Pendidikan

Tahapan Pendidikan di Indonesia

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Indonesia adalah negara kepulauan indah yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Terletak di sepanjang garis khatulistiwa, negara ini tidak mengalami musim ekstrem baik di musim dingin maupun musim panas. Wilayahnya basah antara bulan Oktober dan April atau kering antara bulan Mei dan September. Indonesia tidak mempunyai wilayah di daratan Asia, namun Malaysia adalah negara daratan terdekat dan Semenanjung Malaya mengklaim daratan tersebut.

Wajib belajar di Indonesia

Wajib belajar Indonesia terdiri dari sembilan tahun dan seluruh warga negara Indonesia harus menjalani enam tahun di tingkat dasar dan tiga tahun di tingkat menengah. Pesantren tersebut tidak termasuk dalam kategori ini dan dikelola oleh Kementerian Agama.

Tahun ajaran di Indonesia

Sekolah ini rata-rata berlangsung selama 38 minggu untuk tingkat dasar dan menengah. Durasi kelas untuk tingkat SD adalah 30 menit di kelas 1 dan kelas 2, durasi 40 menit untuk kelas 3 hingga kelas 6, dan durasi 45 menit untuk SMP. Bahasa pengantar kelas di Indonesia disediakan dalam bahasa nasional Bahasa Indonesia

Sistem pendidikan di Indonesia

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar di Indonesia dimulai setelah prasekolah, yang mungkin dimulai pada tahun ketiga seorang anak. Sebagian besar sekolah dasar di Indonesia dikelola oleh pemerintah dan beberapa sekolah menawarkan program yang dipercepat dan dikompres fasenya menjadi 5 tahun. Sistem pendidikan Islam juga berjalan paralel dengan sistem pendidikan ini.

Pendidikan menengah

Pendidikan Menengah berfungsi sebagai jembatan antara jenjang ringan pendidikan dasar diikuti dengan sekolah menengah atas yang lebih menantang. Sistem pendidikan ini juga memandu pendidik untuk menentukan kemungkinan arah masa depan bagi siswanya. Sistem pendidikan menengah Islam terus memberikan alternatif.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah memiliki dua jenis yang menyediakan dua aliran pendidikan yang berbeda. Yang satu diperuntukkan bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke universitas dan yang lainnya adalah bagi mereka yang ingin mencari pekerjaan setelah lulus SMA.

Pendidikan kejuruan

Pelatihan kejuruan bagi siswa di Indonesia ditawarkan oleh lembaga pelatihan swasta yang diprakarsai oleh negara-negara donor.

Pendidikan tinggi

Pendidikan Tinggi di Indonesia terdiri dari empat jenis yaitu akademi, politeknik, universitas, dan institut. Ada yang didanai swasta, ada yang dikendalikan negara, dan ada yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan.

Disadur dari: www.indonesiaeducation.info

Selengkapnya
Tahapan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan

Akankah AI mendorong revolusi dalam pendidikan Indonesia?

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Sementara banyak pihak di sektor pendidikan masih berjuang untuk menghilangkan kecerdasan buatan (AI) generatif di sekolah, siswa di Pekanbaru, Riau, secara aktif menggunakannya sebagai bagian dari program perintis pemerintah daerah.

“AI adalah kunci untuk mempersiapkan masa depan di Riau dan Indonesia, sehingga mewujudkan visi 'Indonesia Emas' yang maju menuju negara maju yang dinanti-nantikan,” kata Gubernur Syamsuar saat peluncuran program tersebut pada Oktober lalu, seperti dilansir dari siaran pers. Universitas Insan Cita Indonesia (UICI).

Universitas yang berbasis di Jakarta ini mengembangkan program pendidikan berbasis AI yang kini sedang diujicobakan di sekolah-sekolah menengah tertentu di Riau. Di sekolah-sekolah ini, siswa mempelajari kurikulum yang telah dikurasi sesuai dengan kecepatan dan lokasi pilihan mereka sendiri, baik di rumah atau di kafe, menggunakan komputer pribadi. Guru memantau dengan cermat kemajuan mereka.

