Pertanian

Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Dalam dalam rangka mengurangi ketimpangan fiskal dan eksternalitas yang membawa dampak negatif yang disebabkan kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2023 tentang Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit.

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah bagian dari transfer ke daerah yang dialokasikan berdasarkan persentase atas pendapatan tertentu APBN dan kinerja tertentu, yang dibagikan kepada daerah penghasil dengan tujuan untuk mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah dan daerah, serta kepada daerah lain nonpenghasil dalam rangka menanggulangi eksternalitas yang membawa dampak negatif dan/atau meningkatkan pemerataan dalam satu wilayah.

Dana Bagi Hasil Sawit diperoleh dari 2 (dua) sumber perolehan, yakni melalui bea keluar dan pungutan ekspor, yang dikenakan atas kelapa sawit, minyak kelapa sawit mentah, dan/atau produk turunannya. Persentase Pembagian DBH Sawit kepada Pemerintah Provinsi, Pemda penghasil, dan Pemda nonpenghasil meliputi:

  • Provinsi yang bersangkutan 20%
  • Kabupaten/kota penghasil 60%
  • Kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten/kota penghasil 20%

Terdapat 3 (tiga) Indikator Penentuan Besaran Rincian Alokasi DBH Sawit, yaitu:

  1. luas lahan perkebunan sawit;
  2. produktivitas lahan perkebunan sawit; dan/atau
  3. indikator lainnya yang ditetapkan oleh Menteri

berkenaan dengan mekanisme penyalurannya, penyaluran DBH Sawit dapat dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), dilaksanakan berdasarkan rincian alokasi DBH Sawit yang telah ditetapkan dalam Perpres mengenai rincian APBN, dapat dilaksanakan secara sekaligus atau bertahap, serta dapat dilakukan penundaan penyaluran dan/atau penghentian penyaluran apabila Daerah tidak memenuhi persyaratan dalam penyaluran DBH Sawit.

Dengan  telah ditetapkannya PP No. 38 Tahun 2023, diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mengurangi ketimpangan fiskal dan dampak negatif eksternalitas atas kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit.

Sumber: https://jdih.maritim.go.id

Selengkapnya
Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit

Pertanian

Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Biji kakao atau biji cokelat adalah biji buah pohon kakao (Theobroma cacao) yang telah melalui proses fermentasi dan pengeringan dan siap diolah. Biji kakao ini terkenal sebagai bahan dasar dari pembuatan cokelat, meskipun biji ini juga dapat diolah menjadi produk lain, seperti masakan tradisional Mesoamerika bernama tejate.

Buah kakao memiliki kulit yang tebal, sekitar 3 cm. Daging buahnya yang disebut pulp tidak dimanfaatkan. Pulp ini mengandung gula dan membantu proses fermentasi biji kakao. Setiap buah kakao mengandung biji sebanyak 30-50 biji. Warna biji sebelum proses fermentasi dan pengeringan adalah putih, dan lalu berubah menjadi keunguan atau merah kecoklatan. Kecuali satu varietas dari Peru yang warna bijinya tetap putih meski telah melalui proses fermentasi dan pengeringan. Pohon kakao dapat dibudidayakan di dalam hutan sehingga menjadikan biji kakao sebagai hasil hutan non-kayu.

Sejarah

Pohon kakao merupakan tumbuhan asli benua Amerika, tepatnya di kaki pegunungan Andes di basin sungai Amazon dan Orinoco, Amerika Selatan. Meski demikian, kemungkinan pohon kakao pernah tersebar luas hingga ke Amerika Tengah. Sebuah kerajinan tangan dari tanah liat bertanggal 1400-1500 SM yang ditemukan di lokasi penggalian situs arkeologi terdapat residu endapan yang mememperkuat hal tersebut. Selain itu, daging buah coklat (pulp) yang manis difermentasikan untuk membuat semacam minuman. Biji coklat juga menjadi mata uang ketika itu.

Kakao merupakan komoditas penting masyarakat MesoAmerika sebelum kedatangan Colombus. Hernán Cortés pada masa penaklukan Meksiko, menceritakan bahwa Moctezuma II, raja Aztec selalu minum coklat yang diberi vanilla dan rempah-rempah untuk menemani makan malamnya. Diperkirakan raja meminum sekitar 60 porsi coklat setiap harinya, dan sebanyak 2000 porsi oleh para anggota keluarga bangsawan di lingkungan kerajaan. Theobroma yang menjadi nama genus dari pohon coklat memiliki makna "makanan para dewa".

Coklat diperkenalkan ke Eropa oleh penjelajah Spanyol dan menjadi minuman yang terkenal di pertengahan abad ke 17.Tumbuhan coklat lalu dibawa dan dibudidayakan ke wilayah jajahan bangsa Eropa seperti Asia Tenggara dan Afrika Barat.

