Rantai Pasok Digital

Dampak Industry 4.0 terhadap Pengembangan Hubungan Pembeli-Pemasok di Brasil: Analisis Multi-Sektor dalam Konteks Supply Chain 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengeksplorasi dampak Industry 4.0 (I4.0) terhadap pengembangan hubungan antara pembeli dan pemasok (Buyer-Supplier Relationship/BSR) di Brasil, dengan fokus pada sektor otomotif, kimia, dan agribisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis berbasis sistem abu-abu untuk mengevaluasi tingkat kematangan perusahaan dalam mengadopsi prinsip Supply Chain 4.0. Dengan melibatkan 38 ahli, artikel ini mengidentifikasi variabel kunci yang memengaruhi hubungan BSR di era digital dan menawarkan wawasan bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kolaborasi.

Kerangka Konseptual

Penelitian ini mendefinisikan variabel dalam dua kategori:

  1. Choice Variables (CV): Mengukur kondisi eksternal dan internal yang memengaruhi keputusan strategis BSR, seperti komunikasi, dinamika pasar, dan profitabilitas.
  2. Maturity Variables (MV): Mengukur kematangan organisasi dalam membangun kepercayaan, kemitraan kolaboratif, dan tingkat otomatisasi digital.

Metode Penelitian:

  • Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan bobot variabel kematangan (MV).
  • Grey Fixed Weight Clustering (GFWC) diterapkan untuk mengklasifikasi tingkat kematangan BSR berdasarkan respons survei.

Temuan Utama

1. Pentingnya Kepercayaan dalam BSR

  • Variabel kepercayaan (MV1) adalah yang paling signifikan dengan bobot 0,5125, menunjukkan bahwa hubungan berbasis kepercayaan mendukung kolaborasi jangka panjang dan efisiensi operasional.
  • Studi Kasus di Sektor Otomotif: Kepercayaan yang ditingkatkan melalui integrasi teknologi I4.0 memungkinkan pengurangan kesalahan pengiriman hingga 15%.

2. Kolaborasi dalam Proyek I4.0

  • Kolaborasi antar mitra (MV2) mendukung implementasi proyek I4.0, terutama dalam penelitian dan pengembangan (R&D).
  • Contoh di Sektor Kimia: Kemitraan kolaboratif membantu meningkatkan fleksibilitas proses hingga 20% dalam menghadapi perubahan pasar yang dinamis.

3. Digitalisasi dan Otomatisasi

  • Tingkat otomatisasi (MV3) mempercepat proses transaksi, seperti pengadaan bahan baku, dengan komunikasi real-time.
  • Agribisnis: Digitalisasi menghasilkan efisiensi waktu respons hingga 30% dalam pengelolaan rantai pasokan.

Analisis Sektoral

Sektor Otomotif

  • Tingkat kematangan digital sektor ini tergolong menengah hingga tinggi.
  • Fokus pada transparansi dan efisiensi melalui IoT dan blockchain menghasilkan penghematan biaya operasional sebesar 20%.

Sektor Kimia

  • Banyak perusahaan masih berada di fase awal digitalisasi.
  • Tantangan utama: kurangnya infrastruktur digital, yang menyebabkan adopsi teknologi I4.0 lebih lambat dibandingkan sektor lain.

Sektor Agribisnis

  • Transformasi "Agro 4.0" menekankan pada penggunaan IoT untuk meningkatkan produktivitas.
  • Kolaborasi dengan pemasok lokal membantu mengurangi ketergantungan pada pemasok besar dan meningkatkan keberlanjutan.

Rekomendasi Strategis

  1. Fokus pada Kepercayaan: Bangun hubungan berbasis nilai dengan pemasok utama untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
  2. Adopsi Teknologi: Investasikan dalam IoT, blockchain, dan big data untuk meningkatkan transparansi dan kolaborasi.
  3. Penguatan Kolaborasi: Libatkan pemasok dalam R&D untuk mempercepat inovasi dan meningkatkan daya saing.

