Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Tantangan dan peluang mengembangkan solusi rendah emisi pada industri eksplorasi dan pengembangan hulu minyak dan gas terus berkembang. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong agar industri ini bisa mendobrak batas agar semakin rendah emisi dan berkelanjutan.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Menteri LHK Bidang Energi, Haruni Krisnawati mewakili Menteri LHK pada The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas 2023, di Nusa Dua, Bali, Kamis, (21/09/2023).
Ia mengungkapkan bila perubahan iklim bukan lagi ancaman, tetapi ini adalah kenyataan yang mendesak harus dihadapi. Emisi gas rumah kaca dari sektor minyak dan gas, merupakan salah satu kontributor utama krisis iklim ini.
"Saat kita menghadapi tantangan mendesak untuk memitigasi perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca, sangat penting untuk mengeksplorasi dan merangkul alternatif energi berkelanjutan yang dapat memberi kekuatan pada bumi melawan perubahan iklim," ujarnya.
Ia menyebut jika dalam Enhanced NDC/ ENDC, Indonesia telah meningkatkan ambisinya mengurangi emisi gas rumah kaca dari 29% menjadi 31,89% tanpa syarat atau upaya sendiri, dan dari 41% menjadi 43,2% dengan syarat atau dukungan internasional, dengan skenario business-as-usual pada tahun 2030.
"Komitmen ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk terus menyelaraskan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan iklim kita," tuturnya.
Indonesia disebutnya terus meningkatkan ambisinya dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, di mana sekitar 94% berasal dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya/Forestry and Other Land Uses (FOLU) dan energi.
"Salah satu aksi mitigasi yang relevan dengan sektor industri minyak dan gas bumi adalah penghijauan/aforestasi di area bekas tambang," ujar Haruni.
Ia menyebut jika KLHK mengakui adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh industri pertambangan untuk memenuhi kewajiban perusahaan dalam menggunakan kawasan hutan.
"Pemegang IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) harus melaksanakan dua kewajiban, yaitu terkait dengan reklamasi kawasan hutan bekas tambang dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS)," ujarnya.
Reklamasi kawasan hutan bekas tambang merupakan upaya untuk memulihkan dan meningkatkan kemampuan dan fungsi kawasan hutan bekas tambang sebagai sistem penyangga kehidupan. Sedangkan rehabilitasi daerah aliran sungai adalah kegiatan penanaman di dalam dan di luar kawasan hutan oleh pemegang IPPKH, yang dimaksudkan untuk mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan dengan sumber dana non pemerintah, sebagai upaya memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi daerah aliran sungai untuk mempertahankan daya dukung, produktivitas, dan perannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan.
Haruni juga menyebut jika KLHK mengapresiasi upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam menekan emisi dari industri hulu migas dengan mengeluarkan Peraturan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, atau dikenal dengan istilah CCS/CCUS, dan beberapa studi atau proyek percontohan di Indonesia. Peraturan ini turut mendukung target Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.
"Teknologi CCS diharapkan memainkan peran penting dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dari hulu migas di Indonesia," imbuh Haruni.
Meski demikian Haruni menyebut perlu kiranya beberapa hambatan dan risiko perlu diatasi dalam penerapan CCS, seperti: Potensi kebocoran karbon selama penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan, Potensi dampak lingkungan dari penyimpanan karbon jangka panjang di bawah tanah, dan Risiko terhadap kesehatan yang mungkin timbul akibat kebocoran karbon dioksida yang tersimpan atau juga dari pencemaran air tanah.
"CCS harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan bahwa tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, ekosistem, dan masyarakat," pungkasnya.
Sumber: ppid.menlhk.go.id
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Industri migas telah menjadi ikon investasi yang sangat menguntungkan selama lebih dari satu abad belakangan. Sejak intensifikasi penggunaan BBM dan gas alam digunakan di berbagai sektor, mulai dari Rumah Tangga, Transportasi, Industri, dan Ketenagalistrikan di awal abad ke-20, hingga kini migas menjadi komoditas energi yang belum dapat tergantikan dan masih relatif memberikan keuntungan signifikan baik bagi perusahaan migas sendiri ataupun bagi para investor yang terlibat di dalamnya.
