Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Seluas 160 ribu hektar perkebunan sawit di Provinsi Jambi berada di dalam kawasan hutan. Perkebunan sawit di provinsi itu tak hanya dituding sebagai biang deforestasi melainkan juga mendegradasi lahan basah.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mencatat luas lahan perkebunan sawit di Provinsi Jambi mencapai 1,1 juta hektare. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agusrizal mengungkap seluas 160.000 ribu perkebunan sawit itu masuk areal hutan.
"Masih banyak (sawit di kawasan hutan). Itu kewenangan sebenarnya ada di Dinas Kehutanan," kata Agusrizal seperti dikutip dari Liputan 6.
Ia mengungkapkan hal ini usai Pertemuan Multipihak Menuju Sawit Berkelanjutan yang Dapat Bersaing di Pasar Global yang diselenggarakan kerja sama Kaoem Telapak dan Yayasan Setara di Jambi pada Rabu (23/8/2023). Namun ia, tak merinci perkebunan sawit tersebut.
Menurutnya angka ini merupakan perkiraan harus diperhatikan demi menjaga keseimbangan antara produksi dan lingkungan.
"Sebaiknya kita hindari produksi kelapa sawit di dalam kawasan hutan karena dampak merusak yang mungkin timbul," tegasnya.
Pemerintah sendiri sudah membuat rencana aksi nasional kelapa sawit berkelanjutan. Sedangkan di Provinsi Jambi, kata Agus, sudah terbentuk gugus tugas. Tim tersebut yang akan bekerja untuk menjaga kelapa sawit yang dihasilkan sesuai dengan aturan dan tata kelola berkelanjutan.
"Kita harus membuktikan bahwa setiap proses produksi komoditi unggulan kita harus diikuti dengan mematuhi aturan yang berlaku," ujar dia.
Eko Wahyudi dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi mengatakan, kelapa sawit tak hanya dirundung penyebab deforestasi. Tetapi sawit juga, terutama yang berekspansi di kawasan gambut menyebabkan lahan basah itu terdegradasi.
Tak sedikit kebun sawit yang mengalami karhutla hingga menyebabkan bencana kabut asap. Tata kelola kelapa sawit yang buruk justru bakal memperparah daya dukung dan daya tampung lingkungan yang semakin rusak.
"Memang sudah ada inisiatif untuk memperbaiki tata kelola sawit, tapi belum maksimal," kata Eko dalam diskusi tersebut.
Misalnya saat ini soal data Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit yang masih sulit tertutup. Padahal transparansi data merupakan syarat perbaikan tata kelola sawit.
Masalah lainnya adalah konflik lahan. Masyarakat kerap berhadapan dengan perusahaan kelapa sawit dan hutan tanaman industri yang memiliki kekuatan modal dan keamanan. Konflik lahan di Jambi sendiri, menurut data Walhi Jambi, selama tahun 2017 hingga 2022, terdapat setidaknya 162 kasus konflik agraria.
Direktur Yayasan Setara, Nurbaya Zulhakim, menekankan pemerintah, petani, dan perusahaan seharusnya bekerjasama mendukung sawit berkelanjutan.
Sumber: https://betahita.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Teknik Daisugi adalah teknik hortikultura yang dikembangkan di Jepang pada abad ke-15 pada pohon Cedar atau disebut pohon Aras di Indonesia.
Teknik ini memangkas pohon cedar induk, agar tunas-tunas muda tumbuh tinggi lurus ke atas. Hasilnya adalah pohon cedar yang ramping dan fleksibel, serta padat, menjadikannya pilihan sempurna untuk atap dan balok kayu tradisional.
Sejarah dan penggunaan
Teknik Daisugi dikembangkan di Kyoto, Jepang, pada abad ke-15. Pohon cedar Kitayama dikenal karena sangat lurus dan tidak memiliki simpul, dan telah diminati sejak abad ke-15. Dengan permintaan yang tinggi dan ruang yang terbatas, para petani hutan menciptakan cara cerdas untuk menumbuhkan lebih banyak kayu dengan menggunakan lahan yang lebih sedikit¹.
