Perhubungan

Indonesia Meraih Keberhasilan dengan Pesawat N-219: Solusi Transportasi untuk Wilayah Terpencil

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Indonesia akhirnya berhasil mendapatkan pesawat terbang setelah melalui proses sertifikasi yang cukup lama. Pesawat tersebut adalah N-219, yang telah menyelesaikan pengujian sertifikasi dari Otoritas Kelaikudaraan Sipil Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pesawat N-219 memenuhi standar keudaraan CASR Bagian 23 untuk pesawat dalam kategori normal, utilitas, akrobatik, atau komuter.

Pesawat N-219 dikembangkan dengan tujuan untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil di Indonesia. Pesawat ini memiliki kapasitas untuk mengangkut 17-19 penumpang dengan muatan maksimum sebesar 2.313 kilogram. Kecepatan jelajah maksimum pesawat ini mencapai 210 knot atau sekitar 388 kilometer per jam. Diharapkan konektivitas antar wilayah ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah terpencil serta memelihara pertahanan dan keamanan. Desain pesawat ini juga memperhatikan kebutuhan transportasi di wilayah terpencil, seperti kemampuan terbang di daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter, terbang dalam cuaca yang berubah-ubah, dan kemampuan mendarat di perairan dengan versi amfibi.

Pesawat N-219 juga memiliki kemampuan mendarat di landasan pacu yang relatif pendek, hanya membutuhkan kurang dari 600 meter landasan pacu yang bahkan berupa tanah yang dicangkul. Pesawat ini dilengkapi dengan berbagai fitur untuk mendukung misi transportasi, evakuasi medis, pengangkutan kargo, pengawasan, dan pencarian dan penyelamatan (SAR). N-219 juga memiliki kabin dengan penampang terbesar di kelasnya dan pintu kargo yang lebar.

Pesawat ini menggunakan teknologi elektronik dan avionik yang lebih canggih dibandingkan dengan jenis pesawat sebelumnya. Salah satu teknologi yang diterapkan adalah sistem peringatan dan peringatan medan untuk memberikan pandangan tiga dimensi kepada pilot. Pesawat N-219 yang merupakan kebanggaan Indonesia ini memiliki mesin ganda dan dilengkapi dengan sistem mekanis untuk penggerak dan kemudi. Untuk mengurangi biaya produksi, pesawat ini menggunakan komponen lokal sebanyak mungkin. Saat ini, sekitar 44 persen dari total komponen yang digunakan berasal dari dalam negeri, dan persentase ini diharapkan terus meningkat hingga mencapai 55-60 persen.

Dengan hadirnya pesawat N-219, diharapkan aksesibilitas ke wilayah-wilayah terpencil di Indonesia dapat ditingkatkan, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat pertahanan serta keamanan di daerah tersebut. Pesawat ini menjadi salah satu contoh prestasi dalam industri dirgantara Indonesia yang semakin berkembang.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Indonesia Meraih Keberhasilan dengan Pesawat N-219: Solusi Transportasi untuk Wilayah Terpencil

Perhubungan

Pesawat Terbang: Penemuan yang Mengubah Dunia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Sejarah penemuan pesawat terbang mencatat peranan besar Orville dan Wilbur Wright, dua bersaudara yang terampil dalam bidang mekanika, dalam mewujudkan impian penerbangan manusia. Melalui serangkaian upaya dan percobaan, pada tanggal 17 Desember 1903, mereka berhasil menerbangkan pesawat terbang yang mereka rancang sendiri.

Setelah penemuan tersebut, pesawat terbang terus mengalami perkembangan yang mengikuti kebutuhan masyarakat. Dengan pesawat terbang, dibutuhkan adanya bandar udara untuk lepas landas dan mendarat, serta berbagai inovasi lainnya agar pesawat dapat mengangkut barang dan manusia dengan lebih efisien.

Dampak dari penemuan pesawat terbang sangat signifikan, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Secara ekonomi, pesawat terbang menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru, seperti pilot, pramugara/pramugari, staf bandara, dan sebagainya. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian suatu wilayah.

