Pendahuluan
Artikel ini mengeksplorasi dampak Industry 4.0 (I4.0) terhadap pengembangan hubungan antara pembeli dan pemasok (Buyer-Supplier Relationship/BSR) di Brasil, dengan fokus pada sektor otomotif, kimia, dan agribisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis berbasis sistem abu-abu untuk mengevaluasi tingkat kematangan perusahaan dalam mengadopsi prinsip Supply Chain 4.0. Dengan melibatkan 38 ahli, artikel ini mengidentifikasi variabel kunci yang memengaruhi hubungan BSR di era digital dan menawarkan wawasan bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kolaborasi.
Kerangka Konseptual
Penelitian ini mendefinisikan variabel dalam dua kategori:
- Choice Variables (CV): Mengukur kondisi eksternal dan internal yang memengaruhi keputusan strategis BSR, seperti komunikasi, dinamika pasar, dan profitabilitas.
- Maturity Variables (MV): Mengukur kematangan organisasi dalam membangun kepercayaan, kemitraan kolaboratif, dan tingkat otomatisasi digital.
Metode Penelitian:
- Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan bobot variabel kematangan (MV).
- Grey Fixed Weight Clustering (GFWC) diterapkan untuk mengklasifikasi tingkat kematangan BSR berdasarkan respons survei.
Temuan Utama
1. Pentingnya Kepercayaan dalam BSR
- Variabel kepercayaan (MV1) adalah yang paling signifikan dengan bobot 0,5125, menunjukkan bahwa hubungan berbasis kepercayaan mendukung kolaborasi jangka panjang dan efisiensi operasional.
- Studi Kasus di Sektor Otomotif: Kepercayaan yang ditingkatkan melalui integrasi teknologi I4.0 memungkinkan pengurangan kesalahan pengiriman hingga 15%.
2. Kolaborasi dalam Proyek I4.0
- Kolaborasi antar mitra (MV2) mendukung implementasi proyek I4.0, terutama dalam penelitian dan pengembangan (R&D).
- Contoh di Sektor Kimia: Kemitraan kolaboratif membantu meningkatkan fleksibilitas proses hingga 20% dalam menghadapi perubahan pasar yang dinamis.
3. Digitalisasi dan Otomatisasi
- Tingkat otomatisasi (MV3) mempercepat proses transaksi, seperti pengadaan bahan baku, dengan komunikasi real-time.
- Agribisnis: Digitalisasi menghasilkan efisiensi waktu respons hingga 30% dalam pengelolaan rantai pasokan.
Analisis Sektoral
Sektor Otomotif
- Tingkat kematangan digital sektor ini tergolong menengah hingga tinggi.
- Fokus pada transparansi dan efisiensi melalui IoT dan blockchain menghasilkan penghematan biaya operasional sebesar 20%.
Sektor Kimia
- Banyak perusahaan masih berada di fase awal digitalisasi.
- Tantangan utama: kurangnya infrastruktur digital, yang menyebabkan adopsi teknologi I4.0 lebih lambat dibandingkan sektor lain.
Sektor Agribisnis
- Transformasi "Agro 4.0" menekankan pada penggunaan IoT untuk meningkatkan produktivitas.
- Kolaborasi dengan pemasok lokal membantu mengurangi ketergantungan pada pemasok besar dan meningkatkan keberlanjutan.
Rekomendasi Strategis
- Fokus pada Kepercayaan: Bangun hubungan berbasis nilai dengan pemasok utama untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
- Adopsi Teknologi: Investasikan dalam IoT, blockchain, dan big data untuk meningkatkan transparansi dan kolaborasi.
- Penguatan Kolaborasi: Libatkan pemasok dalam R&D untuk mempercepat inovasi dan meningkatkan daya saing.
Kesimpulan
Transformasi Supply Chain 4.0 di Brasil menunjukkan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang berbasis kepercayaan dan kolaborasi memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan dan efisiensi. Dengan mengintegrasikan teknologi I4.0, perusahaan dapat meningkatkan ketangguhan rantai pasokan dan memanfaatkan peluang pasar secara lebih efektif.
Sumber:
Lucio Flávio Vasconcelos, Tiago F. A. C. Sigahi, Izabela Simon Rampasso, Gustavo Hermínio Salati Marcondes de Moraes, Jefferson de Souza Pinto, & Rosley Anholon (2024). Supply chain 4.0: a multi-sector grey systems-based analysis of buyer-supplier relationship development in Brazil. Production Planning & Control.