Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Kebakaran di bangunan bertingkat tinggi menjadi tantangan besar bagi petugas pemadam kebakaran di banyak kota, termasuk Rawalpindi, Pakistan. Salah satu insiden kebakaran paling tragis terjadi di Ghakkar Plaza, Rawalpindi, pada 2008, yang menewaskan 13 petugas pemadam kebakaran. Kejadian ini menyoroti berbagai kelemahan dalam sistem tanggap darurat kebakaran, seperti kurangnya koordinasi, keterbatasan sumber daya, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan keselamatan gedung.
Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan pemadam kebakaran mengenai cara meningkatkan respons darurat kebakaran di bangunan tinggi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan 25 petugas pemadam kebakaran dari lima stasiun penyelamatan di Rawalpindi serta dua diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan 10 peserta.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur dan diskusi kelompok terfokus untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi respons darurat kebakaran. Terdapat empat aspek utama yang diteliti:
Berdasarkan wawancara, 95% responden menyatakan bahwa kurangnya peralatan dan kendaraan pemadam kebakaran menjadi tantangan utama dalam operasi pemadaman kebakaran di bangunan tinggi.
Sebanyak 90% responden melaporkan bahwa kurangnya koordinasi dengan dinas lalu lintas dan kepolisian menghambat respons kebakaran.
Menurut 95% responden, banyak bangunan di Rawalpindi yang tidak mematuhi peraturan keselamatan kebakaran.
Meskipun sebagian besar petugas telah mendapatkan pelatihan dasar, 70% responden menyatakan bahwa mereka membutuhkan pelatihan lanjutan dalam menangani kebakaran gedung tinggi.
Salah satu insiden kebakaran paling tragis yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kebakaran di Ghakkar Plaza pada 20 Desember 2008.
Insiden ini menunjukkan pentingnya implementasi sistem keselamatan kebakaran yang lebih ketat, termasuk inspeksi rutin terhadap gedung bertingkat tinggi dan peningkatan kapasitas tim pemadam kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas respons kebakaran di Rawalpindi:
1. Peningkatan Infrastruktur dan Peralatan Pemadam Kebakaran
2. Meningkatkan Koordinasi Antar-Instansi
3. Memperketat Standar Keselamatan Gedung
4. Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan Pemadam Kebakaran
Studi ini menegaskan bahwa respons pemadam kebakaran di Rawalpindi masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam aspek sumber daya, koordinasi antar-lembaga, dan kepatuhan terhadap standar keselamatan gedung. Dengan meningkatkan infrastruktur, memperkuat koordinasi, serta menerapkan regulasi yang lebih ketat, keselamatan publik dalam kebakaran bangunan tinggi dapat ditingkatkan secara signifikan.
Sumber
Akhter, S. (2014). Firefighters’ View on Improving Fire Emergency Response: A Case Study of Rawalpindi. International Journal of Humanities and Social Science, 4(7), 143-149.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Bencana dan keadaan darurat dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di tempat kerja. Kejadian seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, ledakan bahan kimia, hingga insiden radiologi dapat mengganggu operasional bisnis, menyebabkan kerugian material, serta membahayakan keselamatan pekerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan wajib memiliki rencana darurat yang komprehensif untuk memitigasi risiko bencana dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Penelitian yang dilakukan oleh Murat Can Duruel dan Ahmet Çelebi bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana bencana dan keadaan darurat yang efektif di tempat kerja. Studi ini mengadopsi metode analisis dokumen dan menerapkan rencana darurat pada sebuah pabrik produksi alat tulis di Kocaeli, Turki.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap utama:
Empat tahap utama dalam pembuatan rencana bencana di tempat kerja:
1. Pembentukan Tim Perencana
Tim perencana terdiri dari berbagai pihak yang memiliki tanggung jawab dalam keselamatan kerja, termasuk:
Tim ini bertanggung jawab dalam mengidentifikasi potensi risiko, mengembangkan prosedur tanggap darurat, serta menyusun rencana komunikasi dan evakuasi.
2. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko
Bahaya yang diidentifikasi dalam studi ini meliputi:
Studi ini menggunakan matriks risiko tipe L untuk mengevaluasi tingkat risiko berdasarkan dua faktor utama:
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebakaran dan paparan bahan kimia merupakan ancaman paling signifikan bagi pabrik tersebut.