Selain itu, kemudahan aksesibilitas yang diberikan oleh pesawat terbang juga mempercepat kegiatan ekonomi, seperti pengiriman barang dan perjalanan bisnis. Bandar udara dan layanan penerbangan yang tersedia memudahkan mobilitas dan pertukaran barang antar wilayah, yang pada akhirnya meningkatkan kemakmuran ekonomi.

Tidak hanya dalam aspek ekonomi, penemuan pesawat terbang juga memiliki dampak sosial budaya yang besar. Pesawat terbang memungkinkan masyarakat untuk bepergian dengan cepat dan efisien, yang pada gilirannya memperluas cakupan interaksi sosial dan pertukaran budaya antar berbagai wilayah di dunia.

Dengan demikian, penemuan pesawat terbang tidak hanya membuka pintu bagi kemajuan teknologi dan transportasi, tetapi juga menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah manusia yang mengubah pola kehidupan sosial dan ekonomi secara signifikan.

Sumber : kompas.com

 
Selengkapnya
Pesawat Terbang: Penemuan yang Mengubah Dunia

Perhubungan

Mengungkap Fakta di Balik Misteri Segitiga Bermuda: Meninjau Kejadian yang Tidak Terjelaskan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Segitiga Bermuda, yang juga dikenal sebagai Segitiga Setan, telah menarik perhatian publik selama lebih dari 56 tahun. Nama ini pertama kali digunakan oleh penulis Amerika bernama Vincent Gaddis pada tahun 1964 dalam majalah Argosy. Segitiga ini terletak di Lautan Atlantik, di lepas pantai Florida, dan memiliki bentuk segitiga. Kejadian-kejadian misterius yang melibatkan kapal dan pesawat yang menghilang secara tak terduga di daerah ini menjadi daya tarik utama.

Pada tahun 1945, terjadi insiden yang mencengangkan ketika 5 pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat dan 14 awaknya hilang saat melakukan latihan rutin. Letnan Charles Taylor, sang kapten, melaporkan melalui radio bahwa mereka masuk ke dalam "air putih" yang aneh dan tidak mengetahui lokasi mereka. Meskipun Angkatan Laut AS melakukan investigasi, hasilnya menyebutkan "penyebab tidak diketahui". Sejak itu, sekitar 25 pesawat kecil dilaporkan hilang di Segitiga Bermuda sampai tahun 1980-an tanpa ada petunjuk atau puing yang ditemukan.

Faktanya, penjelasan yang masuk akal dan tidak berhubungan dengan hal-hal supranatural atau paranormal dapat ditemukan saat mempelajari lebih lanjut tentang kejadian di Segitiga Bermuda. Misalnya, penyelidikan pada insiden hilangnya Charles Taylor dan pesawat-pesawatnya menemukan bahwa mereka tersesat dalam cuaca buruk dan gelap. Taylor sendiri pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. Para pilot yang terlibat juga masih dalam masa pelatihan, sehingga mereka mungkin tidak terbiasa menghadapi situasi terbang di malam hari atau cuaca buruk dengan baik. Selain itu, pesawat yang jatuh di lautan dalam waktu singkat cenderung tenggelam tanpa meninggalkan jejak yang jelas, dan teknologi pencarian saat itu juga terbatas.

Kini, pesawat-pesawat besar sering melintasi Segitiga Bermuda tanpa mengalami masalah, dan penerbangan di kawasan tersebut dapat dilacak secara online. Selain itu, jumlah kapal dan pesawat yang hilang di Segitiga Bermuda tidak jauh berbeda dengan daerah laut lainnya. Pada kenyataannya, lebih banyak pesawat kecil yang jatuh di daratan Amerika Serikat daripada di Segitiga Bermuda, tetapi karena puing-puing pesawat tersebut dapat ditemukan, insiden tersebut tidak dianggap misterius. Oleh karena itu, penting untuk tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa fenomena di Segitiga Bermuda disebabkan oleh hal-hal supranatural atau paranormal.

