Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Swedia di Garis Depan Adaptasi Iklim Dunia
Swedia, negara Skandinavia dengan reputasi tinggi dalam inovasi lingkungan, menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Laporan “Sweden’s Adaptation Communication” (ADCOM, 2022) kepada UNFCCC memaparkan capaian, tantangan, dan strategi nasional Swedia dalam membangun masyarakat yang tahan iklim. Resensi ini mengulas laporan tersebut secara kritis, menyoroti data, studi kasus, kebijakan, serta pelajaran yang bisa diadopsi negara lain.
Gambaran Umum: Kondisi, Kerangka Hukum, dan Institusi Adaptasi Swedia
Fakta Kunci
Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Dampak, Risiko, dan Kerentanan: Studi Kasus dan Data
Tren Iklim & Proyeksi
Bencana Iklim: Data dan Studi Kasus
1. Kebakaran Hutan & Kekeringan
2. Banjir dan Hujan Ekstrem
3. Kenaikan Muka Laut dan Erosi Pantai
4. Gelombang Panas
5. Dampak pada Air Minum dan Sanitasi
Dampak Sektoral: Analisis Spesifik
Pertanian & Ketahanan Pangan
Kehutanan
Infrastruktur & Tata Kota
Energi
Kesehatan
Reindeer Herding & Budaya Sami
Kebijakan, Strategi, dan Implementasi
Strategi Nasional Adaptasi (2018)
Rencana Aksi dan Implementasi
Pendanaan & Dukungan
Studi Kasus Adaptasi: Inovasi dan Pembelajaran
1. Taman Hyllie, Malmö
2. Pemetaan Cloudburst di Botkyrka
3. Adaptasi Kehutanan
4. Rencana Aksi Komunitas Sami
Tantangan, Hambatan, dan Gap
Kesenjangan Implementasi
Gap Pengetahuan
Hambatan Praktis
Pelajaran, Praktik Baik, dan Rekomendasi
Praktik Baik
Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Menuju Swedia Tangguh Iklim dan Inklusif
Laporan Adaptation Communication Sweden 2022 menunjukkan bahwa Swedia berada di jalur yang tepat dalam membangun masyarakat tahan iklim, namun tantangan besar tetap ada. Kunci keberhasilan ada pada inovasi, kolaborasi lintas sektor, penguatan kapasitas lokal, dan integrasi keadilan sosial dalam seluruh kebijakan. Dengan memperkuat praktik baik dan mempercepat adopsi solusi berbasis alam serta digitalisasi, Swedia dapat menjadi model global dalam adaptasi iklim yang inklusif dan berkelanjutan.
Sumber Artikel
Ministry of the Environment, Sweden. (2022). Sweden’s Adaptation Communication. A report to the United Nations Framework Convention on Climate Change, November 2022.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Peta Krisis Ketahanan Pangan Arab
Laporan “Arab Environment: Food Security” (AFED 2014) adalah salah satu dokumen paling komprehensif yang membedah tantangan dan prospek ketahanan pangan di dunia Arab. Dengan menggabungkan data empiris, studi kasus, dan analisis kebijakan, laporan ini membedah akar krisis pangan—mulai dari kelangkaan air, degradasi lahan, perubahan iklim, hingga ketergantungan impor—serta menawarkan peta jalan inovatif menuju ketahanan pangan berkelanjutan.
Gambaran Umum: Fakta, Angka, dan Tren Ketahanan Pangan
Ketergantungan Impor dan Defisit Pangan
Krisis Air: Jantung Masalah Pangan Arab
Studi Kasus dan Data Lapangan
1. Abu Dhabi: Krisis Air dan Strategi Ketahanan
2. Maroko: Green Morocco Plan (GMP)
3. GCC: Investasi Luar Negeri dan Strategi Cadangan
4. Rainfed Agriculture dan Petani Kecil
5. Post-Harvest Losses (PHL)
Analisis Kritis: Tantangan, Kesenjangan, dan Peluang
Tantangan Utama
Peluang dan Solusi
Studi Perbandingan dan Tren Global
Kritik dan Opini
Kelebihan Laporan
Kekurangan
Rekomendasi Kebijakan
Hubungan dengan Tren Industri dan Kebijakan Global
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Ketahanan Pangan Arab
Laporan AFED 2014 menegaskan bahwa tantangan pangan di dunia Arab sangat kompleks—berakar pada krisis air, produktivitas rendah, dan ketergantungan impor. Namun, peluang perbaikan terbuka lebar melalui efisiensi irigasi, adopsi teknologi, kerja sama regional, dan diversifikasi pangan. Dengan kebijakan terintegrasi, investasi berkelanjutan, dan inovasi lintas sektor, dunia Arab dapat membalikkan tren krisis menjadi peluang menuju ketahanan pangan berkelanjutan.
