Perhubungan

Tragedi Penerbangan Sriwijaya Air 062: Kecelakaan Maut di Jambi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Sriwijaya Airlines Penerbangan 062 (SJ062/SJY062) merupakan penerbangan berjadwal Sriwijaya Airlines Indonesia dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta menuju Bandara Sultan Taha Jambi. Pada tanggal 27 Agustus 2008, sebuah pesawat Boeing 737 Seri 200 dengan registrasi PK-CJG melewati landasan pacu dan menabrak sebuah bangunan saat mencoba mendarat di Jambi. 26 orang terluka dalam kejadian ini, termasuk 3 orang di darat. Salah satu dari mereka kemudian meninggal karena luka-lukanya. Seluruh penumpang pesawat selamat dari kecelakaan itu. Ini merupakan kecelakaan fatal pertama sepanjang sejarah operasional Sriwijaya Airlines dan satu-satunya kecelakaan fatal hingga jatuhnya Sriwijaya Airlines Penerbangan 182 pada tahun 2021.

Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan kerusakan hidrolik. Penyebab utama kecelakaan itu Ditentukan bahwa inilah penyebabnya. 062. Menurut KNKT, kegagalan sistem hidrolik A menyebabkan beberapa sistem pesawat tidak dapat dioperasikan. KNKT tidak dapat menentukan penyebab kegagalan hidrolik tersebut. KNKT juga mencatat adanya kekurangan dalam manajemen sumber daya kru (CRM).

Pesawat dan awak

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut adalah Boeing 737-200 dengan registrasi Indonesia. PK-CJG. Pesawat ini dibuat pada tahun 1985 dengan nomor seri 23320. Maskapai ini dioperasikan oleh Malaysia Airlines dari tahun 1985 hingga 1993. Kemudian dijual ke Bouraq Airlines, Tuninter, WFBN, Star Air dan Sriwijaya Air. Pesawat ini telah menyelesaikan lebih dari 54.700 siklus dan pemeriksaan besar terakhir dilakukan pada bulan November 2007.

Kaptennya adalah Mohammad Basuki, 36 tahun. Menurut juru bicara Sriwijaya Air, Basuki merupakan pilot berpengalaman dengan total waktu terbang 7.794 jam, termasuk 6.238 jam pada Boeing 737. Co-pilotnya adalah Eri Radianto, 34, sudah dewasa. Menurut Sriwijaya Air, Eri juga merupakan pilot berpengalaman dengan 5.000 jam waktu penerbangan, termasuk 4.100 jam pada pesawat jenis ini.

Penerbangan

Penerbangan 062 merupakan jenis Boeing 737 yang terdaftar sebagai PK-CJG. Dikelola oleh 200 . Ada 124 penumpang, 4 pramugari, 6 awak pesawat, dan 2 pilot di pesawat ini. Penerbangan ini merupakan penerbangan satu jam dan berangkat dengan jangkauan bahan bakar empat jam. Karena mesin utama tidak tersedia, unit daya tambahan (APU) harus digunakan. Pilotnya adalah Kapten Basuki.

Pada pukul 16.18 waktu setempat, Penerbangan 062 menghubungi Taha Tower dan mengumumkan niatnya untuk mendarat di Bandara Sultan Taha. Sebelum bersentuhan, pesawat telah diizinkan turun hingga 12.500 kaki dari Menara Palembang. Kopilot menanyakan informasi cuaca bandara. Cuacanya sejuk dan hujan di jalan. Para kru menyiapkan pesawat untuk mendarat dengan menggunakan roda pendaratan dan bantalan.

