Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
Staatsspoorwegen (SS), yang secara lengkap disebut Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch–Indië (SS en T), adalah nama sebuah perusahaan kereta api di Hindia Belanda. Perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi salah satu perusahaan kolonial yang beroperasi di wilayah tersebut. Saat ini, perusahaan ini telah berkembang menjadi PT Kereta Api Indonesia.
Staatsspoorwegen adalah pesaing utama dari perusahaan kereta api lainnya di Hindia Belanda, yaitu Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Perusahaan ini memiliki tiga lebar sepur, yaitu 1.067 mm, 750 mm, dan 600 mm. Sepur berukuran 1.067 mm digunakan untuk rel berat, sedangkan sepur 750 mm dan 600 mm digunakan khusus untuk jalur trem.
Dalam struktur organisasinya, awalnya Staatsspoorwegen merupakan sebuah jawatan terpisah. Namun, pada tanggal 1 Maret 1888, perusahaan ini digabungkan ke dalam Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda). Pada masa itu, Staatsspoorwegen dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal. Pada tanggal 1 Juli 1909, Jawatan Kereta Api dan Trem Negara (Staatsspoor en Tramwegen) juga digabungkan ke dalam Departemen Perusahaan Negara (Gouvernements Bedrijven) dan dipimpin oleh seorang Kepala Inspektur.
Pada tanggal 1 November 1917, terjadi strukturisasi dalam perusahaan ini. Staatsspoorwegen terorganisasi menjadi beberapa bagian yang dipimpin oleh Kepala Bagian. Kepala Jawatan Kereta Api dan Trem dipimpin oleh seorang Direktur Perusahaan Negara yang bertanggung jawab dalam hal pemasangan, persediaan, dan lingkungan eksploitasi jalan kereta api dan trem. Pada saat yang sama, terdapat juga Jawatan Pengawasan Kereta Api dan Trem yang bertanggung jawab dalam pengawasan umum terhadap perusahaan kereta api milik pemerintah dan swasta. Jawatan ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Pengawasan Kereta Api dan Trem yang berada di bawah Departemen Perusahaan Negara.
Setelah pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Staatsspoorwegen dan perusahaan kereta api lainnya langsung diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan diubah namanya menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama masa pendudukan Jepang, operasional kereta api difokuskan untuk kepentingan perang dan pengangkutan hasil tambang batu bara. Namun, setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, stasiun dan kantor pusat kereta api dikuasai kembali oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 28 September 1945, terjadi pengambilalihan secara penuh atas Kantor Pusat Kereta Api di Bandung. Pada tahun 1946, Belanda kembali ke Indonesia dan membentuk kembali perusahaan kereta api di sana dengan nama Staatsspoorwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), yang merupakan gabungan dari Staatsspoorwegen dan beberapa perusahaan kereta api swasta, kecuali Deli Spoorweg Maatschappij.
Sumber: id.wikipedia.org
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
Lintas Raya Terpadu Jakarta (LRT Jakarta) adalah sistem transportasi rel terpadu yang melayani DKI Jakarta. LRT ini memiliki jalur sepanjang 5,8 km yang melayani enam stasiun. Dimiliki dan dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, layanan LRT dioperasikan oleh PT LRT Jakarta, anak perusahaan dari PT Jakarta Propertindo (Perseroda). Pembangunan LRT dimulai pada Juni 2016 dan mulai beroperasi penuh pada 1 Desember 2019.
Latar Belakang Pengembangan
Ide pembangunan LRT muncul setelah proyek Monorel Jakarta mengalami kebuntuan. Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menolak pembangunan depo monorel di atas Waduk Setiabudi untuk mencegah kejadian banjir seperti tahun 2013. Proyek monorel akhirnya dihentikan karena investor tidak memenuhi persyaratan lanjutan. Sebagai gantinya, Pemprov DKI Jakarta memprioritaskan pembangunan LRT dengan harapan proyek ini lebih konsisten dan tidak mangkrak seperti monorel.