Sumber Artikel
AFED (2014). Arab Environment: Food Security. Annual Report of the Arab Forum for Environment and Development, 2014; A. Sadik, M. El-Solh and N. Saab (Eds.); Beirut, Lebanon. Technical Publications.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Gender, Interseksionalitas, dan Adaptasi Iklim
Isu perubahan iklim dan adaptasi bukan sekadar soal teknis atau ekologi, melainkan juga sangat terkait dengan keadilan sosial, gender, dan kerentanan multidimensi. Studi “Intersectional Approaches to Gender Mainstreaming in Adaptation-Relevant Interventions” yang diterbitkan Adaptation Fund (2022) membedah bagaimana strategi gender mainstreaming dalam program adaptasi iklim harus bertransformasi menjadi lebih interseksional—yaitu, mengakui dan mengatasi tumpang tindih kerentanan dan identitas sosial (gender, usia, etnis, status ekonomi, disabilitas, dll). Artikel ini mengulas isi, data, studi kasus, serta kritik dan rekomendasi praktis dari laporan penting ini.
Konsep Kunci: Dari Gender Mainstreaming Menuju Interseksionalitas
Evolusi Gender Mainstreaming
Mengapa Interseksionalitas Penting dalam Adaptasi Iklim?
Metodologi Studi
Temuan Utama: Praktik & Tantangan Interseksionalitas
1. Interseksionalitas dalam Kebijakan dan Program
2. Studi Kasus: Praktik Interseksional di Lapangan
Tanzania: Toolkit Pamoja Voices
Nepal: GESI dalam Penyuluhan Pertanian
Bangladesh: “Double Vulnerabilities” Gender dan Etnisitas
Analisis Sektor: Interseksionalitas dalam Adaptasi
1. Pertanian & Ketahanan Pangan
2. Kehutanan
3. Pengurangan Risiko Bencana
4. Air, Sanitasi, dan Kesehatan
Tantangan Implementasi: Data, Kapasitas, dan Politik
Nilai Tambah & Rekomendasi Praktis
Nilai Tambah Interseksionalitas
Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Global & Industri
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Kesimpulan: Interseksionalitas, Gender, dan Adaptasi Iklim—Dari Wacana ke Aksi
Studi Adaptation Fund ini menegaskan bahwa tanpa lensa interseksional, upaya adaptasi iklim berisiko memperkuat ketimpangan lama dan menciptakan kerentanan baru. Dengan mengadopsi pendekatan interseksional dalam gender mainstreaming, program adaptasi dapat menjadi lebih inklusif, adil, dan efektif. Kunci suksesnya adalah data terpilah, pelibatan kelompok rentan, inovasi metode, dan komitmen perubahan struktural. Transformasi ini adalah proses bertahap, namun setiap langkah kecil menuju interseksionalitas akan memperkuat ketahanan masyarakat di era krisis iklim.
Sumber Artikel
Adaptation Fund Board. (2022). A Study on Intersectional Approaches to Gender Mainstreaming in Adaptation-Relevant Interventions. AFB/B.37-38/Inf.1, 17 February 2022.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Krisis Air dan Adaptasi di Era Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata bagi ketersediaan air dan ketahanan hidup masyarakat pedesaan, terutama di negara berkembang seperti Tanzania. Studi Theodory & Massoi (2023/24) membedah secara mendalam bagaimana komunitas petani dan pastoral di Distrik Kilosa menghadapi tantangan ini melalui tata kelola air adaptif. Artikel ini mengulas temuan utama, data lapangan, studi kasus, serta mengaitkannya dengan tren global dan tantangan tata kelola air di era iklim ekstrem.
Konteks dan Relevansi: Mengapa Kilosa?