Produksi

Pohon kakao tumbuh di kondisi iklim tropis yang panas, umumnya di rentang lintang 20 derajat dari khatulistiwa. Buah pohon kakao tidak mengenal musim; pohon ini berbuah dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hama yang paling sering muncul adalah serangga dari famili Miridae dan fungi dari genus Phytophtora.

Buah coklat yang belum matang memiliki warna yang cerah, biasanya hijau, merah, atau ungu. Ketika sudah matang, buah ini berwarna kekuningan hingga jingga. Buah ini muncul secara langsung dari batang pohonnya, mirip buah nangka. Hal ini memudahkan pemanenan karena buah tidak muncul di tempat yang tinggi. Dan pohon ini berbuah sepanjang tahun. Pemanenan dilakukan dengan pisau yang tajam dan harus hati-hati agar tidak melukai batang karena bunga coklat dapat tumbuh di tempat yang sama. Diperkirakan satu orang tenaga kerja dapat memanen sekitaar 650 per hari.

Pemrosesan

Buah kakao setelah dikupas kulitnya dibuang. Lalu biji yang masih terbungkus pulp ditumpuk bersama dalam wadah selemaka beberapa hari untuk fermentasi. Proses fermentasi akan menghasilkan panas dan menyebabkan pulpnya "mencair". Beberapa negara memanfaatkan cairan pulp ini untuk menghasilkan minuman beralkohol. Laju fermentasi dan pengeringan amat tergantung pada kondisi lingkungan. Satu kilogram biji coklat mengandung sekitar 880 butir biji coklat. Sedangkan satu buah coklat memiliki berat sekitar 400 gram dan menghasilkan antara 35-40 gram biji kering. Diperkirakan satu buruh tenaga kerja dapat memisahkan sebanyak 2000 biji coklat dari buahnya per hari.

Biji coklat tidak hanya dijadikan coklat. Di Amerika Tengah, biji coklat menjadi bahan baku berbagai makanan. Resep minuman coklat pun beragam.

Produksi dunia

Ada tiga varietas utama tanaman coklat, yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario. Yang paling banyak ditanam adalah Forastero yang menghasilkan lebih banyak dan lebih tahan hama dibandingkan varietas lainnya, namun coklat dari varietas Criollo memiliki kualitas lebih baik. Produsen coklat Criollo terbanyak adalah Venezuela. Trinitario merupakan hibrida dari keduanya.

Importir biji kakao terbanyak adalah Belanda, dan juga merupakan pintu masuk biji kakao untuk didistribusikan ke Eropa daratan. Terdapat setidaknya 3.54 juta ton biji kakao diproduksi pada musim 2008-2009. Afrika memproduksi sebanyak 2.45 juta ton dari total tersebut. Pantai Gading dan Ghana merupakan produsen coklat terbanyak di dunia; kombinasi keduanya menyumbang setengah produksi dunia.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Pertanian

Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen dan memacu para petani untuk meningkatkan produksi padi nasional, tak hanya di lahan pertanian tetapi juga di lahan-lahan perkebunan.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan, Heru Tri Widarto melakukan dua kali tanam padi di dua kabupaten di Banten sekaligus pada Jumat (22/3/2024).

Pertama bersama Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak, Banten. Kedua dengan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.

"Tanam padi ini merupakan solusi strategis dalam menghadapi tantangan dampak akibat El Nino dan darurat pangan yang dihadapi petani maupun masyarakat luas. Jadi diharapkan hasil dari produksi ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional," ujarnya dalam siaran persnya, Sabtu (23/3/2024).

Heru menambahkan, lahan yang ada harus dioptimalkan lewat Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). Program ini bisa dilakukan dengan tanamanan padi maupun jagung atau pagi gogo.

Dia mengatakan, wilayah Banten memiliki potensi besar untuk dilakukan penanaman padi gogo. Pasalnya kondisi lahan di Banten dan budaya masyarakatnya lebih sesuai untuk di tanam padi, sedangkan lahan di wilayah lain lebih cocok ditanam jagung

"Jadi tak hanya sekadar lestarikan maupun pelihara tanam padi saja, tapi juga berperan penting menyediakan pangan untuk masyarakat," ujar Heru.

Selain itu, kata dia, Banten juga merupakan salah satu produsen padi peringkat delapan nasional.

Dengan adanya tanam padi gogo ini, Banten diharapkan bisa memperoleh peringkat lebih baik lagi, apalagi padi gogo lebih tahan cuaca ekstrim sehingga cocok untuk kondisi iklim saat ini.

Untuk diketahui, target luas areal tanam padi gogo di Kabupaten Pandeglang seluas 15.000 hektar (ha), Kabupaten Lebak 15.000 ha, sedangkan Kabupaten Serang seluas 233 ha.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten telah mengeluarkan surat untuk memberikan usulan jumlah calon penerima dan calon lokasi (CPCL)—penerima bantuan benih dan lokasi penanaman padi gogo—sampai Kamis (21/3/2024).