UICI adalah pelopor pendidikan berbasis teknologi di Indonesia. Universitas ini menggambarkan dirinya sebagai universitas “sepenuhnya digital” pertama di negara ini dan menggunakan Sistem Pembelajaran Pengajaran Simulator Digital AI yang memungkinkan siswa untuk belajar kapan saja dan di mana saja, dengan atau tanpa koneksi internet.

Di Semarang, Jawa Tengah, Binus School juga memelopori penggunaan AI dan augmented reality untuk menghidupkan mata pelajaran abstrak. Di dalam laboratorium khusus, siswa dapat menjelajahi subjek kompleks seperti tata surya dengan cara yang mudah diakses dan menarik secara visual, dan membenamkan diri dalam dunia animasi prasejarah untuk belajar tentang dinosaurus.

Inisiatif-inisiatif ini menandakan adanya potensi revolusi baru yang didukung oleh teknologi dalam pendidikan di Indonesia. Kecepatan revolusi ini bergantung pada mengatasi beberapa tantangan.

Selama pandemi, sektor start-up teknologi pendidikan berkembang pesat, ketika siswa menerima dana dari pemerintah untuk mengikuti kursus online. Ketika dana habis pascapandemi dan siswa kembali ke ruang kelas, antusiasme terhadap start-up teknologi pendidikan pun memudar. Namun teknologi untuk meningkatkan pembelajaran tidak hanya dimiliki oleh perusahaan rintisan (start-up) selama lembaga pendidikan tradisional menerapkannya.

Yandra Arkeman, seorang profesor teknologi agroindustri di Institut Pertanian Bogor (IPB), membayangkan AI dan pembelajaran revolusi metaverse: Sebuah dunia di mana kolokasi fisik antara guru dan siswa tidak diperlukan, di mana alat bantu pengajaran biologi kuno menjadi usang. “Pendidikan melangkah ke dimensi ketiga,” tegasnya.

Namun demikian, presiden komisaris Orbit Future Academy Ilham Akbar Habibie mencatat adanya penekanan yang terus-menerus pada kehadiran fisik di sekolah-sekolah di Indonesia. Berbagi sumber daya pendidikan secara digital dapat mengatasi ketidakmerataan distribusi pendidikan berkualitas di seluruh nusantara.

Meskipun ada inisiatif pemerintah Merdeka Belajar, yang memungkinkan siswa untuk mengambil kursus online dari universitas lain, pembatasan wilayah dalam pendaftaran sekolah menengah atas dan tidak diakuinya pendidikan online asinkron menghambat pertumbuhan pembelajaran online atau jarak jauh.

Arkeman menekankan perlunya mendesak adanya regulasi yang dapat mengimbangi lompatan teknologi, khususnya di bidang pendidikan. Guru juga perlu dilatih ulang agar mampu memanfaatkan sepenuhnya kekuatan internet di ruang kelas.

Dan kemudian ada kekhawatiran mengenai kecurangan, atau bagaimana siswa meminta alat AI seperti ChatGPT untuk menjawab ujian online mereka.

Untuk mengatasi hal ini, Orbit Foundation milik mendiang Hasri Ainun Habibie menciptakan Orbit360, sebuah layanan pendidikan yang mendukung transformasi digital sekolah. Orbit360 menawarkan fitur ujian online yang meminimalkan kemungkinan siswa terlibat dalam praktik tidak jujur dengan memberikan penalti waktu ketika sistem mendeteksi bahwa siswa mencoba mencari jawaban di tempat lain.

Selain memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pendidikan, Ilham menegaskan Indonesia juga harus meningkatkan pendidikan tentang teknologi.

Ilham percaya bahwa kurikulum Sains, Teknologi, Teknik, Seni dan Matematika (STEAM), bersama dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang menerapkan pengetahuan teoritis untuk tantangan dunia nyata, harus diwajibkan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. teknologi di Indonesia.

