Startup

Siapa Startup yang Dipuji Bos Northstar? Sudah Laba Omzet Triliunan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 30 April 2024


Patrick Walujo, Co-founder & Managing Partner di Northstar Advisors, memberikan pujian yang sangat tinggi kepada e-Fishery, menyebutnya memiliki profitabilitas yang melampaui Gojek, perusahaan decacorn. Menurut Patrick, pendapatan omzet e-Fishery dalam satu bulan mencapai Rp. 4 triliun, dan bisnisnya telah menghasilkan keuntungan. Hal ini membuatnya lebih menguntungkan daripada Gojek. e-Fishery juga mendapatkan perhatian dari dunia internasional, terbukti dari pendanaan yang melibatkan nama-nama besar seperti Temasek, Sequoia, dan Softbank.

Patrick menceritakan bahwa pertemuan pertamanya dengan pendiri e-Fishery, Gibran Huzaifah, terjadi ketika Gibran baru saja lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Gibran berbagi ide awalnya tentang membuat alat dengan sensor untuk memberi makan ikan sesuai dengan pergerakannya.

Meskipun awalnya meragukan efektivitas ide tersebut, Patrick akhirnya terkesan dengan semangat dan ide Gibran, sehingga memberikan pendanaan awal untuk e-Fishery. Selama perkembangannya, e-Fishery telah mengalami pertumbuhan yang pesat. Mereka tidak hanya melayani petani ikan dengan menyediakan alatnya, tetapi juga memberikan modal kerja dan membeli ikan-ikan tersebut untuk dijual ke restoran. Menurut Patrick, model bisnis yang ditawarkan oleh e-Fishery adalah asli dari Indonesia, dan bisnis serupa di negara lain tidak seberhasil di Indonesia. Hal ini membuatnya melihat bahwa bisnis model tersebut benar-benar orisinal dan unik.


Sumber: cnbcindonesia-com

Selengkapnya
Siapa Startup yang Dipuji Bos Northstar? Sudah Laba Omzet Triliunan

Startup

Beres.id "Pamit" Mulai 30 Juni, "Startup" Tumbang Lagi, Apa Penyebabnya?

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 30 April 2024


Badai yang melanda startup di Indonesia masih berlanjut, setelah isu PHK, kini giliran Beres.id yang mengumumkan penghentian operasionalnya. Dikutip dari sumber resmi Beres.id, perusahaan ini menyatakan, "Dengan penuh penyesalan, kami mengumumkan bahwa Beres akan menghentikan operasionalnya mulai 30 Juni 2022." Beres.id adalah sebuah startup yang bergerak dalam bidang layanan rumah melalui teknologi. Mereka menyediakan berbagai jenis layanan, mulai dari perbaikan pipa air, AC, hingga jasa transportasi pindah rumah.

"Tumbang" gara-gara Covid-19

Beres.id merupakan bagian dari perusahaan rintisan asal Malaysia bernama Kaodim. Perusahaan yang bergerak dalam urusan jasa layanan rumah ini juga beroperasi di Singapura dan Filipina. Co-founder and CEO Kaodim Choong Fui Yu menjelaskan, pandemi Covid-19 selama 2 tahun ini jadi biang keroknya.

Ia memaparkan hal-hal yang berdampak pada bisnis adalah gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang lebih tinggi. "Maka dengan berat hati kami umumkan bahwa mulai 1 Juli 2022, Beres dan semua platform afiliasinya tidak akan beroperasi lagi," kata Choong Fui Yu dikutip Kompas.com Rabu (8/7/2022).

Pesangon karyawan tetap dibayarkan

Choong juga menyoroti bahwa keputusan ini dipengaruhi oleh inflasi dan kenaikan biaya yang terjadi belakangan ini. Ini berdampak pada permintaan pelanggan dan penyedia layanan, serta mengurangi margin dan pendapatan perusahaan. Meskipun begitu, perusahaan berjanji untuk tetap memenuhi kewajibannya kepada karyawan. Mereka akan membayar pesangon dan hak-hak lain yang mereka peroleh. Sebelumnya, beberapa startup seperti Link Aja, Tani Hub, Zenius, dan Pahamfy juga telah melakukan PHK, menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh industri startup di masa ini.