Rencana Pembangunan
Rencana pembangunan LRT Jakarta didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Transportasi Umum di DKI Jakarta. LRT diharapkan melengkapi transportasi umum Jakarta dan siap sebelum Asian Games 2018. Gubernur DKI Jakarta kemudian menunjuk PT Jakarta Properindo dan PT Pembangunan Jaya untuk membangun LRT ini.
Fase I Pembangunan
Pemasangan tiang pancang pertama untuk LRT Jakarta dilakukan pada 22 Juni 2016, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-489. PT Wijaya Karya ditunjuk sebagai kontraktor proyek senilai Rp5,29 triliun dan pembangunan dimulai awal 2017 setelah persiapan lahan selesai. Armada LRT terdiri dari delapan rangkaian kereta yang diproduksi oleh Hyundai Rotem, Korea Selatan. Kereta pertama tiba di Tanjung Priok pada 13 April 2018.
Uji Coba dan Operasional
Pembangunan LRT mengalami keterlambatan dan tidak sepenuhnya siap untuk Asian Games 2018, sehingga hanya dapat beroperasi terbatas mulai 15 Agustus 2018 sebagai uji coba. Uji coba tanpa tarif dimulai pada 11 Juni 2019, dapat diakses dengan registrasi terlebih dahulu. Uji coba diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan, dan warga kemudian bisa mengaksesnya tanpa registrasi. Fase I LRT Jakarta resmi beroperasi penuh pada 1 Desember 2019 dengan tarif yang telah ditetapkan.
Jaringan LRT Jakarta
Saat ini, LRT Jakarta memiliki satu lintas pelayanan, yaitu Lin/Koridor 1 sepanjang 5,8 km. Jalur ini menghubungkan Stasiun Pegangsaan Dua di Kelapa Gading dengan Stasiun Velodrome di Pulo Gadung. Jalur ini sepenuhnya berbentuk layang dan melayani enam stasiun. Stasiun Pegangsaan Dua juga berfungsi sebagai depo penyimpanan rangkaian LRV.
Sumber: id.wikipedia.org
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
KRL Commuter Line adalah sistem transportasi cepat berbasis kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter), anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sistem ini telah beroperasi di Jakarta sejak 1925 dan saat ini melayani rute komuter di wilayah Jabodetabek serta lintas Yogyakarta–Solo.
Sejarah dan Transformasi
Pada awalnya, layanan ini dikenal dengan nama KRL Jabotabek sejak era 1970-an. Setelah pemekaran Kota Depok pada 1999, nama alternatif KRL Jabodetabek digunakan. Divisi Jabotabek menjadi operator KRL saat itu. Pada 2008, operasional KRL dialihkan ke PT KAI Commuter Jabodetabek, yang kemudian pada 2017 berubah nama menjadi Kereta Commuter Indonesia (KCI, kini KAI Commuter).
Perkembangan Armada
KRL pertama kali dihadirkan di Hindia Belanda pada 1925 untuk memperingati 50 tahun beroperasinya Staatsspoorwegen di Jawa. Pada 1960-an, transportasi listrik di Jakarta mengalami penurunan karena dianggap sebagai penyebab kemacetan, sehingga Trem Batavia ditutup dan KRL dibatasi. Namun, pada 1970-an, KRL mengalami regenerasi dengan kehadiran KRL Rheostatik dari Jepang. Saat ini, armada KRL didominasi oleh kereta bekas Jepang dengan beberapa unit diproduksi oleh PT INKA, Madiun.
Elektrifikasi dan Penambahan Rute
Proses elektrifikasi wilayah operasional KCI dimulai dari jalur Hijau pada akhir 2009, meliputi koridor Serpong-Parungpanjang. KRL mulai beroperasi sampai Parungpanjang pada 2010, dilanjutkan ke koridor Parungpanjang-Maja pada 2013, dan Maja-Rangkasbitung pada 2017. Elektrifikasi juga mencakup pembangunan jalur ganda Serpong-Rangkasbitung dan infrastruktur pendukung seperti tiang listrik aliran atas dan gardu listrik. Pada 2020, ada wacana elektrifikasi lanjutan di koridor Rangkasbitung-Serang dan kemungkinan hingga Serang-Merak.