Meski demikian, sektor migas melahirkan kerentanan dalam pemenuhan energi di banyak negara, hal ini mengingat rasio tingkat konsumsi migas tidak dibarengi dengan kepemilikan cadangan dan kemampuan produksi yang memadai. Alhasil ada negara-negara eksportir migas yang mampu secara konsisten mendulang keuntungan dan devisa hampir satu abad, terutama mereka yang tergabung dalam OPEC+ Rusia. Sementara negara-negara lainnya yang menjadi pengonsumsi migas terus menerus harus menyerahkan devisanya untuk pemenuhan kebutuhan migas domestik.
Di sisi lain, sebagai komoditas yang bersifat oligopolis, tingkat harga migas sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik energi yang secara tahunan ditentukan di sidang OPEC+ untuk menentukan rencana produksi tahunan. Kondisi ini salah satu yang pada akhirnya mempercepat upaya mendorong pemanfaatan energi terbarukan (EBT), khususnya di sektor ketenagalistrikan dan transportasi. Harapannya dengan proses transisi energi berbasis energi terbarukan yang potensinya tersebar luas secara merata akan mampu mengurangi ketergantungan ekonomis terhadap negara-negara penghasil energi fosil, terutama migas.
Berkembang pesat
Di sektor ketenagalistrikan, kemajuan dalam pemanfaatan energi terbarukan yang berbasis surya, angin, geothermal hingga gelombang laut terus berkembang dengan pesat, kapasitas EBT secara global meningkat 4,8 kali lipat dalam satu dekade, dari 761 TWh menjadi 3657 TWh. Meski demikian, sektor ketenagalistrikan masih tetap membutuhkan topangan backbond system yang dapat diharapkan keandalannya serta mampu memproduksi listrik secara masif, di antaranya dengan mempertahankan penggunaan sumber energi primer berbasis gas, selain juga intensifikasi penggunaan nuklir dan air skala raksasa.
Kebutuhan gas untuk sektor tenaga listrik secara global terus meningkat dengan kapasitas pembangkit gas mencapai 4888 TWh pada 2010 dan kini telah menjadi 6518 TWh di 2021. Diproyeksikan permintaan gas alam berbasis pipa dan LNG akan terus meningkat hingga 2050 nanti seiring dengan pertumbuhan permintaan listrik yang dibarengi dengan komitmen pengeliminasian PLTU batubara, khususnya di negara-negara maju.
Gas menjadi pilihan utama mengingat pemanfaatannya yang lebih mudah dengan distribusi yang juga lebih murah sehingga dari sisi harga jauh lebih kompetitif di banding BBM. Di sisi lain, kadar emisi dari gas dan LNG jauh lebih rendah dengan tingkat efisiensi kalori yang lebih tinggi.
Shifting Teknologi
Di sektor transportasi, penggunaan energi terbarukan masif digunakan mulai dari intensifikasi penggunaan biofuel sebagai alternatif pengganti atau campuran bagi BBM, dan kini juga tengah berlangsung upaya masif untuk menggantikan teknologi kendaraan berbasis BBM ke kendaraan rendah emisi berbasis listrik dan hidrogen. Persaingan keduanya telah melibatkan industri-industri terkemuka untuk mendorong percepatan dekarbonisasi di sektor transportasi.
Untuk mempertahankan linearitas industrinya, banyak industri migas juga terlibat kolaborasi dengan industri otomotif untuk mempercepat pembentukan supply chains Green hidrogen, seperti yang telah dilakukan Kawasaki dan ADNOC pertengahan April lalu. Meski demikian, di sektor transportasi khususnya untuk angkutan laut dan udara, pemanfaatan BBM masih relatif lebih tinggi dan inovasinya masih relatif jauh lebih lambat dibanding inovasi teknologi untuk angkutan darat, faktor utamanya menyangkut kebutuhan bahan bakar yang mampu memproses pembakaran dengan intensitas kalori tinggi, seperti Avtur, Avgas, HSDO (High Speed Diesel Oil), dan MDF/O (Marine Diesel Fuel/Oil) belum secara optimal dapat digantikan oleh berbagai alternatif sumber energi lainnya.