Pohon cedar Daisugi dapat dipanen setiap 20 tahun dan dengan pohon dasar yang bisa bertahan ratusan tahun, ada banyak kayu yang bisa dipanen dari satu pohon saja.
Meskipun 20 tahun mungkin terdengar lama, ini sebenarnya lebih cepat dibandingkan dengan penebangan pohon cedar tradisional yang membutuhkan waktu 30 sampai 40 tahun.
Teknik daisugi
Teknik ini melibatkan pemangkasan berat pada pohon cedar induk, yang mendorong tunas-tunas muda untuk tumbuh ke atas.
Tunas-tunas ini dapat ditanam (untuk membantu mempercepat populasi hutan) atau dipanen. Teknik serupa dapat ditemukan kembali hingga zaman Romawi kuno, yang disebut pollarding, dan di seluruh Eropa — terutama di Inggris — di mana disebut coppicing.
Untuk menjaga pohon tetap bebas simpul, pekerja memanjat batang panjang setiap tiga hingga empat tahun dan dengan hati-hati memangkas cabang-cabang yang berkembang.
Setelah sekitar 20 sampai 30 tahun, satu dari banyak pohon yang tadinya merupakan tunas, akhirnya ditebang seluruhnya.
Manfaat lingkungan
Teknik Daisugi, menumbuhkan dan memanen pohon-pohon tinggi, lurus sebagai tunas, bukan pohon lain yang menjadi induk. Tunas-tunas ini memberikan kayu ideal sambil menyelamatkan pohon induk dari tebangan. Ini adalah teknik utama yang dikembangkan di hutan cedar di sekitar Kyoto dan ditanam di dataran pegunungan.
Teknik Daisugi tidak hanya memberikan solusi untuk permintaan kayu yang tinggi, juga membantu pelestarian hutan. Teknik pertanian kuno mengatasi tantangan lingkungan modern.
Sumber: https://wartakita.id
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Arecaceae, Suku pinang-pinangan, atau suku palem-paleman adalah keluarga botani tanaman tahunan. Kelapa dikenal seluruh penduduk kepulauan tropika sebagai tumbuhan serba guna. Demikian pula enau dan pinang. Pemanfaatannya mencakup hampir semua bagian tumbuhan, tetapi terutama adalah buahnya. Masyarakat Indonesia, khususnya di Maluku, memanfaatkan tanaman ini sebagai makanan pokok yaitu sagu yang diambil dari batangnya jenis Metroxylon sago, hal ini merupakan keunikan tersendiri dalam hal makanan pokok masyarakat di dunia. Suku ini dulu dikenal sebagai Palmae dan mencakup semua tumbuhan yang biasa disebut palma atau palem.
Pemerian
Biasanya berbentuk pohon, semak atau perdu dengan batang yang jarang bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Tumbuh secara berbatang tunggal (umpamanya kelapa) dan juga ada yang berumpun (umpamanya salak). Beberapa anggotanya setengah merambat atau memanjat (umpamanya rotan).
Akarnya tumbuh dari pangkal batang, berbentuk silinder, kurang bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Akar palem biasanya menghunjam dalam ke tanah, sehingga mampu menopang batang yang tumbuh menjulang tinggi (hingga 20m atau bahkan lebih).
Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.
Daun majemuk dan tersusun menyirip tunggal yang khas dan menjadi tanda pengenal yang paling mudah. Pada beberapa kelompok ditumbuhi duri. Tangkai daun dilengkapi pelepah daun yang membungkus batang.
Bunga tersusun dalam karangan yang bila masih muda terlindung oleh seludang bunga. Karangan bunga palem ini disebut mayang. Tangkai mayang ini bila dilukai akan mengeluarkan cairan manis yang disebut nira. Dalam karangan bunga ini terdapat bunga betina dan/atau bunga jantan. Jika keduanya ditemukan bunga betina terletak di bagian lebih pangkal. Orang Jawa menyebut bunga betina sebagai bluluk. Penyerbukan dilakukan oleh serangga atau burung.