Tiga belas detik setelah mendarat, kru melihat sistem hidrolik. Lampu peringatan tekanan rendah dan dijelaskan dengan sistem hidrolik. Indikator ukuran akan menunjukkan nol. Kapten Basuki meminta co-pilot Eri memastikan konfigurasi pendaratan. Setelah pemeriksaan, kru memutuskan untuk melanjutkan upaya docking. Kapten Basuki kemudian memutuskan untuk menerbangkan pesawat sedikit menuruni jalur turun.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Penerbangan Sriwijaya Air 062: Kecelakaan Maut di Jambi

Perhubungan

Tragedi Penerbangan NBA 823: Kecelakaan Mematikan di Udara Indonesia

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Nusantara Buana Air Penerbangan 823 adalah penerbangan domestik Aviocar CASA C-212 tidak terjadwal dari Medan ke Kutakane, Indonesia, ketika jatuh di hutan pada tanggal 29 September 2011, menewaskan semua penumpang. 18 orang di dalamnya.
\ nInvestigasi Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia, pesawat tersebut terbang di awan pada saat kecelakaan dan kehilangan jarak pandang ke negara tersebut. Insiden tersebut diklasifikasikan sebagai Otoritas Penerbangan Sipil (CFIT).

Riwayat penerbangan

Penerbangan ini dioperasikan oleh Nusantara Buana Air (NBA) sebagai penerbangan penumpang tidak berjadwal dari Bandara Internasional Polandia, Penerbangan Nusantara Buana Air . Dari Medan menuju Bandara Alas Leuser di Kutakane. Penerbangan berangkat dari Medan pada pukul 07:28 WIB (00:28 UTC) dan diperkirakan tiba di Kutakane pada pukul 00:58 UTC. Ada 16 penumpang di pesawat, dua pilot, dua anak-anak, dan dua anak-anak. Penerbangan dilakukan berdasarkan aturan penerbangan visual (VFR).

Pada pukul 00:32 UTC, pesawat menghubungi direktur darat dan melaporkan bahwa pesawat tersebut mendaki ke ketinggian 4.000 hingga 8.000 kaki dan siap setibanya di Kutacane. Izin juga diminta untuk berlayar langsung ke sinyal "PAPA" pada 00:50 UTC. Sekitar pukul 00:41 UTC, pesawat melaporkan kontak berhasil dengan Radio Kutacane. Komunikasi dengan CEO Medan pun berakhir. Pilot mencoba tiga kali untuk menghubungi stasiun radio Kutakane tetapi tidak ada tanggapan.

Sekitar pukul 00.50 UTC, pesawat terakhir terlihat di layar radar sekitar 35 nm dari VOR MDN. Pada pukul 01:00 UTC, otoritas bandara Kutacane menghubungi pejabat NBA di Kutacane dan menanyakan lokasi pesawat. Staf NBA di Kutacane menghubungi kantor NBA di Medan dan menginformasikan bahwa penerbangan belum tiba di Kutacane. Pesawat tidak menerima sinyal bahaya.

Sekitar pukul 0120 UTC, karavan Cessna yang dioperasikan Susi Air terbang dari Kutacane menuju Medan dan melaporkan cuaca dalam kondisi cuaca ekstrim (VMC) dan gas. Awan terlihat di beberapa puncak gunung. Sekitar pukul 01:50 UTC, pihak berwenang di Bandara Medan menerima panggilan darurat dari Departemen Pencarian dan Pertolongan Jakarta.

Pada pukul 07:00 UTC, dua pesawat Susi Air Cessna memulai pencarian. Mereka menemukan bangkai pesawat dalam posisi turun 70° di ketinggian 5.055 kaki di Taman Nasional Gunung Leuser, 16 kilometer dari Kutacane. Pesawat tersebut rusak parah akibat benturan tersebut, dan tidak ada satupun dari 18 penumpangnya yang selamat. Pesawat tersebut merupakan Aviocar CASA C-212-200 milik Nusantara Buana Air. Pesawat ini terbang pertama kali pada tahun 1989, nomor ekor PK-TLF dan C/N/msn 283/88N. Tidak ada catatan adanya masalah mekanis atau kerusakan pada pesawat pada saat kecelakaan terjadi.

