Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara perusahaan dan pemasok tidak lagi sekadar transaksi jual-beli, melainkan kolaborasi strategis yang memengaruhi efisiensi operasional dan daya saing. Supplier Relationship Management (SRM) 2.0 hadir sebagai pendekatan baru yang menggabungkan teknologi digital, analitik data, dan strategi berbasis kemitraan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan pasar.

Artikel ini membahas studi kasus dari berbagai industri, termasuk otomotif, ritel, dan manufaktur, serta mengungkap tantangan utama dan solusi terbaik dalam implementasi SRM.

Konsep & Manfaat SRM 2.0

SRM 2.0 bukan hanya tentang manajemen pemasok, tetapi juga bagaimana perusahaan dapat:

  • Meningkatkan efisiensi operasional melalui otomatisasi dan analisis data.
  • Membangun hubungan strategis dengan pemasok untuk menciptakan nilai tambah.
  • Mengurangi risiko rantai pasok dengan sistem evaluasi pemasok berbasis performa.

Menurut penelitian terbaru, perusahaan yang menerapkan SRM berbasis teknologi mampu meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20% lebih tinggi dibandingkan metode tradisional.

Best Practices dalam Implementasi SRM 2.0

1. Struktur Organisasi & Kepemimpinan yang Kuat

Suksesnya SRM sangat bergantung pada peran manajer pemasok yang memiliki tanggung jawab penuh dalam membangun hubungan jangka panjang.

2. Sistem Informasi & Digitalisasi

  • Automated Supplier Scorecards: Menilai pemasok secara real-time berdasarkan kinerja.
  • AI & Machine Learning: Memprediksi gangguan rantai pasok dan memberikan rekomendasi solusi.

3. Proses Evaluasi & Manajemen Kinerja Pemasok

Metode evaluasi berbasis data memungkinkan perusahaan untuk mengambil keputusan berbasis fakta, bukan sekadar intuisi.

4. Strategi Kolaborasi & Inovasi Bersama

Studi kasus dari Caterpillar menunjukkan bahwa dengan menerapkan program pengembangan pemasok, mereka berhasil meningkatkan kualitas produk hingga 15% dalam dua tahun pertama.

5. Manajemen Risiko & Keberlanjutan

  • Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan pada satu sumber.
  • Audit pemasok berbasis ESG (Environmental, Social, Governance) untuk memastikan kepatuhan terhadap standar global.

Studi Kasus Implementasi SRM 2.0 di Berbagai Industri

1. Industri Otomotif – Volvo Construction Equipment

Volvo menerapkan sistem evaluasi pemasok berbasis performa untuk meningkatkan efisiensi rantai pasoknya. Hasilnya:
✅ Pengurangan waktu tunggu pengiriman hingga 25%.
✅ Peningkatan efisiensi biaya produksi sebesar 18%.

2. Ritel – Carrefour Belgium

Carrefour mengembangkan strategi supplier segmentation yang memungkinkan mereka:
✅ Mengoptimalkan harga pembelian bahan baku.
✅ Mengurangi risiko keterlambatan pengiriman hingga 30%.

3. Manufaktur – Emerson Process Management

Dengan menerapkan Quarterly Business Reviews (QBR) bersama pemasok, Emerson berhasil:
✅ Meningkatkan transparansi dalam rantai pasok.
✅ Mengurangi cacat produk sebesar 20% dalam satu tahun.

Tantangan dalam Implementasi SRM 2.0 & Solusi

1. Kurangnya Komitmen Manajemen

Solusi: Edukasi internal dan pelibatan eksekutif dalam program SRM.

2. Sistem IT yang Tidak Terintegrasi

Solusi: Menggunakan platform berbasis cloud untuk integrasi data pemasok dan perusahaan.

3. Resistensi dari Pemasok

Solusi: Menerapkan model insentif berbasis kinerja untuk meningkatkan keterlibatan pemasok.