Kesimpulan

Transformasi Supply Chain 4.0 di Brasil menunjukkan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang berbasis kepercayaan dan kolaborasi memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan dan efisiensi. Dengan mengintegrasikan teknologi I4.0, perusahaan dapat meningkatkan ketangguhan rantai pasokan dan memanfaatkan peluang pasar secara lebih efektif.

Sumber:
Lucio Flávio Vasconcelos, Tiago F. A. C. Sigahi, Izabela Simon Rampasso, Gustavo Hermínio Salati Marcondes de Moraes, Jefferson de Souza Pinto, & Rosley Anholon (2024). Supply chain 4.0: a multi-sector grey systems-based analysis of buyer-supplier relationship development in Brazil. Production Planning & Control.

Selengkapnya
Dampak Industry 4.0 terhadap Pengembangan Hubungan Pembeli-Pemasok di Brasil: Analisis Multi-Sektor dalam Konteks Supply Chain 4.0

Rantai Pasok Digital

Dampak Digitalisasi dan Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Perusahaan: Perspektif Supply Chain 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Supply Chain 4.0: The Impact of Supply Chain Digitalization and Integration on Firm Performance" oleh Kam Pui Liu dan Weisheng Chiu, yang diterbitkan di Asian Journal of Business Ethics pada tahun 2021, membahas tentang hubungan antara digitalisasi rantai pasok, integrasi rantai pasok, dan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model penelitian yang menginvestigasi efek mediasi integrasi rantai pasok dan efek moderasi digitalisasi rantai pasok.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0, yang berfokus pada digitalisasi dan otomatisasi, telah memunculkan konsep Supply Chain 4.0. Digitalisasi dalam rantai pasok melibatkan penerapan teknologi digital untuk merencanakan dan melaksanakan transaksi, komunikasi, dan tindakan. Walaupun hampir 90% perusahaan percaya digitalisasi akan memberikan keunggulan kompetitif dalam 5 tahun ke depan, 73% masih belum jelas tentang apa arti sebenarnya dari "digitalisasi" rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur tentang bagaimana digitalisasi dan integrasi rantai pasok dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Menguji pengaruh positif digitalisasi rantai pasok terhadap kinerja perusahaan.
  2. Menguji pengaruh positif integrasi rantai pasok terhadap kinerja perusahaan.
  3. Menyelidiki efek mediasi integrasi rantai pasok dalam hubungan antara digitalisasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.
  4. Menyelidiki efek moderasi digitalisasi rantai pasok dalam hubungan antara integrasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner online kepada 264 karyawan di Cina yang bekerja di industri rantai pasok. Data dianalisis dengan menggunakan partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Supply Chain 4.0: Penerapan konsep Industri 4.0 dalam konteks rantai pasok.
  • Digitalisasi Rantai Pasok: Penerapan teknologi digital untuk merencanakan dan melaksanakan transaksi, komunikasi, dan tindakan dalam rantai pasok.
  • Integrasi Rantai Pasok: Tingkat kolaborasi strategis perusahaan dengan anggota rantai pasoknya dan pengelolaan proses intra-organisasi dan inter-organisasi secara kolaboratif.
  • Kinerja Perusahaan: Hasil yang dicapai perusahaan dalam hal efisiensi, produktivitas, dan profitabilitas.

Hasil dan Diskusi

Hasil Utama

Hasil penelitian menunjukkan:

  1. Digitalisasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (H1 didukung).
  2. Integrasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
  3. Integrasi rantai pasok memediasi sebagian hubungan antara digitalisasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.
  4. Digitalisasi rantai pasok memoderasi positif hubungan antara integrasi rantai pasok dan kinerja perusahaan.

Angka dan Statistik

  • Pasar digitalisasi dalam logistik dan rantai pasok diperkirakan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8.5% dari tahun 2020 hingga 2027.
  • Nilai pasar ini adalah US$11.7 miliar pada tahun 2019 dan diproyeksikan mencapai US$23.6 miliar pada tahun 2020 (NASDAQ, 2020).
  • Hampir 90% perusahaan percaya digitalisasi akan memberikan keunggulan kompetitif dalam rantai pasok dalam 5 tahun ke depan (SupplyChainDigest, 2016).
  • Namun, mayoritas perusahaan (73%) merasa sangat tidak jelas tentang apa arti "digitalisasi" rantai pasok (SupplyChainDigest, 2016).