Ia menyoroti pentingnya literasi digital dalam konteks pendidikan, dengan menunjukkan bahwa siswa cenderung memiliki tingkat literasi digital yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua atau guru, bergantung pada generasi mereka.

Literasi digital dianggap sebagai hambatan yang signifikan karena tanpa pemahaman yang memadai, para pemangku kepentingan mungkin tidak akan merasakan relevansi dan manfaat sistem pendidikan berbasis teknologi.

Selain literasi digital, Ilham mencatat hambatan lain dalam teknologi pendidikan, termasuk potensinya

biaya tambahan. Meskipun efektivitas dan efisiensi penggunaan teknologi meningkat, beberapa pihak mungkin enggan melakukan perubahan karena mereka terbiasa dengan sistem tradisional.

Arkeman juga menyampaikan harapannya terhadap perkembangan industri teknologi pendidikan di Indonesia.

“Saya berharap ke depan Indonesia bisa menjadi produsen teknologi pendidikan, dengan inovasi-inovasi yang dapat membantu negara menjadi pemimpin teknologi digital, bukan sekedar konsumen,” ujarnya.

Disadur dari: asianews.network

Selengkapnya
Akankah AI mendorong revolusi dalam pendidikan Indonesia?

Pendidikan

Perbedaan Pendidikan di Cina dan Indonesia: Perspektif, Sistem, dan Tantangan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan. Ini mencakup pendidikan formal, pembelajaran informal dan pengalaman yang berkontribusi pada perkembangan intelektual, sosial, emosional dan moral individu.

Pelatihan mempunyai banyak bentuk, seperti pengajaran, pembinaan, pengalaman praktis dan pembelajaran mandiri. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan masyarakat memahami dunia di sekitar mereka, membuat keputusan yang tepat, berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan menjalani kehidupan yang memuaskan.

Indonesia memiliki banyak masalah dengan sistem tersebut. Akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi perhatian, terutama di daerah terpencil dimana infrastruktur dan sumber daya terbatas. Masih terdapat perbedaan standar pendidikan, kualitas guru dan kurikulum antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Tantangan-tantangan ini seringkali menimbulkan peluang yang berbeda bagi siswa di seluruh nusantara. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menerapkan reformasi pendidikan besar-besaran. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperkuat program pelatihan guru, mengubah kurikulum agar lebih mampu memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat, dan meningkatkan infrastruktur dan sumber daya sekolah. 

Inisiatif ini juga berfokus pada peningkatan kehadiran di sekolah dan penurunan angka putus sekolah. Selain itu, institusi pendidikan tinggi di Indonesia berupaya untuk meningkatkan standar dan meningkatkan pengakuan internasional. Universitas mendiversifikasi program mereka, berkolaborasi dengan institusi global dan menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring kemajuan Indonesia, sistem pendidikannya adalah landasan dalam membina generasi masa depan. 

Meskipun tantangan masih ada, negara ini dan komitmennya terhadap reformasi dan inovasi mencerminkan visi sistem pendidikan yang inklusif, adil dan berkualitas yang memberdayakan siswa untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan negara.

Sementara itu, di Tiongkok, universitas-universitas Tiongkok diakui secara global atas disiplin akademis dan daya saingnya. Mereka menarik mahasiswa internasional dan secara signifikan mempromosikan penelitian dan inovasi. Komitmen negara ini terhadap pendidikan tinggi tercermin dalam upaya berkelanjutan untuk memodernisasi institusi, mendorong penelitian interdisipliner, dan membina kemitraan global. 

Meskipun sukses, Tiongkok dan sistem pendidikannya juga menghadapi kritik dan tantangan. Tekanan kuat yang diberikan kepada siswa untuk mencapai kesuksesan akademis, ditambah dengan lingkungan yang sangat kompetitif, telah menimbulkan kekhawatiran mengenai masalah kesehatan mental dan fokus yang sempit pada hasil penelitian dibandingkan pengembangan holistik. mengenai pendidikan. Dalam bahasa Indonesia ada pepatah “kejarlah ilmu sampai ke Negeri china”. Jadi betapa berbedanya filosofi ini.

