Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Puluhan dokter hewan berkumpul di 1st Indonesia Animal Hospital and Clinic Expo 2017 (Inahex) yang dihelat di IPB International Center, kemarin (23/8). Selain memamerkan teknologi teranyar di dunia kedokteran hewan, hadir juga pemateri yang didatangkan langsung dari Jepang, Australia, dan Thailand.
Ketua Panitia Inahex 2017, Deni Noviana menuturkan, pameran peralatan kedokteran hewan ini merupakan yang pertama di Indonesia. Rencananya akan menjadi event rutin dua tahunan, sekaligus dies natalis IPB.
“Inisiasi awalnya, pertama, peralatan kedokteran hewan berkembang sangat pesat. Mungkin kita sudah biasa mendengar CT Scan dan MRI. Nah, kalau di luar negeri, peralatan canggih untuk hewan itu sudah biasa. Namun, di Indonesia kan masih awam,” jelas dia.
Apalagi, klinik hewan dan rumah sakit hewan di Indonesia makin banyak. di Bogor saja sudah ada RS Hewan IPB. Namun, di masing-masing rumah sakit hewan perlu standar yang baik. Sebab itu, di Inahex ini ada pemaparan soal standarisasi yang dilakukan klinik atau rumah sakit hewan. “Kegiatan ini juga merupakan pendidikan berkelanjutan. Ke depan, bukan hanya peralatan, melainkan juga teknik pengobatan terbaru kepada dokter hewan akan turut dipamerkan,” ucapnya.
Dia juga menekankan bahwa penanganan di rumah sakit hewan sangat berbeda dengan rumah sakit pada jamaknya. Pasalnya, ada yang disebut klinik mandiri, praktik bersama, rumah sakit hewan, dan rumah sakit hewan khusus. Nah, masing-masing tempat tersebut pasti memiliki standar khusus, yang berdampak ke alat. “Alatnya sudah ada sekarang, jadi, standar pelayanannya yang akan kita buat. Alat-alatnya sudah masuk di Indonesia dan telah memiliki izin,” ungkapnya.
Di Inahex 2017, ada 15 peralatan yang dipamerkan. Salah satunya berasal dari Jerman yang disebut dengan endoskopi. Teknologi ini fungsinya untuk memasukkan kamera ke dalam tubuh hewan tanpa harus melakukan pembedahan. “Di manusia sudah biasa, di hewan juga. Tapi, hanya dilakukan di rumah sakit hewan berskala besar. Hal itu tetap kita masyarakatkan dan perlu distandarkan soal endoskopi pada hewan ini,” cetusnya.
Sejatinya, teknologi endoskopi juga bisa untuk manusia. Namun, diyakininya endoskopi pada hewan jelas bukan modifikasi. Artinya, benar-benar diperuntukkan bagi hewan. Jadi, alatnya lebih mahal dibandingkan endoskopi pada manusia. “Untuk klinik hewan memang sedang berkembang dan pesat pertumbuhannya. Bukan hanya di Bogor. Seiring tingkat kepedulian masyarakat pada hewan yang juga meningkat,” urainya.
Sumber: https://www.radarbogor.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Penerapan nanoteknologi sangat gencar digunakan di subsektor kedokteran hewan dan peternakan. Penerapan nanoteknologi semakin meluas penggunaannya untuk diagnosis, terapi, produksi vaksin hewan dan disinfektan peternakan. Juga untuk pemuliaan dan reproduksi ternak, serta nutrisi hewan. Penerapannya sangat menjanjikan untuk kemajuan subsektor kedokteran hewan dan peternakan dalam rangka meningkatkan produksi pangan terutama untuk pemenuhan penyediaan protein hewani.
Penerapan nanoteknologi (NT) dalam bidang kedokteran hewan tidak hanya terbatas pada pencegahan dan pengendalian penyakit tetapi meluas ke bidang lainnya yang bertujuan agar pemeliharaan ternak lebih menguntungkan bagi peternak. Penerapan nanoteknologi mencakup nutrisi hewan, reproduksi dan bahkan kesejahteraan hewan dan keamanan produk turunannya seperti produk perawatan hewan kesayangan misal shampo dan body lotion.
Faktor penting yang berdiri di belakang berbagai penerapan nanoteknologi ini yaitu variasi dalam struktur, sifat, dan pengembangannya. Berbagai jenis nanoteknologi dan penerapannya di bidang kedokteran hewan dan peternakan dibahas secara ringkas satu per satu dengan rujukan ilmiah yang ditulis oleh Amr El-Sayed dan Mohamed Kame dari Universitas Cairo, berjudul Advanced applications of nanotechnology in veterinary medicine dalam Environmental Science and Pollution Research International, tahun 2020.
Diaknosis
Gabungan nanopartikel (NP) dengan antibodi spesifik tumor memungkinkan diagnosis kanker dini yang mencerminkan:
Ketika sebagai agen pencitraan, zatnya tampak lebih cerah, bertahan lebih lama di dalam tubuh dan memungkinkan penggunaannya berulang tanpa membatasi hati/ginjal.
Nanorobot dapat digunakan dalam bedah mikro investigasi/terapi. Nanorobot ini juga dapat menggunakan nanokamera untuk membantu saat dilakukan operasi.
Nanoteknologi (NT) bisa menyediakan alat skrining/diagnostik yang sangat cepat. Penggunaan chip array-nano dengan kepadatan tinggi memungkinkan mendeteksi ribuan protein, gen, antigen, atau biomarker penyakit secara bersamaan.
Terapi
Nanoteknologi (NT) memudahkan dalam memanipulasi sifat fisik atau kimia bahan selama pembuatan sesuai dengan penerapan yang direncanakan dan menyediakan varian yang tak terbatas. Pada gilirannya, memungkinkan konsep personalisasi terapi dan diagnosis.
NT memungkinkan pembuatan formulasi yang mengandung agen diagnosis dan terapi dalam satu formulasi yang disebut nanotheranostic.
NT dicirikan dengan stabilitas meskipun dibawah tekanan dan suhu tinggi.
Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel dapat melewati hambatan fisiologis yang berbeda sebagai sawar darah otak (blood-brain barrier/BBB), atau melalui membran sel/nukleus untuk mencapai situs targetnya dan menghindari deteksi dan eliminasi dengan sistem retikuloendotelial.
Nanopartikel biokompatibel, dapat dengan mudah berintegrasi dengan sistem biologis organisme tanpa menyebabkan inflamasi atau respons imun negatif.
Memfasilitasi pemberian sediaan jumlah banyak sehingga mengganti obat suntik dengan aplikasi topikal.
Nanoteknologi menargetkan lesi patologis secara efektif dan selektif dimanfaatkan untuk :
NT menyediakan sarana penghantaran obat jangka panjang untuk penghantaran antibiotik, nanomineral, hormon, antioksidan, vitamin, asam nukleat, dan agen pencitraan.
NT memungkinkan pengobatan patogen yang resisten terhadap multi-antibiotik (seperti MRSA dan XDR− / TDR− / MDR-TB), patogen intraseluler (seperti infeksi Brucella dan Leishmania) dan penyakit kronis tidak menular.