Diperkirakan pertumbuhan kendaraan listrik akan mengalami akselerasi seiring dengan kebijakan-kebijakan afirmatif di berbagai negara untuk menurunkan biaya produksi komponen baterai, di antaranya dengan pembebasan bea masuk bahan baku hingga insentif penghapusan PPn. Namun, dengan penguasaan teknologi dan bahan baku yang belum cukup merata akan dipastikan bahwa proses transisi akan berjalan lebih lambat di negara-negara berkembang.
Untuk industri dan rumah tangga, seiring perubahan desain perangkat rumah tangga berbasis elektrik dan mesin industri yang lebih mengintensifkan penggunaan listrik, permintaan BBM dan gas akan mengalami penurunan secara eksponensial, kecuali untuk industri-industri yang membutuhkan pembakaran seperti di sektor peleburan yang masih akan mengandalkan gas secara masif. Namun, di negara-negara empat musim, penggunaan gas untuk pemanas di musim dingin akan terus meningkat seiring pertumbuhan populasi.
Tiga Model Transformasi
Meski banyak pakar tetap optimistik dengan permintaan migas yang tidak akan merosot hingga 2050 nanti, tetapi sektor ini akan mengalami pengurangan efisiensi terutama dari sisi lahirnya kebijakan protektif terkait pengendalian emisi, mulai dari pengenaan pajak karbon hingga restriksi dari sisi investasi yang mulai memasukkan industri migas dalam ruang investasi berisiko tinggi terhadap perubahan iklim, khususnya untuk aktivitas eksplorasi baru yang memiliki resiko pada deforestrasi maupun degradasi ekosistem bawah laut.
IMF (2022) mencatat terjadi penurunan investasi global di sektor migas, proporsinya turun dari 3,6% total investasi global pada 2014 menjadi 1,5% saja pada 2021. IEA (2022) memprediksi dengan penurunan investasi akan berdampak pada penurunan kapasitas produksi secara bertahap 8% per tahun hingga 2050 nanti. Situasi ini dihadapi secara efektif oleh perusahaan-perusahaan migas di tingkat global yang mulai merubah citra dirinya tidak hanya sebagai oil and gas company, tetapi menjadi integrated energy company.
Dengan kekuatan modal yang besar dan keunggulan di bidang teknologi memungkinkan industri migas melakukan transformasi dengan cepat untuk merambah ke sektor energi terbarukan. Ada tiga contoh menarik proses transformasi di sektor migas; pertama, Model British Petroleum (BP) yang dalam roadmap 2050 tegas mencanangkan diri sebagai integrated energy company. Meski pada 2022, 89% capex dalam portofolio BP masih berada di sektor hulu migas, tetapi BP berkomitmen 2030, 50% capex-nya berada pada energi rendah karbon yang berbasis pada proyek EBT, utamanya pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT dan pengembangan biofuel.
Kedua, Model Uni Emirates Arab (UEA),di mana tiga perusahaan migasnya --Mubadala, ADNOC, dan TAQA-- membentuk konsorsium untuk membentuk sayap korporasi di bidang energi terbarukan bernama Masdar Energy. Masdar Energy berfokus dalam proyek-proyek berbasis energi terbarukan khususnya Solar PV, Wind dan energi berbasis sampah. Agresivitas Masdar diharapkan menjadi sayap baru ketika nantinya induk bisnisnya mengalami kemerosotan, akan diimbangi oleh akselerasi bisnis EBT yang menjadi kekuatan bisnis baru di masa depan.
Ketiga, Model Pertamina, yang cukup menarik diamati karena sebagai perusahaan migas plat merah di Indonesia yang pada dasarnya lebih banyak mengoperasikan bisnis hilir dibanding hulunya. Pertamina mencoba membangun anak perusahaan baru yang sejalan dengan core competency-nya di bidang pengeboran, yaitu Pertamina Geothermal Energy. Bahkan kini PGE dilepaskan menjadi satu-satunya anak perusahaan Pertamina yang melepaskan saham ke publik pada Maret lalu.