Penumpang dan awak

Pesawat tersebut memiliki 18 orang di dalamnya, 2 pilot dan 16 penumpang, 2 anak-anak dan 2 bayi. . Kapten memiliki pengalaman penerbangan 5.935 jam dan pengalaman penerbangan CASA C-212 3.730 jam. Seorang co-pilot memiliki pengalaman terbang 2.500 jam dan pengalaman terbang 1.100 jam di pesawat jenis ini. Mantan pilot TNI AU.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Penerbangan NBA 823: Kecelakaan Mematikan di Udara Indonesia

Perhubungan

Tragedi Penerbangan Mimika Air 514: Kisah Kecelakaan Fatal di Pegunungan Papua

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Penerbangan Penumpang Terbang Mimika Air 514 adalah penerbangan penumpang sewaan yang dioperasikan oleh Mimika Air dengan sebuah Pilatus PC-6 Porter dari Ilaga, Papua menuju Mulia, sebuah kota di dekatnya. Pada pagi hari tanggal 17 April 2009, saat dalam perjalanan menuju Mulia, pesawat tersebut menabrak Gunung Gergaji, menewaskan semua sebelas orang di dalamnya.

Kecelakaan Mimika Air ini adalah kecelakaan penerbangan fatal kedua di Papua, dan ketiga di Indonesia, dalam kurun waktu kurang dari dua minggu. Sebuah pesawat kargo juga telah jatuh di Papua pada 9 April, menewaskan enam orang, dan sebuah pesawat TNI Angkatan Udara Indonesia juga jatuh di Jawa Barat pada 6 April, menewaskan 24 orang.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia merilis laporan yang menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pilot tentang rute, ditambah dengan disorientasi spasial yang terjadi setelah pesawat memasuki awan.

Rute Penerbangan

Rute Ilaga-Mulia berada di ketinggian yang tinggi di antara banyak puncak gunung. Para pilot yang familiar dengan rute dan jenis pesawat tersebut melaporkan bahwa tidak mungkin bagi sebuah Pilatus Porter untuk lepas landas dari Ilaga dan terbang melintasi Gunung Gergaji tanpa melakukan serangkaian lingkaran di udara. Manuver semacam itu secara wajib meningkatkan waktu yang diperlukan untuk rute tersebut melebihi waktu yang direncanakan selama 18 menit.

Di dalam penerbangan tersebut terdapat satu pilot, satu pengamat, dan sembilan penumpang: delapan orang dewasa dan satu bayi. Pesawat tersebut juga membawa kotak suara dan surat suara untuk pemilu legislatif nasional mendatang. Seorang pilot yang menerbangkan pesawat memiliki banyak pengalaman penerbangan, dan banyak dari jam tersebut dihabiskan dengan menggunakan kapal induk. Memiliki lisensi pilot komersial Myanmar yang valid. Sertifikat konfirmasi juga telah diterima dari Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia (DGCA) pada 12 Februari 2009.

Kecelakaan

Pesawat lepas landas dari Bandara Ilaga pukul 10.00 waktu setempat, sesuai peraturan dari bandara Catatan menunjukkan tidak ada komunikasi radio antara Penerbangan 514 dan menara. 23 menit setelah lepas landas, menara pengawas mencoba menghubungi pesawat, namun tidak ada respon, sehingga operasi pencarian pun dilakukan. Operasi pencarian diperluas setelah pesawat pencari mendeteksi sinyal dari saklar elektronik pesawat yang jatuh.

Tim pencari Indonesia menemukan lokasi jatuhnya pesawat keesokan harinya. Datang dan temukan Surga. Lokasi jatuhnya pesawat bukanlah landasan pacu tempat pesawat terbang. Asap masih mengepul dari puing-puing pesawat yang tampak hancur. Setelah tabrakan, mesin, baling-baling, baling-baling, dan sayap terbakar. Roda pendaratan depan dan roda pendaratan utama terbakar.

Kapal induk berada 12.000 kaki di atas Gunung Sawyer, dekat lokasi kecelakaan Trigana Air Force One tahun 2006 yang menewaskan sembilan orang. Itu jatuh dari langit. Tak satu pun dari 11 orang di Porter selamat. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Korea dan Badan Geofisika dan Iklim pada saat kecelakaan terjadi, cuaca di wilayah tersebut sebagian besar cerah dan terdapat awan di dekat lokasi kecelakaan. Kesalahan manajemen. Pilot tersebut bergabung dengan Mimica Airlines pada 12 Februari dengan pengetahuan rute yang terbatas. Pilot berusaha terbang nonstop ke Mulia menggunakan GPS dan berusaha terbang di atas Pegunungan Gigi Gergaji tanpa berbalik arah. Saat pesawat memasuki awan, pilot mengalami masalah dan kehilangan kendali atas pesawat.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Penerbangan Mimika Air 514: Kisah Kecelakaan Fatal di Pegunungan Papua

