengan struktur fase yang jelas—dari Preliminary hingga Architecture Change Management—TOGAF memungkinkan organisasi seperti PII untuk membuat cetak biru digital yang selaras dengan tujuan jangka panjang. Dibandingkan dengan kerangka kerja lain seperti FEAF, TOGAF memiliki keunggulan dalam kedalaman metodologi dan dukungan sumber daya terbuka.

Studi Kasus: Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Masalah yang Dihadapi

Sejak 2019, PII menggunakan Microsoft Dynamics AX sebagai sistem ERP utama. Namun, implementasi ini justru memperlihatkan berbagai kendala seperti:

  • Ketidakstabilan sistem dan seringnya muncul bug.
  • Inkonsistensi data yang berdampak pada proses pengambilan keputusan.
  • Penurunan performa karyawan yang tercermin dalam grafik performa kerja selama lima tahun terakhir (2019–2024), yang menunjukkan tren stagnasi bahkan kemunduran.

Tantangan Khusus

  1. Proses pendaftaran insinyur baru tidak efisien.
  2. Sosialisasi dan pelatihan sistem informasi tidak optimal.
  3. Infrastruktur teknologi yang terbatas.

Solusi yang Diajukan

Melalui pendekatan TOGAF ADM, tim peneliti menyusun rencana arsitektur perusahaan untuk jangka waktu tiga tahun dengan fokus pada:

  • Perencanaan arsitektur bisnis.
  • Integrasi sistem informasi.
  • Optimalisasi arsitektur teknologi dan infrastruktur.

Struktur Arsitektur PII: Rinci dan Bertahap

1. Arsitektur Bisnis

Fungsi utama: Pendidikan profesi insinyur.

Masalah utama:

  • Pendaftaran lambat dan manual.
  • Verifikasi pembayaran memakan waktu.
  • Minimnya pelatihan teknologi bagi pengguna.

Solusi:

  • Sistem pendaftaran digital terintegrasi.
  • Peningkatan pelatihan dan dokumentasi sistem.
  • Penguatan infrastruktur jaringan dan server.

Desain Proses Bisnis:

Diagram use-case menunjukkan alur pendaftaran insinyur, mulai dari pembukaan program studi oleh operator hingga keluarnya nomor KTA setelah seleksi.

2. Arsitektur Sistem Informasi

Arsitektur Data:

Melibatkan 13 class dalam sistem database seperti:

  • AspiringEngineer
  • StudyProgram
  • Payment
  • Interview
  • CertificationResults

Semua tabel ini diintegrasikan melalui Microsoft Dynamics Axapta, memperkuat interoperabilitas data.

Arsitektur Aplikasi:

Aplikasi yang direncanakan antara lain:

  • Aplikasi Pendaftaran
  • Aplikasi Upload Portofolio
  • Aplikasi Cetak KTA
  • Aplikasi Interview
  • Aplikasi Pembayaran

3. Arsitektur Teknologi

Perangkat Keras:

  • Server dengan Intel Xeon i7, HDD 4 TB, RAM 32 GB.
  • Komputer user dengan prosesor Core i5 dan RAM 8 GB.

Perangkat Lunak:

  • Sistem operasi Windows Server 2019 dan Ubuntu Server.
  • Dukungan aplikasi web server dan PHP.

Perangkat Komunikasi:

  • Wireless Access Point, Switch Hub, Mikrotik Router, dan IP telephony.

4. Gap Analysis: Menentukan Perubahan

Gap analysis membantu PII menilai apa yang harus dipertahankan, diperbarui, atau ditambahkan. Contohnya:

  • Arsitektur sistem informasi: AXAPTA dipertahankan; aplikasi tambahan dikembangkan untuk pendaftaran, portofolio, dan pembayaran.
  • Teknologi: Komputer user lama diganti; server diperbarui; koneksi ISP ditingkatkan.

5. Rencana Migrasi: Bertahap dan Minim Risiko

Roadmap aplikasi:

  1. Tahun pertama: Aplikasi pendaftaran dan upload portofolio.
  2. Tahun kedua: Aplikasi interview dan cetak KTA.
  3. Tahun ketiga: Aplikasi pembayaran.