Nanopartikel terapi generasi baru sangat spesifik untuk target yang berbeda, berbagai Nanopartikel dikembangkan untuk mengobati genotipe dan fenotipe sel kanker yang berbeda. Juga untuk mengobati tumor ganas yang kebal terhadap kemoterapi. Nanoteknologi bisa berfungsi melalui beberapa mekanisme, misal nanopartikel dapat menghilangkan sel kanker dengan penghantaran agen kemoterapi, pemanasan sel, immunosupresif selektif, atau dengan cara mematikan gen yang menimbulkan apoptosis. Penggunaan Nanopartikel yang digabungkan dengan antibodi spesifik tumor memungkinkan eliminasi sel kanker metastatik dari sel primer lesi.
NT membuka cakrawala baru untuk rekayasa jaringan dan pencangkokan tulang.
NT memberikan konsep baru untuk terapi gen, penghantaran DNA, RNA, protein atau peptida kecil di dalam sel.
Mikro-robotika yang dikembangkan dapat menggantikan sel darah merah (untuk pertukaran oksigen/karbon dioksida) dan sel darah putih (untuk mencegah sirkulasi patogen).
Pencegahan
NT membuat pengembangan vaksin dan adjuvan baru yang lebih aman, efisien dan stabil ketika disimpan.
Uji coba untuk mengembangkan sensor nirkabel yang dapat ditanamkan di bawah kulit pasien berisiko untuk mengukur berbagai fungsi vital dan tingkat protein target tertentu. Ini berguna untuk mengingatkan setiap perubahan vital kondisi kesehatan pasien dengan pemantauan real-time.
Nanoteknologi kedokteran hewan
Nanoteknologi memberikan pilihan hal yang sama kepada dokter hewan seperti juga dokter, termasuk terapi, diagnosis, rekayasa jaringan, produksi vaksin, dan disinfektan modern. Penerapan nano sudah digunakan di bidang kesehatan hewan dan produksi ternak, pembiakan dan reproduksi ternak, dan nutrisi ternak. Penghantaran obat langsung ke sel target memungkinkan penggunaan dosis yang sangat rendah, pada gilirannya meminimalkan residu obat dan waktu henti obat (withdrawal time) pada hewan ternak.
Diagnosis dan pengobatan
Nanoteknologi menawarkan solusi revolusioner untuk sebagian besar masalah serius yang dihadapi dokter hewan seperti tuberkulosis, brucellosis, Staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA), penyakit mulut dan kuku (PMK), bahkan infeksi dengan patogen intraseluler.
Penerapan nanodrug menawarkan banyak keuntungan dibandingkan obat konvensional dalam banyak aspek, salah satunya adalah pengambilan keputusan independen. Misalnya, mengikat gentamisin dengan penaut peptida ke hidrogel, menjaga gentamisin secara medis tidak aktif selama penautnya utuh. Penaut peptida hanya dapat diuraikan oleh enzim protease yang diproduksi oleh Pseudomonas aeruginosa. Gentamisin hanya akan dibebaskan dan diaktifkan dengan Pseudomonas aeruginosa. Nanoteknologi menargetkan toksin dan reseptor bakteri juga dikembangkan untuk mengikat mikroflora patogen usus sebelum dibuang ke luar tubuh.
Perkembangan nanopartikel dikombinasikan dengan antibodi atau asam nukleat memungkinkan pengembangan tes diagnosis yang cepat, sensitif, spesifik, dan portabel. Pengembangan dari nano- dan biochip membantu tidak hanya dalam diagnosis pathogen tetapi juga dalam memahami faktor-faktor predisposisi genetik. Chip array-nano dengan kepadatan tinggi dapat dianalisis dan mendeteksi ribuan gen, antigen, atau penanda penyakit serentak.
Microarray DNA dan protein juga dikembangkan untuk digunakan dalam penentuan efisiensi obat dan ekspresi gen. Dengan dimulainya era LOC (Lab-on-a-Chip), deteksi DNA atau protein target bahkan dalam sampel ukuran nano/pico-liter diaktifkan. Selain itu, Nanopartikel digunakan dalam aplikasi diagnostik yang berbeda seperti agen pencitraan untuk MRI pada kucing.
Di Amerika Serikat, nanopartikel emas menggantikan gangguan bedah pada pengobatan kanker prostat pada anjing. Terapi dengan protokol ini membutuhkan dosis lebih sedikit yaitu seribu kali kurang dari kemoterapi dan tidak memiliki efek samping pada jaringan sehat.
Nanovaksin dan nanoadjuvan
Nanoteknologi semakin banyak digunakan di bidang pembuatan vaksin hewan. Teknik tersebut memiliki imunomodulator fundamental berfungsi untuk mempotensiasi respons imun. Teknik tersebut meningkat presentasi silang peptida dan mengaktifkan / memodulasi antigen menyajikan sel. Mereka juga bisa bertindak sebagai adjuvan untuk memperlambat pelepasan antigen yang meningkatkan efisiensi vaksin. Nanopartikel yang dimuat antigen juga dapat secara langsung menargetkan kelenjar getah bening yang menghasilkan perbaikan efisiensi vaksin.
Ada banyak batu loncatan dalam pengembangan nanovaksin untuk hewan seperti:
Vaksin nano lainnya juga dikembangkan untuk hewan seperti vaksin PMK (vaksin berbasis nanopartikel emas), Newcastle Disease (nanokapsulasi diberikan secara oral), virus influenza (vaksin asam poli gamma glutamat diterapkan intranasal, atau nanopatch TM dioleskan secara topikal), atau herpes virus simpleks 2 (pada NP kalsium fosfat).
Kesehatan hewan dan nutrisi hewan
Produksi nanomineral memberikan berbagai keuntungan bagi industri pakan ternak. Harganya lebih murah, dibutuhkan dalam konsentrasi yang lebih rendah, dan memiliki efek yang mendorong pertumbuhan dan stimulasi imune. Nanomineral juga dapat membantu mengontrol patogen yang ada dalam pakan dan mengatur proses fermentasi rumen. Akhirnya, nanomineral bisa digunakan untuk mengatasi banyak hal masalah reproduksi pada peternakan.
Banyak nanomineral sekarang sudah tersedia untuk penggunaan komersial seperti nano-ZnO yang meningkatkan laju pertumbuhan, kekebalan, dan reproduksi hewan ternak. Dalam peternakan sapi perah, nano-Zn ada terbukti meningkatkan produksi susu dan mengurangi somatic cell count (SCC) pada sapi penderita mastitis subklinis. Vitamin cair yang disiapkan dengan nanoteknologi telah dapat digunakan untuk pakan unggas.
Nutrisi berukuran nano dirancang untuk melewati saluran pencernaan yang dapat menghantarkan vitamin atau nutrisi lainnya langsung ke aliran darah, sehingga meningkatkan ketersediaan secara hayati. Nanonutrisi ini menutupi rasa yang tidak diinginkan dan meningkatkan efisiensi pembentukan emulsi (dispersibilitas) nutrisi dan daya tahan pakan. Selain itu, nanonutrisi mengurangi penggunaan bahan pengawet.
Mikroenkapsulasi merupakan teknologi untuk menyalut atau melapisi suatu zat inti dengan suatu lapisan dinding polimer sehingga menjadi partikel-partikel berukuran mikro. Tujuan dari mikroenkapsulasi melindungi zat inti dari pengaruh lingkungan, menutupi rasa dan bau tidak enak, menyatukan zat-zat yang tidak tersatukan. Mikroenkapsulasi bahan pakan bertujuan untuk:
Mikotoksikosis adalah penyakit yang menyerang hewan dan manusia disebabkan oleh mikotoksin. Mikotoksin dapat dideteksi pada sekitar 25% pakan ternak dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara berkembang. Teknologinano memungkinkan pembuatan pengikat nanomycotoxin, seperti MgO-SiO2 yang mengikat aflatoksin secara efisien.