Perhubungan

Pencarian dan Penemuan Tragedi Penerbangan Merpati Nusantara Airlines 9760D: Kecelakaan Fatal di Langit Papua

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 9760D adalah penerbangan komersial 50 menit yang dioperasikan oleh de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter 300 dari Bandara Sentani di Provinsi Papua Jayapura ke Bandara Oksiville di Indonesia. Pada Minggu, 2 Agustus 2009, sebuah pesawat kehilangan arah saat membawa 15 orang dari Papua. Jenazahnya ditemukan beberapa mil dari Oxyville dua hari kemudian. Seluruh 12 penumpang dan 3 awak tewas dalam kecelakaan ini.

Kecelakaan

Pada pukul 11:00 waktu setempat (02:00 UTC), Penerbangan 9760D, sebuah pesawat komersial, menabrak pesawat di landasan pacu pendaratan di bandara Manokwari Rendani di Indonesia. Penerbangan dari Bandara Sorong. 44 orang luka-luka, 10 orang luka berat. Pesawat itu membawa 103 penumpang dan 6 awak. Saat itu hujan dan turun hujan. Setelah meninggalkan ujung landasan, pesawat menabrak beberapa pohon dan menjatuhkan sayap kirinya. Pesawat berhenti sekitar 200 meter sebelum berakhirnya landasan panjang di Bandara Rendani (panjang penerbangan). Ekor pesawat putus dan mendarat di sungai sebelah utara runway [nomor runway]. Pilotnya dilaporkan memiliki lebih dari 16.000 jam terbang dan lebih dari 22.000 jam terbang.

Pesawat

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah DHC-6 yang terdaftar di De Havilland Kanada. PK-NVC dan nomor seri [serial number]. Pesawat ini dibuat pada tahun 1979 dan diterima pada tahun 2007. Pesawat ini memiliki lebih dari 30.000 jam terbang dan dilengkapi dengan turboprop Pratt dan Whitney Canada.

Penumpang dan awak

Lima belas orang di dalamnya, tiga penumpang. Awak kapal dan penumpang 12. Semuanya berkewarganegaraan Indonesia. Penumpangnya 10 orang dewasa dan 2 bayi, serta awaknya terdiri dari 2 pilot dan seorang insinyur penerbangan. Kapten Qodryanova memiliki pengalaman penerbangan 8.387 jam. Kopilotnya memiliki pengalaman terbang selama 1.207 jam.

Investigasi

Komisi Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) telah melakukan penyelidikan atas kecelakaan tersebut. Alasannya, penerbangan itu ditujukan ke darat. Laporan tersebut menyatakan bahwa Merpati Nusantara Airlines tidak bekerja sama dengan KNKT karena inspektur tidak menerima seluruh informasi tentang pemeriksaan kru dan pelatihan yang dilakukan. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menyatakan tidak ditemukan cacat perawatan pada pesawat tersebut. Selain itu, pesawat dan kargo dimuat di dalam perbatasan, sehingga menghilangkan potensi kelebihan muatan. Penduduk setempat melaporkan, cuaca di bandara sebagian besar cerah di lembah dan berawan di pegunungan dan perbukitan. Sekitar 25 menit sebelum kecelakaan, awak pesawat menghubungi Hercules Lockheed C-130 Angkatan Udara lainnya yang terbang dari Oxyville ke Sentani dan memberi tahu mereka bahwa penerbangan dari Jayapura ke Oxyville berjarak 100 mil. Pilot Hercules memberi tahu awak Penerbangan 9760D bahwa basis awan di atas Oksibil rendah dan puncak awan berada di antara 6.000 dan 7.000 kaki. Karena puncak awan berada di ketinggian 12.500 kaki, pilot Hercules menyarankan awak Penerbangan 9760D agar mereka menghindari awan melalui Kiriwok. Pesawat tidak dilengkapi dengan flight data capture (FDR). Peraturan di Indonesia tidak mewajibkan pemasangan FDR pada pesawat Twin Otter. Namun pesawat tersebut dilengkapi dengan CVR. CVR diwajibkan berdasarkan peraturan penerbangan sipil Indonesia.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Pencarian dan Penemuan Tragedi Penerbangan Merpati Nusantara Airlines 9760D: Kecelakaan Fatal di Langit Papua

