Perhubungan

Persaingan Pesawat Terbang: Boeing vs Airbus dan Tantangan Industri Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Persaingan dalam industri penerbangan telah berlangsung sejak pesawat pertama kali diterbangkan oleh Wright Brothers pada tahun 1903. Boeing dari Amerika Serikat dan Airbus dari Eropa menjadi dua pabrik pesawat terbang terbesar yang bersaing dalam memperebutkan pasar angkutan udara internasional. Keduanya telah menghasilkan pesawat-pesawat yang terkenal dan sukses di pasaran.

Boeing mencetak kesuksesan dengan pesawat B-707 pada tahun 1957, yang mampu membawa sekitar 140 penumpang. Pesawat ini berhasil memenuhi permintaan pasar global dengan lebih dari 1.000 unit diproduksi. Pada tahun 1969, Boeing meluncurkan pesawat B-747 yang menjadi ikon dalam industri penerbangan. Pesawat ini dapat membawa hingga 600 penumpang dan telah memproduksi lebih dari 1500 unit. B-747 juga dikenal sebagai "Jumbo Jet" dan dijuluki "Queen of the Skies". Selain itu, Eropa juga merespons persaingan dengan meluncurkan pesawat Concorde pada tahun yang sama. Concorde menjadi pesawat sipil pertama yang dapat terbang lebih dari dua kali kecepatan suara dan mampu membawa sekitar 100 penumpang.

Selanjutnya, fokus industri penerbangan bergeser ke pengembangan pesawat yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan ramah lingkungan, serta mengurangi tingkat kebisingan. Boeing meluncurkan B-777 dan Airbus meluncurkan A-330, keduanya merupakan pesawat berbadan lebar dengan hanya menggunakan dua mesin. Pesawat ini tidak hanya irit bahan bakar dibandingkan dengan pendahulunya yang menggunakan empat mesin, tetapi juga dirancang dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Industri penerbangan juga memperhatikan tren global untuk menjaga lingkungan, yang didukung oleh ICAO.

Pada tahun 2005, Airbus memperkenalkan A-380, pesawat raksasa yang mampu membawa hampir 900 penumpang. Meskipun awalnya sukses dengan produksi 242 unit, A-380 mulai menghadapi kesulitan bersaing karena masih menggunakan empat mesin. Selain itu, permintaan pasar juga bergeser ke pesawat bermesin dua yang lebih efisien secara ekonomi. Persaingan terbaru dalam industri penerbangan adalah antara Boeing B-737 dan Airbus A-320 dengan berbagai varian. Namun, kecelakaan yang melibatkan B-737 MAX 8 memicu pertanyaan tentang kredibilitas Boeing dan otoritas penerbangan FAA.

Namun, industri penerbangan menghadapi tantangan besar dengan datangnya pandemi COVID-19 yang menghentikan sebagian besar aktivitas penerbangan secara tiba-tiba. Penurunan tajam dalam jumlah penumpang menjadi masalah serius bagi industri ini. Saat ini, arah industri penerbangan global menjadi tanda tanya besar. Bagaimana bentuk layanan penerbangan akan berkembang dan ke mana industri ini akan menuju setelah pandemi masih belum dapat diprediksi dengan pasti. Hingga pandemi COVID-19 berhasil diatasi, arah industri penerbangan akan terus menjadi misteri yang hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Persaingan Pesawat Terbang: Boeing vs Airbus dan Tantangan Industri Penerbangan di Tengah Pandemi COVID-19

Perhubungan

Suara Bising Pesawat di Kota Tangerang: Penjelasan dan Penyebabnya Terkait Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Warga Kota Tangerang sedang heboh dengan kehadiran pesawat yang mengeluarkan suara bising. Kejadian ini telah terjadi dua kali dalam sebulan terakhir. Peristiwa pertama terjadi pada 12 Juli 2021, ketika sejumlah warga terkejut mendengar suara pesawat yang terasa dekat. Kehebohan ini diunggah oleh akun Instagram @abouttng pada hari yang sama. Dalam unggahan tersebut, terdapat tiga komentar dari warganet yang mengeluhkan suara pesawat yang masuk ke dalam rumah mereka.