Nanomaterial juga menyediakan bahan kemasan yang lebih baik yang memiliki efek antimikroba (misalnya, nano-zinc oxide), perlindungan dari lingkungan luar dan UV (misalnya, nano-titanium dioksida) dan kekuatan ekstra (misalnya, nano-titanium nitride). Perkembangan nanosensor juga memungkinkan pendeteksian kontaminasi biologis atau kimiawi meskipun konsentrasinya sangat kecil.
Reproduksi ternak
Ada berbagai aplikasi nanoteknologi di lapangan alat reproduksi hewan yang mengoptimalkan penampilan reproduksi secara umum pada tahapan yang berbeda mulai dari diagnosis dan pengobatan gangguan reproduksi, deteksi estrus untuk menyortir dan membekukan sperma dan diakhiri dengan layanan langsung dengan peralatan-nano selama melahirkan dan juga untuk mengelola masalah reproduksi seperti retensi plasenta.
NP juga dapat digunakan untuk pelepasan hormon reproduksi secara berkelanjutan. Nanoteknologi ini memberikan perlindungan terhadap hormon dan vitamin dari inaktivasi dan degradasi oleh oksidasi (misalnya vitamin dan hormon steroid) atau oleh hidrolisis (misalnya hormon gonadotropik). Sensor nano merupakan perangkat yang sangat sensitif berukuran nano dengan biomolekul probe seluler. Probe terbuat dari nanomaterial dan biasanya digunakan untuk tujuan diagnostik.
NP dapat disesuaikan untuk mendiagnosis penyakit infeksi saluran reproduksi, gangguan metabolisme dan hormonal dan bahkan untuk deteksi estrus. Demikian pula, nanotube dapat digunakan dalam mendeteksi estrus. Tabung ditanam di bawah kulit sapi dan tampak fluoresensi (terpancarnya sinar fluor) saat sapi masuk masa estrus. Tes ini didasarkan pada sensor estradiol yang bisa mengukur level hormon dalam darah dan pengiriman hasil pembacaan pada sapi secara real-time ke komputer pusat untuk pemantauan sapi. Untuk inseminasi sapi, nanokapsul yang banyak mengandung semen sapi pejantan bisa diarahkan ke sel telur. Nanoteknologi bisa digunakan untuk menyortir sperma dan oosit. Biochip sedang dikembangkan untuk bisa memilih jenis kelamin janin.
Sistem Nano juga dapat digunakan dalam cryo-konservasi sperma/oosit atau embrio. Injeksi mikro krioprotektan propilen glikol yang mengandung NP emas/logam memungkinkan pembekuan ultra-cepat dan kemudian pencairan cepat dan homogeny dari gamet dengan sinar laser. Seluruh proses ini dilakukan pada chip berdasarkan teknik mikrofluida.
NP juga dapat digunakan untuk sterilisasi hewan sebagai kontrasepsi tergantung dari toksisitas beberapa NP logam seperti kadmium bila diberikan dalam dosis rendah. NP logam diarahkan ke saluran reproduksi hewan untuk dimanfaatkan efeknya di tempatnya. NP juga dapat menggunakan antibodi yang dikonjugasikan NP atau memanaskan gonad menggunakan medan magnet eksternal untuk menghindari penggunaan pendekatan NP beracun.
Perawatan hewan kesayangan Perawatan kesehatan hewan kesayangan merupakan industri yang berkembang di seluruh dunia. Nanoteknologi juga diterapkan untuk mengembangkan produk baru untuk hewan peliharaan. Sifat fisik dan kimia NP membantu dalam pengembangan penghilang bau permukaan dan disinfektan. Juga nanoteknologi terlibat dalam industri produk perawatan hewan kesayangan seperti sampo mengandung NP perak.
Efek keamanan
Meskipun Nanoteknologi umumnya aman untuk digunakan, beberapa mungkin memiliki efek berbahaya pada :
Kesimpulan
Perkembangan pesat dalam perancangan dan manipulasi nanomaterial memungkinkan pengembangan varian tanpa akhir dari nanopartikel. Pada gilirannya, bisa mengarsipkan rekaman personalisasi gangguan medis. Nanoteknologi memberikan revolusioner kemajuan di semua cabang kedokteran hewan dan peternakan seperti diagnosis, pengobatan, vaksinasi, produksi dan reproduksi hewan, pakan, dan higiene.
Sumber: https://pangannews.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Kesehatan masyarakat veteriner (disingkat kesmavet; bahasa Inggris: veterinary public health) adalah bidang ilmu yang mempelajari aspek kesehatan hewan (termasuk produk hewan) yang memengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan masyarakat veteriner merupakan perpaduan dari ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran hewan.
Umumnya, kesmavet mencakup higiene pangan asal hewan dan penyakit zoonotik. Kesmavet dianggap semakin penting karena meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai keamanan pangan dan banyaknya kemunculan penyakit infeksius yang menular dari hewan ke manusia.
Definisi
Kesehatan masyarakat veteriner mulai dibicarakan di tingkat global oleh Kelompok Ahli Zoonosis Gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada bulan Desember 1950. Pada sesi ini, kesmavet didefinisikan sebagai "semua upaya komunitas yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk pencegahan penyakit, perlindungan kehidupan, dan peningkatan kesejahteraan dan efisiensi manusia". Laporan komisi ahli WHO dan FAO selanjutnya yang dipublikasikan pada 1975 mendefinisikan kesmavet sebagai "komponen kegiatan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk penerapan keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya veteriner yang profesional untuk perlindungan dan peningkatan kesehatan manusia".
Pada tahun 1999 melalui pertemuan “Tren Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Masa Depan” yang diselenggarakan oleh WHO, FAO, dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), definisi kesehatan masyarakat veteriner dirumuskan sebagai "kontribusi terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan sosial manusia yang utuh melalui pemahaman dan penerapan ilmu kedokteran hewan". Sebuah laporan yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2002 kemudian mendefinisikan kesmavet sebagai "keseluruhan dari semua kontribusi untuk kesejahteraan fisik, mental, dan sosial manusia melalui pemahaman dan penerapan ilmu kedokteran hewan".
Cakupan
Banyak hewan yang dijadikan sebagai sumber pangan. Produk hewan seperti daging, susu, dan telur perlu dijaga agar tidak mengandung bahaya (seperti bahaya fisik, kimiawi, dan biologis) yang mengganggu kesehatan saat dikonsumsi manusia. Ilmu kesmavet mempelajari cara menjaga keamanan pangan asal hewan di sepanjang rantai produksi, sejak hewan berada di peternakan hingga produknya diolah dan siap dikonsumsi di meja makan. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih (antemortem) dan setelah disembelih (postmortem atau pascamati) serta manajemen rumah potong yang baik, higiene makanan seperti daging, susu, dan telur, serta pemeriksaan dan pengujian laboratorium untuk mengetahui kualitas produk-produk tersebut merupakan hal-hal yang diperhatikan dalam kesmavet. Analisis bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) merupakan pendekatan sistematis yang sering digunakan untuk memitigasi risiko dalam keamanan pangan.