Ketika kita menghadapi kejadian yang sulit dijelaskan, sangat menggoda untuk mencari penjelasan yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib. Namun, penting untuk tetap berpikir kritis dan terbuka terhadap kemungkinan penjelasan yang lebih sederhana. Dalam banyak kasus, ketika kita mempelajari lebih lanjut tentang kejadian tersebut, misteri dapat terpecahkan. Meskipun masih ada beberapa insiden di Segitiga Bermuda yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya, hal itu tidak berarti bahwa penyebabnya bersifat supranatural atau paranormal. Mungkin saja masih ada aspek yang belum kita ketahui atau teknologi yang perlu ditingkatkan untuk memberikan penjelasan yang lebih akurat.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Mengungkap Fakta di Balik Misteri Segitiga Bermuda: Meninjau Kejadian yang Tidak Terjelaskan

Perhubungan

Stuntwoman Emirates Kembali Memukau dengan Aksi di Burj Khalifa untuk Merayakan Dubai Expo

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


KOMPAS.com - Pesawat terbang biasa kita gunakan untuk bepergian ke luar kota maupun luar negeri, serta merupakan salah satu moda transportasi udara yang sangat vital bagi manusia. Perjalanan sejarah penemuan pesawat terbang cukup panjang. Pesawat terbang menjadi salah satu penemuan penting bagi dunia, oleh karenanya, setiap tanggal 7 Desember ditetapkan sebagai Hari Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Day. Tak mengherankan jika pesawat terbang disebut sebagai penemuan yang mengubah dunia. Lantas, sebenarnya bagaimana sejarah penemuan pesawat terbang? Pada tahun 1783, beberapa aeronaut melakukan penerbangan yang dengan balon yang lebih ringan dari udara, lalu diisi dengan udara panas atau gas hidrogen. Akan tetapi mereka menyadari bahwa hal tersebut bukan cara yang praktis untuk terbang. Sementara, pada abad ke-19 seorang baronet Inggris, George Cayley menyusun mesin dengan sayap, sistem propulsi, dan permukaan kontrol yang dapat digerakkan untuk terbang yang diketahui sebagai konsep dasar pesawat.

Dia juga tercatat sejarah sebagai salah satu penemu pesawat pertama. Cayley mengisi kesenjangan antara teori fisika, penelitian teknik, dan impian tentang penerbangan. Untuk mewujudkan keinginannya, dia mengumpulkan data aerodinamis dalam desain pesawat bersayap, dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan pada abad ke-18 untuk penelitian balistik. Cayley menjelaskan, bahwa mesin pesawat terbang memiliki sistem yang terpisah. Dia memfokuskan eksperimennya pada sayap pesawat terbang. Pada tahun 1799, Cayley mendefinisikan gaya angkat dan tarik lalu mempresentasikan desain ilmiah pesawat terbang untuk pertama kalinya. Hal tersebut menyebabkan para ahli bidang aeronautika, ilmuwan dan insinyur mulai merancang dan menguji pesawat terbang. Dikutip dari laman Wright Brothers Aeroplane Company, seorang pria disebut telah melakukan penerbangan berawak pertama dengan pesawat layang yang dirancang oleh Cayley pada tahun 1849. Sejarah penemuan pesawat terbang tak hanya berasal dari Cayley, maupun Wright bersaudara. Ilmuwan lain seperti Francis Wenham dan Horatio Phillips pun ikut mempelajari desain sayap melengkung.

Dilansir dari History, (13/11/2020) Wright bersaudara tercatat sebagai pelopor dan penemu penerbangan pesawat pertama kali pada 17 Desember 1903. Wilbur Wright dan Orville Wright adalah kakak beradik yang berasal dari wilayah Millville, Indiana. Meski mereka tidak mengenyam bangku perkuliahan, keduanya memiliki keinginan untuk dapat membuat alat transportasi yang dapat digunakan manusia dengan lebih cepat dan mudah. Keinginan keduanya berawal ketika ayahnya, Milton Wright membawa sebuah helikopter kecil di tahun 1878 . Sangat sederhana, mainan tersebut hanya terbuat dari gabus, bambu, dan kertas, serta ditenagai oleh karet gelang untuk memutar bilahnya. Dari sana lah, Wilbur dan Orville kemudian menumbuhkan kecintaanya pada aeronautika dan pesawat terbang. Selalu mengerjakan proyek mekanis yang berbeda dan mengikuti penelitian ilmiah, Wright bersaudara sangat memercayai penelitian ilmiah terkait dengan pesawat terbang, mereka mengikuti penelitian penerbang di Jerman yang disampaikan insinyur Otto Lilienthal. Namun, ketika Lilienthal meninggal, keduanya memutuskan untuk memulai eksperimen mereka sendiri untuk membuat pesawat terbang. Selanjutnya, Wilbur dan Orville mulai mencoba mencari cara untuk merancang sayap pesawat agar dapat terbang.

