Pendidikan

Puan Maharani Minta Kemendikbud Ristek Perhatikan Putus Sekolah dan Perbaiki Infrastruktur PJJ

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mencermati angka putus sekolah akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi juga dinilai mengharuskan pemerintah membenahi infrastruktur agar pembelajaran di seluruh daerah bisa merata.

Hal itu dikatakan Puan Maharani dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2021.

Puan berharap, Kemendikbud Ristek mencari penyebab mengapa anak bisa putus sekolah pada masa pandemi.

"Apakah karena terkendala pembelajaran jarak jauh (infrastruktur), atau anak berhenti sekolah karena persoalan ekonomi keluarga akibat pandemi," kata Puan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (2/5/2021).

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2021 yang mengusung tema "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar", menurut Puan, merupakan momentum tepat untuk memetakan persoalan dan menghadirkan solusinya.

Selain itu, mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung dan pembelajaran jarak jauh masih mungkin diterapkan di sekolah-sekolah, Puan juga meminta Kemendikbud Ristek melakukan pembenahan insfrastruktur kegiatan belajar mengajar.

Puan menegaskan, pemerataan infrastruktur pembelajaran jarak jauh adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi pemerintah.

“Agar merata dan tidak terjadi kesenjangan infrastrukur PPJ atau online antar daerah dan wilayah,” ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut.

Selain kesiapan dan pemerataan infrastruktur pembelajaran jarak jauh, Puan juga meminta Kemendikbud Ristek menguji efektivitas serta kualitas tenaga pendidik, peserta didik, dan materi pembelajarannya.

Menurut Puan, hal itu harus dilakukan untuk mencegah semakin lebarnya kesenjangan pendidikan, terutama pada masa pembelajaran jarak jauh yang mensyaratkan infrastruktur digital, akses internet, serta perangkat pendukung lainnya.

"Perlu menguji efektivitas belajar online selama ini. Bila tidak ada tindakan maka kesenjangan pendidikan bisa semakin lebar," ujar Puan.

"Karena pendidikan adalah hak, kebutuhan dasar, dan harus mampu mewujudkan national and character building," kata dia.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Puan Maharani Minta Kemendikbud Ristek Perhatikan Putus Sekolah dan Perbaiki Infrastruktur PJJ

Pendidikan

Mendikbudristek Nadiem Makarim: Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Turun, Tantangan dan Kendala di Seluruh Dunia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi mengalami penurunan. Nadiem mengatakan, tidak hanya di Indonesia, efektivitas PJJ pun mengalami penurunan di seluruh dunia. Hal itu ia peroleh dari berbagai pemberitaan mengenai kendala metode PJJ yang diterapkan selama pandemi. “Kita sudah mengetahui dari data yang dikumpulkan dari seluruh dunia bahwa efektivitas pembelajaran jarak jauh telah menurun secara global akibat pandemi ini. Kita mengetahui hal ini karena terdapat laporan yang berbeda-beda mengenai persepsi hambatan yang berbeda-beda,” kata Nadiem dalam pidato PDI Perjuangan. memperlihatkan akan merayakan Hari Pendidikan Nasional 2021 pada Rabu (5 Mei 2021).

Ia mengatakan efektivitas PJJ di Indonesia mengalami penurunan karena beberapa permasalahan seperti konektivitas yang belum memadai. Lebih lanjut dia mengakui, masih banyak masyarakat yang belum memiliki peralatan penunjang PJJ. Menurut Nadiem, kedua kendala tersebut merupakan permasalahan mendasar yang belum terselesaikan. “Ini persoalan mendasar yang menyulitkan pelaksanaan PJJ di berbagai daerah,” ujarnya. Faktor lain yang menurunkan efektivitas PJJ adalah rasa bosan siswa setelah berada di rumah selama lebih dari setahun.

Menurut Nadiem, ada rasa bosan siswa yang melakukan PJJ di masa pandemi. Selain itu, ia mendapat laporan siswa merasa kesepian saat melakukan PJJ di rumah. “Bahkan ada juga yang mengalami depresi karena tidak bertemu dengan teman atau gurunya. Dan berbagai permasalahan di rumah, seperti stres karena masyarakat terlalu banyak berada di rumah dibandingkan keluar rumah,” ujarnya. Nadiem menambahkan, pihaknya juga menerima laporan berbagai jenis kekerasan dalam rumah tangga yang mengganggu psikologi anak selama belajar di rumah. Menurutnya, permasalahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan seluruh dunia. Selain itu, pihaknya juga mendapat laporan dari para orang tua yang stres dengan meningkatnya beban homeschooling pada anaknya. “Tingkat stres semakin meningkat bagi para orang tua yang karena kesibukannya juga harus membimbing anaknya dalam pembelajaran jarak jauh ini,” kata Nadiem.