Patogen yang menginfeksi hewan dapat berpindah dan kemudian menginfeksi manusia. Penyakit-penyakit infeksius yang berpindah seperti ini disebut zoonosis. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2001 memperkirakan lebih dari 60% penyakit infeksi pada manusia tergolong zoonosis. Rabies dan antraks merupakan contoh zoonosis yang telah ada sejak lama. Selain itu, berbagai penyakit infeksi baru seperti infeksi virus Nipah dan cacar monyet dinilai mengancam kesehatan masyarakat secara luas.
Epidemiologi
Kesmavet sering kali dipasangkan dengan epidemiologi, yaitu ilmu yang mempelajari penyakit dalam populasi serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Epidemiologi sendiri memiliki peran penting dalam kesehatan masyarakat. Metode-metode epidemiologis banyak digunakan oleh dokter hewan yang mendalami kesmavet untuk menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit dan kemudian untuk menentukan langkah pengendaliannya.
Sumber: https://id.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Teknologi Industri Pertanian (ITI) merupakan salah satu cabang ilmu yang semakin relevan karena berkaitan dengan urgensi isu perubahan iklim. Jadi, dapat dikatakan bahwa prospek kerja di bidang Teknologi Industri Pertanian semakin cerah dari tahun ke tahun. Namun, skill apa saja yang perlu Anda miliki agar bisa bersaing di pasar? Simak detailnya di sini!
Prospek kerja teknik Industri Pertanian (TIP)
Prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian (TIP) sangat luas, jadi banyak sekali berbagai jenis profesi yang bisa Anda coba, antara lain:
Sebagai seorang konsultan bisnis, Anda akan terlibat dalam kegiatan arahan dan penyuluhan langsung kepada para petani untuk memaksimalkan produksi pangan. Selain aksinya yang bermanfaat, profesi ini terbilang menjanjikan karena gajinya berkisar antara Rp 5-10 juta.
Lulusan TIP juga bisa menjadi manajer produksi pertanian yang bertugas merencanakan jadwal untuk setiap tahap produksi pangan. Bergantung dari level dan skala perusahaan, Anda bisa menerima gaji mulai dari Rp3 juta sampai belasan juta.
Jika nantinya Anda terjun di bidang ini, kelak Anda akan berkesempatan untuk merancang teknologi baru yang dapat meningkatkan mutu pangan dan efisiensi kerja para petani. Menariknya, gaji di posisi ini bisa melebihi Rp7 juta per bulannya.
Jika Anda sudah menyukai bidang penelitian dan observasi sejak lama, maka profesi peneliti mungkin cocok untuk Anda. Melalui profesi ini, Anda dapat berkontribusi dalam terus menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang pertanian.
Selain dosen di perguruan tinggi, Anda juga bisa menjadi instruktur program pelatihan untuk petani maupun masyarakat umum dengan ilmu yang dimiliki.
Prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian juga berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan. Melalui profesi ini, Anda akan terlibat dalam pengelolaan limbah, sumber daya air, hingga penerapan teknologi go green.
Skill yang harus dimiliki mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (TIP)
Karena prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian cukup luas, tentunya ada banyak skill yang harus Anda miliki sebagai calon mahasiswa di jurusan ini, seperti:
Selama menempuh pendidikan sekolah menengah, mungkin Anda tidak mendapatkan ilmu pertanian secara spesifik. Oleh sebab itu, Anda wajib mempunyai tekad untuk belajar pertanian sehingga masa studi Anda berjalan dengan mulus.
Lulusan teknologi industri pertanian pertanian nantinya akan bertugas membimbing proyek bersama para petani. Jadi, Anda perlu skill manajemen yang baik untuk melancarkan jalannya proyek dan koordinasi tim.
Baik untuk mahasiswa TIP atau bukan, keterampilan komunikasi adalah komponen utama saat terjun ke dunia kerja. Sebab, dengan skill komunikasi yang baik, Anda dapat lebih mudah beradaptasi di lingkungan kerja baru.
Selain manajemen proyek, Anda juga wajib mengembangkan keterampilan manajemen bisnis. Sebab, baik Anda bekerja di perusahaan atau membangun usaha sendiri, Anda harus mampu untuk menganalisis pasar dan mengatur manajerial sistem industri pertanian.
Dalam dunia pertanian ada juga hukum dan ketentuan yang berlaku untuk melindungi hak petani dan masyarakat umum. Jika Anda nantinya terjun langsung ke dunia pertanian, Anda perlu menguasai peraturan yang relevan untuk mengantisipasi masalah hukum.
Pengaruh sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar. Nah, untuk turut berkontribusi pada aspek tersebut, seorang mahasiswa wajib memahami akarnya, yakni salah satunya skill kewirausahaan.
Relevansi jurusan teknologi industri pertanian di masa sekarang
Seberapa tinggi kebutuhan ilmu teknologi industri pertanian sekarang? Yuk, pelajari selengkapnya di bagian ini:
Lulusan jurusan TIP bisa memberikan solusi yang mengutamakan kesehatan masyarakat dan kualitas pangan untuk dikonsumsi, salah satunya dari segi penggunaan pupuk tanaman.
Melalui case di atas, bisa dilihat bahwa tantangan dunia pertanian cukup beragam. Oleh sebab itu, inovasi dan kreativitas lulusan TIP sangat dibutuhkan di masyarakat.
Inovasi untuk produksi pertanian harus mampu mencapai standar efisiensi tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Di sinilah keunggulan dari ilmu alumni jurusan TIP.
Saat ini, tantangan ketahanan pangan global sudah mulai mendesak karena peningkatan populasi dunia. Oleh sebab itu, lulusan TIP bisa ikut merancang sistem pertanian untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan berbagai macam prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian, Anda tidak perlu khawatir soal karier ke depannya. Kalau ingin memulai perjalanan di industri yang menjanjikan ini, Anda bisa mengambil langkah pertama dengan bergabung langsung di Program Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) ITI. Selain itu, jika masih ada hal yang membingungkan, Anda juga bisa bertanya kepada contact person PMB ITI. Yuk, jadi bagian dari ITI!
Sumber: https://iti.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna berukuran besar dengan daun memanjang dan besar yang tumbuh langsung dari bagian tangkai. Batang pisang bersifat lunak karena terbentuk dari lapisan pelepah yang lunak dan panjang. Batang yang agak keras berada di bagian permukaan tanah. Pisang memiliki daun bertangkai yang berpencar dengan bagian batang yang meruncing. Ukuran daun pada tiap spesies pisang juga berbeda-beda. Tangkai pisang menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang akan membentuk buah yang disebut sisir. Buah pisang berkelompok dalam satu bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah makin mengecil.
Dalam taksonomi, pisang termasuk dalam genus Musa dan famili Musaceae. Beragam spesies pisang tersebar di kawasan Malesia. Spesies pisang yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah pisang hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di hutan, bukit maupun di dataran rendah. Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan tanaman lain seperti jagung dan ketela pohon.
Pisang dapat dipanen kapan saja, karena pertumbuhannya yang sesuai dengan segala jenis musim. Kematian pohon pisang hanya terjadi ketika berbuah hanya sekali semasa hidupnya. Buah pisang dapat langsung dimakan atau dimasak terlebih dahulu. Nutrisi di dalam pisang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia dan dapat pula dibuat sebagai obat tradisional.
Pada awalnya, pisang merupakan tumbuhan asli yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat, pisang menyebar mulai dari Samudra Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar lalu ke Benua Afrika dan menuju ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Sementara itu, pisang yang menyebar dari arah timur melalui Samudra Pasifik menuju ke Hawaii.