Lokasi kejadian ini berdekatan dengan Bandara Soekarno-Hatta, karena itu seorang warganet yang tinggal di Kutabumi, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, mengungkapkan bahwa pesawat tersebut membuat suara yang terdengar hingga ke dalam rumahnya. Humas AirNav Bandara Soekarno-Hatta, Yohanes Sirait, merespons keluhan warga dengan menyebutkan bahwa pesawat besar yang dimaksud adalah pesawat kargo tipe Antonov AN12 dengan nomor penerbangan MSI6534. Pesawat ini lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 04.36 WIB pada tanggal 12 Juli 2021. Yohanes menjelaskan bahwa suara bising yang terdengar mungkin disebabkan oleh ukuran pesawat yang besar dan kecepatannya yang lambat.

Kejadian suara bising akibat pesawat terulang kembali pada tanggal 22 Juli 2021. Warga kembali dihebohkan dengan pesawat yang terbang rendah dan terus-menerus berputar di langit Tangerang. Akun Instagram @abouttng mengunggah tiga video pendek dan tiga foto terkait pesawat tersebut. Menurut akun tersebut, pesawat yang terlihat adalah tipe Beechcraft B300 King Air 350 yang umumnya digunakan sebagai pesawat penumpang regional atau pesawat kargo. Karena pesawat ini memiliki ukuran yang besar dan kecepatan yang lambat, suara yang dihasilkannya terdengar lebih lama. Yohanes menjelaskan bahwa pesawat tersebut adalah milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan yang sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Instrument Landing System (ILS) dan Precision Approach Path Indicator (PAPI).

ILS adalah alat bantu navigasi yang memberikan informasi kepada pilot untuk melakukan pendaratan di landasan bandara. Sedangkan PAPI adalah lampu alat bantu visual yang membantu pilot dalam mempertahankan posisi pesawat dengan pendekatan yang benar secara vertikal saat melakukan pendaratan. Pengecekan ini dilakukan oleh Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan selama dua minggu. Yohanes menyampaikan bahwa pengecekan ini bertujuan untuk memastikan kinerja alat bantu pendaratan yang optimal di Bandara Soekarno-Hatta.

Dalam kesimpulannya, warga Kota Tangerang telah dihebohkan oleh suara bising yang dihasilkan oleh pesawat yang terbang rendah dan berputar di langit. Pesawat tersebut adalah pesawat kargo tipe Antonov AN12 dan pesawat milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan yang sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta. Meskipun suara bising ini mengganggu, penyebabnya adalah proses pengecekan dan pemeliharaan yang penting untuk memastikan keselamatan penerbangan.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Suara Bising Pesawat di Kota Tangerang: Penjelasan dan Penyebabnya Terkait Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Perhubungan

Kehebohan Warga Tangerang Terkait Pesawat Bising, Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Lakukan Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 03 Mei 2024


Warga di Kota Tangerang dihebohkan oleh pesawat yang menghasilkan suara bising pada malam Kamis (22/7/2021). Kehebohan ini diunggah oleh akun Instagram @abouttng pada Jumat (23/7/2021) pagi. Akun tersebut membagikan tiga video singkat dan tiga foto terkait pesawat tersebut. Salah satu video menjelaskan bahwa pesawat tersebut terbang di atas wilayah Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, yang berdekatan dengan Bandara Soekarno-Hatta.

Pesawat yang terlihat tersebut adalah tipe Beechcraft B300 King Air 350, yang biasanya digunakan sebagai pesawat penumpang regional atau pesawat kargo. Karena pesawat ini memiliki ukuran besar dan kecepatan rendah, suara yang dihasilkannya terdengar lebih lama oleh warga sekitar.

Humas AirNav Bandara Soekarno-Hatta, Yohanes Sirait, mengonfirmasi bahwa pesawat tersebut merupakan milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan. Ia menjelaskan bahwa pesawat tersebut sedang menjalani operasional. Yohanes juga menyebutkan bahwa Balai Besar Kalibrasi sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan ILS (Instrument Landing System) dan PAPI (Precision Approach Path Indicator) di Bandara Soekarno-Hatta.

Pengecekan ini akan berlangsung selama sekitar dua minggu. Alat bantu pendaratan ILS dan PAPI digunakan oleh pilot untuk membantu mempertahankan posisi pesawat dengan benar saat melakukan pendaratan. Dengan adanya pengecekan ini, diharapkan kinerja alat bantu tersebut dapat dipastikan dalam kondisi optimal.