Perhubungan

Insiden Penerbangan Merpati Nusantara Airlines 836: Ketahanan Penumpang setelah Pesawat Pecah menjadi Tiga Bagian

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 27 Maret 2024


Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 836 adalah penerbangan domestik antara Sorong dan Manokwari, India. Pada 13 April 2010, sebuah Boeing 737-300 PK-MDE melewati landasan pacu. Pesawat itu dibagi menjadi tiga bagian. Seluruh penumpang selamat, namun 44 orang terluka.

Kecelakaan

Pada pukul 11:00 waktu setempat (02:00 UTC), Penerbangan 836 melewati landasan pacu untuk mendarat di Bandara Rendani Manokwari di Indonesia dalam penerbangan masuk Dijadwalkan berangkat dari Bandara Sorong. 44 orang luka-luka, 10 orang luka berat. Pesawat itu membawa 103 penumpang dan 6 awak. Saat itu hujan dan turun hujan. Setelah meninggalkan ujung landasan, pesawat menabrak beberapa pohon dan sayap kirinya tumbang. Pesawat berhenti sekitar 200 meter dari ujung landasan pacu Bandara Rendani sepanjang 2.004 meter. Ekor pesawat putus dan jatuh ke sungai di utara Runway 35. Total waktu penerbangan pilot dikatakan lebih dari 16.000 jam dan total waktu penerbangan pilot dikatakan lebih dari 22.000 jam.

Penerbangan

Pesawat yang terlibat adalah Boeing 737-322 registrasi PK-MDE . msn 24600. Pesawat pertama kali terbang pada 16 Mar 1990 dan bergabung dengan United Airlines pada 2 Apr 1990. Pesawat diserahkan ke Merpati Nusantara Airlines pada 12 Nov 2009. menggunakan pesawat tersebut karena mengalami kecelakaan. Pada saat kecelakaan terjadi, pesawat telah terbang sekitar 54.700 jam dalam 38.450 siklus. APU dinonaktifkan pada 10 April 2010. Pesawat yang rusak dapat dilihat di Google Earth.

Hasil

Sebanyak tujuh peringatan keselamatan dikeluarkan. Sejak kecelakaan itu, lima di antaranya telah dikirim ke Sekretariat Indonesia. . Penerbangan Sipil (DGCA) dan dua pesawat. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah diminta untuk meninjau berbagai bandara dan memastikan kepatuhan terhadap undang-undang keamanan Indonesia dan Merpati Nusantara. Maskapai penerbangan harus meninjau peraturan keselamatan di bandara tempat mereka beroperasi untuk memastikan bandara tersebut dapat menangani pesawat seukuran Boeing 737.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Insiden Penerbangan Merpati Nusantara Airlines 836: Ketahanan Penumpang setelah Pesawat Pecah menjadi Tiga Bagian

Perhubungan

Tragedi Lion Air Penerbangan 538: Kecelakaan di Adi Sumarmo

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini pada 26 Maret 2024


Lion Air Penerbangan 538 (JT538/LNI538) adalah penerbangan terjadwal dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta ke Bandara Internasional Juanda di Surabaya, terhubung ke Bandara Adi Sumarmo di Surakarta, Indonesia. Pada tanggal 30 November 2004, sebuah pesawat McDonnell Douglas MD-82 jatuh di kuburan saat mendarat di landasan Bandara Adi Sumarmo. Dalam kejadian tersebut, 25 orang tewas di dalam pesawat, termasuk kaptennya. Pada saat itu, kecelakaan tersebut merupakan satu-satunya korban jiwa dalam penerbangan Lion Air hingga tahun 2018. Investigasi yang dilakukan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh pemanas air yang terlalu bertenaga, bukan karena gunting angin.