Kesimpulan & Rekomendasi

SRM 2.0 bukan sekadar alat manajemen pemasok, tetapi strategi bisnis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif signifikan. Untuk mengimplementasikannya dengan sukses, perusahaan perlu:
✅ Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
✅ Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis.
✅ Menerapkan model evaluasi berbasis data untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat.

Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global yang semakin kompleks.

Sumber: PSRM7.pdf – Supplier Relationship Management: How Key Suppliers Drive Your Company's Competitive Advantage

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Manajemen Pemasok

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, hubungan antara organisasi dan pemasok sangat menentukan keberhasilan operasional. Penelitian ini membahas bagaimana Supplier Relationship Management (SRM) mempengaruhi efektivitas layanan dalam sektor publik, khususnya dalam pengadaan barang dan jasa penting di Ghana. Studi kasus ini menyoroti bagaimana penerapan SRM dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas layanan publik.

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok

Strategi utama dalam mengelola hubungan pemasok untuk pengadaan sektor publik meliputi:

  1. Segmentasi Pemasok
    Organisasi perlu mengelompokkan pemasok berdasarkan nilai strategis dan operasional mereka. Penggunaan Kraljic Matrix membantu menentukan pemasok mana yang perlu diprioritaskan dalam kerja sama jangka panjang.
  2. Kolaborasi dan Transparansi
    Hubungan pemasok yang kuat didasarkan pada komunikasi yang transparan dan aliran informasi yang efektif. Dalam studi ini, rumah sakit di Ghana menerapkan pendekatan ini dengan berbagi informasi lebih awal kepada pemasok untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.
  3. Pembayaran Tepat Waktu
    Pemasok lebih cenderung memberikan kualitas terbaik dan waktu pengiriman yang cepat jika pembayaran dilakukan tepat waktu.
  4. Keterlibatan Manajemen Puncak
    Manajemen tingkat atas memainkan peran penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok, yang dapat menghasilkan stabilitas dalam rantai pasokan publik.
  5. Kontrak yang Kuat dan Fleksibel
    Kontrak harus memberikan perlindungan bagi kedua belah pihak sekaligus memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan pasar.

Manfaat Manajemen Hubungan Pemasok

Penelitian menunjukkan bahwa penerapan SRM dalam sektor publik di Ghana menghasilkan berbagai manfaat, antara lain:

  • Efisiensi Biaya
    Dengan membangun hubungan jangka panjang, organisasi dapat memperoleh harga lebih baik dan mengurangi biaya pengadaan secara keseluruhan.
  • Peningkatan Kualitas Layanan
    Pemasok yang memiliki hubungan baik dengan organisasi lebih cenderung menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi.
  • Ketepatan Waktu dalam Pengiriman
    Adanya koordinasi yang lebih baik dengan pemasok mengurangi keterlambatan dalam distribusi barang dan jasa.
  • Dukungan Teknologi dan Inovasi
    Hubungan jangka panjang mendorong pemasok untuk berinvestasi dalam teknologi dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan klien mereka.

Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh, ada beberapa tantangan dalam penerapan SRM di sektor publik:

  1. Kurangnya Komunikasi antara Pemasok dan Organisasi
    Masalah ini menyebabkan ketidaksepahaman mengenai spesifikasi produk dan waktu pengiriman.
  2. Ketidakpastian dalam Rantai Pasok
    Ketergantungan pada pemasok eksternal dapat menyebabkan gangguan dalam layanan jika terjadi masalah logistik atau pasokan.
  3. Kurangnya Teknologi Terpadu
    Banyak institusi publik belum menggunakan sistem berbasis teknologi untuk mengintegrasikan SRM dengan Enterprise Resource Planning (ERP), yang dapat meningkatkan efisiensi.
  4. Kesulitan dalam Mengubah Budaya Organisasi
    Mengadopsi SRM membutuhkan perubahan budaya kerja, yang sering kali sulit diterapkan di sektor publik.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa manajemen hubungan pemasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi layanan publik. Untuk mencapai hasil optimal, organisasi perlu:

  • Menerapkan strategi SRM berbasis segmentasi pemasok dan komunikasi transparan.
  • Menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pengadaan publik.
  • Memastikan pembayaran tepat waktu dan keterlibatan manajemen dalam hubungan pemasok.
  • Menyesuaikan kontrak agar lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan pasar.