Program PJJ sudah dikenal luas. Sudah lebih dari setahun di Indonesia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran pada Minggu (3 September 2020) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) di bidang pendidikan. . institusi Surat tersebut ditujukan kepada kepala dinas pendidikan provinsi, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, kepala perguruan tinggi, kepala universitas, dan kepala sekolah di seluruh Indonesia. Nadiem mengajak berbagai pihak di dunia pendidikan untuk bergerak bersama menghadapi virus corona yang telah resmi ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO, dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di institusi pendidikan.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Mendikbudristek Nadiem Makarim: Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Turun, Tantangan dan Kendala di Seluruh Dunia

Pendidikan

Dampak PJJ: Nadiem Ungkap Anak Putus Sekolah hingga Kesenjangan, Soroti Perlunya Tatap Muka

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan beberapa dampak negatif pandemi Covid-19 yang memaksa pembelajaran beralih ke pembelajaran jarak jauh. Nadiem mengungkapkan, salah satu dampak pandemi adalah banyak anak yang putus sekolah karena harus menghidupi keluarga secara finansial di tengah krisis pandemi Covid-19. “Kita sudah setahun pandemi Covid-19, sudah setahun, terlalu lama anak-anak kita tidak bersekolah,” kata Nadiem saat rapat kerja dengan Panitia X DPR, Kamis (18 Maret 2021). . "Dampaknya apa? Ada dampak nyata dan bertahan lama yang bisa terjadi ketika anak putus sekolah karena harus bekerja, itu nyata terjadi di lapangan," kata Nadiem.

Nadiem bercerita kepada PJJ tahun lalu. juga menyadarkan para orang tua bahwa sekolah tidak mempunyai peran dalam proses belajar mengajar jika tidak dilakukan secara tatap muka. Hal ini membuat tidak sedikit orang tua yang merasa tidak ada gunanya membayar biaya sekolah karena pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka dan dianggap tidak ada gunanya. Dampaknya, banyak anak yang putus sekolah. Nadiem mengatakan, PJJ juga menyebabkan penurunan hasil pembelajaran, dengan kesenjangan yang semakin lebar akibat perbedaan akses dan kualitas pembelajaran. “Kesenjangan dalam cakupan dan kualitas layanan kesehatan dapat menyebabkan kesenjangan ini semakin lebar dan kerugian pembelajaran permanen akan meningkat jika kita tidak mulai membuat janji temu tatap muka secara terbatas,” katanya. Guru tidak mendeteksi kekerasan terhadap anak dan praktik pernikahan dini. Selain itu, kelompok perempuan dinilai mempunyai beban lebih besar dalam pelaksanaan PJJ. “Karena bagi mereka yang sebelumnya bekerja dan harus bekerja di luar, semuanya menjadi lebih sulit karena mereka juga harus menjaga anak-anaknya di rumah, sehingga dampaknya nyata,” kata Nadiem.

katanya. juga menegaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya sudah mengaktifkan KBM tatap muka sekolah mulai Januari 2021 dengan syarat mendapat persetujuan pemerintah daerah. “Kalau ada masyarakat yang masih bingung kenapa sekolahnya tidak dibuka padahal di pelosok, padahal internet sulit dan sebagainya, itu hak prerogratif pemerintah daerah sejak Januari,” kata Nadiem. \N.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Dampak PJJ: Nadiem Ungkap Anak Putus Sekolah hingga Kesenjangan, Soroti Perlunya Tatap Muka

Pendidikan

Dedikasi Luar Biasa: Siswa Ini Manfaatkan WiFi Sekolah demi Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


ROSWELL, KOMPAS.com - Jonathan Endecott, 9, harus kembali bersekolah meski guru menerapkan pembelajaran jarak jauh karena pandemi virus corona. Sebuah sekolah di Roswell, New Mexico, Amerika Serikat (AS) menerapkan pembelajaran jarak jauh, seperti dilansir New York Post, Sabtu (24 Oktober 2020). Namun, ibunya, Angel Endecott, tidak mampu lagi membayar tagihan internetnya setelah kehilangan kedua pekerjaannya. Namun Angel mengatakan putranya tidak merasa terbebani meski harus kembali ke sekolah untuk memanfaatkan internet gratis dan mengikuti kelas online.