Struktur:

  • Indonesia menganut sistem 6–3–3 (pendidikan dasar 6 tahun, 3 tahun). tahun di sekolah dasar. ). dan 3 tahun sekolah menengah). tahun sekolah menengah).
  • Tiongkok menganut sistem 6–3–3–4 (6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, 3 tahun sekolah menengah atas, dan 4 tahun pendidikan tinggi di universitas atau sekolah kejuruan).

Kurikulum:

  • Kurikulum Bahasa Indonesia menekankan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Ilmu Agama, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Pendidikan Jasmani.
  • Kurikulum bahasa Mandarin menekankan mata pelajaran inti seperti bahasa dan sastra Tiongkok, matematika, bahasa Inggris, dan pendidikan moral, dengan fokus pada mata pelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Metode pengajaran:

Indonesia biasanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru, sementara Tiongkok sering kali menggunakan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa yang mendorong pembelajaran aktif dan berpikir kritis.

Bahasa pengantar:

  • Di Indonesia, bahasa pengantar utama adalah bahasa Indonesia dan bahasa kedua adalah bahasa Inggris.
  • Bahasa Mandarin adalah bahasa pengantar utama di Tiongkok, dan bahasa Inggris juga diajarkan sebagai mata pelajaran wajib di sebagian besar sekolah.

Penilaian dan ujian:

  • Ujian nasional terstandar diselenggarakan pada akhir pendidikan dasar, menengah, dan menengah di Indonesia.
  • Siswa di Tiongkok mengikuti Gaokao, ujian masuk universitas dengan risiko tinggi yang berdampak besar pada penerimaan universitas.

Pendidikan tinggi:

  • Universitas-universitas Tiongkok terkenal secara global dan sangat kompetitif, menawarkan beragam program dan menarik mahasiswa internasional.
  • Pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tantangan terkait pendanaan, infrastruktur, dan pengakuan internasional, meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan kualitas.

Kesimpulannya, menerima pendidikan di Tiongkok dan Indonesia menghadirkan beragam pengalaman yang dibentuk oleh perbedaan budaya, struktural, dan filosofis yang unik dalam sistem pendidikan masing-masing.

Pada akhirnya, kedua sistem mempunyai kekuatan dan tantangan masing-masing. Sistem pendidikan Tiongkok unggul dalam ketelitian akademis dan pendidikan STEM, sedangkan sistem pendidikan Indonesia merangkul keragaman budaya dan bertujuan untuk pembangunan holistik. Pengalaman siswa dalam sistem ini berbeda secara signifikan karena beragamnya filosofi pendidikan, konteks budaya, dan pendekatan pengajaran dan pembelajaran secara keseluruhan.

Disadur dari: medium.com

Selengkapnya
Perbedaan Pendidikan di Cina dan Indonesia: Perspektif, Sistem, dan Tantangan

Pendidikan

Sistem Outcome Based Education (OBE) dan Implementasinya dalam Bidang Ilmu Geologi

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam beberapa tahun terakhir telah membangun dan menerapkan sistem pembelajaran berdasarkan prestasi lulusan, melalui sistem pembelajaran Outcome Based Education atau OBE. OBE merupakan sistem pendidikan tinggi yang menitikberatkan pada capaian pembelajaran dengan mengacu pada kriteria dan kompetensi lulusan yang dirancang oleh suatu program. Dalam pelaksanaannya, sistem OBE menggunakan pendekatan yang menekankan pada keberlangsungan proses pembelajaran secara inovatif, interaktif dan efektif.