Melalui IPO PGE diharapkan dapat melakukan aksi korporasi untuk memasifkan pendanaan dalam pembiayaan project di sektor geothermal mengingat Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan potensi mencapai 23,7 GWe dan baru dimanfaatkan sebesar 9% saja, atau 2,5 GWe dengan pertumbuhan kapasitas baru 5% saja.
Dari ketiga korporasi tersebut, induk perusahaannya di sektor migas juga terus berkomitmen untuk menerapkan strategi dekarbonisasi dengan menurunkan tingkat emisi seperti mendorong zero flare gas, dan juga pemanfaatan teknologi Carbon Capture and Utilization/Storage (CCU/S) untuk mengejar capaian penurunan emisi dalam sistem produksinya. Ketiga perusahaan migas ini juga menjadikan bisnisnya di bidang EBT sebagai arena untuk mempertahankan keuntungan finansialnya dengan melakukan perdagangan karbon internal afiliasi perusahaan.
Kesigapan dalam mendorong transisi energi di industri migas sedianya menjadi barometer bagaimana proses transisi energi secara global dapat berjalan, mengingat kekuatan modal dan juga nilai perputaran bisnis di sektor migas telah menjadi kekuatan pendorong ekonomi dunia selama satu abad belakangan.
Komitmen transisi energi di sektor migas akan menjadi faktor yang mempercepat ataupun memperlambat proses transisi energi secara keseluruhan, termasuk di dalamnya terkait insentif harga pasar EBT, di mana kenaikan harga minyak dunia akan cenderung mempercepat proses transisi guna mendorong efisiensi. Sebaliknya, tingkat harga yang rendah akan cenderung menghambatnya karena rasionalitas pasar terhadap harga akan signifikan di sektor energi yang ketersediaannya sangat berpengaruh bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara.
Sumber: news.detik.com
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Minyak bumi memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dan pemerintah sangat memperhatikannya. Produksi minyak Indonesia menurun sejak 2016, sehingga Presiden Joko Widodo mendorong peningkatan produksi, seperti di Blok Rokan. Namun, kenaikan harga BBM masih jadi masalah bagi masyarakat, terutama setelah pengurangan subsidi pada September 2022. Fluktuasi harga BBM sensitif terhadap reaksi masyarakat, sehingga perlu edukasi tentang dinamika harga minyak. Revisi Undang-Undang Migas sangat ditunggu untuk mengatasi dampak produksi minyak. Pasal 28 ayat (2) UU Migas menimbulkan kontroversi karena bertentangan dengan keadilan sosial. Kebijakan perminyakan yang tepat penting bagi masyarakat Indonesia untuk menyelesaikan masalah produksi, distribusi, dan konsumsi energi.
Sejarah singkat.
Jejak industri perminyakan Indonesia dimulai pada tahun 1871 dengan pengeboran sumur pertama oleh Belanda di Cirebon, Jawa Barat. Sumur produksi pertama kemudian ditemukan di Telaga Said, Sumatera Utara pada tahun 1883, yang menjadi awal dari eksploitasi minyak di Indonesia dengan berdirinya Royal Dutch Company pada tahun 1885. Pada dekade 1900-an, industri perminyakan terus berkembang meskipun Indonesia berada di bawah pendudukan Belanda dan Jepang. Produksi minyak sempat terganggu saat Perang Asia Timur Raya, namun kembali pulih setelah perang berakhir. Setelah kemerdekaan, lapangan minyak dan gas bumi dikelola oleh negara, dan penemuan sumber minyak baru terus berlanjut hingga tahun 1950-an.