Strategi mitigasi risiko:

  • Uji coba setiap aplikasi sebelum peluncuran.
  • Dokumentasi lengkap sistem.
  • Implementasi paralel dan pelatihan menyeluruh bagi seluruh pemangku kepentingan.

Analisis Tambahan: Kenapa TOGAF Jadi Pilihan Tepat?

Keunggulan TOGAF ADM:

  • Struktur Bertahap: Mulai dari perencanaan awal hingga pengelolaan perubahan.
  • Sumber Terbuka: Tersedia berbagai template, panduan, dan sumber daya.
  • Skalabilitas: Cocok untuk organisasi kecil hingga besar.
  • Minim Risiko Implementasi: Dengan dokumentasi dan validasi di setiap fase.

Perbandingan dengan Framework Lain

Penelitian ini juga menyebut bahwa dibandingkan dengan FEAF (Federal Enterprise Architecture Framework), TOGAF lebih unggul karena:

  • Lebih terstruktur dan mendalam.
  • Lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan teknologi dan bisnis.
  • Lebih relevan untuk organisasi non-pemerintah seperti PII.

Relevansi dalam Tren Industri Digital

Penerapan EA melalui TOGAF sangat selaras dengan tren Industri 4.0, yang menuntut digitalisasi proses, integrasi sistem, dan pengambilan keputusan berbasis data. Studi IBM menunjukkan bahwa 8 dari 10 CEO memproyeksikan perubahan signifikan dalam tiga tahun ke depan. Maka, EA bukan hanya strategi IT, tetapi fondasi keberlangsungan bisnis.

Contoh perusahaan besar seperti Siemens dan Bosch telah menerapkan EA untuk menyatukan operasional global mereka. Di Indonesia, banyak BUMN kini mulai mengadopsi kerangka kerja EA, seperti Telkom dan Pertamina.

Catatan Kritis dan Rekomendasi

Meskipun studi ini sangat komprehensif, ada beberapa poin penting yang bisa menjadi evaluasi ke depan:

  1. Aspek Manajemen Perubahan: Implementasi EA tidak hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan budaya kerja. Studi lebih lanjut sebaiknya membahas pendekatan manajemen perubahan (change management).
  2. Skalabilitas Nasional: Jika berhasil di PII, pendekatan ini bisa diadopsi oleh asosiasi profesi lain di Indonesia, bahkan lembaga pemerintah.

Kesimpulan: Membangun Pondasi Digital Jangka Panjang

Enterprise Architecture dengan TOGAF bukan sekadar solusi IT. Ini adalah cetak biru masa depan organisasi, yang mampu menjawab tantangan sistemik seperti inefisiensi, fragmentasi sistem, dan lemahnya integrasi data. Studi dari PII menjadi bukti nyata bahwa pendekatan ini bisa diimplementasikan dengan sukses, asalkan dilakukan dengan strategi yang jelas, roadmap yang matang, dan komitmen dari seluruh pihak.

Bagi organisasi profesional di Indonesia yang tengah berbenah untuk menghadapi era digital, TOGAF menawarkan pendekatan yang strategis, terstruktur, dan minim risiko.

Sumber Asli Artikel (tanpa link):

Asmara, A. Q., Firmansyah, G., Tjahjono, B., Widodo, A. M., & Hadjarati, P. R. Y. (2024). Enterprise Architecture Design of Indonesian Engineers Association Using The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Devotion: Journal of Research and Community Service, Volume 5, Number 9, September 2024, 1190–1202.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Kinerja Organisasi Insinyur Indonesia melalui TOGAF: Solusi Digital Strategis untuk Era Industri 4.0

Physics of Failure Modeling

Model Prediksi Keandalan Berbasis PoF Kolaboratif: Menangkap Dinamika Kegagalan Antar-Komponen

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 16 April 2025


Bagaimana cara meningkatkan akurasi prediksi keandalan sistem yang terdiri dari banyak komponen saling bergantung? Selama ini, pendekatan berbasis Physics-of-Failure (PoF) mengasumsikan bahwa setiap komponen bekerja secara independen. Namun dalam dunia nyata, komponen sering bekerja secara kolaboratif, dan kerusakan satu bagian dapat mempercepat kerusakan bagian lainnya. Paper ini memperkenalkan konsep failure collaboration (kolaborasi kegagalan) dan mengusulkan model prediktif berbasis PoF yang menggabungkan ketergantungan antar-komponen untuk prediksi yang lebih realistis.