Kilosa, salah satu distrik di Morogoro, Tanzania, dikenal sebagai kawasan rawan konflik petani-penggembala dan sangat rentan terhadap perubahan iklim. Wilayah ini memiliki tiga zona agro-ekologi (dataran tinggi, dataran banjir, pegunungan) dan curah hujan tahunan 600–1400 mm, namun tetap menghadapi kekurangan air kronis akibat perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan tekanan lahan.
Kombinasi Data Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan campuran:
Perubahan Iklim: Persepsi dan Bukti Lapangan
Persepsi Masyarakat
“Rains were not sufficient, and they lasted for only a short period of time. We tried to prepare our farms early enough, but it did not rain on time.”
(Wawancara Petani, Mabwerebwere)
Bukti Kuantitatif
Dampak Perubahan Iklim terhadap Air dan Penghidupan
Ketersediaan Air
Dampak pada Pertanian dan Peternakan
Dampak Sosial-Ekonomi
Studi Kasus: Tata Kelola Air Adaptif di Parakuyo dan Mabwerebwere
Parakuyo: Integrasi Adat dan Formal
Mabwerebwere: Tantangan Infrastruktur dan Kesehatan
Collective Action: Kunci Ketahanan
Analisis Kritis: Tata Kelola Adaptif dan Tantangan Lapangan
Dimensi Tata Kelola Air
Kelebihan Sistem Adaptif
Tantangan dan Kesenjangan
Hubungan dengan Tren Global: SDGs, IWRM, dan Adaptasi Lokal
Opini, Kritik, dan Perbandingan
Nilai Tambah Studi
Kritik
Perbandingan dengan Studi Lain
Rekomendasi Kebijakan dan Praktik
Ketahanan Air Dimulai dari Tata Kelola Adaptif
Studi Theodory & Massoi menegaskan bahwa ketahanan air di era perubahan iklim hanya bisa dicapai melalui tata kelola yang adaptif, partisipatif, dan kontekstual. Kunci keberhasilan di Kilosa adalah kolaborasi antara lembaga formal dan adat, aksi kolektif masyarakat, serta pembelajaran berkelanjutan. Tantangan infrastruktur, kualitas air, dan konflik tetap ada, namun dengan penguatan kapasitas lokal dan investasi berkelanjutan, komunitas pedesaan dapat menjadi garda depan ketahanan air dan adaptasi iklim di Afrika dan dunia.
Sumber Artikel
Theodory, T.F., Massoi, L. (2023). Adaptive Water Governance and Climate Change Resilience among Rural Communities in Kilosa District, Tanzania. REPOA, Dar es Salaam.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Tantangan Ketidakpastian Iklim dalam Perencanaan Air
Perubahan iklim telah menimbulkan tantangan baru dalam perencanaan dan desain proyek sumber daya air. Ketidakpastian terhadap curah hujan, suhu, dan pola hidrologi membuat pendekatan konvensional berbasis data historis menjadi kurang relevan. Laporan World Bank karya Patrick A. Ray dan Casey M. Brown (2015) menawarkan kerangka kerja inovatif—Decision Tree Framework—untuk membantu perencana dan pengambil keputusan menilai, mengelola, dan merancang proyek air yang tangguh terhadap ketidakpastian iklim. Artikel ini mengulas konsep, studi kasus, angka-angka, serta relevansi framework ini terhadap tren global dan praktik industri.
Mengapa Kerangka Baru Diperlukan?
Kelemahan Pendekatan Konvensional
1. Top-down Approach
2. Keterbatasan Analisis Risiko
Decision Tree Framework: Solusi Praktis Berbasis Bottom-Up
Prinsip Utama
Empat Fase Utama Decision Tree
1. Project Screening
2. Initial Analysis
3. Climate Stress Test
4. Climate Risk Management
Studi Kasus: Run-of-the-River Hydropower
Aplikasi Framework
Keunggulan Decision Tree Framework
Tantangan Implementasi
Hubungan dengan Tren Industri & Kebijakan Global
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Rekomendasi Praktis
Menuju Infrastruktur Air yang Tangguh dan Adaptif
Decision Tree Framework dari Ray & Brown adalah terobosan penting dalam perencanaan sumber daya air di era perubahan iklim. Dengan pendekatan bottom-up, proporsional, dan fokus pada robustnes, framework ini menjawab kebutuhan praktisi dan pembuat kebijakan untuk menghasilkan proyek air yang tangguh, efisien, dan adaptif. Di tengah ketidakpastian iklim yang makin besar, adopsi framework ini bisa menjadi kunci keberhasilan pembangunan berkelanjutan dan perlindungan masyarakat dari risiko air di masa depan.