Studi Kasus

Artikel ini merujuk pada studi kasus Scania, yang menunjukkan bahwa digitalisasi membawa peluang pertumbuhan bisnis baru (Björkdahl, 2020).

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa digitalisasi dan integrasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Integrasi rantai pasok memediasi sebagian hubungan antara digitalisasi dan kinerja, dan digitalisasi memoderasi positif hubungan antara integrasi dan kinerja. Temuan ini memberikan implikasi praktis dalam manajemen rantai pasok etis, khususnya dalam meningkatkan visibilitas dan efisiensi operasi.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus berinvestasi dalam digitalisasi rantai pasok untuk meningkatkan kinerja.
  • Perusahaan harus fokus pada integrasi rantai pasok untuk memaksimalkan manfaat dari digitalisasi.
  • Digitalisasi rantai pasok dapat mendorong tingkat rantai pasok etis yang lebih tinggi melalui peningkatan visibilitas dan efisiensi.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Investigasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi digitalisasi rantai pasok.
  • Analisis lebih mendalam tentang dampak digitalisasi pada aspek-aspek kinerja rantai pasok yang berbeda.
  • Studi komparatif tentang digitalisasi rantai pasok di berbagai industri dan negara.

Daftar Pustaka

  • Liu, K. P., & Chiu, W. (2021). Supply Chain 4.0: the impact of supply chain digitalization and integration on firm performance. Asian Journal of Business Ethics, 10(3), 371-389.

Sumber Asli Artikel:

Liu, K. P., & Chiu, W. (2021). Supply Chain 4.0: the impact of supply chain digitalization and integration on firm performance. Asian Journal of Business Ethics, 10(3), 371-389.

Selengkapnya
Dampak Digitalisasi dan Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja Perusahaan: Perspektif Supply Chain 4.0

Rantai Pasok Digital

Mewujudkan Smart Supply Chain Management di Era Industry 4.0: Peluang dan Tantangan di Amerika Utara

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini menyelidiki bagaimana teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang terkait dengan Industry 4.0 mendukung evolusi smart supply chain management (SSCM) di Amerika Utara. Dengan pendekatan yang mengintegrasikan tinjauan literatur akademik, proyek penelitian nasional, dan strategi pemerintah, penelitian ini menawarkan wawasan mendalam tentang penerapan teknologi cerdas seperti IoT, blockchain, dan big data dalam meningkatkan efisiensi dan ketahanan rantai pasokan.

Kerangka Smart Supply Chain Management (SSCM)

Penelitian ini mengusulkan kerangka hierarkis SSC yang mencakup tiga level utama:

  1. Level 0 - Teknologi Dasar: ICT, AI, big data, blockchain, 3D printing, dan cloud computing membentuk fondasi SSC.
  2. Level 1 - Aplikasi Dasar: Implementasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam logistik, inventaris, dan proses manufaktur.
  3. Level 2 - Rantai Pasokan Terintegrasi: Integrasi multi-partner untuk mengoptimalkan seluruh aliran rantai pasokan secara mandiri dan adaptif.
  4. Level 3 - Industri Pintar: Mendukung manufaktur cerdas, layanan kesehatan, dan kota pintar sebagai hasil akhir dari SSC yang matang.

Temuan Utama

1. Teknologi Pendukung SSCM

  • IoT: Memfasilitasi visibilitas data real-time dan komunikasi antar mitra.
    • Contoh Kasus: Sistem IoT pada logistik mengurangi waktu pengiriman hingga 20%.
  • Blockchain: Menjamin transparansi transaksi dan keamanan data.
    • Contoh Kasus: Blockchain dalam rantai pasokan makanan membantu melacak sumber produk, meningkatkan kepercayaan pelanggan sebesar 15%.
  • Big Data Analytics: Memungkinkan analisis prediktif untuk perencanaan permintaan yang lebih akurat.
    • Angka Penting: Implementasi big data mengurangi biaya inventaris hingga 10%.