Sumber: money.kompas.com

Selengkapnya
Beres.id "Pamit" Mulai 30 Juni, "Startup" Tumbang Lagi, Apa Penyebabnya?

Startup

Alibaba PHK Sepertiga Pegawai di Tim Investasi Strategis, Akibat Ancaman Resesi

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 30 April 2024


Alibaba, raksasa teknologi Cina, berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sepertiga karyawan di tim investasi strategis, di tengah tekanan ekonomi global dan pengawasan ketat dari pemerintah Tiongkok. Informasi dari empat sumber Channel News Asia mengungkapkan bahwa Alibaba berencana mengurangi jumlah karyawan di tim investasi strategis yang saat ini berjumlah lebih dari 110 orang, terutama di Cina dan beberapa di Hong Kong.

Setelah PHK, tim investasi Alibaba diperkirakan akan terdiri dari sekitar 70 orang. PHK ini terutama akan memengaruhi karyawan di tingkat menengah dan senior, dengan sebagian besar staf sudah diberitahu tentang pemecatan tersebut.

Langkah pemangkasan karyawan ini terjadi setelah Alibaba dan Tencent, raksasa teknologi lainnya di Cina, merencanakan untuk memotong puluhan ribu pekerja tahun ini. Tindakan ini dilakukan sebagai tanggapan atas tekanan yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok, yang telah memperlambat langkah pembuatan kesepakatan investasi raksasa e-commerce tersebut.

Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan teknologi sejak akhir 2020, dengan menerapkan sejumlah aturan yang ditujukan kepada raksasa teknologi seperti Alibaba dan Tencent. Badan Nasional Regulasi Pasar Cina (SAMR) baru-baru ini memberlakukan denda kepada Alibaba dan Tencent karena pelanggaran terhadap aturan anti-monopoli, termasuk ketidakpatuhan dalam melaporkan aksi korporasi.

Rencana PHK ini juga datang di tengah ancaman resesi ekonomi di beberapa negara. Global Nomura Holdings memperkirakan bahwa tujuh negara, termasuk Amerika Serikat, Zona Euro, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada, mungkin akan tergelincir ke dalam resesi ekonomi pada tahun 2023.


Sumber: katadata.co.id

Selengkapnya
Alibaba PHK Sepertiga Pegawai di Tim Investasi Strategis, Akibat Ancaman Resesi

Startup

Krisis Startup Sayuran: Tiga Perusahaan Favorit Konglomerat Gulung Tikar dan PHK Massal

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 30 April 2024


Startup yang menyediakan produk kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan, Sayurbox, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan rintisan ini sebelumnya menutup toko offline bernama Toko Panen pada bulan lalu (20/6) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, seperti yang diumumkan melalui akun Instagram @panen.official pada bulan sebelumnya (16/6).

Saat ini, Sayurbox dilaporkan melakukan PHK. Meskipun Sayurbox berhasil meraih pendanaan seri C lebih dari US$120 juta atau lebih dari Rp1,7 triliun pada bulan Maret, investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC).

Investor sebelumnya, termasuk Global Brain, Astra, Syngenta Group Ventures, dan beberapa investor lainnya, juga turut serta dalam pendanaan tersebut. Northstar adalah salah satu investor Gojek, sementara Alpha JWC Ventures berinvestasi di startup yang didirikan oleh putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni Goola dan Mangkokku.

Pendanaan seri C ini didapat dalam kurun waktu kurang dari satu tahun setelah mendapatkan pendanaan seri B sebesar US$15 juta atau Rp216 miliar yang dipimpin oleh Astra. Sayurbox menawarkan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging, ikan, dan makanan jadi, dengan wilayah pengiriman mencakup Jabodetabek, Surabaya, dan Bali.