Rincian usalannya adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 2.522 ha, Kabupaten Lebak seluas 4.048 ha, dan Kabupaten Serang seluas 17 ha. Sisa target CPCL diharapkan dapat dicapai secara bertahap hingga April 2024.

"Ini tidak mudah dan tanggung jawab besar apalagi di tengah kondisi cuaca ekstrim dan darurat pangan saat ini. Harus segera dilakukan dan saling bersinergi demi mewujudkan ketahanan pangan nasional," ujarnya.

Heru berharap, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tiga kabupaten tersebut beserta seluruh pihak terkait dapat berpartisipasi aktif dalam mengidentifikasi potensi CPCL dan memverifikasinya. 

Setelah itu melalui Dinas Pertanian Kabupaten diajukan  ke Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan secara berjenjang.

Agar semakin banyak kelompok tani yang ikut bergabung tanam padi gogo, penanaman juga dapat dilakukan di lahan kelapa dan perkebunan lainnya, tidak hanya di lahan sawit.

"Dengan demikian dampak dari El Nino terhadap pangan bisa teratasi, target tanam maupun panen dapat terealisasikan tepat waktu, serta terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia," kata Heru.

Untuk itu, lanjut Heru, dibutuhkan sinergi dan kontribusi aktif semua pihak, baik dalam berkoordinasi maupun pengawalan serta pengoptimalan pembinaan kepada pekebun.

Sebagai informasi, selain melakukan tanam padi gogo, Ditjebun Kementan  juga turut memberikan bantuan benih kelapa sebanyak 100 batang kepada kelompok tani di Kabupaten Serang.

"Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat membantu menambah pendapatan pekebun kedepannya," harap Heru.

Sumber: https://kilaskementerian.kompas.com/

Selengkapnya
Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang

Pertanian

Komoditas Teh: Sejarah, Jenis, Manfaat, Produsen Dunia, Produksi, dan Ekspor Indonesia

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Katekin merupakan salah satu senyawa utama dari substansi teh dan paling berpengaruh terhadap mutu daun teh. Dalam pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak langsung, selalu dihubungkan dengan semua sifat produk teh.

Kebanyakan produksi teh Indonesia berupa teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh yang mengalami oksidasi enzimatik dengan fermentasi penuh, sementara teh hijau dihasilkan dari pucuk daun teh yang tanpa melalui proses fermentasi atau tanpa oksidasi enzimatik.

Produksi teh di Indonesia tiap tahun sekitar 140.000 ton daun teh kering, sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan besar milik negara (40,8 persen), perkebunan swasta (22,7 persen), dan sisanya oleh perkebunan yang dikelola oleh rakyat.

Jawa Barat merupakan provinsi penghasil teh terbesar. Jabar berkontribusi sebanyak dua pertiga dari total produksi nasional, diikuti Jawa Tengah (12,5 persen), dan Sumatera Utara (7 persen). Sisanya tersebar di tujuh provinsi lain yang memiliki perkebunan teh.

Hampir separuh produksi teh nasional diekspor ke 62 negara yang menjadi tujuan ekspor teh Indonesia. Lima besar negara tujuan ekspor, yaitu Malaysia, Rusia, Amerika Serikat, China, dan Taiwan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diekspor Indonesia. Jumlahnya mencapai 76 – 87  persen dari total volume ekspor teh, sementara sisanya teh hijau yang berkontribusi sekitar 12,5 persen terhadap total volume ekspor.

Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor teh dari 46 negara produsen teh dunia. Tiap tahun Indonesia mengimpor teh tak kurang dari 10.000 ton dengan nilai 23 juta dollar AS. Impor teh hitam menyumbang 78 persen dari volume impor, sementara 20 persennya disumbang dari teh hijau. Lima besar negara yang mengimpor teh ke Indonesia, yakni Vietnam, Malaysia, Kenya, Thailand, dan Kenya.

  • Sejarah

Tanaman teh (Camellia sinensis) memiliki sejarah panjang hingga menjadi minuman terpopuler di dunia selain komoditas kopi. Tanaman teh pertama kali ditemukan di Tiongkok, tepatnya di Provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh.

Catatan sejarah menyebut, teh pertama kali ditemukan di China oleh Kaisar Shen Nong pada tahun 2373 sebelum Masehi. Penemuan itu terjadi saat Shen Nong berkeliling mencari tanaman obat baru. Saat merasa tak enak badan, Shen Nong memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Kaisar pun merebus air untuk melepas dahaga. Beberapa helai daun jatuh ke dalam minumannya. Alih-alih membuang daun yang jatuh, Shen Nong tetap meminumnya. Tak lama, Shen Nong merasa badannya membaik setelah minum air dengan daun yang punya rasa sedikit pahit, tapi kaya nutrisi tersebut.