Penelitian ini dilakukan oleh Zhiguo Zeng, Rui Kang, dan Yunxia Chen, dan telah diterapkan secara nyata pada sistem Hydraulic Servo Actuator (HSA)—suatu perangkat kunci dalam sistem kendali hidraulik.

Mengapa Model Tradisional Tidak Cukup Akurat?

Model tradisional seperti MIL-HDBK-217F dan PoF konvensional berasumsi bahwa setiap komponen gagal secara independen. Dalam pendekatan ini:

  • Setiap komponen memiliki Time To Failure (TTF) sendiri.
  • Sistem dianggap gagal saat komponen pertama gagal.
  • Tidak mempertimbangkan pengaruh satu komponen terhadap komponen lain.

Namun, pada banyak sistem nyata, komponen saling bergantung. Misalnya:

  • Dalam pembagi daya, perubahan impedansi X₂ dapat mengubah ambang batas kegagalan X₁.
  • Dalam reaktor nuklir (kasus Fukushima), kegagalan sistem utama dan cadangan terjadi karena penyebab umum (tsunami).

Konsep Baru: Failure Collaboration

Failure collaboration adalah ketergantungan yang timbul akibat kolaborasi beberapa komponen dalam menjalankan fungsi sistem. Kegagalan satu komponen memengaruhi ambang kegagalan komponen lainnya.

Studi Awal: Pembagi Daya Sederhana

  • Komponen: dua impedansi X₁ dan X₂.
  • Fungsi sistem bergantung pada rasio antara X₁ dan X₂.
  • Kerusakan X₁ terjadi lebih cepat jika X₂ mengalami degradasi, karena ambang batasnya berubah.

Kesimpulan: TTF X₁ bukan nilai tetap, melainkan dinamis dan tergantung pada kondisi X₂.

Model PoF Baru dengan Kolaborasi Kegagalan

Empat Langkah Membangun Model Failure Behavior:

  1. Bangun Physical Functional Model (PFM)
    Contoh: PSpice untuk elektronik, AMESim untuk sistem hidrolik
  2. Identifikasi parameter degradasi sensitif (zd)
    Gunakan FMMEA dan analisis sensitivitas
  3. Gunakan model PoF untuk setiap zd
    Misalnya model wear, crack, fatigue
  4. Gabungkan PFM dan PoF model
    Prediksi pS(t) sebagai parameter performa sistem yang berubah terhadap waktu

Contoh Persamaan:

  • pS = fPFM(z)
  • zd dimodelkan oleh xi(t), lalu pS dimodelkan oleh fp(x,t)
  • TTF ditentukan saat pS ≥ pth

Studi Kasus Nyata: Hydraulic Servo Actuator (HSA)

Deskripsi Sistem:

  • Terdiri dari 6 komponen (servo valve, 4 spool, dan silinder)
  • Semua komponen mengalami degradasi melalui mekanisme wear
  • Kinerja sistem diukur dengan parameter attenuation ratio (dB)
    • Kegagalan terjadi jika pHSA ≥ 3 dB

Hasil Prediksi TTF:

  • Model baru (dengan failure collaboration):
    TTF = 3.04 × 10⁵ jam
  • Model tradisional (independen):
    TTF = 4.23 × 10⁵ jam

Kesimpulan:

  • Model tradisional terlalu optimis
  • Model baru mempertimbangkan efek gabungan degradasi 6 komponen
  • Prediksi menjadi lebih realistis dan konservatif, cocok untuk sistem kritis

Metode Baru: Bisection-based Reliability Analysis Method (BRAM)

Mengapa BRAM?