Perluasan Jalur Timur
Selain perluasan ke barat, jalur Biru ke timur juga diperpanjang hingga Stasiun Cikarang dengan pengerjaan konstruksi dimulai akhir 2013. Jalur Manggarai-Cikarang akan digandakan menjadi empat jalur. Elektrifikasi sampai Cikarang selesai pada 2017, sementara pembangunan jalur dwiganda diperkirakan selesai pada 2024. Empat stasiun baru juga dibangun di jalur ini. Pemerintah sedang mengkaji perpanjangan elektrifikasi hingga Stasiun Cikampek dan refungsionalisasi Stasiun Gambir untuk KRL Commuter Line.
Rencana Masa Depan
Dengan dioperasikannya kembali jalur Citayam-Nambo, ada kemungkinan pembangunan jalur kereta api baru Parung Panjang–Tanjung Priuk yang merupakan jalur kereta api lingkar luar Jabodetabek. Jalur ini sudah direncanakan sejak dekade 1990-an dan sebagian sudah terealisasi dengan pembangunan jalur Citayam-Nambo. Meskipun sempat dibatalkan karena Krisis finansial Asia 1997 dan jatuhnya Suharto pada 1998, rencana ini dimasukkan ke dalam rencana induk perkeretaapian nasional 2014-2030.
Sumber: id.wikipedia.org
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
Kereta kecepatan tinggi (High-speed rail atau HSR) adalah sistem transportasi rel yang menggunakan kereta jauh lebih cepat daripada kereta tradisional. Sistem ini menggunakan kombinasi kereta khusus dan jalur rel khusus. Biasanya, kereta kecepatan tinggi memiliki kecepatan di atas 250 km/jam, atau kereta biasa yang ditingkatkan dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam.
Awal Mula dan Penyebaran
Jalur kereta kecepatan tinggi pertama di dunia, Tōkaidō Shinkansen, mulai beroperasi di Jepang pada tahun 1964 dan dijuluki kereta peluru. Keberhasilan Jepang diikuti oleh negara-negara Eropa seperti Prancis dan Jerman, serta Spanyol dan Italia. Saat ini, Eropa memiliki jaringan kereta cepat yang luas dengan banyak koneksi internasional. Tiongkok memiliki jaringan kereta kecepatan tinggi terbesar di dunia, dengan lebih dari 37.900 kilometer jalur pada Desember 2020, yang merupakan lebih dari dua pertiga dari total jaringan kereta cepat dunia.
Penyebaran Global
Banyak negara telah mengembangkan infrastruktur kereta cepat untuk menghubungkan kota-kota besar, termasuk Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Indonesia, Jepang, Maroko, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rusia, Arab Saudi, Serbia, Korea Selatan, Swedia, Swiss, Taiwan, Turki, Britania Raya, Amerika Serikat, dan Uzbekistan. Di Eropa dan Asia, kereta kecepatan tinggi dapat melintasi perbatasan internasional, menjadikannya solusi transportasi yang efektif antar negara.
Keunggulan dan Tantangan
Kereta kecepatan tinggi adalah metode transportasi massal tercepat dan paling efisien. Namun, pembangunan kereta cepat memerlukan persyaratan khusus seperti kurva rel yang besar, kemiringan yang landai, dan rel yang dipisahkan sebidang. Hal ini membuat pembangunan kereta kecepatan tinggi menjadi jauh lebih mahal daripada kereta konvensional.