Buahnya biasanya memiliki kulit luar yang relatif tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat. Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu. Pada kelapa, lapisan ini disebut sebagai batok. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya mengandung banyak lemak dan protein. Beberapa jenis masih menyisakan cairan di dalamnya. Cairan ini dapat diminum sebagai minuman penyegar (seperti pada kelapa dan siwalan).
Anggota-anggota penting
Berikut adalah sejumlah anggota Arecaceae yang penting atau dikenal dalam kehidupan manusia sehari-hari:
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Dalam dalam rangka mengurangi ketimpangan fiskal dan eksternalitas yang membawa dampak negatif yang disebabkan kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2023 tentang Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit.
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah bagian dari transfer ke daerah yang dialokasikan berdasarkan persentase atas pendapatan tertentu APBN dan kinerja tertentu, yang dibagikan kepada daerah penghasil dengan tujuan untuk mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah dan daerah, serta kepada daerah lain nonpenghasil dalam rangka menanggulangi eksternalitas yang membawa dampak negatif dan/atau meningkatkan pemerataan dalam satu wilayah.
Dana Bagi Hasil Sawit diperoleh dari 2 (dua) sumber perolehan, yakni melalui bea keluar dan pungutan ekspor, yang dikenakan atas kelapa sawit, minyak kelapa sawit mentah, dan/atau produk turunannya. Persentase Pembagian DBH Sawit kepada Pemerintah Provinsi, Pemda penghasil, dan Pemda nonpenghasil meliputi:
Terdapat 3 (tiga) Indikator Penentuan Besaran Rincian Alokasi DBH Sawit, yaitu:
berkenaan dengan mekanisme penyalurannya, penyaluran DBH Sawit dapat dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), dilaksanakan berdasarkan rincian alokasi DBH Sawit yang telah ditetapkan dalam Perpres mengenai rincian APBN, dapat dilaksanakan secara sekaligus atau bertahap, serta dapat dilakukan penundaan penyaluran dan/atau penghentian penyaluran apabila Daerah tidak memenuhi persyaratan dalam penyaluran DBH Sawit.
Dengan telah ditetapkannya PP No. 38 Tahun 2023, diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mengurangi ketimpangan fiskal dan dampak negatif eksternalitas atas kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit.
Sumber: https://jdih.maritim.go.id
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Biji kakao atau biji cokelat adalah biji buah pohon kakao (Theobroma cacao) yang telah melalui proses fermentasi dan pengeringan dan siap diolah. Biji kakao ini terkenal sebagai bahan dasar dari pembuatan cokelat, meskipun biji ini juga dapat diolah menjadi produk lain, seperti masakan tradisional Mesoamerika bernama tejate.
Buah kakao memiliki kulit yang tebal, sekitar 3 cm. Daging buahnya yang disebut pulp tidak dimanfaatkan. Pulp ini mengandung gula dan membantu proses fermentasi biji kakao. Setiap buah kakao mengandung biji sebanyak 30-50 biji. Warna biji sebelum proses fermentasi dan pengeringan adalah putih, dan lalu berubah menjadi keunguan atau merah kecoklatan. Kecuali satu varietas dari Peru yang warna bijinya tetap putih meski telah melalui proses fermentasi dan pengeringan. Pohon kakao dapat dibudidayakan di dalam hutan sehingga menjadikan biji kakao sebagai hasil hutan non-kayu.
Sejarah
Pohon kakao merupakan tumbuhan asli benua Amerika, tepatnya di kaki pegunungan Andes di basin sungai Amazon dan Orinoco, Amerika Selatan. Meski demikian, kemungkinan pohon kakao pernah tersebar luas hingga ke Amerika Tengah. Sebuah kerajinan tangan dari tanah liat bertanggal 1400-1500 SM yang ditemukan di lokasi penggalian situs arkeologi terdapat residu endapan yang mememperkuat hal tersebut. Selain itu, daging buah coklat (pulp) yang manis difermentasikan untuk membuat semacam minuman. Biji coklat juga menjadi mata uang ketika itu.
