Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
Industri keramik di tanah air terus bergeliat untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui investasi baru atau perluasan pabrik. Upaya ini akan semakin memperkuat aliran rantai pasok ubin keramik nasional sejalan dengan program subtitusi impor sebesar 35%.
“Dalam pengembangan industri keramik, kita harus mengoptimalkan sumber daya produksi dalam negeri dengan visi menjadikan Indonesia kembali masuk dalam lima besar produsen ubin keramik dunia,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito dalam sambutannya mewakili Menteri Perindustrian pada Peresmian Perluasan Pabrik Plant 5B dan Peninjauan Proyek Perluasan Pabrik Plant 5C PT Arwana Citramulia Tbk di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (20/7).
Warsito menyampaikan, pihaknya memberikan apresiasi kepada PT Arwana Citramulia Tbk yang telah merealisasikan investasinya, karena akan memberikan dampak luas bagi perekonomian nasional. Selain itu, ekspansi ini membuktikan bahwa kebijakan pemerintah berjalan baik dalam upaya membangkitkan kembali gairah pelaku industri setelah terkena dampak pandemi Covid-19.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah yang telah bersinergi bersama membangun iklim usaha yang kondusif khususnya di Kabupaten Mojokerto dan umumnya di Provinsi Jawa Timur. Kami optimistis, industri keramik nasional bisa lebih meningkatkan daya saing,” paparnya.
Kemenperin mencatat, PT Arwana Citra Mulia Tbk menggelontorkan dananya sebesar Rp300 miliar untuk penambahan kapasitas sebesar 3 juta meter persegi dari Plant 5B untuk produksi ubin keramik 60x60 cm. Selain itu penambahan kapasitas sebanyak 4,4 juta meter persegi dari proyek Plant 5C yang akan mulai berproduksi pada awal tahun 2023 dengan kebutuhan tenaga kerja lokal hingga 401 orang.
“Tak hanya PT Arwana, selama semester I tahun 2022 ini, terdapat dua investasi lainnya di sektor ubin keramik, yaitu di Kawasan Industri Kendal sebesar Rp1,2 triliun dan di Kawasan Industri Terpadu Batang dengan nilai investasi mencapai Rp 1,5 triliun,” sebut Warsito.
Warsito meyakini, tahun ini menjadi momentum kebangkitan sektor Industri pengolahan nonmigas, termasuk untuk industri keramik. Hal ini tercermin dari kinerja positif industri keramik sebagai subsektor dari industri bahan galian nonlogam, yang tumbuh 1,35% dengan kontribusi 0,47% (y-o-y) pada triwulan I tahun 2022. Capaian ini menempatkan industri bahan galian nonlogam sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan investasi di sektor industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69%.
“Pada triwulan I-2022, industri manufaktur mampu tumbuh sebesar 5,47%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%. Pencapaian industri pengolahan nonmigas tersebut juga didukung kinerja positif sektor IKFT yang tumbuh sebesar 4,71% atau naik 0,14% dibandingkan kuartal akhir tahun 2021,” ungkapnya.
Warsito menambahkan, permintaan pasar dalam negeri untuk ubin keramik mencapai 7,8 juta ton di tahun 2021. Oleh karenanya, diharapkan ekspansi PT Arwana Citramulia Tbk di Mojokerto dapat mengambil alih proporsi ubin keramik impor. “Daya saing industri ubin keramik dalam negeri akan semakin kuat dengan ditandai meningkatnya proporsi supply lokal dibanding impor,” imbuhnya.
PT Arwana Citramulia Tbk tengah bersiap membangun pabrik baru Plant 4C di Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Investasi yang dialokasikan sebesar Rp300 miliar, dengan kapasitas produksi sebesar 3,7 juta meter persegi per tahun. “Sehingga, dengan tambahan Plant 5B, Plant 5C dan Plant 4C, Arwana Ceramics akan mencatatkan total kapasitas terpasang sebesar 72 juta meter persegi per tahun,” kata Direktur Utama PT Arwana Citramulia Tbk, Tandean Rustandy.
