Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Rantai pasok produk konstruksi bukanlah sekadar jalur logistik dari pabrik ke proyek bangunan. Ia adalah ekosistem kompleks yang melibatkan banyak pemangku kepentingan, regulasi, alur informasi teknis, dan dinamika pasar. Laporan RPA (2025) tentang "Construction Product Supply Chain" menjadi tonggak penting dalam memahami kompleksitas ini di Inggris Raya, dengan fokus pada lima produk inti: kabel, cladding, fire barrier, fire door, dan isolasi. Artikel ini menyajikan resensi mendalam atas laporan tersebut dengan menyoroti studi kasus, data pasar, tantangan supply chain, serta potensi perbaikan.
Lima Produk, Lima Cerita Rantai Pasok
1. Kabel: Stabil, Tapi Bergantung Impor
Kabel merupakan salah satu produk konstruksi yang paling stabil secara teknis. Inovasi di sektor ini minim, namun regulasinya sangat ketat. Laporan ini mencatat bahwa Inggris adalah net importer untuk kabel terinsulasi, dengan 70% kebutuhan kabel diimpor, menciptakan trade deficit sebesar £870 juta per tahun. Estimasi pasar domestik untuk kabel berkisar £1,75 miliar – £2 miliar per tahun.
Studi kasus yang diangkat menyoroti bahwa proyek besar memiliki rantai pasok berbeda dibanding proyek kecil. Misalnya, proyek besar cenderung memiliki pemasok langsung dari produsen utama, sementara proyek kecil mengandalkan distributor atau retailer.
2. Cladding: Definisi Tak Konsisten, Rantai Pasok Tak Seragam
Cladding atau pelapis dinding merupakan kategori yang sangat kompleks dan bervariasi. Tidak ada definisi tunggal di industri, dan produk diklasifikasikan menjadi beberapa jenis seperti sandwich panels, rainscreen, curtain walling, dan lainnya.
Nilai pasar untuk sandwich panels saja diperkirakan £363 juta per tahun (estimasi dengan tingkat kepercayaan rendah). Salah satu temuan menarik dari laporan ini adalah adanya variasi drastis dalam rantai pasok tergantung apakah cladding dibeli sebagai sistem utuh atau dirakit secara pick and mix dari berbagai sumber, yang mengarah pada isu keamanan dan kesesuaian standar.
3. Fire Barrier: Minim Standar, Penuh Ketidakpastian
Produk penghenti api (fire barrier) masih kekurangan standar resmi di Inggris. Meski beberapa inisiatif sukarela telah dijalankan, tidak adanya standar nasional mengakibatkan pemasangan yang tidak seragam dan sulit diawasi.
Rantai pasoknya relatif langsung: dari produsen ke subkontraktor atau installer, sering kali dengan pengiriman langsung ke lokasi. Nilai pasar diperkirakan mencapai £1 miliar per tahun, namun ini merupakan estimasi dengan ketidakpastian tinggi. Laporan juga mencatat tidak adanya pelatihan instalasi yang sistematis, yang berisiko terhadap kualitas dan efektivitas proteksi kebakaran.
4. Fire Door: Definisi Bervariasi, Tantangan Sertifikasi
Perbedaan antara fire doorset (produk utuh dari satu produsen) dan fire door assembly (komponen dari berbagai sumber) menjadi tantangan utama dalam memastikan standar keamanan. Estimasi pasar fire door berada di angka £2,5 miliar – £3 miliar per tahun, dengan defisit perdagangan sekitar £323 juta per tahun.
Laporan juga menyoroti bahwa hanya pintu eksternal yang memiliki standar resmi, sedangkan pintu internal tidak memiliki regulasi terpusat—sebuah celah yang sangat penting dalam konteks keselamatan bangunan.