Kakao merupakan komoditas penting masyarakat MesoAmerika sebelum kedatangan Colombus. Hernán Cortés pada masa penaklukan Meksiko, menceritakan bahwa Moctezuma II, raja Aztec selalu minum coklat yang diberi vanilla dan rempah-rempah untuk menemani makan malamnya. Diperkirakan raja meminum sekitar 60 porsi coklat setiap harinya, dan sebanyak 2000 porsi oleh para anggota keluarga bangsawan di lingkungan kerajaan. Theobroma yang menjadi nama genus dari pohon coklat memiliki makna "makanan para dewa".
Coklat diperkenalkan ke Eropa oleh penjelajah Spanyol dan menjadi minuman yang terkenal di pertengahan abad ke 17.Tumbuhan coklat lalu dibawa dan dibudidayakan ke wilayah jajahan bangsa Eropa seperti Asia Tenggara dan Afrika Barat.
Produksi
Pohon kakao tumbuh di kondisi iklim tropis yang panas, umumnya di rentang lintang 20 derajat dari khatulistiwa. Buah pohon kakao tidak mengenal musim; pohon ini berbuah dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hama yang paling sering muncul adalah serangga dari famili Miridae dan fungi dari genus Phytophtora.
Buah coklat yang belum matang memiliki warna yang cerah, biasanya hijau, merah, atau ungu. Ketika sudah matang, buah ini berwarna kekuningan hingga jingga. Buah ini muncul secara langsung dari batang pohonnya, mirip buah nangka. Hal ini memudahkan pemanenan karena buah tidak muncul di tempat yang tinggi. Dan pohon ini berbuah sepanjang tahun. Pemanenan dilakukan dengan pisau yang tajam dan harus hati-hati agar tidak melukai batang karena bunga coklat dapat tumbuh di tempat yang sama. Diperkirakan satu orang tenaga kerja dapat memanen sekitaar 650 per hari.
Pemrosesan
Buah kakao setelah dikupas kulitnya dibuang. Lalu biji yang masih terbungkus pulp ditumpuk bersama dalam wadah selemaka beberapa hari untuk fermentasi. Proses fermentasi akan menghasilkan panas dan menyebabkan pulpnya "mencair". Beberapa negara memanfaatkan cairan pulp ini untuk menghasilkan minuman beralkohol. Laju fermentasi dan pengeringan amat tergantung pada kondisi lingkungan. Satu kilogram biji coklat mengandung sekitar 880 butir biji coklat. Sedangkan satu buah coklat memiliki berat sekitar 400 gram dan menghasilkan antara 35-40 gram biji kering. Diperkirakan satu buruh tenaga kerja dapat memisahkan sebanyak 2000 biji coklat dari buahnya per hari.
Biji coklat tidak hanya dijadikan coklat. Di Amerika Tengah, biji coklat menjadi bahan baku berbagai makanan. Resep minuman coklat pun beragam.
Produksi dunia
Ada tiga varietas utama tanaman coklat, yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario. Yang paling banyak ditanam adalah Forastero yang menghasilkan lebih banyak dan lebih tahan hama dibandingkan varietas lainnya, namun coklat dari varietas Criollo memiliki kualitas lebih baik. Produsen coklat Criollo terbanyak adalah Venezuela. Trinitario merupakan hibrida dari keduanya.
Importir biji kakao terbanyak adalah Belanda, dan juga merupakan pintu masuk biji kakao untuk didistribusikan ke Eropa daratan. Terdapat setidaknya 3.54 juta ton biji kakao diproduksi pada musim 2008-2009. Afrika memproduksi sebanyak 2.45 juta ton dari total tersebut. Pantai Gading dan Ghana merupakan produsen coklat terbanyak di dunia; kombinasi keduanya menyumbang setengah produksi dunia.