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia mendirikan Permina pada 1957 untuk mengelola aset minyak negara. Kemudian bergabung dengan Pertamin pada 1968 menjadi Pertamina. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 menetapkan Pertamina sebagai perusahaan minyak milik negara, mengharuskan kerja sama dengan semua perusahaan minyak di Indonesia. Awalnya, Pertamina berperan sebagai regulator dan operator, tetapi setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, menjadi operator murni. Regulasi di sektor hulu dijalankan oleh BPMIGAS, di sektor hilir oleh BPH MIGAS. Pertamina membentuk anak perusahaan untuk mengelola eksplorasi dan eksploitasi minyak. Pada 2005, didirikan PT Pertamina EP (PEP) sebagai anak perusahaan fokus hulu. PEP menandatangani Kontrak Kerja Sama dengan SKK Migas untuk mengelola wilayah kerja sebelumnya. Dengan pertumbuhan produksi, PEP optimis menjadi penyumbang laba utama Pertamina dan menjawab kebutuhan peningkatan produksi migas nasional.
Lifting Minyak
Lifting minyak merujuk pada minyak hasil produksi yang telah diolah dan siap untuk digunakan, berbeda dengan konsep produksi minyak yang mencakup total minyak yang diperoleh dari perut bumi. Meskipun lifting minyak Indonesia meningkat pada tahun 2016, namun pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2022, capaian lifting turun menjadi 612.300 barel per hari, menimbulkan ketidakpastian dalam menetapkan target lifting untuk tahun 2023. Meskipun target lifting untuk tahun 2023 ditetapkan sebesar 660.000 barel per hari, ini tetap lebih rendah dari asumsi tahun sebelumnya. Pemerintah Indonesia masih mempertahankan target lifting satu juta barel per hari pada tahun 2030, namun menyadari bahwa pencapaian tersebut memerlukan waktu bertahap dan upaya percepatan pemboran sumur baru.
Revisi Regulasi
Industri minyak Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan produksi minyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperbaiki kesejahteraan. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah revisi UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi untuk meningkatkan produksi lifting minyak. Revisi ini diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dan mengurangi risiko bagi para investor. Selain itu, fokus juga diberikan pada perbaikan kelembagaan dan perizinan untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan investor. Investasi pada eksplorasi sumur baru menjadi kunci untuk meningkatkan produksi, namun saat ini investasi lebih dominan pada upaya produksi daripada eksplorasi. Revisi kebijakan minyak juga menjadi perhatian DPR meskipun tidak termasuk dalam Program Legislasi Nasional Prioritas 2023.
Sumber: kompaspedia.kompas.id/
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Dalam sebuah acara 2nd Northern Sumatera Forum yang dilaksanakan oleh SKK Migas, Begawan migas yang juga Menteri Pertambangan dan Energi tahun 1978 - 1988, alm. Prof. Soebroto menyampaikan bahwa industri migas bukanlah sunset industry tapi sunrise industry, di mana industri ini masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pesan yang begitu membekas dan menguatkan semangat para pejuang migas di seluruh Indonesia itu ternyata dibuktikan dengan baik di mana dalam hal mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan dalam pembukaan Forum Kapasitas Nasional III tahun 2023 lalu, bahwa kontribusi hulu migas terhadap pendapatan negara terus tumbuh seiring dengan meningkatnya persentase penggunaan produk dalam negeri di industri hulu migas dari 58,9 % pada tahun 2021 menjadi 64,7% di tahun 2022.
Di sektor produksi, kinerja industri hulu migas juga tidak bisa dipandang sebelah mata, di mana menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetijpto, pada tahun 2023 ini terdapat peningkatan yang signifikan dalam beberapa aspek kinerja hulu migas, di antaranya penurunan produksi minyak yang pada tahun 2022 mencapai 6,9% berhasil ditekan menjadi 1,1% pada tahun 2023.
Sedangkan untuk produksi gas yang tahun 2022 menurun sebesar 2,5% berhasil meningkat sebesar 1,3% pada tahun 2023. Dwi menyampaikan bahwa salah satu kunci keberhasilan perbaikan kinerja di tahun 2023 ini adalah dengan merealisasikan pengeboran yang masif hingga mencapai 849 sumur di mana meningkat dari 790 sumur di tahun 2022.