Sumber Artikel : Benjamin Avornu (2023). Management of Supplier Relationship and its Effects on Service Delivery: A Case Study of a Public Sector Procurement Department in Ghana. Arcada University of Applied Sciences, International Business.

Selengkapnya
Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik

Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management dengan Indeks Kapabilitas Proses untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan kualitas produk. Penelitian ini membahas penerapan SRM berbasis indeks kapabilitas proses untuk memilih, mengelompokkan, dan mengembangkan pemasok berdasarkan karakteristik kualitas mereka. Dengan menggunakan metode kapabilitas proses, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan pemasok serta memberikan usulan strategi pengembangan yang tepat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kapabilitas proses dengan indikator seperti bursting strength, tear strength, tensile strength, dan elongation. Data dikumpulkan dari PT. Karyamitra Budisentosa, perusahaan manufaktur sepatu yang bergantung pada bahan baku kulit berkualitas tinggi dari pemasoknya. Analisis dilakukan dengan metode pengelompokan berbasis indeks kapabilitas untuk memahami performa setiap pemasok.

Hasil dan Analisis

1. Pengelompokan Pemasok Berdasarkan Indeks Kapabilitas

Penelitian ini mengidentifikasi dua kelompok pemasok berdasarkan indeks kapabilitas mereka:

  • Kelompok 1: Supplier A, D, I, B, dan C → memiliki kapabilitas kualitas lebih tinggi.
  • Kelompok 2: Supplier E, F, H, dan G → memiliki kapabilitas kualitas lebih rendah dan memerlukan peningkatan.

Contoh Data Kapabilitas Pemasok:

  • Bursting Strength: Supplier A memiliki indeks 1,250 (capable), sedangkan Supplier B hanya 0,7038 (kurang memadai).
  • Tensile Strength: Kelompok 1 rata-rata memiliki indeks >1,0, sementara kelompok 2 berada di bawah angka tersebut.

2. Pengaruh SRM terhadap Efisiensi dan Kualitas

  • Hubungan yang erat dengan pemasok dapat meningkatkan transfer informasi dan kualitas bahan baku.
  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan inovasi, dan menciptakan hubungan bisnis jangka panjang.
  • Penggunaan indeks kapabilitas lebih akurat dalam menilai pemasok dibanding metode konvensional.

Strategi Pengembangan Pemasok

1. Framework Pengembangan untuk Kelompok 1

Pemasok dalam kelompok ini memiliki kualitas yang lebih baik, tetapi tetap perlu ditingkatkan melalui:

  • Audit berkala untuk mempertahankan standar.
  • Kolaborasi R&D untuk meningkatkan inovasi bahan baku.
  • Penguatan kontrak jangka panjang sebagai insentif atas performa baik.

2. Framework Pengembangan untuk Kelompok 2

Kelompok ini memiliki potensi tetapi memerlukan perbaikan dalam beberapa aspek:

  • Pelatihan dan pendampingan mengenai standar kualitas.
  • Investasi teknologi produksi untuk meningkatkan konsistensi bahan baku.
  • Pemberian insentif berbasis kinerja, di mana pemasok yang meningkatkan kapabilitasnya akan mendapatkan volume pesanan lebih besar.

Kesimpulan & Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa Supplier Relationship Management berbasis indeks kapabilitas proses dapat membantu perusahaan dalam mengelola pemasok secara lebih strategis. Pengelompokan pemasok berdasarkan indeks kapabilitas membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat terkait pemilihan dan pengembangan mitra bisnis.