Startup ini melayani sekitar 1 juta pelanggan di Jawa dan Bali dan memiliki kemitraan dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia. Sebelumnya, dua startup serupa juga menghentikan layanan, yaitu Tanihub dan Brambang, yang juga melakukan PHK. Brambang menutup layanan pada Mei (27/5) dan beralih menjadi marketplace untuk smartphone dan elektronik dengan membuat akun Instagram baru @brambangelektronik pada Mei (26/5).

Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua gudang di Bandung dan Bali serta melakukan PHK. Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group, Bhisma Adinaya, mengungkapkan bahwa perusahaan ingin mempertajam fokus bisnisnya dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, UMKM, dan mitra strategis. Oleh karena itu, perusahaan melakukan PHK karyawan untuk menyesuaikan fokus bisnisnya.

Startup Pertanian Diminati oleh Konglomerat

Sektor e-groceries sedang diminati oleh konglomerat di Indonesia. Anak perusahaan CT. Corps, PT. Trans Retail Indonesia (Transmart), dan PT. Bukalapak.com Tbk telah membentuk usaha patungan bernama AlloFresh, yang merupakan e-commerce untuk makanan segar dan kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, Blibli, yang didukung oleh Grup Djarum, telah menginvestasikan sejumlah besar uang ke dalam perusahaan ritel modern Ranch Market dengan mengakuisisi 51% saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp. 2,03 triliun.

Grup Djarum juga terlibat dalam ekosistem penyedia produk segar melalui investasi di Gojek sejak 2018. Salah satu investasi terbaru Gojek adalah dalam startup social commerce bernama Segari, dengan nilai investasi mencapai US$ 16 juta atau sekitar Rp 226,8 miliar. Segari menyediakan layanan penyederhanaan rantai distribusi kebutuhan pokok melalui skema bisnis social commerce, dengan mitra petani dari Jawa dan Sumatera.

Startup lain yang menarik investasi adalah Sayurbox, yang mendapatkan investasi US$ 5 juta dari Astra International dan US$ 500 ribu dari Metrodata Electronics. Perusahaan ini menawarkan solusi inklusi teknologi bagi tukang sayur dengan desain model bisnis yang memadukan ekosistem petani sayur. Kedai Sayur, startup lain dalam sektor yang sama, telah menerima investasi US$ 4 juta dari Triputra Group dan Multi Persada Nusantara sejak tahun 2019. Mereka menawarkan model bisnis yang mengakomodasi tukang sayur dan ekosistem petani.

Di sisi lain, Grab telah berkolaborasi dengan Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), gerai ritel milik Grup Lippo, untuk memperluas bisnis omni-channel Matahari. Kolaborasi ini memungkinkan konsumen Grab untuk berbelanja bahan pokok, produk segar, dan kebutuhan rumah tangga dari toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo, dan Hyfresh di fitur GrabMart. Terakhir, MDI Ventures, milik BUMN Telkom, memimpin pendanaan ke TaniHub Group, startup pertanian, dengan nilai US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada bulan Mei.


Sumber: katadata.co.id

Selengkapnya
Krisis Startup Sayuran: Tiga Perusahaan Favorit Konglomerat Gulung Tikar dan PHK Massal

Startup

Revitalisasi Pasar E-Groceries: Astro Menggalang Dana Fantastis Rp 875 Miliar Untuk Apa?

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 26 April 2024


Startup e-Groceries, Astro, baru saja disiram dana segar oleh para investor sebesar USD 60 juta atau kisaran Rp 875 miliar. Bakal untuk apa? Investasi tersebut didapat lewat pendanaan seri B yang dipimpin oleh Accel, Citius dan Tiger Global. Bila ditotal sudah lebih dari USD90 juta yang diraih Astro sejak September 2021. Investor yang terlibat sebelumnya, seperti AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed dan Sequoia Capital India juga bergabung dalam putaran ini.