Sedangkan untuk kegiatan work over dan well service, juga meningkat signifikan dari 30.755 kegiatan pada tahun 2022 menjadi 35.849 kegiatan pada tahun 2023. Dari sisi penemuan baru, di tahun 2023 ini juga Indonesia mendapatkan hadiah tahun baru di mana sumur eksplorasi Geng North-1 yang ditemukan oleh ENI di offshore East Kalimantan dan sumur Layaran-1 yang ditemukan oleh Mubadala Energy di blok South Andaman, offshore Norhern Part of Sumatera sebagai 2 temuan besar.
Ini merupakan sebuah bukti bahwa saat ini seluruh pemangku kepentingan industri hulu migas Indonesia sedang membangun kolaborasi yang kuat di semua sektor sehingga industri hulu migas sedang dalam jalur yang tepat untuk mewujudkan target pemerintah dalam mencapai 1 juta barrel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030.
Keberhasilan dalam peningkatan kinerja produksi tersebut, juga ternyata mendapatkan apresiasi dari para investor migas mancanegara maupun dalam negeri, di mana dalam kegiatan International Convention on Upstream Oil & Gas 2023 ditandatangani 3 Kontrak Kerjasama baru dengan total investasi komitmen pasti sebesar US$ 22,2 juta dan bonus tanda tangan sebesar US$ 650 ribu.
Pada kesempatan tersebut, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa Pemerintah berharap para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) dapat menjaga komitmen eksplorasinya sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi serta memenuhi kebutuhan energi di masa yang akan datang.
Di sisi lain, pada tahun 2023 ini industri hulu migas juga mendapatkan pengakuan bahwa keberadaan industri hulu migas ini memang terbukti mendorong berkembangnya banyak industri lain, di mana salah satunya adalah industri perbankan Indonesia.
Sebagaimana disampaikan VP institutional Business Division Bank BRI, Danang Andi Wijanarko, industri hulu migas masih menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional dan perbankan Indonesia akan mendukung investasi dalam ekosistem industri hulu migas melalui beberapa produk di antaranya pencadangan dana ASR (abandonment and Site Restoration), Trustee and Paying Agent, rekening pembayaran dan penerimaan untuk transaksi penyediaan barang dan jas, rekening penerimaan untuk transaksi jual beli minyak dan gas bumi, rekening khusus DHE SDA, pembiayaan proyek industri migas hingga pembiayaan industri pendukung / vendor hulu migas termasuk UMKM.
UMKM yang juga mendapatkan perhatian khusus dari industri hulu migas ini juga pada tahun 2023 ini. Puluhan UMKM terbaik yang dibina oleh para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di seluruh Indonesia juga mendapatkan kesempatan pembinaan serta mendapatkan sertifikat halal dengan bantuan PT Sucofindo serta memulai bisnisnya dengan memasuki marketplace dengan dibina oleh Tokopedia.
Secara pendapatan, dukungan peningkatan dari sisi pemasaran, packaging dan sistem pemodalan, maka UMKM tersebut menyampaikan bahwa terdapat peningkatan pendapatan yang cukup signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Memperhatikan fakta-fakta yang sudah terjadi pada tahun 2023 ini, rasanya optimisme yang disampaikan oleh alm. Prof Subroto itu memang bukan hanya sebuah pesan penghibur bagi insan migas Indonesia, akan tetapi memang pesan tersebut diartikan sebagai pelecut semangat bagi seluruh pelaku migas Indonesia.
Industri hulu migas bukan hanya bertugas untuk memenuhi kebutuhan energi dan pendapatan negara saja, akan tetapi berdasarkan hasil Litbang Kompas disebutkan bahwa Industri Hulu Migas diharapkan dapat menambah nilai produksi barang dan jasa, menambah PDB dan meningkatkan ekonomi Indonesia, menciptakan dan mengembangkan bisnis penyedia barang dan jasa lokal, menyerap tenaga kerja lokal, dan secara aktif melaksanakan program pengembangan Masyarakat.
Niat sudah ditancapkan, transformasi sudah dalam jalur yang tepat, kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan menjadi kata kunci dan mari berjuang bersama untuk mencapai Indonesia Emas.