5. Insulasi: Produk Lokal, Aliran Informasi Lemah
Insulasi merupakan satu-satunya produk yang sebagian besar diproduksi secara lokal di Inggris. Nilai pasar berkisar antara £1 miliar – £4 miliar per tahun, dan Inggris mencatat trade surplus sebesar £205 juta per tahun untuk produk ini.
Namun, karena volumenya besar dan bobotnya ringan, insulasi cenderung tidak dikirimkan dalam jarak jauh. Masalah utama yang dicatat adalah kurangnya informasi teknis yang disediakan distributor kepada installer di lapangan—celah komunikasi yang dapat berdampak pada performa dan efisiensi bangunan.
Temuan Penting: Rantai Pasok dan Aliran Informasi
Ukuran Pasar: Kompleks dan Sulit Diukur
RPA menggunakan pendekatan “top-down” untuk memperkirakan nilai pasar, namun mengakui tantangan besar dalam mengumpulkan data yang akurat. Pasar produk konstruksi bersifat sangat terfragmentasi, dengan kombinasi berbagai jenis produk, skala perusahaan, dan tingkat integrasi vertikal.
Estimasi dilakukan dengan menggabungkan kode PRODCOM, data ONS (Office for National Statistics), dan validasi dari pemangku kepentingan industri.
https://www.diklatkerja.com/course/erp-implementation-for-supply-chain-management/Supply Chain Mapping: Dipengaruhi Ukuran Proyek dan Sistem Produk
Dua variabel kunci yang mempengaruhi rantai pasok adalah:
Contoh menarik adalah penggunaan cladding sistemik vs pick and mix. Yang pertama cenderung memiliki jaminan kualitas dan garansi, sementara yang kedua rawan inkonsistensi performa karena tidak diuji sebagai satu sistem.
Aliran Informasi: Masih Linier dan Lemah
Mayoritas aliran informasi masih bersifat linier dan satu arah: dari produsen ke pengguna akhir, tanpa umpan balik atau komunikasi dua arah. Informasi teknis seringkali tidak lengkap, tidak standar, atau bahkan hilang dalam proses distribusi.
Salah satu temuan penting adalah keyakinan keliru di antara pelaku industri bahwa beberapa standar sukarela bersifat wajib. Hal ini menunjukkan adanya kebingungan yang memerlukan edukasi dan sosialisasi lebih luas terkait regulasi.
Studi Kasus Unggulan
1. Fire Barrier dan Tantangan Instalasi
Salah satu studi kasus membahas bagaimana installer kesulitan memilih dan memasang firestopping system yang sesuai karena kurangnya pelatihan dan informasi. Hal ini mengakibatkan penggunaan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, berpotensi merusak integritas bangunan terhadap kebakaran.
2. Produk Komposit Cladding: Risiko dari Sistem Pick and Mix
Cladding yang dirakit dari berbagai sumber tanpa pengujian sebagai satu sistem menunjukkan risiko tinggi kegagalan performa. Laporan menyarankan perlunya sertifikasi sistemik atau peningkatan praktik spesifikasi.
3. Aliran Informasi: Siapa Bertanggung Jawab?
Studi terakhir mengulas peran distributor dan produsen dalam menyediakan informasi. Banyak installer menerima informasi yang minim atau tidak diperbarui, terutama dalam proyek besar di mana spesifikasi sering berubah.
Rekomendasi dan Kritik
Kekuatan Studi:
Kelemahan:
Penutup: Masa Depan Rantai Pasok Produk Konstruksi
Laporan ini menggarisbawahi bahwa keandalan rantai pasok produk konstruksi sangat bergantung pada kejelasan definisi produk, alur informasi yang efisien, serta sistem regulasi yang konsisten. Di tengah upaya digitalisasi industri melalui Building Information Modelling (BIM) dan kebijakan Net Zero, perbaikan alur data, transparansi spesifikasi, dan standarisasi produk menjadi krusial.