3. Pengembangan dan Implementasi Rencana Darurat
Berdasarkan hasil analisis risiko, studi ini menyusun strategi mitigasi dan respons terhadap keadaan darurat, yang mencakup:
A. Tindakan Pencegahan dan Mitigasi
B. Prosedur Evakuasi dan Komunikasi Darurat
C. Pembentukan Tim Tanggap Darurat
Tim tanggap darurat terdiri dari:
4. Evaluasi dan Simulasi
Studi ini menekankan pentingnya pengujian rencana darurat melalui simulasi berkala. Dalam pabrik yang menjadi studi kasus:
Pada 15 Januari 2023, terjadi kebakaran di salah satu gudang penyimpanan bahan baku.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rencana tanggap darurat yang diterapkan berhasil mencegah kebakaran menjadi lebih besar dan menyelamatkan pekerja. Namun, perlu ada perbaikan dalam sistem komunikasi untuk memastikan seluruh karyawan menerima informasi secara lebih cepat. Penelitian ini menegaskan bahwa rencana bencana dan keadaan darurat yang efektif dapat mengurangi dampak insiden serta meningkatkan keselamatan pekerja. Beberapa rekomendasi utama dari studi ini meliputi:
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan terhadap bencana, melindungi aset, serta memastikan keselamatan pekerja dalam jangka panjang.
Sumber
Duruel, M. C., & Çelebi, A. (2023). Workplace Disaster and Emergency Plans, Risk Analysis and Implementation. Resilience Journal, 7(2), 357-373.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Keselamatan kebakaran merupakan aspek krusial dalam berbagai jenis bangunan, terutama di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas. Risiko kebakaran di lingkungan pendidikan meningkat akibat kurangnya kesadaran keselamatan, keterbatasan sistem pemantauan kebakaran, serta keterlambatan dalam merespons insiden darurat. Paper ini bertujuan untuk mengembangkan sistem manajemen keselamatan kebakaran berbasis Internet of Things (IoT) yang memungkinkan deteksi dini, pemantauan real-time, dan optimalisasi proses evakuasi. Penelitian dilakukan di Universitas Jeddah, khususnya di Kampus Al-Faisaliah untuk perempuan, sebagai lokasi uji coba sistem ini.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan utama. Pertama, analisis kebutuhan keselamatan kebakaran dilakukan dengan meninjau regulasi yang berlaku di Arab Saudi serta melakukan survei terhadap mahasiswa dan staf mengenai kesadaran mereka terhadap bahaya kebakaran. Kedua, sistem berbasis IoT dikembangkan dengan memasang sensor suhu, asap, gas, dan deteksi keberadaan manusia di dalam gedung, serta menghubungkannya dengan sistem pemantauan berbasis cloud. Ketiga, uji coba sistem dilakukan untuk mengevaluasi keakuratan deteksi kebakaran, efektivitas respons darurat, dan kecepatan sistem dalam mengirim notifikasi kepada petugas keamanan kampus.
Statistik Kebakaran di Arab Saudi
Berdasarkan data dari Saudi Civil Defense, setiap tahun terjadi lebih dari 42.000 kebakaran, dengan rata-rata 119 insiden per hari. Sebanyak 35,41% dari kebakaran tersebut terjadi di tempat kerja, termasuk sekolah dan universitas. Penyebab utama kebakaran meliputi permintaan termal berlebihan yang mencapai 37,71%, masalah listrik sebesar 22%, serta penggunaan sumber panas terbuka. Secara finansial, kebakaran di Arab Saudi menyebabkan kerugian mencapai 49 juta Saudi Riyal atau sekitar 13 juta dolar Amerika Serikat.
Kelemahan Sistem Keselamatan Kebakaran di Universitas Jeddah
Dari hasil survei dan observasi langsung di kampus, ditemukan bahwa tingkat kesadaran keselamatan kebakaran di kalangan mahasiswa dan staf masih rendah. Tidak adanya sistem pemantauan kebakaran yang aktif selama 24 jam memperbesar potensi keterlambatan dalam mendeteksi kebakaran. Selain itu, prosedur evakuasi belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga banyak penghuni gedung tidak mengetahui jalur keluar yang aman saat terjadi keadaan darurat.
Salah satu permasalahan utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kurangnya sistem untuk melacak jumlah orang di dalam gedung saat terjadi kebakaran. Hal ini dapat memperlambat proses evakuasi karena petugas keamanan tidak memiliki data akurat mengenai siapa saja yang masih berada di dalam gedung.
Solusi Berbasis IoT untuk Manajemen Kebakaran
Sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sensor yang ditempatkan di seluruh gedung, termasuk sensor suhu, asap, dan gas beracun untuk mendeteksi kebakaran lebih awal. Sensor ini dapat membedakan antara kondisi normal dan keadaan darurat, sehingga dapat mengurangi alarm palsu yang sering terjadi pada sistem pemadam kebakaran konvensional.