Teknik Geologi sebagai bagian dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro juga menerapkan sistem OBE dalam proses pembelajaran mahasiswa. Untuk memenuhi standar penerapan OBE, Teknik Geologi telah mengembangkan kriteria dan kompetensi lulusan Teknik Geologi sebagai berikut:

  • Menguasai teori, konsep dan paradigma ilmu dan teknologi kebumian.
  • Mampu melaksanakan penelitian dan mengembangkan ilmu dan teknologi kebumian.
  • Mampu mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penerapan ilmu dan teknologi kebumian serta merumuskan penyelesaian yang tepat.

Pencapaian kriteria lulusan tersebut sebenarnya tidak mudah dan memerlukan komitmen dari seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu kendala yang terlihat jelas di depan mata kita adalah terkait kurikulum yang kemudian menjadi terlalu padat karena harus mampu menampung seluruh hasil pembelajaran sesuai dengan capaian lulusan yang diharapkan.

Akibat padatnya kurikulum, proses pembelajaran itu sendiri menjadi terhambat. Ini merupakan dilema yang tidak ada habisnya dan mahasiswalah yang paling menderita karenanya. Pada akhirnya kriteria pencapaian lulusan yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal pula.

Berkaca pada kriteria lulusan bidang ilmu kebumian pada perguruan tinggi di luar negeri, lulusan sarjana atau sarjana lebih ditekankan pada penguasaan konsep dasar dan sedikit mengenal penerapan ilmu kebumian dalam bidang industri. Mata kuliah terapan Teknik Geologi di Indonesia selama ini diajarkan mulai tingkat 3 (semester 5 dan 6), baru kemudian diajarkan pada jenjang pendidikan tinggi di luar negeri.

Perbedaan besar ini bukan tanpa alasan, jelas Indonesia membutuhkan lulusan Sarjana Teknik Geologi yang siap bekerja di berbagai bidang industri seperti perminyakan, pertambangan, hidrologi, konstruksi, dan lain sebagainya karena tingginya permintaan. Oleh karena itu, mau tidak mau, sistem pendidikan tinggi di Indonesia diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, sesungguhnya prestasi lulusan yang dihimpun departemen Teknik Geologi di Indonesia bukanlah suatu cacat yang harus diperbaiki dan disamakan dengan lulusan universitas di luar negeri. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan industri.

Disadur dari: geologi.ft.undip.ac.id

Selengkapnya
Sistem Outcome Based Education (OBE) dan Implementasinya dalam Bidang Ilmu Geologi

Pendidikan

15 Tahun BINUS ONLINE Berkarya untuk Nusantara: Memperluas Kesempatan Pendidikan Berkualitas untuk Nusantara dan Dunia

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Peran pendidikan tinggi menjadi salah satu faktor penting dalam melahirkan SDM Unggul sesuai dengan berkembangknya teknologi. Meskipun begitu, tantangan tetap ada dalam memastikan akses terhadap kualitas pendidikan yang merata, tanpa memandang batas geografis dengan kualitas yang sama.

Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakmerataan akses pendidikan tinggi meliputi faktor geografis (lokasi perguruan tinggi yang jauh dari tempat tinggal masyarakat), faktor ekonomi (biaya pendidikan tinggi yang masih relatif tinggi), dan faktor sosial (kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan tinggi).

Memahami tantangan dan situasi tersebut, BINA NUSANTARA menghadirkan sebuah layanan pendidikan online yang menghadirkan pengalaman belajar yang fleksibel, yakni BINUS ONLINE. Pada mulanya, BINUS mengembangkan kursus dalam bentuk materi pengembangan diri leadership dan hal tersebut mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.

Lalu, melihat potensi yang sangat baik tersebut, Prof. Dr. Ir. Harjanto, M.M yang kala itu masih menjabat sebagai Chief Information Office BINA NUSANTARA, mengusulkan kepada mendiang Prof. Dr. Drs. Gerardus Polla, M.App, Sc yang saat itu menjabat sebagai Rektor BINUS UNIVERSITY, untuk mengembangkan perkuliahan yang dilaksanakan secara online.