  • Alternatif dari Monte Carlo dua loop yang berat secara komputasi
  • Lebih cepat dengan akurasi yang tetap tinggi
  • Digabungkan dengan failure behavior model untuk estimasi reliabilitas secara efisien

Langkah BRAM:

  1. Bangkitkan n sampel acak dari parameter degradasi
  2. Gunakan algoritma bisection untuk menghitung TTF tiap sampel
  3. Urutkan hasil TTF → hitung R(t) = i/n

Hasil:

  • BRAM menghasilkan kurva reliabilitas mirip dengan metode dua-loop
  • Tapi hanya butuh 4% dari total perhitungan model tradisional

Perbandingan Keandalan: Tradisional vs Kolaboratif

Perbandingan antara pendekatan Physics-of-Failure (PoF) konvensional dan PoF kolaboratif menunjukkan bahwa meskipun model konvensional menghasilkan nilai Mean Time To Failure (MTTF) yang lebih tinggi, yaitu 392.000 jam, pendekatan tersebut memiliki keterbatasan dalam merepresentasikan kondisi nyata sistem. Sebaliknya, PoF kolaboratif, dengan MTTF sebesar 304.000 jam, menawarkan realisme yang jauh lebih tinggi dan efisiensi komputasi yang lebih baik. Kurva reliabilitas dari model kolaboratif secara konsisten berada di bawah kurva model tradisional, yang berarti model ini lebih konservatif dan aman untuk perancangan sistem-sistem kritis. Selain itu, pendekatan kolaboratif terbukti lebih efektif dalam mengidentifikasi penurunan performa secara kumulatif, menjadikannya pilihan yang lebih tepat dalam konteks pemeliharaan prediktif dan manajemen risiko operasional.

Implikasi Industri

Kapan Model Ini Cocok Digunakan?

  • Sistem dengan komponen saling tergantung
  • Aplikasi dirgantara, nuklir, otomotif, dan medis
  • Situasi dengan data kegagalan terbatas, tapi ada pemahaman fisika degradasi

Manfaat:

  • Desain sistem yang lebih tahan lama
  • Pemeliharaan prediktif lebih akurat
  • Penilaian risiko berbasis kondisi nyata

Kritik & Saran

Kelebihan Model:

  • Akurasi tinggi
  • Tidak bergantung pada data historis besar
  • Dapat diintegrasikan dengan simulasi numerik & software PFM

Kekurangan:

  • Perlu pemodelan fisik komponen yang rinci
  • Model degradasi tiap komponen harus tersedia
  • Tidak mempertimbangkan interaksi antar failure mechanisms (misalnya crack + corrosion)

Saran Pengembangan Selanjutnya:

  • Tambahkan interaksi antar mekanisme kegagalan (multi-mechanism)
  • Integrasi dengan AI dan data lapangan real-time
  • Visualisasi performa sistem dari model untuk pemantauan online

Kesimpulan: Model Realistis untuk Dunia Nyata

Model prediksi keandalan berbasis Physics-of-Failure dengan kolaborasi kegagalan memberikan lompatan akurasi dan efisiensi bagi sistem teknis kompleks. Tidak lagi bergantung pada asumsi independen yang menyederhanakan, pendekatan ini meniru realitas operasi dan interaksi antar-komponen.

Dalam dunia yang semakin bergantung pada keandalan sistem teknis, model ini menjadi landasan strategis untuk desain, perawatan, dan prediksi masa pakai sistem industri.

Sumber Asli: Zhiguo Zeng, Rui Kang, Yunxia Chen. Using PoF models to predict system reliability considering failure collaboration. Chinese Journal of Aeronautics, 2016.

Selengkapnya
Model Prediksi Keandalan Berbasis PoF Kolaboratif: Menangkap Dinamika Kegagalan Antar-Komponen
« First Previous page 498 of 1.285 Next Last »