2. Strategi Nasional di Amerika Utara

  • Amerika Serikat: Fokus pada manufaktur cerdas melalui inisiatif seperti Advanced Manufacturing Partnership (AMP) dan Manufacturing USA, dengan anggaran total $3 miliar.
  • Kanada: Program Advanced Manufacturing Economic Strategy Table menargetkan peningkatan penjualan manufaktur sebesar 50% pada 2023 melalui digitalisasi.

3. Tantangan SSCM

  • Biaya Implementasi Tinggi: Hambatan besar bagi UKM dalam mengadopsi teknologi Industry 4.0.
  • Kurangnya Standar: Ketidakcocokan teknologi antar mitra rantai pasokan menghambat integrasi.
  • Keamanan Data: Risiko peretasan meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan ICT.

Studi Kasus: Transformasi SSCM di Amerika Utara

Manufaktur Otomotif di Kanada

  • Peningkatan Efisiensi Produksi: Dengan integrasi IoT dan cloud computing, produsen otomotif berhasil mengurangi waktu siklus produksi hingga 30%.
  • Transparansi Rantai Pasokan: Blockchain memastikan asal bahan baku dapat dilacak, mengurangi masalah keaslian produk sebesar 25%.

Industri Makanan di Amerika Serikat

  • Keamanan Pangan: IoT dan big data diterapkan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas makanan di seluruh rantai pasokan.
    • Hasil: Penurunan insiden terkait produk cacat sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Penelitian Masa Depan

  1. Pengembangan Standar Teknologi: Membentuk standar global untuk kompatibilitas antar sistem SSC.
  2. Fokus pada Keamanan Siber: Meningkatkan keamanan data dalam aplikasi blockchain dan IoT.
  3. Dukungan untuk UKM: Memberikan insentif dan pelatihan untuk mendorong adopsi teknologi oleh usaha kecil.

Kesimpulan

Smart supply chain management di era Industry 4.0 menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan keberlanjutan. Namun, keberhasilan implementasinya memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri. Artikel ini memberikan panduan strategis untuk memaksimalkan potensi teknologi cerdas dalam rantai pasokan.

Sumber:
Guoqing Zhang, Yiqin Yang, & Guoqing Yang (2023). Smart supply chain management in Industry 4.0: the review, research agenda, and strategies in North America. Annals of Operations Research.

Selengkapnya
Mewujudkan Smart Supply Chain Management di Era Industry 4.0: Peluang dan Tantangan di Amerika Utara

Rantai Pasok Digital

Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions" oleh Guilherme F. Frederico, membahas evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0 dalam konteks Industri 5.0. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana fenomena Industri 5.0 mempengaruhi rantai pasok melalui tinjauan literatur sistematis.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0 telah memicu diskusi luas di kalangan akademisi dan praktisi, memengaruhi pasar kompetitif global. Namun, perhatian terhadap peran manusia dalam lingkungan teknologi baru ini telah memunculkan konsep Industri 5.0. Industri 5.0 menekankan kolaborasi antara manusia dan robot, personalisasi produk massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana Industri 5.0 akan memengaruhi rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi konstruk yang membentuk konsep Industri 5.0 (RQ1).
  2. Menyelaraskan konstruk Industri 5.0 dengan konteks rantai pasok (RQ2).
  3. Merumuskan pertanyaan penelitian utama terkait Supply Chain 5.0 untuk mendorong penelitian lebih lanjut (RQ3).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Prosesnya meliputi:

  1. Perencanaan: Menentukan kata kunci pencarian ("Industry 5.0", "Supply Chain", "Society 5.0", "Industry 4.0"), database (Web of Science dan Scopus), dan periode waktu (2015-2021).
  2. Pelaksanaan: Mengidentifikasi 330 artikel, menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta menganalisis data.
  3. Pelaporan: Menyajikan hasil secara terstruktur berdasarkan analisis sampel artikel yang relevan.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Industri 4.0: Revolusi industri yang didorong oleh digitalisasi dan teknologi otomatisasi.
  • Industri 5.0: Evolusi dari Industri 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi, dan keberlanjutan.
  • Supply Chain 4.0: Penerapan teknologi Industri 4.0 dalam manajemen rantai pasok.
  • Supply Chain 5.0: Konsep baru yang mencakup kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan Society 5.0 dalam konteks rantai pasok.
  • Society 5.0: Visi masyarakat yang sangat cerdas yang didukung oleh teknologi Industri 4.0 dan 5.0.