Seiring dengan berjalannya waktu, BINUS ONLINE resmi berdiri pada tanggal 14 Februari 2009. Semenjak awal berdirinya, BINUS ONLINE bertekad untuk menghadirkan kualitas pembelajaran daring yang sama dengan pembelajaran tatap muka. Hal tersebut diwujudnyatakan dengan kurikulum global dan juga lewat hadirnya sistem Learning Management System (LMS) BINUS ONLINE.

Komitmen dalam menjaga mutu tersebut, turut dibuktikan dengan penerapan Sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada tahun 2020, yang memungkinkan para pekerja untuk menukarkan pengalaman kerjanya menjadi mata kuliah. Kualitas BINUS ONLINE telah diakui dengan diberikannya rekognisi 5 Stars Online Learning dari Lembaga Pemeringkatan QS pada tahun 2021.

Pada awalnya di tahun 2009, BINUS ONLINE hanya memiliki sekitar 100 mahasiswa, Namun, kini BINUS ONLINE telah berkembang dan memiliki lulusan yang hampir mencapai 20 ribu lulusan yang tersebar di seluruh Indonesia serta mancanegara. Profil mahasiswa dan alumni dari BINUS ONLINE pun sangat beragam, mulai dari atlet tingkat nasional dan dunia seperti Kevin Sanjaya, dan juga para artis dan seniman seperti Enzy Storia dan Sheryl Sheinafia, hingga Anggota DPR RI yakni Tommy Kurniawan. Kini, BINUS ONLINE telah memiliki lulusan yang tersebar di lebih dari 30 provinsi di Indonesia dan juga 24 negara, termasuk di Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Jerman, dan masih banyak lagi.

Sumber: online.binus.ac.id

Selengkapnya
15 Tahun BINUS ONLINE Berkarya untuk Nusantara: Memperluas Kesempatan Pendidikan Berkualitas untuk Nusantara dan Dunia

Pendidikan

Perundungan: Membedah Bentuk, Upaya, dan Pencegahan

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Betapa sakit hati Dewi manakala mendengar maraknya kasus perundungan pelajar di Tanah Air. Psikolog di Student Mental Health and Wellbeing Support (SMHWS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu mengecam aksi perundung menindas para korban yang tak berdaya. “Betul-betul memprihatinkan. Perundungan itu tidak memandang usia, gender, bahkan tempat. Bisa di mana-mana,” kata Dewi Setyaningrum, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Perundungan atau bullying adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk menyerang pihak-pihak tertentu karena adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dengan korban. Musababnya, perundung atau pelaku bullying merasa dirinya lebih kuat dan berkuasa sehingga bisa menindas korban yang dianggap lemah.

Dewi mengatakan ada dua jenis perundungan, yaitu perundungan fisik dan nonfisik. Perundungan fisik adalah perundungan yang melibatkan kontak fisik dan dilakukan dengan memukul, menggigit, menendang, hingga mencakar. Sedangkan perundungan nonfisik biasanya dilakukan secara verbal maupun nonverbal.

Perundungan verbal adalah bentuk bullying melalui lisan seperti mengejek, mengolok-olok, mengancam, menghina, hingga memaki. Sedangkan, perundungan nonverbal biasanya berupa pengabaian, diasingkan, dikucilkan dari kelompoknya, hingga mendapat perlakuan diskriminatif.

Perundungan juga merambah jagat maya sehingga membuka peluang pem-bully-an oleh orang asing yang tidak mengenal korban. “Sekarang juga ada istilahnya cyber bullying atau perundungan dunia maya. Pelaku menyalahgunakan platform internet, SMS, WhatsApp, maupun layanan surel sebagai media untuk melakukan perundungan. Biasanya dilakukan untuk mempermalukan atau membuat citra buruk orang lain,” terang Dewi.

Kasus perundungan jamak dialami para pelajar SD hingga SMA di Indonesia. Meskipun tak jarang kasus perundungan juga dialami oleh mahasiswa hingga para pekerja, kasus perundungan di tingkat pendidikan dasar hingga menengah masih menduduki peringkat teratas.