Sejarah Awal
Jalur rel adalah jenis transportasi massal pertama dan dominan hingga penemuan mobil di awal abad ke-20. Setelah Perang Dunia II, transportasi mobil, jalan layang, dan pesawat meningkat, tetapi Eropa dan Jepang tetap fokus pada pengembangan rel. Sebaliknya, Amerika Serikat mengembangkan jalan cepat dan bandar udara.
Pengembangan Kereta Kecepatan Tinggi
Pengembangan kereta cepat dimulai di Jerman pada tahun 1899 dengan elektrifikasi kereta militer antara Marienfelde dan Zossen. Pada tahun 1903, gerbong listrik mencapai kecepatan 210,2 km/jam. Italia mengikuti pada tahun 1938 dengan ETR 200 yang mencapai 160 km/jam dalam layanan komersial. Pada 1950-an, Kereta Api Nasional Prancis mulai mengevaluasi kecepatan tinggi dengan lokomotif listrik CC 7100 yang mencapai rekor 243 km/jam pada tahun 1954. Pada tahun berikutnya, lokomotif listrik Prancis mencapai kecepatan 331 km/jam, memungkinkan pengembangan lebih lanjut dari layanan kereta kecepatan tinggi.
Sumber: id.wikipedia.org
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
PT Kereta Commuter Indonesia, dikenal sebagai KAI Commuter, adalah anak usaha dari Kereta Api Indonesia yang mengoperasikan kereta api komuter dan kereta api lokal. Pada tahun 2021, KAI Commuter berhasil mengangkut 127,827 juta penumpang, mencerminkan peran pentingnya dalam mobilitas perkotaan.
Awal Mula dan Transformasi
Sejarah KAI Commuter dimulai sebagai Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dari Kereta Api Indonesia, yang mengoperasikan KRL di Jabodetabek. Pada September 2008, divisi ini menjadi entitas tersendiri bernama PT KAI Commuter Jabodetabek. Pada 2009, perusahaan ini mulai mengoperasikan KRL seri 8500 Tokyu dan meresmikan layanan kereta khusus wanita pada 2010.
Simplifikasi Rute dan Penerapan Teknologi Baru
Pada 2011, KAI Commuter menyederhanakan rute utamanya menjadi lima rute utama, menghapus KRL Ekspres, dan mengganti KRL Ekonomi AC menjadi Commuter Line. Perusahaan ini juga mengganti sistem tiket dengan kartu elektronik Commet pada 2012 dan menerapkan sistem tiket elektronik pada 2013.
Integrasi dan Perluasan Layanan
Pada 2014, pengelolaan pegawai operasional KRL dialihkan ke KAI Commuter, dan perusahaan mulai mengoperasikan Commuter Line dengan stamformasi 10 kereta (SF10). Integrasi dengan kartu uang elektronik dari beberapa bank terjadi pada 2014, dan penerapan tarif progresif per kilometer dimulai pada 2015. Perusahaan ini juga mengoperasikan Commuter Line dengan stamformasi 12 kereta (SF12) dan membuka relasi Tanjung Priok–Jakarta Kota.
Inovasi dan Pengembangan Aplikasi
Pada 2016, KAI Commuter meluncurkan integrasi dengan Transjakarta dan aplikasi KRL Access. Layanan diperluas hingga Stasiun Rangkasbitung pada 2017 dan Cikarang pada 2017. Pada 2018, perusahaan mengoperasikan bangunan baru Stasiun Cisauk dan mendapat izin mengelola uang elektronik dari Bank Indonesia.
Pengembangan Infrastruktur dan Perluasan Wilayah
Pada 2020, stasiun integrasi Tanah Abang, Sudirman, Juanda, dan Pasar Senen diresmikan. KAI Commuter mengambil alih pengelolaan kereta api Lokal Merak dan Prambanan Ekspres pada tahun yang sama. Pada 2021, Commuter Line relasi Yogyakarta–Solo Balapan mulai beroperasi, diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Pada 2022, KAI Commuter mengambil alih pengelolaan kereta api lokal di Daop II Bandung dan VIII Surabaya, menyesuaikan sistem persinyalan di Stasiun Manggarai, dan mengubah beberapa rute.
