Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji membagikan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya learning loss kepada anak. Terutama, anak-anak yang kini harus belajar dari rumah karena adanya pandemi COVID-19.
Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu, katanya dikutip dari keterangan pers, Ahad (5/9). Kondisi tersebut, antara lain adalah periode libur panjang pada kalender akademik, peristiwa putus sekolah yang dialami peserta didik karena kemiskinan, hingga ditutupnya sekolah tatap muka sebagai akibat dari pandemi yang mengharuskan siswa melakukan pembelajaran jarak jauh.
Indra menuturkan bahwa kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya pembelajaran tatap muka. Learning loss justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online.
Di situasi ini, guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.A
da pun kiat-kiat yang dibagikan Indra kepada para tenaga pengajar untuk menghindari learning loss pada siswa. "Pertama, pendidik harus mempunyai growth mindset yakni pemikiran yang bertumbuh dan berkembang sesuai keberlangsungan zaman. Sebagai contoh, pembelajaran daring yang dilakukan saat pandemi ini justru mempercepat pendidik dan siswa dalam menghadapi era digital yang perkembangannya kian cepat dari waktu ke waktu," kata Indra.
Kedua, pendidik juga perlu memahami Socio-Technical Knowledge Management pada era digital yang terdiri dari Infokultur, Infostrukur dan Infrastuktur. Infokultur merupakan transfer informasi di era digital, salah satunya yang dikenal dengan istilah blended learning yakni perpaduan antara manusia dengan teknologi.
Infostruktur berkaitan dengan hal-hal identitas lembaga di dunia maya, seperti alamat situs, akun-akun sivitas yang berhubungan dengan nama domain lembaga. Institusi pendidikan harus mempunyai domain khusus misal sch.id atau ac.id untuk penyediaan e-mail guru dan siswa agar proses transfer informasi tidak akan tercampur dengan urusan pribadi.
Selain domain, lembaga pendidikan juga perlu menyiapkan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Sementara, infrastruktur terkait dengan tentang sarana dan prasarana, gawai, listrik hingga internet yang merupakan aspek terpenting untuk mendukung keberlangsungan pendidikan era digital.
Terakhir, pendidik mulai menerapkan kelas modern (Flipped Classroom), yang menggabungkan aspek asynchronous dan synchronous secara efektif. Pada tahap asynchronous siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring.
"Pemanfaatan aplikasi Learning Management System (LMS) menjadi standar dalam pola ini. Kemudian secara sinkron menganalisis atau mengomentari presentasi, diskusi, dan kasus melalui forum kelas online dan offline,” kata Indra.
Sumber : republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli kesehatan sekaligus influencer, dr Alexandra Clarin Hayes, mengatakan, protokol kesehatan (prokes) bagi anak perlu menjadi perhatian orang tua. Terlebih seiring dibuka kembali pembelajaran tatap muka (PTM) saat pendemi Covid-19.
"Tetap terapkan prokes dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, membatasi mobilitas, hindari kerumunan," kata Alexandra dalam program "Dear Doctor" yang disiarkan dari Youtube FMB9 di Jakarta, Kamis (11/11).
Alexandra meminta orang tua menyiapkan masker untuk anak setiap kali mereka berangkat ke sekolah. "Bahkan kalau bisa ganti tiap empat jam sekali dan juga sediakan hand sanitizer," kata dia.
Alexandra mengatakan, orang tua perlu meluangkan waktu untuk mengantar anak mereka ke sekolah demi memastikan sang anak tetap berada di lokasi yang aman selama pergi dan berangkat ke sekolah. "Kalau terpaksa pakai kendaraan umum atau jemputan, jangan lupa untuk jaga jarak dan bawa bekal dari rumah kalau bisa," ujarnya.
Menurut Alexandra, makanan yang cocok bagi anak di sekolah adalah yang bergizi seimbang sebagai bahan energi untuk seluruh metabolisme sel organ serta jaringan tubuh termasuk otak. Berilah makanan dengan gizi seimbang dan ini pedomannya sudah ada di Kementerian Kesehatan.
"Makanannya yang lengkap ada karbohidratnya bisa seperti nasi, roti dan lain sebagainya juga mengandung protein misal dari lauk ikan, ayam, daging, serat dari sayuran, vitamin dari buah-buahan boleh juga ditambahkan dengan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh," katanya.
Alexandra mengatakan, penyesuaian jadwal belajar pun perlu dilakukan dalam peralihan dari belajar daring ke pembelajaran tatap muka. Saat anak Anda pulang, mereka harus selalu mandi untuk membersihkan dirinya dan melindungi dirinya dari kuman dan virus, kata Alexandra. Jangan berlebihan karena tidak menutupi seluruh permukaan kulit.
"Mandinya bisa menjangkau bagian tubuh yang tidak bisa dijangkau insektisida, seperti telinga, punggung, dan bagian belakang tubuh," ujarnya. Selain itu, penting juga untuk rutin memeriksa suhu tubuh anak menggunakan termometer di rumah untuk memeriksa kesehatannya.
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, IAKARTA . Dampak wabah Covid-19 telah dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Terbatasnya waktu pembelajaran tatap muka menghambat pembelajaran. Dalam beberapa kasus, penyampaian pendidikan terhenti.