Pendanaan kali ini akan digunakan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, dan meningkatkan kinerja produk layanan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para pelanggan, serta meningkatkan jumlah tim Astronaut. Saat ini, pelayanan Astro 15-menit e-Groceries telah beroperasi di hampir 50 lokasi di daerah Jabodetabek. Sejak pendanaan seri A, Astro klaim telah bertumbuh lebih dari 10x dengan operasional yang lebih efisien ke pelanggan.

Jumlah Astronaut (sebutan bagi tim Astro) telah melampaui 200 orang, sambil melaksanakan Work From Anywhere (WFA) untuk mengakomodasi fleksibilitas bekerja di masa COVID-19. Hingga saat ini aplikasi Astro telah diunduh hingga mendekati 1 juta. "Astro memiliki misi untuk mempermudah hidup pelanggan. Tim Astronaut terus melayani pelanggan ketika diperlukan terutama di masa-masa sulit seperti Omnicron COVID-19 kemarin di mana Indonesia mengalami jumlah kasus tertinggi.

Kami sangat senang dapat bermitra dengan Accel, Citius dan Tiger Global untuk mempercepat misi kami. Kami akan fokus untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan talenta terbaik di seluruh Indonesia untuk terus memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan." ungkap Vincent Tjendra, Co-Founder & CEO Astro.


Sumber: inet.detik.com

Selengkapnya
Revitalisasi Pasar E-Groceries: Astro Menggalang Dana Fantastis Rp 875 Miliar Untuk Apa?

Startup

Memahami Fenomena Unicorn: Ketika Startup Menjadi Primadona dengan Valuasi Selangit

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 26 April 2024


Dalam bisnis, unicorn adalah perusahaan startup bernilai lebih dari US$1 miliar yang merupakan milik swasta dan tidak terdaftar di pasar saham. Istilah ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2013, diciptakan oleh pemodal ventura Aileen Lee, memilih hewan mitos untuk mewakili kelangkaan statistik dari usaha yang sukses. CB Insights mengidentifikasi 1.170 unicorn di seluruh dunia pada Juni 2022. Unicorn dengan valuasi lebih dari $10 miliar telah ditetapkan sebagai perusahaan "decacorn". Untuk perusahaan swasta yang bernilai lebih dari $100 miliar, istilah "centicorn" dan "hectocorn" telah digunakan.


Perusahaan robot pengiriman Starship Technologies adalah unicorn Estonia.

Sejarah Unicorn

Aileen Lee mencetuskan istilah "unicorn" dalam sebuah artikel TechCrunch tahun 2013, "Welcome To The Unicorn Club: Belajar dari Startup Miliaran Dolar."Pada saat itu, 39 perusahaan diidentifikasi sebagai unicorn. Dalam studi lain yang dilakukan oleh Harvard Business Review, ditentukan bahwa perusahaan rintisan yang didirikan antara tahun 2012 dan 2015 mengalami pertumbuhan valuasi dua kali lebih cepat daripada perusahaan rintisan yang didirikan antara tahun 2000 dan 2003. Pada tahun 2018, 16 perusahaan AS menjadi unicorn, menghasilkan 119 perusahaan swasta di seluruh dunia yang bernilai $ 1 miliar atau lebih.

Secara global, menurut CB Insights, ada lebih dari 803 unicorn pada Agustus 2021, dengan ByteDance, SpaceX, dan Stripe di antara yang terbesar, dan 30 decacorn, termasuk SpaceX, Getir, Goto, J&T Express, Stripe, dan Klarna. Lonjakan unicorn dilaporkan sebagai "meteorik" untuk tahun 2021, dengan $71 miliar diinvestasikan di 340 perusahaan baru, tahun yang luar biasa bagi perusahaan rintisan dan industri modal ventura AS; jumlah perusahaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang bernilai lebih dari $1 miliar selama 2021 melebihi jumlah total lima tahun sebelumnya. Enam bulan kemudian, pada bulan Juni 2022, 1.170 total unicorn dilaporkan, IPL dengan $10,9 miliar menjadi decacorn pada tahun 2022.