Sistem ini juga dilengkapi dengan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud yang memungkinkan petugas keamanan untuk memantau suhu ruangan, tingkat asap, serta jumlah orang di dalam gedung secara langsung. Jika sistem mendeteksi parameter yang melebihi ambang batas, maka alarm akan berbunyi secara otomatis, disertai dengan lampu peringatan di dalam gedung. Selain itu, notifikasi segera dikirim melalui SMS ke ponsel petugas keamanan kampus, memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat.
Salah satu fitur unggulan sistem ini adalah kemampuannya untuk melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung selama keadaan darurat. Data ini sangat berguna bagi tim pemadam kebakaran dalam menyusun strategi evakuasi yang lebih efektif, sehingga meminimalkan potensi korban jiwa.
Implementasi di Kampus Al-Faisaliah
Untuk menguji efektivitas sistem ini, uji coba dilakukan di Gedung 11, Universitas Jeddah. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi kebakaran dalam waktu kurang dari 10 detik, jauh lebih cepat dibandingkan sistem manual yang mengandalkan alarm asap konvensional. Dengan sistem notifikasi otomatis, waktu respons petugas keamanan dapat dikurangi hingga 40%, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan lebih cepat.
Keakuratan sistem pemantauan mencapai lebih dari 90%, dengan tingkat alarm palsu yang sangat rendah, yaitu di bawah 5%. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan IoT dalam manajemen kebakaran dapat meningkatkan efektivitas sistem keselamatan secara signifikan dibandingkan metode konvensional.
Perbandingan dengan Sistem Konvensional
Dibandingkan dengan sistem pemadam kebakaran tradisional, sistem berbasis IoT yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki beberapa keunggulan utama. Pertama, deteksi kebakaran jauh lebih cepat karena menggunakan berbagai jenis sensor yang dapat mendeteksi suhu tinggi, asap, serta gas beracun secara bersamaan. Kedua, sistem notifikasi otomatis memungkinkan informasi darurat disampaikan secara langsung ke petugas keamanan tanpa perlu menunggu laporan dari penghuni gedung. Ketiga, kemampuan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap kondisi di dalam gedung, memungkinkan respons yang lebih cepat dan terkoordinasi.
Selain itu, sistem ini juga mampu melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung saat terjadi kebakaran, fitur yang tidak tersedia pada sistem konvensional. Dengan informasi ini, petugas pemadam kebakaran dapat menentukan strategi evakuasi yang lebih efektif dan memastikan tidak ada orang yang tertinggal di dalam gedung.
Rekomendasi untuk Implementasi Lebih Luas
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keselamatan kebakaran di institusi pendidikan lainnya adalah:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem keselamatan kebakaran berbasis IoT memiliki potensi besar dalam meningkatkan keamanan di lingkungan pendidikan. Dengan fitur seperti deteksi dini, pemantauan real-time, serta notifikasi otomatis, sistem ini dapat mengurangi risiko kebakaran, mempercepat proses evakuasi, dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Implementasi sistem ini di Universitas Jeddah membuktikan bahwa penggunaan teknologi cerdas dalam manajemen kebakaran dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas respons darurat. Oleh karena itu, sistem serupa dapat diterapkan di kampus dan sekolah lain untuk meningkatkan keselamatan penghuni gedung serta meminimalkan potensi kerugian akibat kebakaran.
Sumber Asli Paper
Kamel, S., Jamal, A., Omri, K., & Khayyat, M. (2022). An IoT-based Fire Safety Management System for Educational Buildings: A Case Study. International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 13(7), 765-771.
Industri Energi
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Industri energi, terutama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), memiliki risiko tinggi terhadap kebakaran akibat penggunaan bahan bakar, panas berlebih, dan oksigen dalam jumlah besar. Jika tidak ditangani dengan sistem keselamatan yang optimal, kebakaran dapat mengancam keselamatan pekerja, merusak aset, serta mengganggu operasional perusahaan. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas sistem tanggap darurat kebakaran di PT. X, sebuah perusahaan Independent Power Producer (IPP) PLTU berkapasitas 2 x 50 MW. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan sistem proteksi kebakaran yang diterapkan dengan standar nasional dan internasional untuk menentukan tingkat kesesuaiannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi kualitatif dengan teknik purposive sampling, melibatkan empat informan utama, yaitu:
Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen kebakaran, kemudian dibandingkan dengan regulasi nasional, termasuk:
Rata-rata tingkat kesesuaian manajemen proteksi kebakaran di PT. X terhadap standar adalah 83,3%, yang termasuk dalam kategori "Baik" menurut standar Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum (2005).