Rekomendasi untuk Implementasi SRM yang Efektif:

  • Gunakan kapabilitas proses sebagai dasar utama dalam evaluasi pemasok.
  • Lakukan pengelompokan pemasok untuk menentukan strategi pengembangan yang sesuai.
  • Perkuat kemitraan dengan pemasok melalui SRM berbasis kolaborasi jangka panjang.
  • Terapkan teknologi digital dalam pemantauan kualitas dan efisiensi rantai pasok.

Sumber : Prasetyo, Erik Bagus. "Supplier Relationship Management Berdasarkan Indeks Proses Kapabilitas untuk Multiple Characteristic." Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2018.

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management dengan Indeks Kapabilitas Proses untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Manajemen Pemasok

Strategi Manajemen Rantai Pasok untuk Meningkatkan Ketersediaan Produk: Analisis Kemitraan, Teknologi, dan Risiko

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, ketersediaan produk dan ketepatan waktu pengiriman menjadi faktor utama dalam kepuasan pelanggan. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) bukan hanya tentang distribusi barang, tetapi juga mencakup kemitraan pemasok, penggunaan teknologi, dan pengelolaan risiko.

Artikel ini mengulas strategi SCM yang dapat meningkatkan ketersediaan produk, dengan fokus pada:

  • Kemitraan strategis dengan pemasok.
  • Penerapan teknologi dalam rantai pasok.
  • Manajemen risiko untuk menghindari gangguan distribusi.

Strategi Efektif dalam Manajemen Rantai Pasok

1. Kemitraan Strategis dengan Pemasok

Hubungan erat dengan pemasok sangat penting untuk memastikan ketersediaan bahan baku berkualitas. Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang membangun kemitraan jangka panjang dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi hingga 25%.

Keuntungan utama dari kemitraan pemasok:
✅ Ketersediaan bahan baku lebih stabil.
✅ Negosiasi harga lebih fleksibel.
✅ Respons lebih cepat terhadap perubahan pasar.

2. Digitalisasi dan Automasi dalam SCM

Perusahaan yang menggunakan sistem SCM berbasis digital mampu:
✅ Mengurangi kesalahan pengelolaan inventaris hingga 30%.
✅ Meningkatkan akurasi permintaan pasar dengan prediksi berbasis data.
✅ Mempercepat proses pemesanan dan pengiriman barang.

Teknologi seperti ERP (Enterprise Resource Planning), RFID, dan AI-based analytics berperan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi keterlambatan distribusi.

3. Manajemen Risiko dalam Rantai Pasok

Gangguan dalam rantai pasok dapat berdampak pada keterlambatan pengiriman dan peningkatan biaya operasional. Strategi mitigasi risiko yang efektif meliputi:
✅ Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan pada satu pihak.
✅ Menyiapkan stok pengaman untuk mengantisipasi gangguan produksi.
✅ Menggunakan analitik data untuk memprediksi potensi gangguan rantai pasok.

Studi Kasus Implementasi SCM yang Sukses

1. Efisiensi SCM di Industri Manufaktur

Studi pada PT. Karyamitra Budisentosa menunjukkan bahwa pengelolaan rantai pasok yang efektif mampu meningkatkan ketersediaan produk hingga 40%.

Langkah utama yang diterapkan:

  • Meningkatkan kerja sama dengan pemasok.
  • Mengoptimalkan sistem ERP untuk manajemen inventaris.
  • Menggunakan analitik big data untuk memprediksi permintaan pasar.

2. Penerapan Teknologi dalam SCM di Perusahaan Ritel

Perusahaan ritel global seperti Carrefour menggunakan sistem SCM berbasis AI untuk mengelola distribusi produk di berbagai negara. Hasilnya:

  • Pengurangan keterlambatan pengiriman hingga 35%.
  • Peningkatan efisiensi operasional sebesar 20%.

3. Pengelolaan Risiko dalam Distribusi Global

Perusahaan multinasional seperti Unilever menghadapi tantangan besar dalam mengelola rantai pasok global. Dengan menerapkan strategi mitigasi risiko, mereka berhasil:

  • Mengurangi dampak gangguan logistik akibat pandemi COVID-19.
  • Menyesuaikan jalur distribusi untuk menghindari keterlambatan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Strategi Supply Chain Management yang efektif mampu meningkatkan ketersediaan produk dan memastikan kelancaran distribusi.