Hasil dan Diskusi

Identifikasi Konstruk Industri 5.0 (RQ1)

Analisis literatur menghasilkan empat konstruk utama Industri 5.0:

  1. Strategi Industri: Fokus pada visi dan tujuan strategis Industri 5.0.
  2. Inovasi dan Teknologi: Teknologi yang mendasari Industri 5.0, seperti AI, IoT, dan robotika kolaboratif.
  3. Masyarakat dan Keberlanjutan: Dampak sosial dan lingkungan dari Industri 5.0.
  4. Isu Transisi: Tantangan dan peluang dalam transisi dari Industri 4.0 ke Industri 5.0.

Penyelarasan Konstruk dengan Rantai Pasok (RQ2)

Konstruk Industri 5.0 diselaraskan dengan konteks rantai pasok, membentuk dasar untuk kerangka kerja Supply Chain 5.0. Ini mencakup:

  • Kolaborasi Manusia-Robot (Cobot): Mengintegrasikan robotika dengan keterampilan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi.
  • Personalisasi Massal: Memenuhi kebutuhan pelanggan individu melalui produksi yang fleksibel dan adaptif.
  • Society 5.0: Menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Agenda Penelitian Supply Chain 5.0 (RQ3)

Artikel ini mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0, termasuk:

  • Bagaimana teknologi Industri 5.0 dapat meningkatkan kolaborasi antara manusia dan robot dalam rantai pasok?
  • Bagaimana rantai pasok dapat mengadopsi model personalisasi massal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan individu?
  • Bagaimana rantai pasok dapat berkontribusi pada tujuan keberlanjutan dan sosial Society 5.0?

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini, yang didasarkan pada tinjauan literatur, tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi Industri 5.0 untuk meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan keberlanjutan dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa Supply Chain 5.0 merupakan evolusi dari Supply Chain 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini mengidentifikasi empat konstruk utama Industri 5.0 dan mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Organisasi perlu memahami dan merangkul konsep Industri 5.0 dan Supply Chain 5.0.
  • Organisasi perlu berinvestasi dalam teknologi dan keterampilan yang mendukung kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan keberlanjutan.
  • Organisasi perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Penelitian Masa Depan

Artikel ini menyarankan beberapa area untuk penelitian masa depan, termasuk:

  • Studi empiris untuk menguji kerangka kerja Supply Chain 5.0.
  • Penelitian tentang dampak Supply Chain 5.0 pada kinerja rantai pasok.
  • Penelitian tentang peran pemerintah dalam mempromosikan adopsi Supply Chain 5.0.

Sumber Artikel: Frederico, G.F. From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions. Logistics 2021, 5, 49.

Selengkapnya
Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Rantai Pasok Digital

Transformasi Digital dalam Rantai Pasokan: Peran Teknologi Pintar dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Sektor Manufaktur di Malaysia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas dampak digitalisasi supply chain dan adopsi teknologi pintar terhadap peningkatan kinerja operasional dalam sektor manufaktur di Malaysia. Berdasarkan teori Resource-Based View (RBV), penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara supply chain digital, teknologi pintar, dan variabel seperti kualitas, produktivitas, dan efisiensi biaya. Data dikumpulkan dari 107 perusahaan manufaktur menggunakan survei online dan dianalisis melalui perangkat lunak SmartPLS 4.0.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Menganalisis dampak transformasi digital supply chain terhadap kinerja operasional.
  2. Mengidentifikasi peran teknologi pintar sebagai mediator.
  3. Menilai pengaruh transformasi digital pada kinerja kualitas, produktivitas, dan biaya.

Temuan Kunci

1. Transformasi Digital Supply Chain dan Teknologi Pintar
Digitalisasi supply chain berfokus pada integrasi data real-time, otomatisasi proses logistik, dan transparansi transaksi. Beberapa atribut teknologi pintar yang dominan adalah:

  • IoT untuk visibilitas data real-time.
  • Blockchain untuk transparansi dan keamanan data.
  • Big Data untuk analitik prediktif dan efisiensi keputusan.