Dengan berbagai inovasi dan ekspansi, KAI Commuter terus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang berkembang di Indonesia, menghubungkan jutaan penumpang setiap tahunnya.
Sumber: id.wikipedia.org
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025
China Railway Group Limited, dikenal sebagai CREC, adalah perusahaan konstruksi asal Tiongkok yang terdaftar di Bursa Saham Shanghai dan Hong Kong. Pemegang mayoritas sahamnya adalah China Railway Engineering Corporation (CRECG). Pada tahun 2015, CREC diakui sebagai perusahaan konstruksi dengan pendapatan terbesar di dunia, dan pada tahun 2016, CRECG menempati peringkat ke-57 dalam daftar Fortune Global 500 serta peringkat ketujuh dalam daftar Top 500 Chinese Enterprises.
Bidang Usaha yang Luas
CREC memiliki pangsa pasar yang signifikan dalam industri konstruksi di Tiongkok dan terlibat dalam banyak proyek infrastruktur besar di Asia Tenggara dan Afrika. Selain konstruksi, perusahaan ini juga beroperasi di bidang survei dan perancangan, instalasi, manufaktur, riset dan pengembangan, konsultansi teknis, manajemen modal, serta perdagangan dan ekonomi internasional. Diversifikasi ini membantu CREC menjadi salah satu pemain utama dalam industri konstruksi global.
Sejarah dan Pengembangan Perusahaan
Pada November 2007, CREC mengumumkan rencana untuk memperdagangkan saham A dan H di Bursa Saham Shanghai dan Hong Kong, dengan harga penawaran yang bervariasi. Saham A ditawarkan antara 4 hingga 4,8 Yuan Tiongkok, sementara saham H ditawarkan antara 5,03 hingga 5,78 Dolar Hong Kong. Pada 10 Maret 2008, CREC menjadi komponen dari Indeks Hang Seng China Enterprises.
Proyek-Proyek Internasional
CREC mendukung pembangunan perkeretaapian di Venezuela pada tahun 2009 dengan proyek jalur rel kereta cepat Anaco-Tinaco sepanjang 471 km. Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga berekspansi ke Uni Eropa melalui anak usahanya, COVEC, yang mendapatkan kontrak untuk membangun dua seksi jalan tol A2 di Polandia. Meskipun perancangan proyek berjalan lancar, mismanajemen dalam peraturan ketat menyebabkan COVEC digantikan oleh kontraktor lain.
Inovasi dan Teknologi
Pada tahun 2016, anak usaha CREC, China Railway Engineering Equipment Group, memasok mesin bor terowongan kotak komersial pertama untuk membangun underpass dari Jalur Thomson–East Coast di Singapura. Inovasi ini menunjukkan kemampuan CREC dalam mengadopsi teknologi baru untuk proyek-proyek infrastruktur yang kompleks.
Liputan Media dan Dampak Sosial
Hasil kerja CREC di Republik Demokratik Kongo menjadi fokus dokumenter "Empire of Dust" pada tahun 2011, yang disutradarai oleh Bram Van Paesschen. Dokumenter ini meliput proyek perbaikan jalan sepanjang 300 km yang menghubungkan Kolwezi dengan Lubumbashi. Dokumenter ini juga menyoroti kesepakatan "sumber daya untuk infrastruktur" yang dijalin sejak 2007, di mana Tiongkok mengadakan proyek-proyek pengembangan dengan bayaran berupa cadangan tembaga dan kobalt dari Kongo. Kesepakatan ini mengundang perhatian organisasi hak asasi manusia karena kurangnya transparansi, meskipun tampak menjanjikan bagi masyarakat Kongo.
Melalui berbagai proyek dan inovasi, CREC terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri konstruksi global, dengan komitmen terhadap pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan inovatif.
Sumber: id.wikipedia.org