Penting pula bagi pelaku industri di negara berkembang seperti Indonesia untuk belajar dari kompleksitas dan tantangan ini. Penerapan standar nasional yang kuat, edukasi lintas sektor, serta penguatan sertifikasi berbasis sistem dapat menjadi pilar rantai pasok yang lebih aman dan efisien.
Sumber asli artikel:
RPA (2022): Construction products supply chain, report for Office for Product Safety & Standards (OPSS), January 2023, Norwich, Norfolk, UK.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel ini mengeksplorasi dampak Industry 4.0 (I4.0) terhadap pengembangan hubungan antara pembeli dan pemasok (Buyer-Supplier Relationship/BSR) di Brasil, dengan fokus pada sektor otomotif, kimia, dan agribisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis berbasis sistem abu-abu untuk mengevaluasi tingkat kematangan perusahaan dalam mengadopsi prinsip Supply Chain 4.0. Dengan melibatkan 38 ahli, artikel ini mengidentifikasi variabel kunci yang memengaruhi hubungan BSR di era digital dan menawarkan wawasan bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kolaborasi.
Kerangka Konseptual
Penelitian ini mendefinisikan variabel dalam dua kategori:
Metode Penelitian:
Temuan Utama
1. Pentingnya Kepercayaan dalam BSR
2. Kolaborasi dalam Proyek I4.0
3. Digitalisasi dan Otomatisasi
Analisis Sektoral
Sektor Otomotif
Sektor Kimia
Sektor Agribisnis
Rekomendasi Strategis
Kesimpulan
Transformasi Supply Chain 4.0 di Brasil menunjukkan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang berbasis kepercayaan dan kolaborasi memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan dan efisiensi. Dengan mengintegrasikan teknologi I4.0, perusahaan dapat meningkatkan ketangguhan rantai pasokan dan memanfaatkan peluang pasar secara lebih efektif.
Sumber:
Lucio Flávio Vasconcelos, Tiago F. A. C. Sigahi, Izabela Simon Rampasso, Gustavo Hermínio Salati Marcondes de Moraes, Jefferson de Souza Pinto, & Rosley Anholon (2024). Supply chain 4.0: a multi-sector grey systems-based analysis of buyer-supplier relationship development in Brazil. Production Planning & Control.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel "Supply Chain 4.0: The Impact of Supply Chain Digitalization and Integration on Firm Performance" oleh Kam Pui Liu dan Weisheng Chiu, yang diterbitkan di Asian Journal of Business Ethics pada tahun 2021, membahas tentang hubungan antara digitalisasi rantai pasok, integrasi rantai pasok, dan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model penelitian yang menginvestigasi efek mediasi integrasi rantai pasok dan efek moderasi digitalisasi rantai pasok.
Latar Belakang dan Motivasi
Industri 4.0, yang berfokus pada digitalisasi dan otomatisasi, telah memunculkan konsep Supply Chain 4.0. Digitalisasi dalam rantai pasok melibatkan penerapan teknologi digital untuk merencanakan dan melaksanakan transaksi, komunikasi, dan tindakan. Walaupun hampir 90% perusahaan percaya digitalisasi akan memberikan keunggulan kompetitif dalam 5 tahun ke depan, 73% masih belum jelas tentang apa arti sebenarnya dari "digitalisasi" rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur tentang bagaimana digitalisasi dan integrasi rantai pasok dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner online kepada 264 karyawan di Cina yang bekerja di industri rantai pasok. Data dianalisis dengan menggunakan partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM) dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0.
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:
Hasil dan Diskusi
Hasil Utama
Hasil penelitian menunjukkan:
Angka dan Statistik
Studi Kasus
Artikel ini merujuk pada studi kasus Scania, yang menunjukkan bahwa digitalisasi membawa peluang pertumbuhan bisnis baru (Björkdahl, 2020).