Alasan Pertumbuhan Unicorn Yang Cepat

  • Strategi yang Berkembang Pesat

Pada pertengahan tahun 2000-an, investor dan perusahaan modal ventura mengadopsi strategi first-mover advantage and get big fast (GBF) untuk perusahaan rintisan, yang juga dikenal dengan istilah "blitzscaling." GBF adalah strategi di mana perusahaan rintisan mencoba untuk berkembang dengan cepat melalui putaran pendanaan yang besar dan pemotongan harga untuk memperoleh keuntungan dari pangsa pasar dan menyingkirkan pesaing secepat mungkin. Pengembalian yang cepat melalui strategi ini tampaknya menarik bagi semua pihak yang terlibat, meskipun ada catatan peringatan tentang gelembung dot-com pada tahun 2000, serta kurangnya keberlanjutan jangka panjang dalam penciptaan nilai perusahaan-perusahaan baru di era Internet.

  • Pembelian Perusahaan

Banyak unicorn diciptakan melalui pembelian oleh perusahaan publik besar. Dalam lingkungan dengan suku bunga rendah dan pertumbuhan yang lambat, banyak perusahaan seperti Apple, Meta, dan Google berfokus pada akuisisi daripada berfokus pada belanja modal dan pengembangan proyek investasi internal. Beberapa perusahaan besar lebih memilih untuk meningkatkan bisnis mereka dengan membeli teknologi dan model bisnis yang sudah mapan daripada menciptakannya sendiri.

  • Meningkatnya Modal Swasta yang Tersedia

Usia rata-rata perusahaan teknologi sebelum go public adalah 11 tahun, dibandingkan dengan usia rata-rata 4 tahun pada tahun 1999. Dinamika baru ini berasal dari peningkatan jumlah modal swasta yang tersedia untuk unicorn dan pengesahan Undang-Undang Jumpstart Our Business Startups (JOBS) di Amerika Serikat pada tahun 2012, yang meningkatkan empat kali lipat jumlah pemegang saham yang dapat dimiliki perusahaan sebelum mereka harus mengungkapkan laporan keuangan mereka kepada publik. Jumlah modal swasta yang diinvestasikan di perusahaan perangkat lunak telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 2013 hingga 2015.

  • Mencegah IPO

Melalui banyak putaran pendanaan, perusahaan tidak perlu melakukan penawaran umum perdana (IPO) untuk mendapatkan modal atau valuasi yang lebih tinggi; mereka dapat kembali ke investor mereka untuk mendapatkan lebih banyak modal. IPO juga memiliki risiko devaluasi perusahaan jika pasar publik menganggap perusahaan bernilai lebih rendah daripada investornya.

Beberapa contoh terbaru dari situasi ini adalah Square, yang terkenal dengan pembayaran mobile dan bisnis layanan keuangannya, dan Trivago, sebuah mesin pencari hotel populer di Jerman, yang keduanya dihargai di bawah harga penawaran awal oleh pasar. Hal ini disebabkan oleh penilaian yang terlalu tinggi terhadap kedua perusahaan tersebut di pasar privat oleh para investor dan perusahaan modal ventura. Pasar tidak setuju dengan valuasi kedua perusahaan tersebut, dan oleh karena itu, menurunkan harga masing-masing saham dari kisaran IPO awal mereka. Investor dan perusahaan rintisan dapat memilih untuk menghindari IPO karena meningkatnya peraturan. Peraturan seperti Sarbanes-Oxley Act telah menerapkan peraturan yang lebih ketat setelah beberapa kasus kebangkrutan di pasar AS yang ingin dihindari oleh banyak perusahaan ini.

  • Kemajuan Teknologi

Perusahaan rintisan telah memanfaatkan pertumbuhan pesat teknologi baru untuk mendapatkan status unicorn. Dengan munculnya media sosial dan akses ke jutaan orang yang memanfaatkan teknologi ini untuk mendapatkan skala ekonomi yang besar, perusahaan rintisan memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnis mereka lebih cepat dari sebelumnya. Inovasi baru dalam teknologi termasuk ponsel pintar, platform P2P, dan komputasi awan dengan kombinasi aplikasi media sosial telah membantu pertumbuhan unicorn.