Temuan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang dihimpun dari Republika menyebutkan, sepanjang tahun 2023, terjadi 30 kasus perundungan di Tanah Air. Angka ini meningkat dari tahun 2022 yang berjumlah 23 kasus. FSGI menyebutkan 80% kasus terjadi pada institusi pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sedang sebanyak 20% kasus terjadi pada sekolah di bawah naungan Kementerian Agama. Laporan tersebut juga menyebutkan 50% kasus perundungan terjadi pada jenjang SMP/sederajat, 30% pada jenjang SD/sederajat, dan 10% masing-masing pada jenjang SMA dan SMK. 

Lima tahun sebelum laporan tersebut rilis, Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pernah melakukan riset jenis kasus perundungan yang marak terjadi di Indonesia. Laporan tahun 2018 itu menyebutkan ada enam jenis tindakan bullying yang kerap dialami pelajar Indonesia, yakni: barang diambil/dirusak, diejek, disebar rumor tak baik, dikucilkan, dipukul/disuruh-suruh, hingga diancam. UNICEF mencatat 41% pelajar Indonesia usia 15 tahun pernah mengalami bullying alias perundungan beberapa kali dalam sebulan.

Dewi melihat kasus perundungan bak gunung es di lautan. Kasus perundungan yang terungkap ke publik hanya sebagian kecil dari kenyataan di lapangan. Psikolog SMHWS UMS itu meyakini ada banyak kasus perundungan lain yang tidak terungkap ke publik. “Dari atas terlihat sedikit (kasusnya) padahal sebenarnya sangat banyak. Hanya saja belum terungkap ke publik,” jelasnya.

Trauma di sisa hayat

Pelaku perundungan boleh jadi berpuas hati atas tindak tanduknya membabat habis harga diri korban. Padahal, apa yang dialami korban tidak akan pernah sebanding dengan apa yang dilakukan perundung. Perasaan trauma yang berkecamuk di alam pikiran korban akan terus hidup merentang masa di sisa hayatnya. 

Dewi menguraikan dampak apa saja yang dihadapi para korban perundungan, mulai dari dampak ringan hingga berat. Korban perundungan akan mengalami rasa kurang percaya diri, kurang bersemangat, hingga merasa harga diri rendah. Korban juga bisa mengalami masalah psikologis seperti kecemasan, gangguan psikosomatis, gangguan traumatis, dan gangguan psikologis lainnya.

“Ada kekhawatiran jika korban tidak segera ditangani, maka di masa depan ada risiko korban akan menjadi pelaku perundungan,” ungkap Dewi khawatir. 

Salah satu dampak berat korban perundungan adalah gangguan psikotik, sebuah gangguan psikologis yang mempengaruhi pikiran penderitanya. Gangguan ini meliputi waham, halusinasi, hingga perilaku kacau yang bisa mengganggu keseharian korban. Dampak buruk lain adalah depresi yang jika tidak segera ditangani akan berujung pada percobaan bunuh diri. 

“Korban perundungan juga berisiko mengalami depresi dan bunuh diri jika tidak segera tertangani. Bisa juga korban memiliki kecenderungan untuk menyakiti dirinya atau self harm,” sambung Dewi.

Korban harus bangkit

Bangkit dari keterpurukan adalah langkah awal yang bisa dilakukan korban. Menurut Dewi, jika korban “mampu”, korban dapat mengupayakan untuk mulai tampil percaya diri. Ia menyarankan saat korban berinteraksi dengan pelaku, korban harus memberikan respons yang asertif.

“Korban harus menunjukkan diri sebagai orang yang kuat tanpa harus membalas pelaku dengan kekerasan. Jangan memberi respons dengan penuh emosi yang menunjukkan bahwa korban tidak mau dijadikan korban,” jelas dia. 

Jika korban ternyata tidak mampu untuk mengupayakan hal tersebut, Konselor SMHWS UMS itu merekomendasikan korban untuk mengkomunikasikan perundungan yang dialami kepada orang yang dapat dipercaya. 