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa digitalisasi dan integrasi rantai pasok memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Integrasi rantai pasok memediasi sebagian hubungan antara digitalisasi dan kinerja, dan digitalisasi memoderasi positif hubungan antara integrasi dan kinerja. Temuan ini memberikan implikasi praktis dalam manajemen rantai pasok etis, khususnya dalam meningkatkan visibilitas dan efisiensi operasi.
Implikasi Manajerial
Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:
Penelitian Masa Depan
Penelitian masa depan dapat fokus pada:
Daftar Pustaka
Sumber Asli Artikel:
Liu, K. P., & Chiu, W. (2021). Supply Chain 4.0: the impact of supply chain digitalization and integration on firm performance. Asian Journal of Business Ethics, 10(3), 371-389.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel ini menyelidiki bagaimana teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang terkait dengan Industry 4.0 mendukung evolusi smart supply chain management (SSCM) di Amerika Utara. Dengan pendekatan yang mengintegrasikan tinjauan literatur akademik, proyek penelitian nasional, dan strategi pemerintah, penelitian ini menawarkan wawasan mendalam tentang penerapan teknologi cerdas seperti IoT, blockchain, dan big data dalam meningkatkan efisiensi dan ketahanan rantai pasokan.
Kerangka Smart Supply Chain Management (SSCM)
Penelitian ini mengusulkan kerangka hierarkis SSC yang mencakup tiga level utama:
Temuan Utama
1. Teknologi Pendukung SSCM
2. Strategi Nasional di Amerika Utara
3. Tantangan SSCM
Studi Kasus: Transformasi SSCM di Amerika Utara
Manufaktur Otomotif di Kanada
Industri Makanan di Amerika Serikat
Rekomendasi untuk Penelitian Masa Depan
Kesimpulan
Smart supply chain management di era Industry 4.0 menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan keberlanjutan. Namun, keberhasilan implementasinya memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri. Artikel ini memberikan panduan strategis untuk memaksimalkan potensi teknologi cerdas dalam rantai pasokan.
Sumber:
Guoqing Zhang, Yiqin Yang, & Guoqing Yang (2023). Smart supply chain management in Industry 4.0: the review, research agenda, and strategies in North America. Annals of Operations Research.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel "From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions" oleh Guilherme F. Frederico, membahas evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0 dalam konteks Industri 5.0. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana fenomena Industri 5.0 mempengaruhi rantai pasok melalui tinjauan literatur sistematis.
Latar Belakang dan Motivasi
Industri 4.0 telah memicu diskusi luas di kalangan akademisi dan praktisi, memengaruhi pasar kompetitif global. Namun, perhatian terhadap peran manusia dalam lingkungan teknologi baru ini telah memunculkan konsep Industri 5.0. Industri 5.0 menekankan kolaborasi antara manusia dan robot, personalisasi produk massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana Industri 5.0 akan memengaruhi rantai pasok.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Prosesnya meliputi:
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:
Hasil dan Diskusi
Identifikasi Konstruk Industri 5.0 (RQ1)
Analisis literatur menghasilkan empat konstruk utama Industri 5.0:
Penyelarasan Konstruk dengan Rantai Pasok (RQ2)
Konstruk Industri 5.0 diselaraskan dengan konteks rantai pasok, membentuk dasar untuk kerangka kerja Supply Chain 5.0. Ini mencakup:
Agenda Penelitian Supply Chain 5.0 (RQ3)
Artikel ini mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0, termasuk:
Studi Kasus dan Angka
Artikel ini, yang didasarkan pada tinjauan literatur, tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi Industri 5.0 untuk meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan keberlanjutan dalam rantai pasok.
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa Supply Chain 5.0 merupakan evolusi dari Supply Chain 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini mengidentifikasi empat konstruk utama Industri 5.0 dan mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0.
Implikasi Manajerial
Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:
Penelitian Masa Depan
Artikel ini menyarankan beberapa area untuk penelitian masa depan, termasuk:
Sumber Artikel: Frederico, G.F. From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions. Logistics 2021, 5, 49.