Optimisme semakin didukung dengan pencapaian hasil usaha pada semester pertama 2022. Arwana Ceramics tercatat memperoleh laba bersih sebesar Rp305,8 miliar, yang merupakan peningkatan 38,4% year-on-year. Perusahaan meyakini target penjualan maupun laba bersih untuk tahun 2022 akan bisa tercapai dengan didukung produk ARNA Gres dari Plant 5B yang memiliki profit margin yang lebih besar dibandingkan lini-lini produk lainnya. Profitabilitas perusahaan berpotensi semakin meningkat lagi saat Plant 5C dan Plant 4C sudah mulai beroperasi.
Peluang pembangunan IKN
Optimisme kebangkitan industri bahan bagunan nasional khususnya ubin keramik nasional semakin jelas terlihat dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) serta Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9/M Tahun 2022 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara.
“Bentang keseluruhan luas daratan IKN sebesar 256.142 hektare (Ha) dengan proyeksi pembangunan kawasan pengembangan IKN Nusantara sebesar 78% atau seluas 199.962 Ha. Kondisi tersebut bisa dimanfaatkan oleh seluruh stakeholder bahan bangunan dan jasa konstruksi nasional untuk mulai menetapkan IKN Nusantara sebagai potensial market dalam peningkatan utilitas produksi dan dalam upaya menekan laju impor,” papar Plt. Dirjen IKFT.
Menurutnya, upaya tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja melalui riset dan adopsi teknologi mutakhir yang menciptakan produk dengan desain dan kualitas kelas dunia yang efektif, efisien, serta ramah lingkungan. “Sehingga industri keramik dapat berjaya di negeri sendiri dan berdaya saing di pasar global,” tegas Warsito.
Sejalan dengan itu, pemerintah telah menerbitkan regulasi Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Disebutkan bahwa kementerian, lembaga, perangkat daerah wajib menggunakan produk dalam negeri termasuk rancang bangun dan perekeyasa nasional yang mepersyaratkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) paling sedikit 40%.
Berikutnya, strategi pemerintah dalam pemulihan kinerja industri ubin keramik, yakni dengan melibatkan kolaborasi antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan melalui pemberlakuan peraturan perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard ubin keramik selama tiga tahun melalui regulasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.010/2021. “Perluasan produksi PT Arwana Citramulia Tbk Plant 5A dan 5B Mojokerto juga sebagai wujud komitmen dalam melaksanakan structural adjustment sebagai syarat perpanjangan safeguard,” ujarnya.
Warsito pun menyampaikan, strategi selanjutnya yang berdampak signifikan adalah insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri sebesar USD6 per MMBTU melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEM Tahun 2020, yang selanjutnya diperbarui dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 134.K/HK.02/MEM.M Tahun 2021. Kebijakan ini terbukti meningkatkan efisiensi biaya operasional di tengah masa pandemi Covid-19. Capaian utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 juga mencapai 72%, atau tertinggi dalam lima tahun terakhir. Selain itu, multiplier effect dari insentif HGBT untuk industri keramik adalah peningkatan investasi seperti yang dilakukan PT Arwarna Citramulia Tbk di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Strategi pemulihan yang tepat tentunya berdampak pada perbaikan berkesinambungan sehingga kinerja ekspor industri keramik nasional pada kuartal I tahun 2022 mampu tumbuh positif sebesar 12% dengan total volume 3,9 juta meter persegi yang didukung oleh peningkatan penjualan ke negara Filipina, Malaysia, dan Thailand. Pencapaian positif kinerja ekspor juga diikuti dengan penurunan volume impor sebesar 21% (year on year) dari 18,5 juta meter persegi menjadi 14,4 juta meter persegi, yang berdampak pada kenaikan utilitas pada kuartal I-2022 berada di level 83%.
“Dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19 pada industri keramik nasional, pemerintah juga telah mengupayakan strategi khusus yang komprehensif sesuai regulasi pemberlakuan SNI Wajib ubin keramik yang terakomodir melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 85 Tahun 2016,” tegas Plt. Dirjen IKFT Kemenperin.
Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin dengan PT Arwana Citramulia Tbk tentang Fasilitasi Keramik untuk Pembuatan Dapur Bersih Bagi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah Pangan. Ini merupakan kali ketiga pelaksanaan kerjasama penyaluran CSR keramik dari PT Arwana Citramulia Tbk kepada IKM Pangan binaan Kementerian Perindustrian.
“Dalam rangka pemberdayaan IKM pangan, Kemenperin menyelenggarakan berbagai program pembinaan dan pendampingan agar IKM dapat berproduksi sesuai standar keamanan pangan. Salah satunya dengan pemberian keramik untuk ruang produksi yang difasilitasi oleh PT Arwana Citramulia Tbk,” ujar Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita.
Bantuan sejumlah 10.000 m2 keramik akan disalurkan kepada pengrajin IKM Pangan yang telah dikurasi oleh Ditjen IKMA, antara lain di Sentra IKM Makanan Ringan Kabupaten Mojokerto, Sentra IKM Gula Semut Kab. Banyumas, Sentra IKM Gula Semut Kab. Purbalingga dan Sentra IKM Garam Konsumsi Beryodium Kab. Pati.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang nyaris selesai. Hingga Minggu (26/4), progres pembangunan KIT Batang untuk Klaster 1 Fase 1 seluas 450 hektare (ha) sudah mencapai 95,17% alias nyaris selesai.
Targetnya akhir tahun ini, pembangunan KIT Batang yang dilakukan oleh PT PP Tbk (PTPP) akan menyelesaikan pembangunan kawasan ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan resminya mengatakan, kawasan ini nantinya akan digunakan untuk menarik investor khususnya para investor yang berkaitan dengan teknologi.
“Ini adalah kawasan industri di Batang . Total yang akan dikerjakan seluas 4.300 hektare (ha). Sekarang hampir selesai 450 hektar yang akan dipakai untuk investasi-investasi terutama yang berkaitan dengan teknologi,” ujarnya dalam keteranganya, Minggu (25/4)
Jika tak ada aral melitang, bahkan pada bulan Mei, akan dilaksanakan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk industri kaca. Sebut Jokowi, ini akan menjadi industri kaca terbesar di Asia Tenggara.
“Pada bulan Mei akan ada pelaksanaan groundbreaking atau peletakan batu pertama untuk industri kaca. Mungkin akan menjadi industri kaca yang terbesar di kawasan Asia Tenggara,” kata Jokowi.
Merujuk keterangan pemerintah dan juga Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada akhir tahun lalu, BKPM menyebut, ada beberapa perusahaan asing yang akan merelokasi pabriknya.
Salah satunya adalah perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) yang berencana relokasi ke wilayah yang ditawarkan pemerintah Indonesia, yaitu Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.
Perusahaan yang akan merelokasi investasinya ini bergerak di bidang usaha industri kaca, dengan rencana investasi US$ 330 juta yang akan dilakukan dalam dua tahap. Secara keseluruhan, potensi penyerapan tenaga kerja Indonesia diperkirakan mencapai 1.100 orang.
Sementara dalam keterangan sebelumnya, Kamis (23/4) PTPP yang menjadi kontraktor atas pembangunan kawasan KIT Batang ini memastikan akan menyelesaikan pembangunan kawasan industri ini seluas 450 ha akhir tahun ini.
Direktur Utama PT PP Novel Arsyad menyebut, hingga pertengahan April 2021, progress pembangunan pekerjaan untuk Zona 1 telah mencapai 99,80%. Sementara untuk Zona 2, dan Zona 3 di klister tersebut telah mencapai, 99,71%, dan 99,12%.
“Dengan progress yang sudah berjalan tersebut, kami optimistis dapat menyelesaikan pekerjaan lapangan tersebut tepat waktu sesuai dengan yang ditargetkan,” ujarnya.
Dengan rampungnya pekerjaan pada klaster tersebut diharapkan para investor dapat segera masuk untuk memulai pembangunan pabrik. Saat ini, PP melakukan pematangan lahan, pekerjaan cut dan fill serta menyiapkan lahan siap bangun bagi para investor.