Sumber Artikel
Ray, Patrick A., and Casey M. Brown. 2015. Confronting Climate Uncertainty in Water Resources Planning and Project Design: The Decision Tree Framework. Washington, DC: World Bank. doi:10.1596/978-1-4648-0477-9.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Kota, Air, dan Tantangan Iklim Abad ke-21
Urbanisasi pesat, perubahan iklim, dan pertumbuhan penduduk telah mengubah wajah tantangan pengelolaan air di kota-kota dunia. Dalam 70 tahun terakhir, populasi perkotaan melonjak dari 0,8 miliar (29,6%) pada 1950 menjadi 4,4 miliar (56,2%) pada 2020, dan diproyeksikan mencapai 6,7 miliar (68,4%) pada 2050. Bersamaan dengan itu, konsumsi air meningkat enam kali lipat, terutama didorong kebutuhan pertanian, industri, dan domestik1.
Di tengah krisis ini, paper karya Vinagre dkk. (2023) menyoroti pentingnya integrasi antara pengelolaan air perkotaan (urban water management) dan perencanaan kota (city planning) sebagai kunci adaptasi perubahan iklim. Melalui tinjauan sistematis literatur, artikel ini mengidentifikasi konsep, tren, tantangan, dan peluang kolaborasi lintas sektor yang dapat memperkuat ketahanan air perkotaan di era iklim ekstrem.
Metodologi: Tinjauan Sistematis dan Analisis Bibliometrik
Penulis menggunakan pendekatan systematic literature review berbasis PRISMA untuk menelusuri, menyeleksi, dan menganalisis 39 artikel ilmiah utama dari total 524 publikasi terkait tema “climate change”, “sustainable urban water management”, dan “city planning” hingga 2022. Proses seleksi melibatkan kombinasi kata kunci, iterasi pencarian, dan snowballing untuk memastikan cakupan dan relevansi1.
Hasil utama:
Konsep Kunci: Evolusi Paradigma Pengelolaan Air Perkotaan
Dari Sentralisasi Menuju Hybridisasi Sistem
Sejak abad ke-19, sistem air kota didesain terpusat untuk menjamin kesehatan dan sanitasi. Namun, sistem ini kini menghadapi tantangan besar:
Paradigma baru yang berkembang:
Konsep dan Praktik SUWM (Sustainable Urban Water Management)
Berbagai konsep dan pendekatan telah dikembangkan:
Studi Kasus:
Analisis Vektor Adaptasi: Sinergi dan Tantangan
1. Vektor Operasional
2. Vektor Organisasi & Institusi
3. Vektor Ekonomi
4. Vektor Perilaku
5. Vektor Teknologi
6. Vektor Perencanaan Kota
Studi Kasus Global: Implementasi dan Pelajaran
Israel: Daur Ulang Air untuk Pertanian
California Selatan: Hybridisasi Sistem
China: Sponge City dan Urban Flooding
Diskusi: Gap, Tantangan, dan Arah Masa Depan
Gap Pengetahuan dan Praktik
Tantangan Utama
Peluang dan Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Industri dan Kebijakan Global
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Kesimpulan: Adaptasi Bersama, Kota Tangguh Masa Depan
Paper ini menegaskan bahwa adaptasi perubahan iklim di kota hanya bisa berhasil jika pengelolaan air dan perencanaan kota berjalan seiring. Kolaborasi, inovasi teknologi, edukasi publik, dan pendekatan sistemik menjadi kunci. Kota masa depan harus mampu mengintegrasikan solusi teknis, sosial, dan kelembagaan untuk membangun ketahanan air dan kualitas hidup yang berkelanjutan.
Sumber Artikel
Vinagre, V.; Fidélis, T.; Luís, A. How Can We Adapt Together? Bridging Water Management and City Planning Approaches to Climate Change. Water 2023, 15, 715.