Di berbagai daerah dan mancanegara, pisang memiliki nama-nama khas tersendiri, beberapa diantaranya: gadang atau gedhang (Jawa), biyu (Bali), puntiq (Sasak), cau atau cawu (Sunda), punti (Lampung), unti (Makassar), koyo (Ternate), kula (Banda), uri (Ambon), tema (Seram), dan ounche (Madagaskar).
Taksonomi
Nama spesies dari pisang adalah Musa sp yang berasal dari genus Musa. Pisang termasuk dalam famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping biji tunggal. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi tumbuhan berbunga dan divisi tumbuhan berbiji. Spesies pisang masih berkerabat dengan Orchidaceae.
Penyebaran
Pisang dapat tumbuh subur di wilayah dengan musim kemarau yang berlangsung hingga 4,5 bulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang untuk tumbuh dengan subur adalah 650 hingga 5.000 mililiter per tahun. Sementara itu, suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21oC hingga 29,5 oC.
Pisang awalnya merupakan tanaman lokal di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar berpusat di wilayah Indonesia. Sejak 500 tahun sebelum Masehi, pisang telah menyebar hingga ke Pulau Madagaskar. Sedangkan, wilayah Afrika lainnya telah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu tahun sebelum Masehi. Pada masa yang sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan pisang melalui pengiriman dari Kepulauan Canaria.
Keragaman
Pusat keragaman utama pisang terletak di daerah Malesia (Asia Tenggara, Papua, dan Australia tropika). Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis dan lembap, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang. Pada tahun 2018, India menjadi negara dengan konsumsi pisang paling tinggi, di atas Tiongkok dan Indonesia.
Pisang yang dibudidayakan pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja, sementara genom B ke arah buah pisang olah atau pisang masak. Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M. ×paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.
Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan pada tahun 1955, klasifikasi pisang budi daya sekarang menggunakan nama-nama kombinasi genom ini sebagai nama kelompok budi daya. Sebagai contoh, untuk pisang cavendish. Di bawah kelompok masih dimungkinkan pembagian dalam anak-kelompok.
Pengelompokkan
Pisang dapat dikelompokkan berdasarkan kode berikut:
Morfologi
Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Istilah "pisang" juga dipakai untuk sejumlah jenis yang tidak menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas.
Budi daya
Ketika manusia hidup berpindah-pindah dengan mengumpulkan makanan, budi daya pisang belum dilakukan dan masih berupa tanaman liar. Pisang mulai dibudidayakan setelah manusia mengenal pertanian yang bersifat menetap. Masyarakat di kawasan Asia Tenggara telah memanfaatkan pisang sejak lama sebagai sayur, khususnya pada bagian pelepah dan tunas. Bagian-bagian pisang yang lainnya juga telah dimanfaatkan.
Bukti pembudidayaan pisang oleh manusia dapat diketahui melalui relief dan naskah kuno. Pemeliharaan pisang pertama diketahui dalam literatur Pali, khususnya Kanon Pāli. Dalam naskah ini disampaikan bahwa pisang telah dipelihara di India sejak abad ke-6 hingga ke-5 sebelum Masehi. Dalam naskah ini, pisang digambarkan sebagai buah bertaring yang menjadi makanan bagi kera dan gajah. Kebudayaan lain yang telah membudidayakan pisang ditemukan di Sungai Panjang dan Sungai Kuning di Tiongkok. Dari prasasti kuno di Yunani, diketahui bahwa Yunani mengenal budi daya pisang dari India sejak abad ke-3 sebelum Masehi. Sementara itu, di wilayah Portugal telah diadakan budi daya pisang yang dipelajari dari Teluk Guinea dari Afrika sebelum ditemukannya jalur perhubungan antara Benua Asia dan Benua Eropa.
Pisang secara tradisional tidak dibudidayakan secara intensif. Hanya sedikit yang dibudidayakan secara intensif dan besar- besaran dalam perkebunan monokultur, seperti 'Gros Michel' dan 'Cavendish'. Jenis-jenis lain biasanya ditanam berkelompok di pekarangan, tepi-tepi lahan tanaman lain, serta tepi sungai.
Hama
Perbanyakan secara vegetatif membuat pisang amat mudah terkena serangan hama, karena sempitnya keragaman genetik. Suatu perkebunan yang terkena penyakit tumbuhan dapat menularkan dengan singkat ke perkebunan tetangganya. Spesies kumbang bernama Cosmopolites sordidus merupakan hama penyebab bercak hitam pada buah pisang.
Penyakit
Wabah panama merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Ciri pisang yang sedang terkena wabah panama adalah layu tiba-tiba dan mati sebelum menghasilkan buah. Spesies jamur bernama Fusarium oxysporum merupakan patogen utama yang menyebabkan wabah panama. Penularan penyakit dilakukan melalui akar tanaman yang berada di dalam tanah. Fusarium oxysporum dapat bertahan di dalam tanah meskipun tidak memiliki inang. Ketahanannya sangat lama hingga mencapai waktu selama 5 tahun.
Penyakit sigatoka juga merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Dampak yang ditimbulkannya adalah kematian pada pohon pisang. Pada pisang, penyakit ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sigatoka kuning dan sigatoka hitam. Pembagian ini didasari oleh gejala yang timbul ketika patogen penyakit sigatoka sedang merusak pisang. Pada sigatoka kuning, daun pisang yang akan mati memiliki bercak berwarna kuning, sementara pada sigatoka hitam bercaknya berwarna hitam. Sigatoka kuning disebabkan oleh patogen bernama Mycosphaerella musicola, sedangkan sigatoka hitam disebabkan oleh Mycosphaerella fijiensis.
Penyakit sigatoka awalnya muncul di perkebunan pisang di kawasan Asia pada tahun 1964. Penyakit ini menyebar ke Amerika Serikat pada tahun 1968 melalui Hawaii. Sementara itu, penyakit sigatoka juga terjadi pada perkebunan pisang di kawasan Afrika dan Amerika Tengah sejak tahun 1972. Di Asia, negara pertama yang perkebunan pisangnya mengalami penyakit sigatoka adalah Taiwan. Penyakit ini kemudian menyebar ke negara Asia lainnya yaitu Tiongkok, Filipina, Sumatra (Indonesia), Thailand, dan Malaysia. Setelah itu, penyakit sigatoka menyebar dari kawasan Malesia ke Benua Australia. Sedangkan penyakit sigatoka di Afrika awalnya dialami di negara Zambia. Dari Zambia, penyakit ini menyebar ke wilayah negara Afrika lainnya yaitu Gabon (1979), Burundi dan Rwanda (1986), serta 16 negara Afrika lainnya. Sementara itu, penyakit sigatoka di kawasan Amerika Tengah pertama kali terjadi di Honduras yang kemudian meluas menjadi wabah. Penyakit sigatoka kemudian menyebar ke Jamaika, Kuba dan Republik Dominika. Penyebaran penyakit ini mencapai Florida pada tahun 1998.
Pembusukan cerutu merupakan penyakit pisang yang hanya terjadi di kawasan Amerika Selatan. Patogen penyakit ini adalah spesies jamur bernama Stachylidium theobromae. Gejala awal dari penyakit ini adalah pembusukan pada bunga pisang yang kemudian meluas hingga ke ujung buah. Kondisi fisik buah yang mengalami pembusukan cerutu adalah berkulit gelap dan berserat pada daging buah.