Warga sekitar Bandara Soekarno-Hatta di Kota Tangerang penasaran dengan keberadaan pesawat yang terbang rendah dan menghasilkan suara bising. Pesawat tersebut merupakan tipe Beechcraft B300 King Air 350 yang umumnya digunakan sebagai pesawat penumpang regional atau pesawat kargo. Menurut informasi dari Humas AirNav Bandara Soekarno-Hatta, pesawat tersebut adalah milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan. Saat ini, Balai Besar Kalibrasi sedang melakukan pengecekan alat bantu pendaratan ILS dan PAPI di bandara tersebut. Pengecekan ini akan berlangsung selama sekitar dua minggu untuk memastikan kinerja optimal dari alat bantu tersebut.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Kehebohan Warga Tangerang Terkait Pesawat Bising, Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Lakukan Pengecekan Alat Bantu Pendaratan

Perhubungan

Produsen Pesawat Terbesar di Dunia: Menghadapi Tantangan dan Inovasi dalam Era Pandemi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 03 Mei 2024


Industri penerbangan dunia telah mengalami perkembangan pesat sejak zaman Wright bersaudara sebagai perintis pesawat terbang. Potensinya diperkirakan akan mencapai pangsa pasar sebesar 562 miliar dollar AS (Rp 8 kuadriliun) pada tahun 2022. Industri ini merupakan salah satu puncak teknologi dalam masyarakat modern, dengan tingkat inovasi yang signifikan, seperti efisiensi bahan bakar yang lebih baik pada pesawat komersial dan penggabungan fitur siluman pada jet tempur militer.

Namun, pasar penerbangan dunia menghadapi gangguan akibat pandemi Covid-19 yang telah mengganggu manufaktur, rantai pasokan, dan operasi penerbangan di seluruh dunia. Dalam sebuah laporan oleh Nuffield Research, diperkirakan sekitar 400.000 orang dari tenaga kerja industri penerbangan dunia kehilangan pekerjaan akibat penghentian operasional dalam masa penguncian. Pengiriman pesawat ke maskapai juga mengalami penurunan signifikan, hanya setengah dari jumlah yang semula diperkirakan, yaitu lebih dari 1000 pesawat.

Artikel ini membahas tentang lima produsen pesawat terbesar di dunia berdasarkan data tahun 2020. Peringkat kelima dipegang oleh Northrop Grumman Corporation, perusahaan teknologi pertahanan dan kedirgantaraan multinasional berbasis di Amerika Serikat. Perusahaan ini memiliki 90.000 karyawan dan berada di peringkat 96 dalam daftar Fortune 500. Northrop Grumman Corporation memiliki basis pelanggan di 25 negara dan menghasilkan produk seperti drone otonom tak berawak X-47B dan pembom siluman B2 Spirit.

Peringkat keempat ditempati oleh Boeing Co, perusahaan multinasional Amerika Serikat yang mengkhususkan diri dalam merancang, mengembangkan, dan memproduksi pesawat sipil dan militer, roket, dan satelit. Boeing Co memiliki basis pelanggan global dan sebelum pandemi Covid-19, perusahaan ini berada di peringkat kedua dalam industri kedirgantaraan. Namun, kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max serta dampak pandemi menyebabkan penurunan posisi perusahaan dalam daftar Fortune 500.

Pada peringkat ketiga terdapat Raytheon Technologies Corporation, produsen pertahanan dan kedirgantaraan internasional yang terbentuk setelah merger antara Raytheon Company dan United Technologies Corporation. Perusahaan ini memiliki 181.000 karyawan dan merancang serta memproduksi komponen untuk industri kedirgantaraan dan pertahanan. Pendapatan utama Raytheon Technologies berasal dari kontrak dengan Pemerintah AS.

Airbus SE menempati peringkat kedua sebagai produsen pesawat terbesar di dunia. Perusahaan ini adalah perusahaan kedirgantaraan multinasional yang merancang, mengembangkan, memproduksi, dan menjual pesawat sayap tetap dan sayap putar untuk sektor sipil dan militer. Airbus telah menjual ribuan unit pesawat komersialnya, terutama Airbus A320 yang terkenal. Perusahaan ini memiliki pelanggan komersial seperti Delta Airlines, Jetblue Airways, dan IndiGo.

Peringkat pertama diduduki oleh Lockheed Martin Corporation, perusahaan AS yang bergerak dalam merancang, menguji, memproduksi, dan menjual teknologi kedirgantaraan dan pertahanan. Lockheed Martin menjadi produsen kedirgantaraan terbesar berdasarkan pendapatan pada tahun 2020, mengalahkan Boeing dan Airbus. Perusahaan ini memiliki karyawan sekitar 110.000 orang dan fokus utamanya adalah melayani Pemerintah AS, terutama Departemen Pertahanan, CIA, dan NASA. Produk unggulan Lockheed Martin termasuk pesawat SR71 Blackbird yang memiliki kecepatan dan ketinggian terbang yang mengesankan.