Sejak saat itu, Shen Nong memperkenalkan minuman yang diseduh dengan daun tersebut. Minuman itu jadi minuman khusus untuk Istana Kekaisaran. Minuman dengan campuran daun teh inilah yang kemudian disebut sebagai asal mula teh. 

Teh awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan sejak abad ke-8 SM. Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh dan menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan masakan.

Dalam perkembanganya, minuman teh semakin dikenal luas masyarakat. Beberapa abad kemudian, minum teh dilengkapi dengan berbagai ritual dan melekat dengan kebudayaan masyarakat China. Teh juga digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.

Teh kemudian menyebar tidak hanya di China, melainkan hingga ke Jepang dan Korea. Orang China yang bepergian ke luar negaranya ikut membawa teh bersama mereka ke banyak negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Di Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Tiongkok yang menjangkau setiap aspek masyarakat. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu atau air panas untuk teh).

Budaya mengonsumsi teh yang sudah dilakukan di Tiongkok dan Jepang kemudian menyebar ke  Eropa.  Budaya teh dibawa oleh para misionaris Eropa yang pulang ke negaranya setelah mereka tinggal beberapa waktu di Asia. Mereka membawa budaya teh ke daratan Eropa pada abad ke-17. Teh pun kemudian menyebar dan makin populer ke seluruh Eropa dan bahkan jadi kebiasaan baru orang-orang Eropa. Masyarakat Eropa sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat. Teh pun menjadi bagian dari masyarakat di Eropa dan ragam kombinasi konsumsi teh pun disajikan di restoran dan kedai minuman.

Di Indonesia, bibit tanaman teh pertama kali masuk dibawa dari Jepang oleh ahli botani dari Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam sebagai tanaman hias di Batavia (kini Jakarta). Pada 1827, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian membudidayakan teh dalam skala besar di Kebun Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dari Tiongkok dalam jumlah banyak untuk ditanam di kebun percobaan itu.

Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Teh menjadi salah satu tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat melalui politik Cultuur Stelsel (1830). Rakyat dipaksa menanam teh di tanah milik sendiri atau sewaan dan ketika panen akan dibeli oleh Belanda untuk mengisi pundi-pundinya.

Sejak saat itu, teh menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hingga tahun 1841, luas kebun teh di Jawa ada 2.129 hektare. Lima tahun kemudian, luasnya meningkat menjadi 3.193 hektare. Masa tanam paksa ini berakhir tahun 1870 setelah pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan liberalisasi ekonomi dengan berlakunya Undang-Undang Agraria.

Pemberlakuan undang-undang ini mengubah Priangan (sekarang Jawa Barat) menjadi daerah tambang “emas hijau”. Sejak itu, perkebunan teh mulai dikembangkan di wilayah Bandung dan memunculkan perusahaan-perusahan swasta besar yang mengelola perkebunan teh dalam skala besar.

Penanaman teh terus berlanjut dalam skala yang lebih besar di seluruh penjuru Hindia-Belanda, terutama di Pulau Jawa, meliputi Bandung, Subang, Bogor, Garut, Purwakarta, dan Banyuwangi. Pabrik-pabrik pengolahan teh pun mulai didirikan, seiring dengan semakin banyaknya perkebunan teh yang dibangun. Teh dianggap sebagai komoditas yang menguntungkan kala itu. Sejak saat itulah, masyarakat pribumi mulai mengenal tanaman teh yang kian populer dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang.

Hingga saat ini, teh yang banyak diproduksi di Indonesia adalah teh hitam dan hijau. Indonesia tercatat sebagai negara penghasil teh terbesar ke-8 di dunia dengan produksi tiap tahun sekitar 150.000 ton dan tercatat sebagai eksportir ke-5 teh hitam dunia.

  • Jenis teh

Teh yang berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis) dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan cara pemrosesannya sebelum dan setelah dipetik dari pohon, yakni teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Teh hitam atau Black Tea adalah jenis teh yang paling banyak diproduksi dan diekspor di Indonesia. Bahkan, negara ini tercatat sebagai negara pengekspor teh hitam terbesar ke-5 di dunia.

Teh hitam diolah melalui proses fermentasi enzimatis yang tidak menggunakan mikroba dalam proses fermentasinya. Fermentasi yang terjadi menggunakan enzim fenolase yang telah terkandung dalam teh dan mengoksidasi katekin menjadi senyawa antioksidan teaflavin dan tearubigin.

Fermentasi pada teh hitam dikaregorikan sebagai fermentasi penuh karena prosesnya yang lebih lama dan kompleks daripada jenis teh yang lain. Proses pembuatan teh hitam dilakukan pertama kali adalah pelayuan selama 14 – 24 jam pada suhu ruang yang kemudian daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alaminya.