Penyakit darah pada pisang disebabkan oleh patogen berupa bakteri, yaitu Ralstonia solanacearum. Penyakit ini juga dikenal dengan nama penyakit Moko. Gejala yang ditimbulkan berupa layunya daun hingga mengering. Penyakit darah umumnya menyerang tumbuhan yang masih berusia muda. Gejala pada tanaman pisang yang lebih tua ialah daun menguning pada bagian sekitar tangkai. Gejala infeksi yang timbul adalah berhentinya pertumbuhan buah. Pisang yang telah membentuk sisir akan mengalami kerusakan kulit di bagian ujungnya, warnanya menjadi hitam, dan kulitnya mengerut. Pada pisang yang berusia sangat tua, gejala pada sisir tidak tampak, tetapi daging buah rusak dan membusuk.
Nutrisi
Pisang mentah (tidak termasuk kulitnya) mengandung 75% air, 23% karbohidrat, 1% protein, dan mengandung sedikit lemak yang dapat diabaikan. 100 gram pisang mengandung 89 kalori, 31% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan, vitamin B6, dan vitamin C dalam jumlah sedang, mangan dan serat pangan, tanpa nutrien lain berukuran mikro dalam kandungan yang signifikan (lihat tabel).
Meskipun pisang umumnya dianggap mengandung kandungan kalium yang luar biasa. Kandungan kalium di dalam pisang sebenarnya tidak tinggi per porsi makanan biasa, hanya memiliki 8% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan untuk kalium (dianggap sebagai tingkat asupan harian rendah, lihat tabel nutrisi), dan peringkat kandungan kaliumnya di antara buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan banyak makanan lainnya relatif sedang. Sayuran dengan kandungan kalium lebih tinggi daripada pisang pencuci mulut mentah (358 mg per 100 g) misalnya bayam mentah (558 mg per 100 g), kentang panggang tanpa kulit (391 mg per 100 g), kedelai matang (539 mg per 100 g), jamur portabella panggang (437 mg per 100 g), dan saus tomat olahan (413–439 mg per 100 g). Pisang raja mentah mengandung 499 mg kalium per 100 g. Pisang pencuci mulut kering atau bubuk pisang mengandung 1491 mg kalium per 100 gramnya.
Orang dengan alergi lateks mungkin mengalami reaksi alergi terhadap pisang.
Budaya
Makanan dan masakan
Berdasarkan cara mengonsumsi buahnya, pisang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pisang meja dan pisang olah. Pisang meja dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa melalui proses pengolahan, seperti pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang seribu, dan pisang cavendish. Pisang olahan dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan makanan, seperti digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak. Pisang yang termasuk dalam golongan pisang olahan adalah pisang kepok, pisang siam, pisang kapas, pisang tanduk, dan pisang uli.
Buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk makanan ringan, seperti kue, dan arak. Olahan pisang yang cukup populer antara lain keripik pisang (Lampung), pisang epe (Makassar), sale pisang (Bandung), pisang molen (Bogor), dan arak (Amerika Latin).
Pisang mempunyai kandungan gizi lebih tinggi dibandingkan apel. Buah pisang mengandung mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu Vitamin C, Vitamin B kompleks, Vitamin B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak.
Jantung pisang digunakan sebagai sayuran pada masakan Asia Selatan dan Asia Tenggara, baik mentah atau dikukus dengan saus atau dimasak dalam sup, kari, dan makanan goreng. Rasanya menyerupai articok, baik bagian daging dari daun pelindung maupun jantung dapat dimakan. Selain itu, jantung pisang juga digunakan pada sebagian daerah di Indonesia sebagai obat luar.
Bonggol pisang merupakan sumber serat bagi tubuh. Bonggol pisang dapat diolah menjadi makanan ringan seperti keripik. Serta, dapat diolah menjadi pupuk cair untuk berbagai tanaman seperti bawang merah.
Nilai ekonomi
Nilai ekonomi dari budi daya pisang ditinjau dari masa berbuah, masa pertumbuhan, kesuburan tanah, dan pemeliharaan. Pisang mulai dapat berbuah setelah mencapai usia setahun sehingga pengembalian modal untuk budi daya menjadi lebih cepat. Sementara itu, pisang menghasilkan buah dengan jumlah yang berlipat setelah mulai berbuah. Pisang dapat menghasilkan buah sebanyak tiga atau empat kali lipat dari masa berbuah pertamanya. Sementara itu, kesuburan tanah di sekeliling pisang sangat cepat memburuk. Pisang harus selalu memperoleh pemeliharaan rutin. Buah pisang juga hanya dapat bertahan selama 15 hari setelah panen dan setelahnya akan mengalami pembusukan.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Kedokteran hewan adalah suatu disiplin ilmiah yang mempelajari cara melakukan diagnosis, terapi, dan pencegahan penyakit pada hewan. Ilmu kedokteran hewan diterapkan secara luas terhadap berbagai hewan, baik hewan domestik maupun satwa liar, serta mencakup hewan terestrial dan hewan akuatik. Selain kesehatan hewan, aspek lain yang didalami oleh bidang ilmu ini adalah kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
Interaksi antara hewan dan manusia telah berlangsung selama ribuan tahun, yang dimulai saat manusia berusaha mendomestikasi mereka. Manusia kemudian berusaha menjaga kesehatan hewan-hewan yang dianggap bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Kesehatan sapi, babi, dan hewan ternak lainnya diperhatikan sebab mereka berperan sebagai sumber pangan. Kuda merupakan hewan yang kesehatannya dijaga karena mereka dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan peperangan, yakni sebagai bagian dari pasukan kavaleri. Anjing dan kucing baru mendapatkan fokus pada zaman modern saat perekonomian dunia mulai tumbuh dan peperangan mulai berhenti, lalu disusul oleh hewan kesayangan lainnya. Saat anjing dan kucing telah umum dipelihara, beberapa orang kemudian mencoba memelihara hewan eksotis di rumah mereka.
Globalisasi dan perdagangan internasional yang semakin meningkat berdampak pada tingginya lalu lintas orang dan barang. Hal ini memungkinkan penyakit hewan menyebar lintas negara. Di tingkat internasional, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) mengoordinasikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit hewan lintas batas. Di sisi lain, populasi penduduk dunia yang terus bertambah membuat industri peternakan pabrik dan hewan hasil rekayasa genetika dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ilmu kedokteran hewan pun dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi guna menjamin kesehatan dan kesejahteraan penduduk Bumi.
Etimologi
Dalam bahasa Inggris, kedokteran hewan disebut veterinary medicine, sedangkan dokter hewan disebut veterinary surgeon (bahasa Inggris Britania) atau veterinary physician yang disingkat menjadi veterinarian (bahasa Inggris Amerika). Istilah ini berasal dari bahasa Latin, veterīnārius, yakni nama yang diberikan kepada sekelompok orang yang bertugas untuk mengurusi veterīnae atau hewan pekerja. Bahasa Indonesia telah menyerap kata ini menjadi veteriner, kata sifat yang artinya “mengenai penyakit hewan (kedokteran hewan)”.
Cakupan hewan
Hewan memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, hewan-hewan yang banyak dipelajari dan dijadikan pasien oleh dokter hewan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan manfaat hewan tersebut.
