Wonogiri menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia yang jika ditelusur sejarahnya sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak wilayah yang kaya dengan tanaman kopi dan produk kopi yang memiliki cita rasa khas, mulai dari kopi Aceh Gayo, kopi Toraja milik Sulawesi, kopi Kintamani dari daerah Bali, dan lain-lainnya.
Di Pulau Jawa, tanaman kopi tidak semelejit tanaman kopi daerah lain, namun bukan berarti Pulau Jawa tidak memiliki kopi khas. Salah satu kopi di Pulau Jawa yang mulai banyak didengar orang yaitu kopi Wonogiri.
Dilansir Indonesia.go.id, Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi di masa lalu ditandai dengan penemuan ratusan pohon kopi jenis Libercia berusia tua di area hutan pinus Dusun Ngroto, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri.
Ratusan pohon kopi ini ditemukan pada pertengahan Februari 2019. Keberadaan ratusan tanaman kopi di area hutan ini ternyata adalah peninggalan dari Kadipaten Mangkunegaran. Tetapi ternyata bukan di Tirtomoyo kebun kopi pertama di Wonogiri bermula, melainkan di Bulukerto.
Pada era 1800-an, wilayah Wonogiri khususnya daerah Kecamatan Bulukerto dipilih oleh Kadipaten Mangkunegaran untuk dijadikan sebagai pusat lokasi pembibitan dan pembudidayaan perkebunan kopi.
Laman resmi Pemerintah Kecamatan Girimarto, Wonogiri, kec.girimarto.wonogiri.go.id, menyebutkan wilayah Gondosini di Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, menjadi tempat pembibitan kopi pada era kejayaan Kadipaten Mangkunegaran.
Melanjutkan Tradisi Menanam Kopi
Laman resmi Puro Mangkunegaran juga menyebutkan penanaman kopi dimulai pada 1814 dengan bibit kopi yang diperoleh dari kebun kopi di Gondosini. Saat itu, Pangeran Arya Gandakusuma masih menjabat sebagai patih di Kadipaten Mangkunegaran.
Setelah sang pangeran menduduki takhta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro IV, perkebunan kopi itu diperluas. Perluasan dilakukan ke wilayah Honggobayan, Keduwang, dan Karangpandan, di luar Kota Solo.
Dipilihnya daerah Wonogiri sebagai pusat pembibitan menandakan Wonogiri memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi penghasil kopi lokal yang berkualitas. Pengetahuan itu tak disia-siakan oleh warga Wonogiri yang kemudian melanjutkan tradisi menanam kopi.
Saat ini, komunitas setempat telah berupaya mengajak para petani kopi untuk mulai mencari pengetahuan tentang tanaman kopi. Hal itu supaya kualitas hasil panen kopi para petani dapat meningkat dan mendapat harga jual yang layak di pasaran.
Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, misalnya menjadi daerah yang memiliki ribuan tanaman kopi subur. Hal ini dilatarbelakangi kontur tanah Bulukerto yang terdiri dari perbukitan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kopi Robusta
Di samping itu tanah Desa Conto menyimpan banyak pasokan air yang menjadikannya daerah ideal untuk tanaman kopi varietas Arabica. Dilansir jatengprov.go.id, kopi daerah Wonogiri telah menduduki posisi tiga besar di Provinsi Jawa Tengah dalam Penilaian Inovasi Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahun 2023.
Kabupaten Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi memiliki berbagai varietas, salah satunya kopi robusta. Laman dgip.go.id menyebut robusta Wonogiri ditanam di beberapa kecamatan.
Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 400-900 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi ini berada di kebun atau lahan perkarangan milik warga dan hutan milik Perhutani.
Daerah persebaran kopi robusta Wonogiri ini antara lain di Girimarto, Jatipurno, Slogohimo, Bulukerto, Puhpelem, Krismantoro, Jatiroto, Karangtengah, dan Tirtomoyo. Beberapa tahun belakangan, berkat usaha keras para petani dan komunitas pencinta kopi, kopi Wonogiri terus berkembang.
Kopi tidak hanya dijual mentah ke pabrik, tapi juga diolah sendiri oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan kemasan yang menarik. Saat Lebaran 2023 lalu, kopi menjadi salah satu oleh-oleh yang banyak diburu pemudik atau pengunjung di Wonogiri. Coffee shop atau kafe di kawasan Wonogiri pun banyak yang menggunakan kopi lokal untuk menu sajian mereka.
Sumber: https://soloraya.solopos.com/