Selain melaksanakan pekerjaan pematangan lahan KIT Batang Kluster I Fase I seluas 450 hektar, PTPP juga mengerjakan Paket I.1.B Pembangunan Jalan KIT Batang. Adapun lingkup pekerjaannya seperti pembangunan Jalan Baru sepanjang 3,639 kilometer dan 1 Jembatan sepanjang 84 (delapan puluh empat) meter.
Proyek yang didanai oleh APBN ini memiliki masa pelaksanaan selama hari kalender dan masa pemeliharaan selama hari kalender. Sampai dengan pertengahan April 2021 ini, pelaksanaan Pembangunan Jalan KIT Batang telah mencapai progres sebesar 43,71%.
“Dengan segera dibukanya Grand Batang City ini, Perseroan berharap dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di daerah Batang dan Provinsi Jawa Tengah,” jelas Novel.
Sumber: industri.kontan.co.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki) menyebut, realisasi Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat ke level 55,3 pada bulan Mei 2021 selaras dengan kinerja utilisasi industri keramik nasional yang juga tumbuh positif.
Di kuartal I-2021, utilisasi industri keramik nasional beradal di level 75%, kemudian kembali meningkat ke level 78% pada bulan Juni 2021. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan stimulus harga gas US$ 6 per MMBTU untuk industri keramik sangat efektif dan hadir di waktu yang tepat.
Meski terbantu oleh stimulus harga gas untuk sektor industri, para pelaku usaha keramik masih harus menghadapi tantangan berupa efek pandemi Covid-19 dan gangguan impor. Angka impor keramik naik hingga 24% pada periode Januari—Mei 2021 yang mana didominasi oleh produk keramik asal China yang tumbuh hampir 50%.
“Asaki mengharapkan atensi khusus dari pemerintah untuk penyelamatan industri keramik nasional dengan perpanjangan safeguard keramik bea masuk tindakan pengamanan (BMPT) di atas 30%. Akan sangat disayangkan jika stimulus harga gas terdistorsi oleh impor yang merajalela,” ungkap Ketua Umum Asaki Edy Suyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Jumat (18/6).
Selain bantuan stimulus harga gas, industri keramik yang lebih cepat pulih dan bangkit di tengah pandemi juga tak lepas dari peran aktif dan dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian.
Bentuk dukungan pemerintah terwujud pada Kamis, 17 Juni 2021, berkat terselenggaranya kegiatan business matching. Dalam hal ini, terdapat penandatanganan MoU antara Asaki dengan Real Estate Indonesia (REI) serta penandatanganan kontrak kerja sama antara anggota Asaki dengan pengembang properti yang diprakarsai oleh Kemenperin.
Hal ini merupakan salah satu terobosan luar biasa dan wujud kerja nyata dari Kemenperin untuk membantu pemulihan industri keramik dan penguatan industri keramik dalam rangka substitusi barang impor.
Kolaborasi antara Kemenperin, Asaki, serta asosiasi pengembang dan real estate Indonesia selain diharapkan menjadi titik balik kebangkitan industri keramik domestik, juga dapat membantu mengurangi defisit ekspor impor produk keramik yang mencapai US$ 1,1 miliar dalam 5 tahun terakhir.
“Asaki juga mengapresiasi Kementerian PUPR dan BUMN yang telah mendorong pemanfaatan produk bahan bangunan lokal seperti produk keramik, sanitary ware, genteng keramik dalam proyek infrastruktur dan properti,” terang Edy.
Dia melanjutkan, industri keramik merupakan industri strategis dengan produk yang memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) rata-rata di atas 85%.
Industri keramik siap memenuhi semua kebutuhan dan permintaan dalam negeri karena didukung oleh kapasitas produksi yang besar yakni 550 juta meter persegi per tahun, produk dengan desain dan teknologi mutakhir, harga yang kompetitif, dan keunggulan after sales service yang tidak dimiliki oleh produk-produk impor.
Sumber: industri.kontan.co.idf
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Forum Suplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSBBI) berkesempatan melakukan audiensi dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi pada Selasa, 28 September 2021.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum FOSBBI, Antonius Tan menyampaikan bahwa mereka memiliki tujuan untuk membina kerja sama dengan pemerintah, suplier dan pihak terkait lainnya dalam pemenuhan kebutuhan bahan bangunan dan perlengkapannya di Tanah Air.