Valuasi

Valuasi yang menetapkan perusahaan rintisan sebagai unicorn dan decacorn berbeda dengan perusahaan mapan. Valuasi untuk perusahaan mapan berasal dari kinerja tahun-tahun sebelumnya, sementara valuasi perusahaan start-up berasal dari peluang pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dalam jangka panjang untuk pasar potensialnya. Valuasi untuk unicorn biasanya dihasilkan dari putaran pendanaan perusahaan modal ventura besar yang berinvestasi di perusahaan start-up. Valuasi akhir yang signifikan lainnya dari perusahaan rintisan adalah ketika perusahaan yang jauh lebih besar membeli sebuah perusahaan, memberikan valuasi tersebut; beberapa contohnya adalah Unilever membeli Dollar Shave Club dan Facebook membeli Instagram dengan nilai masing-masing sebesar $ 1 miliar, yang secara efektif mengubah Dollar Shave Club dan Instagram menjadi unicorn.

Bill Gurley, seorang mitra di perusahaan modal ventura Benchmark, meramalkan pada bulan Maret 2015 dan sebelumnya bahwa peningkatan pesat dalam jumlah unicorn mungkin "telah pindah ke dunia yang spekulatif dan tidak berkelanjutan", yang akan meninggalkan apa yang ia sebut sebagai "unicorn mati". Ia juga mengatakan bahwa alasan utama valuasi unicorn adalah "jumlah uang yang berlebihan" yang tersedia untuk mereka. Demikian pula, pada tahun 2015 William Danoff, yang mengelola Fidelity Contrafund, mengatakan bahwa unicorn mungkin "akan kehilangan sedikit kilau" karena kemunculannya yang lebih sering dan beberapa kasus di mana harga sahamnya didevaluasi. Penelitian oleh para profesor Stanford yang diterbitkan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa unicorn dinilai terlalu tinggi dengan rata-rata 48%.

Penilaian Perusahaan Dengan Pertumbuhan Tinggi

Untuk perusahaan dengan pertumbuhan tinggi yang mencari valuasi setinggi mungkin, ini tergantung pada potensi dan peluang. Ketika investor dari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi memutuskan apakah mereka harus berinvestasi di sebuah perusahaan atau tidak, mereka mencari tanda-tanda home run untuk menghasilkan keuntungan eksponensial atas investasi mereka bersama dengan kepribadian yang tepat yang sesuai dengan perusahaan tersebut. Untuk memberikan valuasi yang begitu tinggi dalam putaran pendanaan, perusahaan modal ventura harus percaya pada visi pengusaha dan perusahaan secara keseluruhan. Mereka harus percaya bahwa perusahaan tersebut dapat berevolusi dari kondisi saat ini yang tidak stabil dan tidak pasti menjadi sebuah perusahaan yang dapat menghasilkan dan mempertahankan pertumbuhan yang moderat di masa depan.

Ukuran Pasar

Untuk menilai potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan, perlu ada analisis mendalam mengenai target pasar. Ketika perusahaan atau investor menentukan ukuran pasarnya, ada beberapa langkah yang perlu mereka pertimbangkan untuk mengetahui seberapa besar pasar yang sebenarnya:

  • Menentukan sub-segmen pasar (tidak ada perusahaan yang dapat menargetkan pangsa pasar 100%, yang juga dikenal sebagai monopoli)
  • Ukuran pasar dari atas ke bawah.
  • Analisis dari bawah ke atas.
  • Analisis pesaing.

Setelah pasar diperkirakan secara wajar, perkiraan keuangan dapat dibuat berdasarkan ukuran pasar dan seberapa besar perusahaan dapat tumbuh dalam periode waktu tertentu.