Poin utama yang harus diterapkan:
✅ Membangun kemitraan erat dengan pemasok untuk stabilitas pasokan.
✅ Mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengelola risiko dengan strategi mitigasi yang matang.

Dengan implementasi SCM yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan operasional mereka dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Sumber : Farida. (2023). Supply Chain Management Strategy to Increase Product Availability. Jurnal Info Sains, Volume 13, No. 03.

Selengkapnya
Strategi Manajemen Rantai Pasok untuk Meningkatkan Ketersediaan Produk: Analisis Kemitraan, Teknologi, dan Risiko

Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Supplier Relationship Management (SRM) merupakan strategi penting dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui manajemen hubungan dengan pemasok. Berdasarkan penelitian dari Engin Kopal dalam tesisnya di Eindhoven University of Technology (2018), penerapan SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas bisnis.

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Office Depot EU B.V., sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja organisasi dengan mengadopsi strategi SRM yang lebih kolaboratif. Sebelumnya, perusahaan ini menjalankan hubungan pemasok secara transaksional (arm’s-length relationship), yang lebih berfokus pada negosiasi harga dibandingkan kolaborasi strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan utama: "Bagaimana Office Depot EU B.V. dapat meningkatkan kinerja organisasinya melalui manajemen hubungan dengan pemasok?"

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, termasuk:

  • Analisis empirik dan teori untuk memahami tantangan hubungan pemasok.
  • Pengembangan Supplier Relationship Management Tool V1, alat yang membantu menentukan strategi SRM berdasarkan evaluasi strategis material dan atraktivitas hubungan pemasok.
  • Studi kasus pada Office Depot EU B.V. untuk menguji efektivitas strategi SRM yang diusulkan.

Temuan Utama

  1. Tiga Jenis Hubungan Pemasok
    • Transaksional: Fokus pada negosiasi harga dan minim kolaborasi.
    • Kolaboratif: Berbagi informasi dasar dan koordinasi bersama.
    • Strategis: Kerja sama erat dengan pembagian risiko dan keuntungan.
  2. Dampak Hubungan Pemasok terhadap Kinerja Organisasi
    • Hubungan yang lebih strategis dan kolaboratif meningkatkan sales, market share, dan pertumbuhan bisnis (Carr & Pearson, 1999; Johnson, 1999).
    • Hubungan pemasok yang buruk menghambat efisiensi, meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan daya saing.
  3. Implementasi SRM di Office Depot
    • Evaluasi strategi pemasok berdasarkan profit impact dan supply risk.
    • Penerapan sistem monitoring berbasis KPI, seperti On-Time-In-Full (OTIF) dan Total Cost of Ownership (TCO).
    • Kolaborasi lebih erat dengan pemasok utama, terutama dalam kategori produk strategis dan bernilai tinggi.

Studi Kasus & Data Pendukung

  • Net Sales Office Depot EU B.V. menurun sejak tahun 2016, terutama di kategori Printing & Technology (terendah -10%).
  • 80% hubungan pemasok masih bersifat transaksional, menyebabkan kurangnya fleksibilitas dan inovasi.
  • Penerapan Supplier Relationship Management Tool V1 membantu memilih pemasok dengan nilai strategis tertinggi, meningkatkan efisiensi hingga 15% dalam rantai pasok.

Kesimpulan dan Rekomendasi

  • Office Depot perlu beralih ke strategi SRM yang lebih kolaboratif untuk meningkatkan daya saing.
  • Hubungan strategis dengan pemasok utama harus diperkuat, dengan komunikasi lebih transparan dan berbasis data.
  • Penerapan Total Cost of Ownership (TCO) direkomendasikan untuk menilai biaya keseluruhan dari kerja sama dengan pemasok.