Melalui pengamatan terhadap burung, mereka melihat tampaknya burung memiringkan sayap untuk menjaga keseimbangan maupun mengontrolnya. Akhirnya Wilbur dan Orville meniru perilaku burung dengan mengembangkan konsep yang disebut lengkungan sayap. Sementara itu, mereka menambahkan kemudi yang dapat digerakkan, sehingga pada tahun 1903 mereka berhasil menerbangkan pesawat selama 59 detik, menempuh jarak 852 kaki di Kitty Hawk, North Carolina. Sayangnya, pada saat itu penemuan Wright bersaudara tidak dihargai oleh pers ataupun ahli penerbangan lainnya. Akibatnya, Wilbur pergi ke Eropa di tahun 1908, dan berharap akan lebih meyakinkan publik serta dapat menjual pesawat terbang buatannya. Sesampainya di Prancis, Wilbur melakukan banyak penerbangan umum dan memberikan tumpangan kepada pejabat, jurnalis, dan negarawan. Di negara ini lah dia lebih dihargai dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Segera setelah Wright Bersaudara melakukan penerbangan bertenaga pertama mereka pada tahun 1903, mereka mulai mengembangkan pesawat buatannya agar dapat dipasarkan. Akan tetapi, setelah berita penerbangan pertama Wright bersaudara di Kitty Hawk dan Huffman Prairie diketahui, ada klaim bahwa peneliti lain merupakan orang yang melakukan penerbangan pesawat pertama.  Kendati demikian, Orville disebut sebagai pilot untuk pesawat berbahan bakar bensin pertama yang digerakkan dengan baling-baling biplan tersebut.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Stuntwoman Emirates Kembali Memukau dengan Aksi di Burj Khalifa untuk Merayakan Dubai Expo

Perhubungan

Pemulihan Penerbangan Pasca Pandemi: Tanda-Tanda Optimisme dan Tantangan yang Dihadapi Industri Penerbangan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Dampak pandemi Covid-19 telah menghentikan sebagian besar aktivitas penerbangan di seluruh dunia pada tahun 2020. Menurut laporan dari Mastercard.com, industri penerbangan global mengalami kerugian hingga mencapai 350 miliar dolar AS. Meskipun demikian, harapan akan pemulihan industri penerbangan muncul pada tahun 2021, terutama berkat lonjakan permintaan penerbangan domestik di beberapa negara.

Hasil survei yang dilakukan oleh Mastercard Economic Institute di 32 negara pada bulan Mei 2021 menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam perjalanan, khususnya dalam peningkatan pesanan penerbangan domestik di beberapa negara. Amerika Serikat, Brazil, dan Australia merupakan beberapa negara yang mengalami peningkatan signifikan dalam permintaan penerbangan domestik.

Di Indonesia, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) bersama Universitas Padjajaran telah melakukan kajian mengenai pemulihan industri penerbangan melalui serangkaian forum diskusi kelompok (FGD) antara Februari hingga April 2021. Berdasarkan hasil kajian ini yang terdokumentasi dalam INACA White Paper, diprediksi bahwa pemulihan industri penerbangan domestik akan dimulai pada awal tahun 2022.