Meskipun industri penerbangan dunia menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19, produsen pesawat terbesar ini tetap berperan penting dalam mengembangkan dan memproduksi pesawat-pesawat inovatif untuk memenuPermintaan pesawat komersial mengalami penurunan yang signifikan akibat pandemi COVID-19. Banyak maskapai penerbangan mengurangi pesanan atau menundanya karena penurunan jumlah penumpang dan penggunaan pesawat yang terbatas. Beberapa produsen pesawat telah mengalami dampak yang cukup besar akibat penurunan permintaan ini.

Namun, produsen pesawat terus melakukan inovasi dan pengembangan untuk menghadapi tantangan ini. Mereka berfokus pada efisiensi bahan bakar yang lebih baik, teknologi yang lebih ramah lingkungan, dan peningkatan dalam hal keamanan dan kenyamanan penumpang. Selain itu, mereka juga memperluas portofolio produk mereka, misalnya dengan mengembangkan pesawat berbadan lebar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah.

Selain produsen pesawat terbesar yang disebutkan sebelumnya, ada juga produsen pesawat lain yang berperan penting dalam industri penerbangan, seperti Embraer (Brasil), Bombardier (Kanada), dan COMAC (China). Setiap produsen memiliki kekuatan dan spesialisasi tertentu dalam segmen pasar tertentu.

Secara keseluruhan, industri penerbangan terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan tantangan yang dihadapi. Dalam jangka panjang, diperkirakan permintaan akan pulih seiring dengan pemulihan ekonomi global dan pemulihan sektor penerbangan setelah pandemi COVID-19. Produsen pesawat akan terus berperan penting dalam memenuhi kebutuhan akan transportasi udara yang aman, efisien, dan inovatif.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Produsen Pesawat Terbesar di Dunia: Menghadapi Tantangan dan Inovasi dalam Era Pandemi

Perhubungan

Kisah Tragedi Penerbangan yang Membentuk Masa Depan Keselamatan Udara

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 03 Mei 2024


Industri penerbangan telah mengalami transformasi besar dalam hal keselamatan dari waktu ke waktu. Terlepas dari kemajuan teknologi yang membuat penerbangan dengan pesawat jet menjadi jauh lebih aman, banyak dari perbaikan keselamatan ini berasal dari pelajaran yang dipetik dari sejumlah tragedi penerbangan yang mengubah cara dunia memandang keselamatan udara.

Salah satu contoh terbesar adalah tragedi tabrakan di langit Grand Canyon pada tahun 1956, yang mengakibatkan 128 jiwa melayang. Dari kecelakaan tersebut, Amerika Serikat menggelontorkan dana besar untuk meningkatkan sistem kontrol lalu lintas udara (ATC), yang pada gilirannya mengarah pada pembentukan Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk mengawasi keselamatan udara. Kejadian serupa yang melibatkan pesawat kecil di Los Angeles pada tahun 1986 memaksa FAA untuk memperketat regulasi, termasuk penggunaan transponder dan sistem penghindaran tabrakan (TCAS II).

Peningkatan keselamatan juga terjadi di dalam pesawat, seperti di United Airlines 173 pada tahun 1978, di mana penerapan prosedur pelatihan Cockpit Resource Management (CRM) menjadi standar industri setelah kegagalan komunikasi dalam kokpit menyebabkan kecelakaan fatal. Begitu pula dengan peningkatan deteksi bahaya, seperti pada Air Canada 797 pada tahun 1983, yang menyebabkan penggunaan detektor asap dan pemadam api otomatis di pesawat.

Selain itu, tragedi seperti Aloha Airlines 243 pada tahun 1988, di mana sebagian besar badan pesawat terkoyak di udara, mendorong perubahan dalam cara pesawat diinspeksi dan dirawat, untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh korosi dan tekanan berulang selama penerbangan. Begitu juga dengan peningkatan dalam pelatihan pilot, seperti yang dilihat dalam kecelakaan Air France 447 pada tahun 2009, yang menyoroti ketergantungan pada otomatisasi dan mendorong upaya untuk melatih ulang pilot dalam penerbangan manual.