"Dia berkata, 'Ya, saya akan kembali ke sekolah dan jadilah anak normal lagi,'" kata Angel kepada CNN. Angel mengaku tak segan-segan mengantar anaknya ke sekolah sendirian dan memanfaatkan layanan internet gratis sekolah. Pasalnya, tahun lalu Jonathan harus berjalan kaki beberapa blok untuk sampai ke sekolahnya setiap hari. Sesampainya di sekolah, Jonathan terkadang berbaring di luar pintu depan sekolah.

Tekad Jonathan untuk terus mengikuti pembelajaran jarak jauh menggunakan internet gratis sekolah mengetuk pintu hati banyak orang. Salah satu guru Jonathan, Sabrina Talbott Harbour, mengambil foto Jonathan dan membagikannya secara online. “Anak laki-laki ini tidak memiliki internet di rumah. Dia sudah bangun dan berjalan ke sekolah setiap hari untuk menyambung ke Wi-Fi di luar sekolah. Dia duduk di sana dari jam 8 pagi. sampai 02:45 setiap hari,” tulis Harbour. Ia melanjutkan, hal itu tidak baik bagi Jonatan. Menurutnya, anak-anak sekolah saat ini mengalami tekanan sosial, akademik, mental, dan fisik.

Foto Jonathan yang diunggah Harbour menjadi viral di internet. Salah satu donatur kemudian setuju untuk membayar tagihan online Angel dan membuat penggalangan dana online melalui GoFundMe.

Uang yang terkumpul di halaman tersebut akan digunakan untuk membayar beberapa tagihan lainnya, termasuk tagihan pipa ledeng dan perbaikan lantai. Kini Jonathan bisa kembali belajar online dari rumah tanpa harus berjalan kaki ke sekolah seperti teman-temannya yang lain.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Dedikasi Luar Biasa: Siswa Ini Manfaatkan WiFi Sekolah demi Pembelajaran Online

Pendidikan

Pemkot Surakarta Hentikan Sementara PTM: Evaluasi Kasus COVID-19

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pemerintah Kota Surakarta menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) selama seminggu seiring meningkatnya kasus COVID-19 di Solo.

"Iya, kami ucapkan terima kasih .Satu minggu kita lihat perkembangannya bagaimana,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming, Senin (2 Juli 2022) di Raka Solo.

Dia mengatakan, belakangan ini jumlah kasus COVID-19 semakin meningkat. di Solo terus berkembang. Di sisi lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memerintahkan agar tingkat SMA untuk sementara melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Beberapa warga menentang praktik tersebut, akunya. Namun ada pula yang mendukung kebijakan tersebut. “Iya, nanti akan kami evaluasi kembali,” ujarnya.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta Ahyani sebelumnya mengatakan, mulai Senin (7 Februari), PTM akan dihentikan sementara terlebih dahulu dan digantikan oleh PJJ. Sementara itu, hingga Minggu malam (2 Juni), jumlah kasus COVID-19 di Kota Solo sebanyak 438 orang.

Totalnya, ada 415 orang yang diisolasi dan 23 orang dirawat di rumah sakit. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan hari sebelumnya yang kasus aktif COVID-19 di Kota Solo berjumlah 324 orang.

Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Surakarta (DKK) Siti Wahyuningsih mengatakan, hampir sepertiga kasus aktif di Kota Solo. Solo. Kota adalah indeks kasus sekolah. Ia mencontohkan, ada 21 sekolah yang sudah memiliki indeks kasus COVID-19. “Tracing (pelacakan kontak) masih berlangsung,” ujarnya.

Sumber: republika.co.id

Selengkapnya
Pemkot Surakarta Hentikan Sementara PTM: Evaluasi Kasus COVID-19

Pendidikan

Kurikulum Prototipe 2024: Adaptasi Pendidikan untuk Menciptakan Talenta Muda yang Berdaya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Selain itu, dibahas dua bidang pekerjaan yang memungkinkan, yaitu kesehatan masyarakat, kelestarian lingkungan, kesehatan mental, dan karir di bidang digital. Keempat hal inilah yang menjadi landasan karir generasi muda. Informasi tersebut dilengkapi dengan survei Indikator Politik Indonesia (IPI) tahun 2021 yang menunjukkan bahwa 81 persen generasi muda lebih memilih menyelamatkan lingkungan daripada mengejar pertumbuhan ekonomi. Agaknya, ini adalah contoh bagaimana generasi muda akan memilih kariernya di masa depan.