Setelah proses penggulungan, daun disimpan pada tempat yang dingin dan lembab untuk dilakukan fermentasi dan oksidasi dengan bantuan oksigen dan enzim fenolase selama 1 hingga 2 hari. Proses fermentasi ini sangat menentukan kualitas warna dan rasa teh hitam. Kemudian, teh yang telah difermentasi dikeringkan melalui proses pengovenan atau penjemuran untuk menghentikan proses oksidasinya dan selanjutnya dikemas untuk disimpan atau dipasarkan.

Teh hitam yang dihasilkan biasanya berdaun hitam dengan aroma khas teh yang kuat, dan setelah diseduh akan berwarna merah hingga merah kehitaman dengan rasa teh yang cenderung asam atau pahit beraroma khas teh.

Jenis teh berikutnya adalah Teh Oolong/Oolong Tea yang dihasilkan melalui pengolahan secara semi fermetasi. Teh ini melewati proses fermentasi tetapi dihentikan sesegera mungkin melalui pemanasan setelah proses penggulungan daun.

Pada proses pengolahan, teh oolong pertama-tama dilakukan dengan melayukan daun di bawah sinar matahari selama kurang lebih 1 hari, kemudian daun dilakukan proses penggulungan agar terjadi proses fermentasi enzimatis. Setelah daun terpapar udara, warna daun akan berubah menjadi lebih gelap dan proses fermentasi telah terjadi. Daun teh yang telah berwarna gelap itu lalu segera dipanaskan untuk menghentikan proses fermentasi dan dikeringkan.

Daun teh oolong pada umumnya berwarna hitam dengan bentuk bulat menggumpal serta memiliki rasa dan aroma yang khas. Aromanya lebih ringan dibanding teh hitam, tetapi lebih pekat daripada teh hijau.

Adapun Teh Hijau/Green Tea dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Teh jenis ini dibuat dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada pada pucuk daun teh segar setelah proses pemanenan dengan cara pemanasan saat baru dipetik. Pemanasan biasanya dilakukan dengan cara udara kering (disangrai atau dioven) dan pemanasan menggunakan uap panas.

Proses pemanasan daun teh akan memberikan aroma dan rasa teh yang berbeda-beda. Pemanasan daun teh dengan uap panas akan memberikan warna teh dan seduhannya yang lebih hijau terang dengan rasa dan aroma yang ringan, sedangkan pada proses pemanasan metode oven atau sangrai akan memberikan warna dan seduhan cenderung lebih gelap dan memiliki rasa dan aroma smoky serta creamy.

Jenis teh lainnya, Teh Putih, dihasilkan dari pucuk daun teh yang tidak melalui proses fermentasi sama sekali, sama seperti teh hijau. Pucuk daun yang sudah dipanen segera dilakukan pemanasan dan pengeringa melalui penguapan. Jenis teh ini merupakan teh premium yang harganya terbilang mahal dibandingkan jenis lain.

Teh putih dihasilkan dari kuncup-kuncup daun muda yang masih ditutupi oleh rambut-rambut putih halus. Daun teh jenis ini memiliki kandungan senyawa antioksidan katekin yang lebih tinggi dibanding jenis teh lainnya. Itu diperoleh dari proses pengolahannnya yang singkat sehingga khasiat dari teh putih juga lebih baik dibanding jenis teh lainnya. Daun teh putih berwarna putih kecoklatan dengan aroma teh yang khas, dan ketika diseduh rasa dan aroma dari teh putih sangatlah ringan serta berwarna bening sedikit keruh.

  • Manfaat teh

Dalam secangkir teh, terdapat beberapa zat utama yang bermanfaat bagi kesehatan. Zat itu, antara lain, polifenol berupa katekin dan flavanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh

Dalam satu cangkir teh juga mengandung vitamin E sebanyak sekitar 100 – 200 IU. Jumlah kandungan vitamin E itu merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Vitamin E berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus.  Teh juga mengandung vitamin C yang  berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan untuk ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit.  Sementara Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten yang diperlukan tubuh.

Dengan mengonsumsi teh secara rutin, setidaknya ada lima manfaat bagi kesehatan. Yang pertama, yakni mencegah risiko diabetes. Rutin mengonsumsi teh akan menjauhkan seseorang dari risiko terkena diabetes tipe 2. Jenis teh yang sangat baik untuk dikonsumsi untuk mencegah diabetes adalah teh hijau dan teh hitam tanpa pemanis. Kedua jenis teh tersebut berkhasiat untuk meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat menurunkan risiko diabetes.

Manfaat kedua, yakni meningkatkan konsentrasi. Kandungan kafein dalam teh bermanfaat untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi pada seseorang. Kafein bekerja dengan cara mengalir melalui pembuluh darah dan merangsang kinerja sistem saraf pusat, sehingga dapat melancarkan peredaran darah ke otak.