Sumber : Kopal, E. (2018). Performance Enhancement by Supplier Relationship Management. Eindhoven University of Technology.

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi

Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Optimalisasi Kinerja Rantai Pasokan: Studi Kasus Inyange Industries, Rwanda

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran kunci dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan organisasi. Penelitian ini berfokus pada bagaimana SRM memengaruhi kinerja rantai pasokan Inyange Industries, sebuah perusahaan pengolahan makanan di Rwanda. Dengan menggunakan analisis statistik, studi ini menyoroti faktor-faktor seperti pembagian informasi, keandalan kualitas, keandalan layanan, dan strategi rantai pasokan dalam meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial dengan SPSS versi 25.0 untuk menganalisis data dari 152 responden. Analisis dilakukan melalui korelasi Pearson dan model regresi berganda untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel independen (SRM) dan variabel dependen (kinerja rantai pasokan).

Hasil & Analisis

1. Peran Pembagian Informasi dalam Kinerja Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 (antara "Setuju" dan "Sangat Setuju").
  • Pembagian informasi memiliki hubungan korelasi sebesar 0.919 dengan kinerja rantai pasokan, tetapi tidak signifikan secara statistik (p=0.168).
  • Artinya, meskipun informasi dibagikan dengan baik, dampaknya pada kinerja rantai pasokan belum optimal.

2. Keandalan Kualitas dalam Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 dengan keandalan tinggi dalam produk dan proses.
  • Korelasi dengan kinerja rantai pasokan: 0.885 tetapi tidak signifikan (p=0.210).
  • Artinya, meskipun kualitas produk diakui baik, tidak cukup kuat untuk secara langsung meningkatkan efisiensi rantai pasokan.

3. Keandalan Layanan dalam Rantai Pasokan

  • Rata-rata skor: 4.48 dengan fokus pada evaluasi karyawan dan teknologi layanan.
  • Korelasi dengan kinerja rantai pasokan: 0.808 tetapi tidak signifikan (p=0.132).
  • Layanan yang lebih reliabel meningkatkan produksi, tetapi perlu strategi tambahan agar lebih berdampak signifikan pada rantai pasokan.

4. Strategi Rantai Pasokan sebagai Faktor Kunci

  • Rata-rata skor: 4.30, dengan fokus pada penyelesaian masalah bersama dan pengembangan pemasok.
  • Korelasi tertinggi: 0.912 dengan p=0.000 (signifikan secara statistik).
  • Ini menunjukkan bahwa strategi rantai pasokan memiliki dampak langsung dan signifikan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasokan perusahaan.

Implikasi Studi & Rekomendasi

  • Perusahaan perlu memperkuat strategi rantai pasokan, termasuk kolaborasi lebih erat dengan pemasok.
  • Perlu ada optimalisasi dalam berbagi informasi, misalnya melalui digitalisasi sistem manajemen rantai pasokan.
  • Keandalan layanan dan kualitas harus ditingkatkan dengan lebih banyak pelatihan dan standar kontrol kualitas yang lebih ketat.
  • Pemerintah Rwanda, khususnya MINICOM, dapat mendorong keterlibatan warga dalam SRM untuk meningkatkan perekonomian individu dan nasional.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa SRM memainkan peran krusial dalam kinerja rantai pasokan. Meskipun berbagi informasi, keandalan kualitas, dan layanan penting, strategi rantai pasokan adalah faktor utama dalam meningkatkan efisiensi. Studi ini menjadi referensi penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan hubungan dengan pemasok demi keberlanjutan bisnis.

Sumber : Mahoro I., & Dushimimana J. D. (2024). The Role of Supplier Relationship Management to the Supply Chain Performance of an Organization; A Case of Inyange Industries in Kicukiro District, Rwanda. Journal of Procurement & Supply Chain, Vol 8(1), pp. 86-106.

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Optimalisasi Kinerja Rantai Pasokan: Studi Kasus Inyange Industries, Rwanda
« First Previous page 114 of 1.175 Next Last »