Namun, masih terdapat beberapa kelemahan dalam implementasi prosedur operasional, terutama dalam koordinasi antar-divisi saat terjadi kebakaran.
Proteksi aktif melibatkan alat dan teknologi yang langsung berfungsi saat kebakaran terjadi. Evaluasi menunjukkan tingkat kesesuaian 85,5%, mencakup:
Kelemahan utama dalam sistem proteksi aktif adalah kurangnya alat pemadam otomatis di beberapa titik kritis. Proteksi pasif meliputi jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, dan tempat berkumpul. Evaluasi menunjukkan tingkat kesesuaian 80%, dengan rincian:
Peningkatan diperlukan terutama dalam penandaan jalur evakuasi dan penyediaan tangga darurat yang lebih sesuai dengan standar kebakaran. Pada 17 November 2022 pukul 08.45 WITA, terjadi kebakaran di area Laydown Project akibat kesalahan operasional saat pemotongan besi.
Insiden ini menunjukkan bahwa sistem respons kebakaran cukup efektif, tetapi pencegahan masih perlu ditingkatkan, terutama dalam:
Rekomendasi untuk Peningkatan Keselamatan Kebakaran
1. Optimalisasi Sistem Proteksi Aktif
2. Peningkatan Sistem Proteksi Pasif
3. Peningkatan Pelatihan dan Simulasi Kebakaran
Evaluasi sistem tanggap darurat kebakaran di PT. X menunjukkan tingkat kesesuaian 82,9%, yang dikategorikan sebagai "Baik". Meskipun sudah memenuhi sebagian besar standar keselamatan, masih ada ruang untuk perbaikan, terutama dalam proteksi aktif dan jalur evakuasi. Penerapan rekomendasi ini dapat meningkatkan efektivitas sistem tanggap darurat, mengurangi risiko kebakaran, serta meningkatkan keselamatan pekerja dan infrastruktur perusahaan.
Sumber
Hafifah, N., Pratiwi, A. D., & Dewi, S. T. (2024). Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di PT. X. Jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Halu Oleo, 5(1), 30-39.
Profesi & Etika
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Dalam dunia konstruksi modern, kompetensi insinyur sipil memainkan peran penting dalam menentukan kualitas dan efisiensi proyek. Jurnal Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil Pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Profesi karya Indri Miswar, Benny Hidayat, dan Taufika Ophiyandri membahas hubungan antara kompetensi insinyur sipil dan dampaknya terhadap kinerja profesional.
Penelitian ini dilakukan di tiga sektor utama dalam industri konstruksi di Kota Padang, yaitu bidang perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana kompetensi seorang insinyur sipil berkontribusi terhadap kinerja mereka di berbagai bidang pekerjaan.
Resensi ini akan mengulas isi utama jurnal, studi kasus yang didukung dengan angka-angka dari penelitian, serta analisis tambahan mengenai relevansi temuan ini dalam tren industri konstruksi saat ini.
Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak 2015, persaingan dalam industri konstruksi semakin ketat. Insinyur sipil Indonesia harus memiliki kompetensi yang memadai untuk bersaing dengan tenaga kerja asing. Beberapa tantangan utama yang dihadapi meliputi:
Penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara dengan responden yang terdiri dari:
Hubungan Kompetensi dan Kinerja Insinyur Sipil
1. Relevansi Kompetensi Insinyur Sipil dengan Bidang Pekerjaan
Penelitian ini mengukur relevansi unit kompetensi berdasarkan tiga aspek utama:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor relevansi unit kompetensi berada di atas skala 4, yang berarti sangat relevan dengan bidang pekerjaan insinyur sipil. Berikut hasil spesifik berdasarkan bidang pekerjaan:
2. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Insinyur Sipil
Penelitian juga mengukur dampak unit kompetensi terhadap kinerja profesi, dengan hasil sebagai berikut:
Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi insinyur sipil memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja mereka di semua bidang pekerjaan.
Relevansi dan Implikasi dalam Industri Konstruksi
1. Standarisasi Kompetensi Insinyur Sipil
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya standarisasi unit kompetensi bagi insinyur sipil. Dengan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat, pemerintah dan organisasi profesi seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII) harus:
2. Kebutuhan akan Pelatihan Berkelanjutan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan teknis dan manajerial sangat menentukan kinerja insinyur sipil. Oleh karena itu, perusahaan konstruksi perlu:
3. Pentingnya Soft Skills dalam Profesi Teknik
Selain keterampilan teknis, aspek sikap dan komunikasi juga memainkan peran penting dalam kinerja insinyur sipil. Beberapa soft skills yang perlu dikembangkan antara lain:
Jurnal Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil Pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Profesi memberikan wawasan mendalam tentang hubungan antara kompetensi dan kinerja profesional dalam bidang teknik sipil. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah:
Dengan memahami pentingnya kompetensi dalam profesi teknik sipil, diharapkan industri konstruksi di Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di tingkat internasional.