  • Estimasi Keuangan

Untuk menilai valuasi perusahaan dengan benar setelah perkiraan pendapatan selesai, perkiraan margin operasi, analisis investasi modal yang dibutuhkan, dan laba atas modal yang diinvestasikan perlu diselesaikan untuk menilai pertumbuhan dan potensi pengembalian kepada investor dari suatu perusahaan. Asumsi di mana perusahaan dapat tumbuh harus realistis, terutama saat mencoba membuat perusahaan modal ventura memberikan penilaian yang diinginkan perusahaan. Pemodal ventura tahu bahwa pembayaran atas investasi mereka tidak akan terealisasi selama lima hingga sepuluh tahun ke depan, dan mereka ingin memastikan sejak awal bahwa perkiraan keuangannya realistis.

  • Metode Penilaian

Dengan perkiraan keuangan yang telah ditetapkan, investor perlu mengetahui berapa nilai perusahaan saat ini. Di sinilah metode penilaian yang lebih mapan menjadi lebih relevan.

Ini termasuk tiga metode penilaian yang paling umum:

  • Analisis arus kas yang didiskontokan.
  • Metode perbandingan pasar.
  • Transaksi yang sebanding.

Investor bisa mendapatkan penilaian akhir dari metode-metode ini dan jumlah modal yang mereka tawarkan sebagai persentase ekuitas dalam perusahaan menjadi penilaian akhir untuk sebuah startup. Keuangan kompetitor dan transaksi masa lalu juga memainkan peran penting saat memberikan dasar untuk menilai startup dan menemukan penilaian yang tepat untuk perusahaan-perusahaan ini.

Tren Pasar

  • Ekonomi berbagi

Ekonomi berbagi, yang juga dikenal sebagai "konsumsi kolaboratif" atau "ekonomi sesuai permintaan", didasarkan pada konsep berbagi sumber daya pribadi. Tren berbagi sumber daya ini telah membuat tiga dari lima unicorn terbesar (Uber, DiDi, dan Airbnb) menjadi perusahaan rintisan yang paling bernilai di dunia. Tren ekonomi pada tahun 2010-an mendorong konsumen untuk belajar lebih konservatif dalam hal pengeluaran dan ekonomi berbagi merefleksikan hal ini.

  • Perdagangan elektronik

E-commerce dan inovasi pasar online secara perlahan telah mengambil alih kebutuhan akan lokasi fisik merek toko. Contoh utama dari hal ini adalah penurunan jumlah mal di Amerika Serikat, yang penjualannya menurun dari $87,46 miliar pada tahun 2005 menjadi $60,65 miliar pada tahun 2015. Kemunculan perusahaan-perusahaan e-commerce seperti Amazon dan Alibaba (keduanya merupakan unicorn sebelum mereka go public) telah mengurangi kebutuhan akan lokasi fisik untuk membeli barang-barang konsumen. Banyak perusahaan besar telah melihat tren ini sejak lama dan mencoba beradaptasi dengan tren e-commerce. Walmart pada tahun 2016 membeli Jet.com, sebuah perusahaan e-commerce Amerika, dengan harga $3,3 miliar untuk mencoba beradaptasi dengan preferensi konsumen.

  • Model bisnis yang inovatif

Untuk mendukung ekonomi berbagi, unicorn dan perusahaan rintisan yang sukses telah membangun model operasi yang disebut sebagai "pengatur jaringan." Dalam model bisnis ini, ada jaringan rekan yang menciptakan nilai melalui interaksi dan berbagi. Pengorkestrasi jaringan dapat menjual produk/layanan, berkolaborasi, berbagi ulasan, dan membangun relasi melalui bisnis mereka. Contoh orkestrator jaringan termasuk semua perusahaan ekonomi berbagi (misalnya Uber, Airbnb, OYO), perusahaan yang memungkinkan konsumen berbagi informasi (misalnya TripAdvisor, Yelp), dan platform penjualan peer-to-peer atau bisnis-ke-bisnis (misalnya Amazon, Alibaba).
 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Memahami Fenomena Unicorn: Ketika Startup Menjadi Primadona dengan Valuasi Selangit
« First Previous page 3 of 4 Next Last »