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen dan memacu para petani untuk meningkatkan produksi padi nasional, tak hanya di lahan pertanian tetapi juga di lahan-lahan perkebunan.
Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan, Heru Tri Widarto melakukan dua kali tanam padi di dua kabupaten di Banten sekaligus pada Jumat (22/3/2024).
Pertama bersama Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak, Banten. Kedua dengan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.
"Tanam padi ini merupakan solusi strategis dalam menghadapi tantangan dampak akibat El Nino dan darurat pangan yang dihadapi petani maupun masyarakat luas. Jadi diharapkan hasil dari produksi ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional," ujarnya dalam siaran persnya, Sabtu (23/3/2024).
Heru menambahkan, lahan yang ada harus dioptimalkan lewat Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). Program ini bisa dilakukan dengan tanamanan padi maupun jagung atau pagi gogo.
Dia mengatakan, wilayah Banten memiliki potensi besar untuk dilakukan penanaman padi gogo. Pasalnya kondisi lahan di Banten dan budaya masyarakatnya lebih sesuai untuk di tanam padi, sedangkan lahan di wilayah lain lebih cocok ditanam jagung.
"Jadi tak hanya sekadar lestarikan maupun pelihara tanam padi saja, tapi juga berperan penting menyediakan pangan untuk masyarakat," ujar Heru.
Selain itu, kata dia, Banten juga merupakan salah satu produsen padi peringkat delapan nasional.
Dengan adanya tanam padi gogo ini, Banten diharapkan bisa memperoleh peringkat lebih baik lagi, apalagi padi gogo lebih tahan cuaca ekstrim sehingga cocok untuk kondisi iklim saat ini.
Untuk diketahui, target luas areal tanam padi gogo di Kabupaten Pandeglang seluas 15.000 hektar (ha), Kabupaten Lebak 15.000 ha, sedangkan Kabupaten Serang seluas 233 ha.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten telah mengeluarkan surat untuk memberikan usulan jumlah calon penerima dan calon lokasi (CPCL)—penerima bantuan benih dan lokasi penanaman padi gogo—sampai Kamis (21/3/2024).
Rincian usalannya adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 2.522 ha, Kabupaten Lebak seluas 4.048 ha, dan Kabupaten Serang seluas 17 ha. Sisa target CPCL diharapkan dapat dicapai secara bertahap hingga April 2024.
"Ini tidak mudah dan tanggung jawab besar apalagi di tengah kondisi cuaca ekstrim dan darurat pangan saat ini. Harus segera dilakukan dan saling bersinergi demi mewujudkan ketahanan pangan nasional," ujarnya.
Heru berharap, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tiga kabupaten tersebut beserta seluruh pihak terkait dapat berpartisipasi aktif dalam mengidentifikasi potensi CPCL dan memverifikasinya.
Setelah itu melalui Dinas Pertanian Kabupaten diajukan ke Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan secara berjenjang.
Agar semakin banyak kelompok tani yang ikut bergabung tanam padi gogo, penanaman juga dapat dilakukan di lahan kelapa dan perkebunan lainnya, tidak hanya di lahan sawit.
"Dengan demikian dampak dari El Nino terhadap pangan bisa teratasi, target tanam maupun panen dapat terealisasikan tepat waktu, serta terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia," kata Heru.
Untuk itu, lanjut Heru, dibutuhkan sinergi dan kontribusi aktif semua pihak, baik dalam berkoordinasi maupun pengawalan serta pengoptimalan pembinaan kepada pekebun.
Sebagai informasi, selain melakukan tanam padi gogo, Ditjebun Kementan juga turut memberikan bantuan benih kelapa sebanyak 100 batang kepada kelompok tani di Kabupaten Serang.
"Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat membantu menambah pendapatan pekebun kedepannya," harap Heru.
Sumber: https://kilaskementerian.kompas.com/