Manusia memelihara hewan di rumah karena hewan-hewan tersebut dianggap memberi manfaat emosional, misalnya mendatangkan kesenangan dalam merawat dan berinteraksi dengan mereka. Hewan-hewan seperti ini disebut hewan kesayangan. Jenis hewan kesayangan yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing. Selain kedua hewan ini, beberapa jenis hewan pengerat, ikan, dan burung, juga banyak dipelihara di rumah. Ada pula hewan peliharaan eksotis, yaitu jenis hewan yang kurang umum dipelihara, seperti wupih sirsik, ular, dan laba-laba. Tidak ada definisi hewan eksotis yang baku dan mengikat, tetapi secara umum istilah ini digunakan untuk menyebut hewan yang secara tradisional tidak dipelihara di rumah, seperti hewan-hewan yang tidak terdomestikasi.
Banyak pemilik hewan memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan hewan peliharaannya dan mencari informasi tentang hal ini, misalnya di situs web internet dan grup media sosial. Mereka memerlukan dokter hewan sebagai tempat untuk berkonsultasi dan menyembuhkan hewan peliharaannya.
Banyak hewan dipelihara karena mereka dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi. Produk tersebut dapat berupa bahan pangan, misalnya daging, susu, telur, dan madu, atau bahan baku industri nonpangan, seperti kulit, wol, bulu, dan sutra. Hewan-hewan yang dipelihara untuk tujuan ini disebut sebagai hewan ternak. Istilah hewan ternak umumnya merujuk pada hewan yang hidup di darat, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, unggas (ayam, itik, dan burung puyuh), lebah madu, dan ulat sutra. Sementara itu, meskipun dipelihara untuk tujuan ekonomi, hewan-hewan yang hidup di perairan, seperti ikan, moluska, dan krustasea, biasanya tidak disebut sebagai hewan ternak, melainkan hewan akuatik atau hewan budi daya perairan. Walaupun demikian, kesehatan dan kesejahteraan hewan-hewan akuatik mendapatkan perhatian besar.
Perawatan, pengembangbiakan, penyembelihan, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan produksi hewan-hewan tersebut membutuhkan pengetahuan tentang peternakan, perikanan, dan kedokteran hewan. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi pergeseran pemanfaatan ilmu kedokteran hewan dalam menangani kawanan ternak. Awalnya, pendekatan yang dilakukan adalah penanganan ternak sakit secara individual. Namun, saat ini, ilmu kedokteran hewan juga digunakan untuk mencegah inefisiensi produksi dengan melakukan analisis dan mitigasi risiko terhadap faktor-faktor yang dapat menurunkan produktivitas ternak. Isu yang dihadapi dokter hewan dalam peternakan di antaranya pencegahan muncul dan menyebarnya penyakit, penggunaan obat-obatan—terutama antibiotik—secara bijak, penjaminan keamanan pangan yang berasal dari produk hewan, dan penerapan kesejahteraan hewan, terutama pada hewan yang dipelihara dalam peternakan intensif.
Selain produknya, hewan-hewan juga dimanfaatkan jasa atau tenaganya. Hewan pekerja merupakan sebutan bagi hewan-hewan yang dilatih untuk pekerjaan tertentu, baik dalam pekerjaan sehari-hari manusia maupun dalam olahraga, misalnya kuda dan bagal yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi untuk mengangkut barang dan orang, serta sapi dan kerbau untuk membajak sawah. Anjing dapat berperan sebagai anjing penjaga, anjing pelacak, dan anjing pemandu. Pada masa lampau, kuda, gajah, dan unta juga diikutsertakan dalam peperangan. Dokter hewan pun tergabung dalam korps militer untuk menangani hewan-hewan ini.
Para ilmuwan sering kali melibatkan hewan percobaan saat melakukan penelitian ilmiah. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2008 menyatakan bahwa ada 28–100 juta hewan percobaan yang diteliti setiap tahun di seluruh dunia. Jenis hewan yang dilibatkan dalam penelitian bervariasi, mulai dari mencit, tikus, monyet ekor-panjang, sampai ikan zebra. Dalam penanganan hewan laboratorium, dokter hewan dan ilmunya menjembatani pemantauan kesehatan dan kesejahteraan hewan laboratorium dengan kemajuan pengetahuan ilmiah, baik dalam penelitian murni maupun terapan. Asosiasi Kedokteran Hewan Amerika (AVMA) mendefinisikan kedokteran hewan laboratorium sebagai "spesialisasi dalam kedokteran hewan yang bertanggung jawab untuk mendiagnosis, menangani, dan mencegah penyakit serta mencegah atau meminimalkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada hewan penelitian dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor komplikasi pada hewan yang digunakan sebagai subjek dalam kegiatan biomedis."
Berbagai studi menunjukkan aktivitas manusia mempercepat kepunahan spesies lain; hal ini mendorong ketidakseimbangan ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati. Untuk itu, diperlukan konservasi satwa yang melibatkan berbagai disiplin ilmiah, termasuk kedokteran hewan. Manajemen kesehatan satwa liar, kemungkinan paparan satwa liar dengan patogen baru akibat translokasi ke habitat baru, serta berpindahnya patogen dari satwa liar ke manusia dan sebaliknya merupakan hal-hal yang ditangani oleh dokter hewan pada bidang konservasi.
Dalam teks ilmiah ada beberapa istilah untuk mengelompokkan hewan-hewan yang ditangani oleh dokter hewan. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia mengelompokkan penyakit hewan menjadi dua, yaitu penyakit pada hewan terestrial (mencakup mamalia, reptil, burung, dan lebah) dan pada hewan akuatik (mencakup ikan, moluska, krustasea, dan amfibi). Ada pula istilah hewan besar dan hewan kecil, seperti dalam buku ajar dan praktik layanan dokter hewan, yang mengelompokkan hewan berdasarkan ukuran tubuhnya. Hewan besar merujuk kepada ruminansia (sapi, kambing, domba), kuda, babi, dan hewan sejenisnya; sedangkan hewan kecil merujuk pada anjing, kucing, kelinci, rodensia, dan hewan sejenisnya. Cabang ilmu lain diberi nama berdasarkan taksonomi hewan, misalnya kedokteran burung dan unggas, kedokteran reptil, dan kedokteran invertebrata.
Cakupan ilmu
Kurikulum sekolah kedokteran hewan
Kedokteran hewan termasuk dalam rumpun ilmu kesehatan. Ilmu-ilmu sains dasar (digolongkan sebagai ilmu praklinik), ilmu paraklinik, dan ilmu klinik dipelajari oleh seseorang secara formal untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran hewan dan profesi dokter hewan. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) menyusun model kurikulum inti pendidikan kedokteran hewan yang mencakup:
Interdisipliner dan transdisipliner
Tantangan masa kini yang kompleks, seperti kebutuhan pangan yang semakin meningkat, resistansi antibiotik, serta penyebaran penyakit lintas spesies dan penyakit lintas batas, menuntut kolaborasi yang erat antara ilmu kedokteran hewan dan ilmu-ilmu lainnya. Sebagai contoh, ilmu kedokteran, kedokteran hewan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan dipadukan dengan pendekatan satu kesehatan karena lebih 60% penyakit infeksius pada manusia berasal dari hewan. Kolaborasi lebih jauh antara rumpun ilmu kesehatan ini dengan ilmu data dan penggunaan kecerdasan buatan dapat memberikan solusi yang lebih holistik dan terintegrasi untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
Praktisi
Ilmu kedokteran hewan dipraktikkan secara legal dalam bentuk layanan veteriner. Menurut WOAH, layanan veteriner adalah organisasi pemerintah dan nonpemerintah yang mengimplementasikan tindakan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan serta standar-standar dan rekomendasi-rekomendasi dalam Kode Kesehatan Hewan Terestrial dan Kode Kesehatan Hewan Akuatik WOAH di suatu wilayah. Layanan veteriner diberikan oleh dokter hewan dan dalam lingkup yang terbatas, oleh paramedis hewan di bawah tanggung jawab dan arahan dari dokter hewan.