Sumber: Indri Miswar, Benny Hidayat, Taufika Ophiyandri. Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil Pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Profesi. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-UNAND), Vol. 13 No. 2, Oktober 2017.
Profesi & Etika
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Maret 2025
Fraud atau kecurangan dalam laporan keuangan menjadi permasalahan serius yang berdampak pada kepercayaan publik terhadap sebuah perusahaan. Jurnal Fraud Ditinjau dari Etika Profesi dan Etika Bisnis: Kasus PT Garuda Indonesia karya Ika Oktaviana Dewi, Imam Wahyudi, Nanang Setiawan, dan Jamilatul Uyun membahas skandal manipulasi laporan keuangan yang melibatkan PT Garuda Indonesia, salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
Jurnal ini menyoroti bagaimana kasus fraud ini bertentangan dengan prinsip etika bisnis dan etika profesi akuntansi, serta dampaknya terhadap investor, pemegang saham, dan kepercayaan masyarakat. Dalam resensi ini, kita akan membahas isi utama jurnal, studi kasus terkait skandal PT Garuda Indonesia, serta relevansi dan implikasinya dalam industri bisnis dan keuangan saat ini.
PT Garuda Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor penerbangan. Pada tahun 2019, laporan keuangan perusahaan menunjukkan perbedaan mencolok dibandingkan tahun sebelumnya:
Lonjakan laba yang tidak wajar ini menarik perhatian Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah dilakukan investigasi, ditemukan bahwa PT Garuda Indonesia telah mencatat pendapatan yang belum direalisasikan sebagai laba, yang bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Kasus ini menunjukkan pelanggaran serius terhadap etika bisnis, yang mencakup:
Fraud semacam ini menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak, termasuk:
Sebagai perusahaan publik, PT Garuda Indonesia wajib mengikuti standar akuntansi yang berlaku, termasuk prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Namun, dalam kasus ini, ditemukan beberapa pelanggaran terhadap kode etik akuntan, yaitu:
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bertanggung jawab atas audit laporan keuangan PT Garuda Indonesia juga diduga lalai dalam memastikan laporan yang disajikan sesuai dengan standar yang berlaku. Skandal ini bermula dari kerja sama antara PT Garuda Indonesia dengan PT Mahata Aero Teknologi. Dalam kesepakatan bisnis ini, PT Mahata berjanji membayar kompensasi atas pemasangan layanan konektivitas di pesawat sebesar USD 239,94 juta. Namun, dalam laporan keuangan 2018, PT Garuda Indonesia langsung mencatat seluruh jumlah tersebut sebagai pendapatan, padahal pembayaran belum dilakukan sepenuhnya.
Dampaknya:
Audit laporan keuangan PT Garuda Indonesia dilakukan oleh KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan. Namun, dalam proses audit ditemukan beberapa kejanggalan:
Karena kelalaian ini, KAP yang terlibat juga terkena sanksi dari otoritas terkait.
Relevansi dan Implikasi dalam Industri Keuangan
Kasus ini berdampak negatif terhadap reputasi PT Garuda Indonesia:
Kasus PT Garuda Indonesia menyoroti pentingnya penerapan GCG dalam perusahaan:
Kasus ini memberikan beberapa pelajaran bagi dunia bisnis:
Jurnal Fraud Ditinjau dari Etika Profesi dan Etika Bisnis: Kasus PT Garuda Indonesia memberikan wawasan penting tentang bagaimana fraud dapat terjadi akibat pelanggaran etika bisnis dan etika profesi. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari kasus ini:
Dengan memahami kasus PT Garuda Indonesia, diharapkan perusahaan dan profesional di bidang keuangan dapat lebih menjaga integritas dan transparansi dalam menjalankan bisnisnya.
Sumber: Ika Oktaviana Dewi, Imam Wahyudi, Nanang Setiawan, Jamilatul Uyun. Fraud Ditinjau dari Etika Profesi dan Etika Bisnis: Kasus PT Garuda Indonesia. MELATI: Jurnal Media Komunikasi Ilmu Ekonomi, Vol. 40 No. 1 Juni 2023, Hal. 41-53.