Sumber: finance.detik.com
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Bagi calon mahasiswa yang tertarik dalam studi minyak dan gas bumi, memilih jurusan Teknik Perminyakan saat kuliah merupakan pilihan yang tepat. Dalam jurusan ini, mahasiswa akan mendalami pengelolaan minyak bumi dengan lebih mendalam, dengan prospek karir yang luas seperti menjadi ahli minyak bumi, insinyur perminyakan, atau ahli geologi.
Beberapa perguruan tinggi menawarkan jurusan Teknik Perminyakan di Indonesia, dan penting bagi calon mahasiswa untuk mengetahui biaya kuliahnya. Berikut adalah beberapa kampus dan biaya kuliahnya yang dapat dijadikan referensi untuk mendaftar kuliah tahun 2024:
1. Institut Teknologi Bandung (ITB)
Kampus yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat ini menduduki peringkat 68 di Asia dan peringkat 188 di dunia versi EduRank. Pada jurusan teknik perminyakan di ITB, mahasiswa akan mempelajari aspek-aspek penting seperti cara pengeboran, reservoir, produksi, fasilitas permukaan, dan manajemen pengelolaan lapangan minyak. Selain itu, pembelajarannya juga berfokus untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang hidrokarbon termasuk minyak, gas bumi, dan panas bumi.
Biaya kuliah jalur SNBP dan SNBT.
Biaya kuliah jalur mandiri.
2. Universitas Trisakti
Salah satu kampus swasta di Jakarta yang berhasil meraih peringkat 317 di Asia dan peringkat 946 di dunia versi EduRank sebagai kampus dengan jurusan teknik perminyakan terbaik. Terdapat dua jenis pembayaran yang harus dibayarkan untuk menempuh pendidikan teknik perminyakan di Universitas Trisakti yaitu Sumbangan Pendidikan (SP) yang dibayarkan satu kali pada semester satu dan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP) yang dibayarkan setiap semesternya.
Itulah 2 kampus dengan jurusan teknik perminyakan terbaik di Indonesia versi EduRank by subject petroleum engineering 2023.
3. UPN Veteran Yogyakarta
UKT UPN Veteran Yogyakarta terdiri atas 8 kelompok yang ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. UKT adalah nilai BKT yang sudah mendapatkan subsidi oleh pemerintah. UKT dibayarkan oleh mahasiswa setiap semester selama menempuh masa studi.
Biaya kuliah jalur SNBP dan SNBT:
4. Universitas Pertamina
Program Studi S1 Teknik Perminyakan Universitas Pertamina didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan profesional yang mampu bersaing secara global dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber daya minyak, gas dan panas bumi.
Biaya kuliah di Universitas Pertamina terdiri dari Sumbangan Pengembangan Institusi atau SPI (dibayarkan satu kali) dan SPP (per semester), berikut kisarannya:
Sumber: www.kompas.com
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 19 April 2024
Bagi calon mahasiswa, penting untuk memilih jurusan kuliah dengan cermat. Jika tertarik pada eksplorasi sumber daya alam, ada beberapa kampus di Indonesia yang menawarkan Jurusan Teknik Perminyakan. Menurut informasi dari laman Aku Pintar, Teknik Perminyakan termasuk dalam bidang Ilmu Teknik Pertambangan karena berkaitan dengan kegiatan pertambangan dari bumi.
Teknik Perminyakan berkonsentrasi pada pengeboran, eksplorasi, distribusi, dan aspek ekonomi dari minyak, gas, dan panas bumi. Meskipun ada persamaan dengan Jurusan Teknik Pertambangan dalam hal pengeboran, eksplorasi, dan distribusi, perbedaannya terletak pada fokus objeknya. Jurusan Teknik Pertambangan mempelajari penambangan benda padat seperti batu bara, emas, dan nikel, sementara Jurusan Teknik Perminyakan lebih menekankan pada penambangan benda cair dan gas.
Lulusan dari jurusan ini banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan perminyakan dan pertambangan karena keahliannya. Pasar kerja di bidang ini menjanjikan dengan gaji yang menggiurkan.
Prospek kerja Teknik Perminyakan:
Pilihan kampus Jurusan Teknik Perminyakan di Indonesia:
Sumber: www.kompas.com