“Apabila perundungan terjadi di lingkungan formal seperti sekolah atau kantor, kasus tersebut bisa dilaporkan ke pihak yang berwenang seperti bagian SDM atau guru bimbingan konseling. Bisa juga ke layanan psikologi jika sudah ada,” imbuh Dewi.

Saat kondisi psikis korban terus memburuk dan mulai mengganggu rutinitasnya, Dewi mengatakan korban harus segera mencari bantuan profesional. Pertolongan para profesional akan membantu proses pemulihan dan mengatasi masalah psikologis korban.

Di sisi lain, Dewi menggarisbawahi pentingnya memberikan pendampingan psikologis pada pelaku. Sebab, ada kecenderungan pelaku memiliki masalah psikologis sehingga membuat pelaku melakukan perundungan. “Korban perundungan bisa jadi akan menjadi pelaku perundungan jika tidak tertangani dengan tepat. Sehingga bisa saja pelaku sebetulnya korban perundungan yang mengalami gangguan mental atau psikologis,” lanjutnya.

Langkah konkret hentikan perundungan

Langkah konkret memberantas perundungan harus dilakukan segera. Dewi berpendapat kepekaan terhadap perubahan perilaku seseorang yang terindikasi mendapatkan perundungan harus digalakkan. Hal ini penting sebagai langkah awal untuk mencegah berbagai dampak buruk seperti yang diuraikan sebelumnya. Antara lain yang perlu dilakukan adalah:

  1. Pondasi awal di dalam keluarga. Salah satu penyebab bullying adalah pola asuh yang dilakukan orang tua. Pola asuh sangat berpengaruh terhadap apa yang dilakukan anak di lingkungan pertemanan. Orang tua dan keluarga harus membangun komunikasi yang baik dengan anak serta menjadi panutan yang baik bagi anak.
  2. Deteksi dini perundungan. Saat perundungan terdeteksi lebih awal, maka pertolongan dapat dilakukan lebih awal sehingga mencegah berbagai kemungkinan terburuk akibat perundungan. Deteksi dini bisa dilakukan menggunakan Olweus Bullying Questionnaire (OBQ) dengan mencermati perubahan perilaku yang muncul tidak seperti biasanya.
  3. Orang tua dan guru harus peka terhadap setiap perilaku anak. Jangan sampai menganggap remeh perlakuan orang lain yang sebetulnya adalah perundungan.
  4. Galakkan program pencegahan anti perundungan dan menetapkan hukuman pada pelaku. Menurut Dewi, pemangku kepentingan harus menciptakan kultur sekolah yang sehat serta perlu adanya identifikasi faktor internal dan eksternal penyebab terjadinya perundungan.

Langkah konkret juga dilakukan UMS dengan menghadirkan SMHWS sebagai layanan konseling gratis bagi mahasiswa UMS. Kehadiran SMHWS memberikan daya dukung psikologis dan mental mahasiswa UMS sehingga mahasiswa dapat melanjutkan aktivitasnya tanpa terganggu permasalahan psikologis yang mendera. SMHWS buka setiap hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 - 14.00 WIB. “Jangan ragu datang ke profesional  apabila memang memiliki masalah yang kita sendiri sudah tidak sanggup mengatasi sendiri,” kata Dewi.

Dewi tidak menampik jika perundungan masih terus ada meski sosialisasi terkait perundungan telah dilakukan di berbagai tempat. Ia menyebut pemangku kebijakan sebetulnya sudah melakukan berbagai langkah untuk mencegah perundungan. “Memang sudah dilakukan. Hanya saja hasilnya memang belum maksimal ya. Ini harus jadi PR bersama,” tutup Dewi mengakhiri pembicaraan. 

Disadur dari: www.ums.ac.id

Selengkapnya
Perundungan: Membedah Bentuk, Upaya, dan Pencegahan
« First Previous page 26 of 48 Next Last »