Kesimpulannya, tragedi-tragedi penerbangan yang menyedihkan telah menjadi katalisator bagi perbaikan besar dalam keselamatan penerbangan. Dari peningkatan sistem kontrol hingga inovasi dalam deteksi bahaya dan pelatihan pilot, industri penerbangan terus belajar dari masa lalu untuk menciptakan masa depan yang lebih aman bagi semua penumpang udara.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Kisah Tragedi Penerbangan yang Membentuk Masa Depan Keselamatan Udara

Perhubungan

Misteri yang Mengelilingi 10 Insiden Pesawat Hilang di Dunia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 03 Mei 2024


Insiden pesawat yang hilang masih menjadi isu keamanan yang menghantui industri penerbangan di seluruh dunia. Salah satu contoh insiden tersebut adalah hilangnya Malaysia Airlines MH370, yang penyebabnya masih menjadi misteri hingga saat ini. Pada tahun 2019, Otoritas Penerbangan Irlandia memperkenalkan sistem satelit radar baru yang diklaim dapat memberikan lokasi yang akurat dari pesawat di seluruh dunia dalam kasus kecelakaan atau insiden lainnya. Inovasi ini diharapkan dapat mengatasi fenomena hilangnya pesawat dari radar yang dapat menghambat upaya penyelamatan.

Beberapa contoh pesawat yang telah menghilang dan masih menyisakan berbagai misteri, seperti yang dilaporkan oleh The Irish Times, antara lain:

  1. Malaysia Airlines MH370: Pesawat ini menghilang saat dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada Maret 2014. Meskipun upaya pencarian telah dilakukan selama berbulan-bulan, pesawat dan penumpangnya hingga kini belum ditemukan.

  2. Air France 447: Pada tahun 2009, Air France Penerbangan 447 jatuh ke Samudra Atlantik dengan kehilangan 216 penumpang dan 12 awak. Penyebab kecelakaan ini awalnya menjadi misteri, tetapi setelah dua tahun pencarian, data penerbangan kotak hitam dan perekam suara berhasil ditemukan.

  3. Pesawat Amelia Earhart: Pada tahun 1937, Amelia Earhart dan navigator Fred Noonan menghilang di atas Pasifik saat melakukan penerbangan keliling dunia dengan pesawat Lockheed Electra 10E. Hingga kini, pesawat dan awaknya tidak pernah ditemukan.

  4. Pesawat Pengebom Porpedo 19: Lima pesawat pembom torpedo Angkatan Laut Amerika Serikat menghilang di atas Segitiga Bermuda selama penerbangan pelatihan rutin pada puncak Perang Dunia II. Keempat belas awak pesawat tidak pernah ditemukan.

  5. Flying Tiger 739: Pada tahun 1962, Flying Tiger Flight 739 milik Angkatan Darat Amerika Serikat menghilang di Palung Mariana di Samudra Pasifik saat dalam perjalanan dari Guam ke Filipina. Meskipun upaya pencarian melibatkan ribuan orang dan berbagai sarana, pesawat ini tidak pernah ditemukan.

  6. Penerbangan Angkatan Udara Uruguay 571: Pesawat angkatan udara Uruguay menghilang saat melintasi Pegunungan Andes pada tahun 1972. Setelah 72 hari, 16 orang yang selamat ditemukan. Mereka harus bertahan hidup dengan memakan jasad penumpang yang sudah meninggal.

  7. Tabrakan Star Dust pada 1947: Pesawat British South American Airways Star Dust menghilang pada tahun 1947 saat terbang dari Buenos Aires ke Santiago. Lebih dari 50 tahun kemudian, potongan-potongan puing pesawat dan bagian tubuh penumpang ditemukan di Pegunungan Andes.

  8. Kecelakaan pesawat Angkatan Udara India: Pada tahun 2016, pesawat angkut Antonov An-32 milik Angkatan Udara India menghilang dengan 29 orang di atas Teluk Benggala. Meskipun pencarian dilakukan dengan melibatkan kapal selam, kapal permukaan, dan pesawat, pesawat ini tidak pernah ditemukan.

  9. Lady Be Good: Sebuah pesawat B-24D Korps Udara Angkatan Darat AS bernama Lady Be Good hilang saat misi pengeboman di Italia pada tahun 1943. Pesawat ini ditemukan di gurun Libya pada tahun 1958, dan delapan awaknya ditemukan selamat.

  10. Vancouver Douglas DC-4: Pada tahun 1951, pesawat Douglas DC-4 yang berangkat dari Vancouver menuju Anchorage menghilang di tengah perjalanan. Tidak ada jejak pesawat atau penumpang yang ditemukan.

 

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Misteri yang Mengelilingi 10 Insiden Pesawat Hilang di Dunia
« First Previous page 7 of 27 Next Last »