Pesawat
\ nPesawat tersebut adalah McDonnell Douglas MD-82, nomor seri 1173 dan pabrikan. Nomor seri 49189) Penerbangan pertamanya dilakukan pada 13 November 1984, dikirimkan pada 20 Desember 1984 dan dioperasikan dengan registrasi oleh maskapai penerbangan Meksiko Aeroméxico. XA-AMP diberi nama Aguascalientes dan didaftarkan PK-LMN sebelum diakuisisi oleh Lion Air pada tahun 2002. Lion Air menjual pesawat tersebut ke maskapai penerbangan lain untuk dikirim pada bulan Januari 2005.

Kecelakaan

Penerbangan 538 lepas landas dari Jakarta pukul 17: 00:00 dengan total 146 penumpang dan 7 awak kapal. Penumpangnya sebagian besar merupakan warga Nahdlatul Ulama yang datang menghadiri musyawarah nasional pasca Indonesia menang pemilu presiden 2004. Penerbangan berjalan lancar hingga mendarat.

Penerbangan 538 tiba di bandara pada sore hari pukul 18.00, dengan hujan deras. . jatuh Dilaporkan terjadi badai petir saat mendarat.

Penerbangan 538 memiliki konfigurasi pendaratan yang baik, mendarat dengan "lembut" menurut sebagian besar penumpang, dan berbalik arah. Namun, pesawat tidak mampu melambat, melampaui landasan pacu dan menabrak tanggul. Dampaknya menyebabkan dek depan pesawat ambruk hingga menewaskan banyak penumpang. Pesawat pecah menjadi dua bagian, berhenti di ujung landasan dan mulai kehilangan bahan bakar. Penumpang kesulitan menemukan pintu keluar darurat di tengah cahaya redup. Beberapa penumpang dapat mengisolasi diri karena adanya ruang di dalam kendaraan.

Dampak langsung

Bandara ditutup dan layanan darurat diberitahu. Penumpang yang terluka dibawa ke beberapa rumah sakit di Solo menggunakan kendaraan polisi dan ambulans. Empat belas korban dibawa ke Rumah Sakit Pavelan. Enam orang dilarikan ke RS Panti Waluyo, dua orang meninggal dunia dan empat orang luka-luka. Lainnya dibawa ke rumah di Oen Kandangsapi, Brayat Minulya, Kasih Ibu, Oen Solo Baru, PKU Muhammadiyah serta Boyolali dan Karanganyar. Korban luka ringan dirawat di terminal VIP bandara.

25 orang tewas dan 59 luka-luka.

Penumpang dan awak

Sebagian besar penumpang adalah warga negara Indonesia, menurut petugas bandara. orang rakyat. Di antara korban luka adalah warga Singapura. Pilot yang terbang adalah Kapten Dwi Mawastoro dan Co-Pilot Stephen Lesdek. Kapten Dwi tewas dalam kecelakaan itu, co-pilot Lesdek selamat dengan luka serius.

Investigasi

Presiden baru India, Susilo Bambang Yudhoyono, memerintahkan penyelidikan segera terhadap penyebab jatuhnya Penerbangan 538 dan menyatakan adanya penelitian Katanya: Setelah terjadi kecelakaan, sebaiknya diumumkan ke publik agar kabar buruk tidak menyebar. Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengatakan kementerian akan meninjau tindakan maskapai Indonesia tersebut dalam menanggapi jatuhnya Penerbangan 538 dan dua insiden lainnya yang terjadi pada hari yang sama.
\ Kotak hitam tersebut kemudian ditemukan pada 1 Desember. Pada tahun 2004, ia dipindahkan ke Instalasi Gawat Darurat Adi Sumarmo. Seorang saksi kecelakaan mengatakan pesawat disambar petir saat mendarat. Menurutnya, lampu pendaratan dan lampu interior padam setelah terjadi sambaran petir.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com

Selengkapnya
Tragedi Lion Air Penerbangan 538: Kecelakaan di Adi Sumarmo
« First Previous page 23 of 27 Next Last »