Manfaat teh berikutnya, yakni menjaga kesehatan rongga gigi dan mulut berkat kandungan antioksidan dalam teh. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, maka dapat menurunkan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut, menurunkan risiko terkena karies gigi karena bakteri di dalam mulut telah dibunuh, serta mencegah bau mulut.

Mengonsumsi teh secara rutin bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Salah satu jenis yang direkomendasikan adalah teh hitam. Teh hitam berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah diastolik dan tekanan darah sistolik.

Manfaat utama lainnya, yakni kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun teh mencegah pertumbuhan sel-sel kanker, sehingga mencegah risiko terkena kanker. Antioksidan bekerja dengan cara melawan radikal bebas yang menyerang sel-sel dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan sel tubuh yang menjadi penyebab kanker. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, dapat mencegah risiko kanker sejak dini.

  • Produsen teh dunia

Data Food & Agriculture (FAO) menunjukkan, Tiongkok atau China memproduksi teh mencapai 2,97 juta ton pada 2020. Capaian tersebut menjadikan negara Tirai Bambu itu sebagai produsen teh terbesar di dunia yang dihasilkan dari lahan seluas sekitar 2,2 juta hektare.

India tercatat sebagai produsen teh terbesar kedua di dunia dengan menghasilkan teh sebanyak 1,42 juta ton dari luas lahan sekitar 621 ribu hektare. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh Kenya dengan produksi teh sebesar 569,5 ribu ton di lahan seluas 269,4 ribu hektare.

Berikutnya, produksi teh di Argentina dan Sri Lanka masing-masing sebesar 335,2 ribu ton dan 278,4 ribu ton.  Argentina dan Sri Lanka memiliki luas lahan perkebunan teh seluas sekitar 200 ribu hektare.

Turki menyusul di urutan berikutnya dengan produksi teh 255,1 ribu ton pada area seluas 84,8 ribu hektare, dan Vietnam menghasilkan teh sebesar 240,4 ribu ton. Jumlah itu menjadikan Vietnam sebagai negara pengahasil teh terbesar di Asia Tenggara.

Sementara Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai produsen teh dunia. Indonesia pada tahun 2020 menghasilkan teh sebesar 138,3 ribu ton di area perkebunan 108,7 ribu hektare. Myanmar dan Thailand menyusul dengan produksi teh masing-masing 126,4 ribu ton dan 97,6 ribu ton. Myanmar memiliki area perkebunan teh seluas 89,8 ribu hektare.

  • Produksi Teh Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah produksi teh di Indonesia mencapai 136.800 ton pada 2022. Nilai tersebut turun 5,72 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 145.100 ton.

Melihat trennya, produksi teh nasional fluktuatif dan cenderung menurun dalam satu dekade terakhir. Kondisi itu terjadi seiring dengan menyusutnya luas perkebunan teh di dalam negeri yang disebabkan banyaknya alih fungsi lahan perkebunan teh menjadi bangunan. Di samping itu, para perusahaan perkebunan kerap mengganti teh dengan tanaman yang punya nilai jual lebih tinggi.

Provinsi Jawa Barat menjadi sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Tahun 2022, provinsi itu menghasilkan 91.600 ton daun teh kering. Berikutnya, Jawa Tengah dengan produksi teh sebesar 17.600 ton. Produksi teh di Sumatera Utara berada di posisi ke-3 dengan 9.700 ton. Sedangkan, produksi teh di Sumatera Barat dan Jambi masing-masing sebanyak 5.800 ton dan 4.400 ribu ton menempatkan provinsi itu diurutan ke-4 dan ke-5.

Jawa Barat sendiri memiliki luas lahan perkebunan teh terbesar di Indonesia, yakni seluas 86.976 ha pada tahun 2021, menyumbang sekitar 77,62 persen dari perkebunan teh nasional. Sejalan dengan hal tersebut, produksi teh Jawa Barat merupakan yang terbesar secara nasional, yakni sebesar 89.218 ton pada tahun 2021, atau menyumbang 68,87 persen produksi teh nasional. Perkebunan teh di Jawa Barat banyak terdapat di daerah yang beriklim sejuk seperti di Bandung, Subang, Garut, dan Bogor.

Perkebunan-perkebunan teh di Indonesia biasanya dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (contohnya Perkebunan Nusantara). Meski demikian, beberapa perusahaan swasta juga mengelola perkebunan teh, antara lain, Kabepe Chakra dan Gunung Slamat. Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau.

  • Ekspor Teh

Hampir setengah dari produksi teh Indonesia diekspor keluar negeri. Pasar ekspor utamanya adalah Malaysia, Rusia, Australia, Inggris, dan Pakistan. Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunan-perkebunan besar di negara ini, baik yang dimiliki negara maupun swasta. Perusahaan itu biasanya menghasilkan teh bermutu tinggi atau premium yang laku di pasar internasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor teh dari Indonesia pada 2021 mencapai 89,2 juta dollar AS dengan volume 42.654 ton pada 2021. Nilai ekspor teh Indonesia itu turun 7,43 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar 96,32 juta dollar AS. Sementara, volume ekspor teh itu turun 5,77 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2020, volume ekspor teh Indonesia tercatat sebanyak 45.265 ton.