"FOSBBI juga turut mendorong industri dalam negeri untuk terus meningkatkan kemampuan teknologi serta kualitas produk sehingga mampu memproduksi ubin porselen dan berupaya menarik investor dari luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia dan bisa berkontribusi pada perekonomian Indonesia," kata Antonius dalam siaran persnya dikutip Kompas.com, Rabu (6/10/2021).
Di hadapan Mendag, Antonius menjelaskan, terdapat perbedaan antara produk ubin porselen dengan ubin keramik.
Menurut dia, pasar ubin porselen di Indonesia sudah tercipta sejak 15 tahun lalu, di mana mayoritas dibutuhkan untuk segmen menengah ke atas.
"Jadi, sesungguhnya keberadaan ubin porselen tidak mengganggu pasar ubin keramik yang selama ini mayoritas di produksi industri dalam negeri, sasarannya juga berbeda, dan justru saling melengkapi," jelas Antonius.
"Ubin porselen banyak digunakan pada bangunan baru seperti mall maupun perkantoran karena presisi ukuran, design yang menarik dan lifestyle," sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun FOSBBI, kebutuhan total market ubin porselen di Indonesia sebesar 140 juta meter persegi per tahun.
Sedangkan ubin porselen yang diproduksi oleh 10 pabrik ubin porselen di dalam negeri hanya sebesar 70 juta meter persegi per tahun yang terserap habis oleh pasar, sehingga masih ada kekurangan 70 juta meter persegi per tahun yang harus dipenuhi.
"Berkaca dari data tersebut, suplier memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut," tutur Antonius.
Antonius mengatakan, pihaknya ingin mendorong para pelaku industri keramik nasional bertransformasi dengan meningkatkan produksi dan mengembangkan teknologi untuk membuat porcelain tile yang pasarnya akan semakin bertumbuh seiring berkembangnya sektor properti dan infrastruktur.
"Perkembangan market ubin porselen diprediksi akan semakin besar, diperlukan lebih banyak lagi investasi yang masuk ke Indonesia, tentunya yang mampu memproduksi ubin porselen. Dengan pertemuan ini, kami berharap dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan lapangan kerja maupun investasi di dalam negeri," tutup Antonius.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Forum Suplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSBBI) Antonius Tan mengatakan, masuknya produk keramik impor (ubin porselen) ke pasar dalam negeri diklaim tidak mengganggu kinerja industri ubin keramik lokal. Menurut Antonius, segmen pasar produk keramik impor (ubin porselen) dengan keramik lokal justru berbeda. Bahkan, masuknya produk ubin porselen impor akan menambah pilihan produk keramik untuk masyarakat Indonesia. "Pasar impor ubin porselen sudah tercipta sejak 15 tahun lalu, mayoritas dibutuhkan untuk segmen menengah ke atas. Jadi, sesungguhnya tidak mengganggu, sasarannya juga berbeda, dan justru saling melengkapi," kata Antonius Tan dalam siaran persnya, dikutip Kompas.com, Selasa (14/9/2021).
Dijelaskan Antonius, segmen ubin keramik konvensional saat ini memang sudah jauh ditinggalkan. Hal ini seiring dengan semakin sejahtera-nya kehidupan masyarakat di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, hinggga China. Walau demikian, dikatakan Antonius, hal ini harus diwaspadai. "Ini harus diwaspadai oleh industri ubin keramik lokal berbasis tanah lempung merah, kalau tidak akan tergilas dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pasar," jelasnya. Menurutnya, importasi produk ubin porselen akan terhenti dengan sendirinya tanpa perlu dihambat, bila industri dalam negeri siap dengan teknologi pembuatan ubin porselen. "Apalagi saat ini, industri keramik lokal sudah ditunjang dengan penurunan harga gas dan ketersediaan kaolin dalam negeri termasuk feldspar didalamnya untuk menghasilkan produk premium dengan harga yang kompetitif," terangnya.