Secara sederhana, dokter hewan (disebut juga medik veteriner) adalah dokter yang menangani kesehatan hewan. Seseorang bisa menjadi dokter hewan setelah menyelesaikan pendidikan yang sesuai dan kemudian diperbolehkan untuk mempraktikkan ilmu kedokteran hewan yang dimilikinya setelah ia terdaftar dan diberi izin oleh badan statuta veteriner di suatu negara. Badan statuta veteriner merupakan lembaga pengatur otonom bagi tenaga kesehatan hewan yang namanya bervariasi di setiap negara.
Dalam pemberian layanan medis, terdapat perbedaan antara pasien dan klien bagi dokter hewan. Pasien adalah hewan yang ditangani, sedangkan klien adalah pemilik atau orang yang bertanggung jawab terhadap hewan tersebut. Sebuah penelitian pada 2018 di Britania Raya dan Australia memaparkan beberapa hal yang diharapkan oleh klien terhadap dokter hewan, yakni komitmen terhadap kesejahteraan hewan, menunjukkan pengetahuan klinis yang baik, serta menanggapi klien–dan pekerjaan profesional sebagai dokter hewan–dengan serius. Artikel ilmiah yang terbit pada 2020 menyatakan bahwa sekitar 70% dokter hewan di di Amerika Serikat merupakan wanita dan mayoritas dokter hewan bekerja sebagai praktisi hewan kesayangan. Proporsi dokter hewan pria menurun seiring dengan menurunnya kebutuhan terhadap dokter hewan yang menangani hewan besar. Survei profesi dokter hewan tahun 2019 di Britania Raya mengungkapkan bahwa 52,6% dokter hewan bekerja pada praktik kedokteran hewan kecil (termasuk hewan eksotik); 11,7% praktik campuran; 6,4% praktik rujukan atau konsultasi; 5,5% pada kuda; 3,2% pada hewan produksi atau hewan ternak; dan 0,7% pada satwa liar, konservasi, dan kebun binatang.
Paramedis hewan adalah tenaga kesehatan hewan profesional yang terampil dalam memberikan perawatan medis kepada hewan. Mereka bekerja di bawah penyeliaan dokter hewan untuk memberikan penanganan medis. Paramedis hewan biasanya terlatih dalam menangani hewan yang sakit atau terluka, melakukan perawatan pascaoperasi, mendiagnosis kebuntingan, melakukan inseminasi buatan, memberikan terapi dan vaksinasi, memeriksa hewan di rumah potong, serta menangani dan menguji sampel laboratorium untuk mendiagnosis penyakit hewan.
Paramedis hewan berperan penting untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan hewan. Mereka dapat bekerja di berbagai tempat, seperti rumah sakit hewan, klinik hewan, peternakan, atau tempat penampungan hewan. Mereka juga dapat bekerja dalam situasi darurat seperti penanganan hewan yang terkena bencana alam atau kecelakaan. Menurut WOAH, terdapat tiga cabang pendidikan paramedis hewan, yaitu kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner, dan diagnosis laboratorik.
Sejarah
Hewan mulai menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sejak manusia mendomestikasi mereka dan membentuk peradaban. Sejak saat itu, tubuh dan kesehatan hewan mulai diperhatikan, baik sebagai usaha untuk mengobati penyakit hewan, maupun sebagai bahan studi perbandingan dengan tubuh manusia. Trepanasi pada tengkorak sapi yang dilakukan pada 3400–3300 tahun yang lalu di situs purbakala Champ-Durand, Prancis, diduga merupakan praktik kedokteran hewan paling awal yang diketahui saat ini.
Papirus Kahun yang berasal dari Kerajaan Pertengahan Mesir, tepatnya era dinasti kedua belas Mesir, sekitar 1900–1800 SM, merupakan dokumen tertua yang membahas mengenai kedokteran hewan. Diagnosis singkat, deskripsi tanda klinis, dan pendekatan terapi untuk penyakit hewan, seperti pada sapi, angsa, dan ikan, dijelaskan dalam papirus ini. Di Mesopotamia, Undang-Undang Hammurabi yang disusun sekitar tahun 1792–1750 SM mengatur upah yang diberikan kepada dokter hewan yang mengoperasi sapi atau keledai serta denda yang ia bayarkan kepada pemilik hewan apabila hewan tersebut mati setelah dioperasi. Di India, Regweda yang ditulis pada milenium kedua SM berisi cara-cara pemeliharaan hewan dan obat-obatan herbal yang diberikan pada hewan sakit. Selain itu, Salihotra dikenal sebagai dokter kuda yang hidup pada abad ketiga SM. Ia menulis samhita yang mendokumentasikan penanganan penyakit pada kuda. Asoka, salah satu emperor Kekaisaran Maurya, merupakan penguasa yang peduli dengan kesejahteraan hewan. Ia menyediakan pelayanan medis dan mendirikan rumah sakit hewan. Di Tiongkok, salah satu dokumen paling awal tentang kedokteran hewan adalah Kitab Ritus Zhou yang ditulis antara abad kedua dan abad ketiga sebelum Masehi. Dalam kitab ini diuraikan tugas seorang dokter hewan.
Walaupun berbagai buku tentang anatomi, fisiologi, dan taksonomi hewan telah ditulis dan dipelajari, tetapi usaha untuk menjadikan kedokteran hewan sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru dimulai sejak abad ke-18. Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan Prancis yang bernama Claude Bourgelat. Ia adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yaitu École nationale vétérinaire d'Alfort yang terletak di Prancis. Bourgelat adalah seorang ahli kuda. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan dan meneliti anatomi kuda bersama dengan para dokter bedah di Lyon. Melalui pembedahan ini, ia melihat bahwa terdapat banyak kesamaan antara tubuh manusia dan hewan, sehingga ia mempertimbangkan kemungkinan adanya profesi dokter hewan. Ia akhirnya aktif dalam kegiatan ilmuwan dan menjadi penulis artikel-artikel tentang kuda di ensiklopedia Prancis.
Pada abad ke-18, wabah sampar sapi melanda benua Eropa. Bourgelat berhasil meyakinkan Louis XV, penguasa Prancis saat itu, akan pentingnya mendirikan sekolah dokter hewan untuk memberi pendidikan kepada masyarakat tentang ilmu kedokteran hewan, yang akan menguntungkan negara dalam memerangi penyakit hewan seperti sampar sapi. Louis XV lalu mengabulkan permintaannya. Pada tahun 1761, Bourgelat diberi sebidang tanah di Lyon untuk mendirikan sekolah kedokteran hewan dan ia sendiri ditunjuk menjadi direkturnya. Sejak saat itu dimulailah usaha dalam menggali dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan pengobatan penyakit pada hewan domestik yang dimulai dari Lyon, lalu ke Alford (daerah kecil dekat Paris), dan kemudian menyebar ke kota-kota lain di daratan Eropa, hingga ke seluruh dunia.
Sumber: https://id.wikipedia.org/