Tahun 2021, nilai ekspor teh Indonesia paling besar ke Malaysia 7.467 ton atau sebesar 17,51 persen terhadap total volume ekspor teh Indonesia dengan nilai sebesar 11,7 juta dollar AS. Peringkat kedua adalah Russia dengan volume ekspor sebesar 6.674 ton atau menyumbang 15,65 persen dan nilai ekspornya sebesar 11,2 juta dollar AS.

Kemudian yang ketiga Amerika Serikat dengan kontribusi 7,89 persen dengan volume ekspornya sebesar 3.426 ton dengan nilai ekspor 5,9 juta dollar AS, sementara China dan Taiwan berada di posisi keempat dan kelima. Ekspor teh ke China pada tahun 2021 mencapai 2.381 ton atau sekitar 5,58 persen dengan nilai ekspor sebesar 4,1 juta dollar AS, sedangkan untuk Taiwan sebesar 2.217 ton atau 5,20 persen dengan nilai ekspor mencapai 4,5 dollar AS.

Jika dicermati lebih jauh, ekspor teh Indonesia fluktuatif dan cenderung menurun dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2017 volume ekspor teh Indonesia sebanyak 54.187 ton dengan nilai sebesar 114,2 juta dollar AS. Sementara ekspor tahun 2018 menurun sebesar 9,50 persen, yakni sebanyak 49.038 ton dengan nilai sebesar 108,5 juta dollar AS.

Pada tahun 2019 ekspor teh kembali menurun sebesar 12,70 atau menjadi 42.811 ton dengan nilai 92,3 juta dollar AS. Sementara pada tahun 2020  kembali meningkat 5,73 persen menjadi 45.265 ton dengan nilai 96,3 juta dollar AS .

Selama periode tahun 2017 – 2021, teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam sekitar 76 – 87 persen. Tercatat Pada tahun 2021 volume ekspor teh hitam mencapai 37.331 ton atau 87,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 77,3 juta dollar AS. Sementara ekspor teh hijau pada periode tersebut cenderung menurun. Tercatat pada tahun 2021 volume ekspor teh hijau mencapai 5.323 ton atau 12,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 11,9 juta dollar AS.

Sumber: https://kompaspedia.kompas.id/

Selengkapnya
Komoditas Teh: Sejarah, Jenis, Manfaat, Produsen Dunia, Produksi, dan Ekspor Indonesia

Pertanian

Subsektor Perkebunan: Kopi Menjadi Komoditas Unggulan Sumatera Utara

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Salah satu komponen dari indikator terwujudnya UPLAND Project adalah peningkatan produktifitas dan ketahanan pangan yang meliputi: Pengembangan infrastruktur lahan dan air, serta produksi dan pengelolaan pertanian. Pada produksi dan pengelolaan pertanian, penyediaan komoditas unggulan yang dapat terukur dengan melihat kondisi geografis dataran tinggi pada setiap wilayah menjadi penting dilakukan. Subsektor perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian yang memiliki peran aktif untuk meningkatkan perekonomian wilayah. 

Untuk dapat meningkatkan kemakmuran yang lebih seimbang dan merata, maka diperlukan perencanaan pembangunan dengan kebijakan-kebijakan yang dapat merangsang perkembangan wilayah sesuai dengan potensi masing-masing wilayah. Misalnya pada wilayah Sumatra Utara. Subsektor perkebunan menjadi salah satu subsektor paling diprioritaskan untuk dijadikan sebagai subsektor unggulan dataran tinggi Sumatera Utara. Sumatera Utara menjadi satu daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia setelah Sumatera Selatan dan Lampung.

Komoditas yang termasuk subsekor perkebunan berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Utara, meliputi Kelapa Sawit, Kelapa, Karet, Kopi Arabika, Kopi Robusta dan Kakao. 

Pada subsektor perkebunan dataran tinggi, Kopi robusta dan Kopi arabika menjadi salah satu produk yang memiliki peluang pasar di dalam negeri maupun luar negeri. Kopi arabika menjadi komoditas unggulan tertinggi pada subsektor perkebunan. Komoditas kopi arabika dirasa cocok ditanam di daerah tersebut. 

Selain itu adanya dukungan teknologi dalam budidaya dan penanganan pasca panen. Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki hasil kopi terbaik adalah kabupaten Karo. Produksi kopi di Kabupaten Karo pada tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 13,96% dari 50.405 ton produksi kopi di Sumatera Utara. Pada tingkat Provinsi, subsektor pekebunan di dataran tinggi Sumatera Utara, Kopi masih menjadi komoditas unggulan pertanian.