Hasil Utama:

  • Digitalisasi supply chain berkontribusi pada pengurangan biaya operasional sebesar 20%.
  • Teknologi pintar seperti IoT mengurangi waktu pemrosesan inventaris hingga 25%.

Studi Kasus: Sektor Manufaktur di Malaysia

  1. Peningkatan Kualitas Produksi
    • Implementasi IoT meningkatkan kepuasan pelanggan melalui deteksi cacat produk lebih awal.
    • Hasil: Penurunan keluhan pelanggan sebesar 15%.
  2. Efisiensi Logistik
    • Dengan teknologi blockchain, perusahaan berhasil meningkatkan transparansi transaksi antar mitra.
    • Hasil: Penghematan biaya distribusi hingga 20%.
  3. Pengurangan Biaya Produksi
    • Sistem manajemen berbasis Big Data membantu perusahaan mengurangi limbah produksi hingga 10%.

Hambatan Implementasi

  1. Kurangnya Pengetahuan:
    • Sebagian besar perusahaan tidak memahami manfaat transformasi digital secara menyeluruh.
  2. Resistensi terhadap Perubahan:
    • Adaptasi pekerja terhadap teknologi baru masih rendah.
  3. Biaya Tinggi:
    • Investasi awal untuk teknologi pintar seperti IoT atau blockchain masih menjadi kendala utama, terutama bagi UKM.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi pintar memainkan peran kunci sebagai mediator antara digitalisasi supply chain dan peningkatan kinerja operasional. Adopsi teknologi ini memberikan dampak signifikan pada kualitas, produktivitas, dan efisiensi biaya di sektor manufaktur. Namun, keberhasilan implementasi sangat bergantung pada pelatihan tenaga kerja, penguatan infrastruktur, dan pengelolaan risiko.

Sumber:
Khai Loon Lee, Chi Xin Teong, Haitham M. Alzoubi, Muhammad Turki Alshurideh, Mounir El Khatib, & Shehadeh Mofleh Al-Gharaibeh (2024). Digital supply chain transformation: The role of smart technologies on operational performance in manufacturing industry. International Journal of Engineering Business Management.

 

Selengkapnya
Transformasi Digital dalam Rantai Pasokan: Peran Teknologi Pintar dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Sektor Manufaktur di Malaysia

Rantai Pasok Digital

Implementasi Supply Chain 4.0: Menelusuri Konsep dan Kerangka Kerja untuk Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Tesis master berjudul "Implementation of Supply Chain 4.0" oleh Stella Nwakuchi Ngwaba Adare, yang diajukan di University of Gothenburg pada Mei 2020, membahas tentang implementasi Industri 4.0 (I4.0) dalam konteks manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM). Penelitian ini bertujuan untuk memahami penelitian sebelumnya tentang Industri 4.0 dalam rantai pasok, menjelajahi konsep, prinsip, dan dimensi yang terlibat, serta mengusulkan kerangka kerja konseptual. Industri 4.0, yang berasal dari proyek strategi berteknologi tinggi pemerintah Jerman pada tahun 2011, berfokus pada digitalisasi manufaktur. Tesis ini menyoroti pentingnya menghubungkan perusahaan untuk memanfaatkan potensi penuh Industri 4.0.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0 telah banyak dianalisis dalam konteks revolusi industri yang didorong oleh berbagai konsep dan teknologi. Penelitian sebelumnya tentang Industri 4.0 dalam kaitannya dengan SCM sebagian besar mencakup tren di industri manufaktur, seperti pabrik pintar, manufaktur pintar, dan IoT. Namun, sektor lain juga telah merangkul konsep, prinsip, dan teknologi Industri 4.0 sebagai pendorong digitalisasi. Supply Chain 4.0 merupakan reorganisasi proses rantai pasok seperti desain dan perencanaan, produksi, distribusi, konsumsi, dan reverse logistics menggunakan teknologi Industri 4.0.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari tesis ini adalah:

  1. Melakukan Systematic Literature Review (SLR) untuk memahami penelitian sebelumnya tentang Industri 4.0 dalam rantai pasok.
  2. Menjelajahi konsep, prinsip, dan dimensi yang terlibat dalam Supply Chain 4.0.
  3. Menginterpretasikan temuan dan mengusulkan kerangka kerja konseptual.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) untuk menganalisis literatur yang relevan tentang Supply Chain 4.0 dari tahun 2015 hingga 2020 dari database Scopus. Metode penelitian bibliometrik, yaitu analisis Co-word dari kata kunci terkait SC 4.0 menggunakan VOSviewer, digunakan untuk menganalisis data Scopus. Konteks tesis ini adalah analisis holistik yang mencakup seluruh fungsi bisnis dalam rantai pasok.

Kerangka Teoretis

Tesis ini membahas beberapa konsep kunci, termasuk:

  • Industri 4.0: Paradigma yang berasal dari proyek strategi berteknologi tinggi pemerintah Jerman pada tahun 2011, berfokus pada digitalisasi manufaktur.
  • Supply Chain 4.0: Reorganisasi proses rantai pasok menggunakan teknologi Industri 4.0.
  • PESTEL: Alat analisis manajemen strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi driver dan barrier dalam implementasi Supply Chain 4.0.

Hasil dan Diskusi

Temuan Utama

Temuan utama dari penelitian ini adalah adanya dimensi Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan, dan Hukum (PESTEL) terhadap driver dan barrier dalam SC 4.0. Hasil SLR adalah kerangka kerja konseptual yang membahas driver dan barrier dalam implementasi Supply Chain 4.0.

Analisis Bibliometrik

Analisis bibliometrik menggunakan VOSviewer menyoroti kata kunci yang paling sering digunakan dalam literatur Supply Chain 4.0, menunjukkan tren penelitian utama dan area fokus. Analisis Co-word mengungkapkan kluster kata kunci yang terkait dengan berbagai aspek Supply Chain 4.0, seperti teknologi, strategi, dan implementasi.

Framework Konseptual

Kerangka kerja konseptual yang diusulkan dalam tesis ini dirancang dengan PESTEL, alat analisis manajemen strategis, dan dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan strategis terlepas dari industri. Kerangka kerja ini memberikan panduan bagi perusahaan dalam memahami dan mengatasi driver dan barrier dalam implementasi Supply Chain 4.0.

Studi Kasus dan Angka

Karena sifat SLR dari tesis, tidak ada studi kasus atau angka spesifik yang disajikan. Namun, tesis tersebut merujuk pada berbagai penelitian yang menyoroti manfaat potensial dari teknologi Industri 4.0 dalam SCM.

Kesimpulan

Tesis ini menyimpulkan bahwa implementasi Supply Chain 4.0 dipengaruhi oleh berbagai faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum. Kerangka kerja konseptual yang diusulkan memberikan panduan yang berguna bagi perusahaan dalam memahami dan mengatasi driver dan barrier dalam implementasi Supply Chain 4.0.

Implikasi Manajerial

Tesis ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan perlu mempertimbangkan dimensi PESTEL saat merencanakan dan mengimplementasikan inisiatif Supply Chain 4.0.
  • Kerangka kerja konseptual yang diusulkan dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan mengatasi driver dan barrier dalam implementasi Supply Chain 4.0.
  • Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi dan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan Supply Chain 4.0 secara efektif.

Penelitian Masa Depan

Tesis ini menyarankan beberapa area untuk penelitian masa depan, termasuk:

  • Studi empiris untuk menguji kerangka kerja konseptual yang diusulkan.
  • Penelitian tentang dampak Supply Chain 4.0 pada kinerja perusahaan.
  • Penelitian tentang peran pemerintah dalam mempromosikan implementasi Supply Chain 4.0.

Sumber : Adare, Stella Nwakuchi Ngwaba. (2020). Implementation of Supply Chain 4.0. Master Degree Thesis in Logistics and Transport Management, University of Gothenburg.

Selengkapnya
Implementasi Supply Chain 4.0: Menelusuri Konsep dan Kerangka Kerja untuk Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok
page 1 of 6 Next Last »