Generasi muda masa kini tidak memandang karier hanya sebagai alat untuk bertahan hidup. Selain itu, mereka melihat bahwa karir mereka harus memberikan mereka kesempatan untuk bekerja bagi masyarakat. Kaum muda memandang kehidupan sebagai momen untuk diberdayakan, kreatif, dan bermakna sebagai pribadi seutuhnya. Dapat dikatakan bahwa pandemi ini telah memperkaya perspektif generasi muda dan membentuk pemikiran mereka mengenai karier dan masa depan. Kurikulum saat ini masih dalam bentuk prototipe. Pasalnya, pandemi telah menyebabkan banyak perubahan paradigma dalam hal karir dan masa depan, khususnya bagi generasi muda. Pandemi telah membuat generasi muda melihat perspektif dari berbagai sisi.

Saya menilai langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mentransformasikan prototipe kurikulum menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024 adalah langkah yang tepat. Sebuah prototipe kurikulum harus dikembangkan untuk memenuhi preferensi karir generasi muda saat ini. Fleksibilitas dalam pemilihan spesialisasi harus diterima dengan baik dan didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentingan. Generasi muda adalah modal yang dibutuhkan untuk meraih masa depan yang lebih cerah bagi negara ini.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek

Kaum muda memiliki harapan dan tuntutan yang tinggi terhadap pendidikan. Menurut penelitian kami, kaum muda memiliki empat keinginan. Pertama, kurikulum adaptif. Berdasarkan temuan kami, 231 generasi muda mengatakan bahwa kurikulum harus beradaptasi dengan perubahan zaman. Artinya, mereka menginginkan kurikulum yang merespons dinamika dan beradaptasi dengan tren karier dan pembelajaran yang relevan. Berdasarkan survei Inventure-Alvara tahun 2021, 57,3 persen responden menganggap kurikulum digital menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah.

Artinya, setiap institusi pendidikan harus mengadopsi kurikulum digital agar lebih siap merespons dinamika zaman. Kedua, 226 generasi muda memandang penting peningkatan kualitas staf di lembaga pendidikan. Misalnya guru yang lebih kompeten, metode pengajaran baru atau komunikasi yang lebih baik. Hal ini masuk akal karena pandemi membuat generasi muda merasa bahwa institusi pendidikan perlu meningkatkan kualitasnya di segala aspek. Ketiga, 146 generasi muda menginginkan kelas offline kembali diadakan. Hal ini memang menjadi keinginan banyak pelajar muda. Generasi muda sudah bosan dengan pembelajaran online karena tidak bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga usaha ini sangat wajar.

Menurut temuan Inventure-Alvara-Ivosights 2022, sebanyak 80,8 persen responden ingin belajar secara offline karena motivasi dan manfaat pembelajaran tatap muka meningkat. Keempat, 85 generasi muda mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak akses terhadap kesempatan belajar seperti buku, akses internet, webinar, dan kursus online. Setidaknya jika kelas offline tidak berfungsi, mereka mendapat cukup ruang untuk belajar. Keempat lembaga ini akan sangat membantu mereka meningkatkan kualitas di tengah pandemi yang belum jelas tanggal berakhirnya. Kelima, 80 anak muda menyatakan pekerjaan rumah (PR) dikurangi. Alasannya mungkin karena pekerjaan rumah memberatkan siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Galloway et.al (2013) yang menyatakan bahwa 56 persen siswa mengidentifikasi pekerjaan rumah sebagai sumber stres utama mereka.

Oleh karena itu, penerapan prototipe kurikulum dapat menjadi momen untuk mengubah seluruh kerangka acuan lembaga pendidikan. Institusi pendidikan harus menciptakan ekosistem dimana generasi muda dapat belajar sesuai minatnya. Apalagi minat karir generasi muda sangat mengikuti tuntutan zaman dan menjadikan keberadaan mereka bermakna bagi masyarakat sekitar. Ekosistem ini dapat berupa penerapan pembelajaran berbasis proyek, di mana lembaga pendidikan memberikan kebebasan kepada generasi muda untuk membuat proyek yang dapat mempengaruhi masyarakat.

Sumber : kompas.com

Selengkapnya
Kurikulum Prototipe 2024: Adaptasi Pendidikan untuk Menciptakan Talenta Muda yang Berdaya
« First Previous page 17 of 46 Next Last »