Menurut data BPS lainnya, Sumatera Utara telah menyumbang sebesar 72,34 ribu ton terhadap total produksi Kopi selama tahun 2010 hingga 2019 dan terus mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tersebut didukung oleh luasnya area pertanaman Kopi di Sumatera Utara.

Sumber: https://upland.psp.pertanian.go.id/

Selengkapnya
Subsektor Perkebunan: Kopi Menjadi Komoditas Unggulan Sumatera Utara

Pertanian

5 Jenis Tanaman Perkebunan yang Melimpah di Indonesia Menurut SMKN 1 Matan Hilir

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA)-nya. Kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke terkadang membuat kita semua berdecak kagum.

Keberagaman SDA yang ada di Indonesia ini dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu kekayaan SDA yang banyak dikembangkan oleh masyarakat ialah tanaman perkebunan. Jenis tanaman ini memiliki nilai jual yang berbeda-beda.

Tidak hanya satu jenis saja, ternyata ada berbagai komoditas tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dengan subur di wilayah Indonesia. Buat kalian yang ingin tahu tumbuhan apa saja itu, kali ini guru Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP), SMKN 1 Matan Hilir, Ketapang, Kalimantan Barat, Radiansyah, akan memberi tahu kita terkait 5 (lima) jenis tanaman perkebunan yang melimpah dan menghasilkan banyak uang di Indonesia.

  1. Kelapa Sawit

Siapa yang tidak tahu kelapa sawit, buah yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan minyak kelapa sawit ini memang menjadi jenis tanaman perkebunan yang menggiurkan. Kebutuhan minyak goreng yang tidak ada hentinya menuntut para petani harus terus menyediakan bahan mentah ini untuk kemudian diolah menjadi minyak goreng. Bahkan, industri-industri kelapa sawit di nusantara ini menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar negara, lo. 

  1. Karet

Sesuai dengan namanya, pohon karet merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki tingkat keelastisan cukup tinggi.  Tanaman ini juga sudah menjadi komoditi tradisional bagi masyarakat di sebagian wilayah Indonesia. Karet bermanfaat untuk membuat berbagai produk, seperti ban, gasket mesin, penghapus, bola laters, sepatu, dan produk lainnya. 

“Pohon karet dapat tumbuh dengan baik di wilayah yang basah dengan suhu 32 derajat celsius atau hangat. Indonesia sangat cocok menjadi tempat untuk membudidayakan pohon karet ini,” ucap Radiansyah.

  1. Kopi

Kopi menjadi komoditi tanaman perkebunan yang paling lama hidup bersama masyarakat Indonesia. Untuk menanam pohon kopi, para petani tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Di Indonesia sendiri ada beragam kopi dengan jenis yang berbeda-beda. Indonesia menjadi negara terbesar keempat penghasil kopi-kopi dunia. Biji kopi yang telah dipanen pastinya diolah untuk menjadi bahan pembuatan minuman kopi yang berkembang di pasaran. Perlu untuk diketahui, kopi menjadi salah satu minuman yang paling disukai di seluruh dunia. 

“Beda wilayah beda rasa meskipun sama-sama robusta, arabica, ataupun liberica. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor geografis,” tutur Radiansyah.

  1. Tebu

Gula pasir yang sering dikonsumsi oleh masyarakat berbahan dasar tebu. Rasa manis yang terdapat dalam gula berasal dari rasa manis air tebu telah dikristalkan. Tebu menjadi salah satu komoditi tanaman perkebunan yang dapat kita jumpai di wilayah Indonesia. Syarat tumbuh yang tidak terlalu karena dapat tumbuh dengan subur di daerah beriklim tropis. Tanaman tebu dapat dipanen saat usianya hampir mendekati satu tahun. Tidak hanya bisa dijadikan bahan baku gula, kandungan yang terdapat dalam air tebu ini ternyata bermanfaat untuk mencegah bau mulut dan kerusakan gigi.

  1. Teh

Teh adalah salah satu minuman yang popular di seluruh dunia. Teh-teh yang kita konsumsi ini berasal dari daun teh yang telah diekstraksi. Teh tersedia dalam berbagai jenis seperti teh hijau, teh hitam, teh merah, teh oolong dan lainnya. Tumbuhan teh dapat hidup dengan baik di wilayah dengan suhu sejuk. Teh memiliki beragam manfaat untuk tubuh manusia seperti untuk menangkal radikal bebas, menjaga kesehatan jantung, menjaga kadar gula dalam darah, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. 

 

Sumber: https://vokasi.kemdikbud.go.id/

Selengkapnya
5 Jenis Tanaman Perkebunan yang Melimpah di Indonesia Menurut SMKN 1 Matan Hilir
« First Previous page 7 of 27 Next Last »