Namun, pemulihan penerbangan internasional diperkirakan akan memakan waktu lebih lama, baru akan dimulai pada akhir tahun 2023. Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, menyatakan bahwa kajian ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang diperlukan untuk memfasilitasi pemulihan industri penerbangan. Denon juga berharap bahwa kajian ini akan membantu para pengambil keputusan, pemerintah, dan maskapai penerbangan dalam merancang strategi dan intervensi yang diperlukan untuk memulihkan sektor penerbangan selama dan pasca pandemi Covid-19.

Sementara itu, perkembangan penerbangan internasional untuk keperluan hiburan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Data dari Mastercard.com menunjukkan bahwa pada Mei 2021, jumlah penerbangan internasional untuk keperluan hiburan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Januari 2021. Meskipun demikian, peningkatan ini tidak merata di seluruh dunia karena beberapa faktor seperti tingkat vaksinasi yang lambat, munculnya varian Covid-19 baru, dan ketidakpastian dalam peraturan perjalanan internasional yang terus berubah.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Pemulihan Penerbangan Pasca Pandemi: Tanda-Tanda Optimisme dan Tantangan yang Dihadapi Industri Penerbangan

Perhubungan

Mengenang Nurtanio: Jejak Langkah Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 06 Mei 2024


Pada Minggu petang, tanggal 10 Oktober 2021, saya menemukan kembali buku berjudul "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia" di ruang kerja saya. Buku ini diterbitkan atas prakarsa Bapak Ashadi Tjahjadi, mantan Kepala Staf Angkatan Udara dari tahun 1977 hingga 1982. Isi buku ini mengulas sejarah industri penerbangan Indonesia, di mana Nurtanio memiliki peran penting dalam pengembangannya. Salah satu bab dalam buku tersebut juga mencatat sejarah berdirinya Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) yang sekarang sudah tidak ada lagi. Prakarsa untuk mendirikan Lapan awalnya berasal dari gagasan Marsekal Muda RJ Salatun, yang pada saat itu menjabat sebagai sekretaris Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (Depanri) pada akhir tahun 1963. Bersama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang juga menjabat sebagai ketua harian Depanri, RJ Salatun mengusulkan pendirian Lapan.

Meskipun RJ Salatun awalnya diusulkan untuk menjabat sebagai Dirjen Lapan, ia dengan sopan menolak jabatan tersebut dan mengusulkan Nurtanio sebagai penggantinya. Meskipun awalnya Nurtanio ragu karena sudah merangkap beberapa jabatan lainnya, namun akhirnya ia menerima dan menjadi Direktur Jenderal Lapan yang pertama. Namun, saat ini baik Lapan maupun Depanri sudah tidak ada lagi di tahun 2021.

Buku tersebut juga mencatat komentar menarik dari Prof. DR. H Priyatna Abdurrasyid, SH PhD, yang berkunjung ke lokasi pak Nurtanio di Andir, Bandung pada tahun 1966. Pada tahun 1973, ketika ia terpilih sebagai Direktur International Institute of Space Law di Paris, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk mempromosikan kreasi dan karya Nurtanio kepada rekan-rekannya dari Aerospatiale. Karya-karya Nurtanio menjadi faktor penentu bagi Aerospatiale untuk menanamkan modal dan keahlian mereka di bidang penerbangan di Indonesia.

Aerospatiale bahkan berencana memindahkan sebagian pabrik pesawat mereka dari Toulouse, Perancis, ke Indonesia, dengan nama Industri Pesawat Udara Nurtanio. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan oleh pihak tertentu, meskipun telah ada kesepakatan antara Indonesia dan Perancis. Hal ini sangat disayangkan karena proyek patungan antara Aerospatiale Perancis dan TNI AU tersebut akan menjadi pengakuan atas kemampuan dan kreativitas Nurtanio dalam industri pesawat udara.

Catatan menarik ini disampaikan dalam buku "Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia", yang ditulis oleh JMV. Soeparno dan diterbitkan oleh Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) bekerja sama dengan Q-Communication untuk Keluarga Besar Nurtanio Pringgoadisuryo (alm) pada tahun 2004.

Sumber: kompas.com

 
Selengkapnya
Mengenang Nurtanio: Jejak Langkah Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia
« First Previous page 6 of 27 Next Last »