Disisi lain, sudah saatnya industri ubin keramik lokal melakukan transformasi agar dapat memproduksi ubin porselen yang merupakan tujuan ditetapkannya pengenaan aturan safeguard (BMTP). Baca juga: Kurangi Ketergantungan Alkes Impor, BPPT Luncurkan TFRIC-19 Berdasarkan data yang dihimpun FOSBBI, dari 37 industri keramik lokal hanya 10 industri yang mampu memproduksi ubin porselen, itupun dengan kapasitas yang terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. "Ini dapat dibuktikan beberapa suplier ubin porselen tidak dapat dipenuhi pesanannya oleh produsen dalam negeri, apalagi harga produk lokal lebih murah dibandingkan dengan produk impor," paparnya.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 22 April 2024
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mengakselerasi dan membangkitkan industri keramik nasional. Salah satu langkah yang dilakukan, yakni melalui business matching antara produsen keramik dengan asosiasi sektor pengguna.
Upaya itu juga sekaligus mendorong penerapan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN). “Kita semua patut bersyukur,Indonesia memiliki industri keramik yang saat ini menduduki peringkat delapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta meter persegi (m2) per tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (17/6).
Lewat business matching, kata dia, diharapkan pelaku usaha sektor industri maupun sektor terkait lain seperti properti, pengembang, dan infrastruktur terus bersinergi, bergerak menciptakan peluang pasar baru, saling mengisi menjamin kepastian rantai pasok, serta kerja sama erat dalam menciptakan kemandirian ekonomi bidang industri keramik nasional. “Dengan langkah ini juga diharapkan produk industri keramik nasional dapat memiliki peran penting di pasar regional dan global,” tuturnya.
Business matching antara produsen keramik dengan asosiasi sektor pengguna, ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) dengan Real Estate Indonesia (REI) dan Perjanjian Kerja Sama Antara Perusahaan Industri Keramik Nasional Dengan Penyedia Jasa Properti atau Real Estate Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Swasta Nasional. Agus mengatakan, meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti real estate, perumahan, apartmen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah.
“Dalam jangka panjang, Industri keramik nasional akan sangat prospektif. Mengingat konsumsi keramik nasional per kapita sekitar 1,4 m2 masih lebih rendah dibandingkan konsumsi ideal dunia yang telah mencapai lebih dari 3 m2,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah yang gencar dalam pembangunan infrastruktur dan meningkatnya kebutuhan perumahan atau tempat tinggal oleh pekerja usia produktif, menjadi peluang pangsa pasar bagi industri keramik nasional. Ini dapat meningkatkan konsumsi keramik nasional dan memperluas pangsa pasar dalam negeri.
“Kita harus bangga keramik produksi dalam negeri memiliki keunggulan dari segi kualitas, tipe, desain atau motif, jaminan ketersediaan dan after sales service. Sekaligus memiliki TKDN rata-rata di atas 85 persen,” tuturnya.
Menperin menuturkan, Indonesia juga harus bangga karena saat ini ubin keramik dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor berbagai negara Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. “Kemudian perlu digarisbawahi, khusus produk ubin atau porcelain slab ukuran 3,2 meter x 1,6 meter baru Indonesia yang mampu memproduksi di dunia dan telah diekspor ke China, Australia, serta Amerika Serikat,” tutur dia.
Menurut Agus, meski turut dihantam badai pandemi Covid-19, ekspor ubin keramik meningkat sebesar 17 persen pada 2020 dibandingkan 2019 year on year (yoy). “Memperhatikan demand dalam negeri dan pangsa pasar ekspor yang telah mulai meningkat, beberapa produsen keramik nasional telah melakukan ekspansi atau perluasan, dan mengundang ketertarikan beberapa investasi baru,” jelasnya.
Menperin menambahkan, melalui business matching tersebut, diharapkan terjadi link and match antara produsen dalam negeri dan asosiasi pengguna. Hal itu diharapkan turut mampu menekan impor produk keramik.
“Persoalan impor akan terselesaikan apabila dibarengi dengan upaya mengoptimalkan pasar dalam negeri oleh produk-produk industri dalam negeri sendiri. Baik itu pembelian untuk penggunaan secara individu maupun korporasi atau keproyekan,” tutur Agus.
Sumber: ekonomi.republika.co.id