Menyadari situasi ini, para profesor di universitas BSI (Bina Sarana Informatika) dilatih untuk menggunakan kursus online. Sekelompok pendidik Hadi Wibowo, Ida Hendarsih dan Diana Tambunan melakukan bakti sosial bergaya workshop dengan memanfaatkan Zoom Meeting sebagai wadah pembelajaran di masa pandemi COVID-19 di Pondok Pesantren Tekno Qurani Desa Joglo. Kembangan, Jakarta Barat, sebelum Jumat (28/1).
Profesor Hadi Wibowo mengatakan, guru perlu mengetahui karakteristik siswanya untuk mendapatkan jawaban dan masukan dari siswa. “Platform pembelajaran online merupakan sebuah inovasi baru dalam pemanfaatan teknologi di bidang pendidikan. Di masa pandemi COVID-19, banyak platform pembelajaran online yang diterapkan, salah satunya Zoom Meeting. “Zoom dinilai lebih efektif sebagai aplikasi pembelajaran daring yang dapat memperluas imajinasi siswa dan guru,” kata Hadi dalam keterangan yang diterima, Kamis (2 Oktober 2022).
Zoom memiliki jutaan pengguna. Sebuah platform Seluruh dunia Karena guru dapat mengajar siswanya melalui Zoom, tidak ada konflik antara siswa dan guru.
Guru harus kreatif dalam memberikan materi pembelajaran agar siswa tidak mudah bosan. “Saya berharap melalui pelatihan ini para siswa dapat belajar lebih banyak tentang keimanan dan para guru tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan apa yang telah mereka pelajari kepada siswanya. Siswa juga akan mendapat informasi secara langsung karena mereka akan berbicara secara tatap muka melalui aplikasi Zoom. “Selain itu, pelatihan ini mendorong siswa dan guru untuk memanfaatkan pembelajaran daring agar lebih meningkatkan kreativitasnya”, tutupnya..
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP--Hasil penelitian mahasiswa Universitas Jember (UNEJ), Jawa Timur, menyatakan pola pembelajaran via daring yang digelar di berbagai sekolah selama ini, telah banyak mengubah karakter anak didik, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, yakni SD (Sekolah Dasar) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)."Ini terjadi, karena saat belajar via daring, anak tidak hanya belajar tentang materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru, akan tetapi mereka juga berselancar dengan dunia maya," kata peneliti Firratus Saadah di Sumenep, Rabu (1/9).
Mahasiswa pada Program Studi (Prodi) Teknologi Informasi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember ini meneliti Dampak Pembelajaran Daring pada Siswa di Era Pandemi Covid-19. Objek penelitiannya, siswa kelas III hingga VI MI Al-Hidayah di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Penelitian yang merupakan tugas dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi dan melakukan pengamatan di lapangan disamping wawancara langsung sebagai pendukung."Dari situ, terungkap fakta dari siswa-siswa yang kami teliti, bahwa sejumlah anak di MI Al-Hidayah itu gaya bicaranya 'kotor' setelah berselancar dengan dunia maya," ungkap Vira, sapaan karib Firratus Saadah yang merupakan peserta KKN 15 Back to Village (BTV) III UNEJ 2021 itu.
Penelitian dengan metode pengumpulan data berupa observasi yang dilakukan mahasiswa semester VII Prodi Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer UNEJ itu lalu menjadi landasan pro kerja bagi Vira untuk menetapkan program kerja dari program KKN yang digelar di Desa Bragung, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur itu.
Program kerja yang akhirnya ditetapkan atas fenomena yang terjadi pada peserta didik itu berupa pembelajaran pendidikan karakter terhadap anak-anak di lingkungannya, dengan mengacu pada lima nilai utama yakni religius, integritas, mandiri, dan gotong-royong."Saya mengajak sejumlah anak membuat tepung tanah liat (clay). Kegiatan ini untuk merangsang anak supaya bisa bekerjasama dengan baik. Anak-anak juga diajak nonton film disney, dan melakukan bedah film. Film tersebut memberikan pelajaran tentang toleransi dalam perbedaan," ujarnya.
Penelitian tentang dampak pembelajaran daring ini, melengkapi hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa di Universitas Yogyakarta bernama Wening Sekar Kusuma tentang Dampak Pembelajaran Daring terhadap Prilaku Sosial Emosional Anak. Bedanya, metode yang digunakan dalam penelitian sebelumnya pada studi kasus melalui wawancara dengan analisis tematik pada 10 ibu yang memiliki anak bersekolah TK di kabupaten Ngawi.
Oleh peneliti, sebagaimana dipublikasikan di Jurnal Obsesi di kampus itu, para ibu diberikan pertanyaan melalui wawancara terkait dampak perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring.Hasilnya, secara umum perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring, anak cenderung kurang bersikap kooperatif karena anak jarang bermain bersama, kurangnya sikap toleransi, kurangnya bersosialisasi dengan teman terbatasi adanya belajar di rumah, anak terkadang merasa bosan dan sedih, anak merasa rindu teman dan guru serta anak juga tercatat mengalami kekerasan verbal karena proses belajar yang tidak lazim.
Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom, pembelajaran tatap muka dengan daring memang berbeda secara psikologis, apalagi pada anak-anak dan remaja."Dalam pembelajaran tatap muka, ada sentuhan rasa yang bisa disampaikan secara langsung oleh guru kepada murid, tapi tidak pada pembelajaran daring," katanya
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
REPUBLIKA.CO.ID, IAKARTA -- Dalam penelitian terbaru, perusahaan perangkat lunak Kaspersky mengidentifikasi tantangan teknologi yang dihadapi keluarga di kawasan Asia Pasifik (APAC) dalam periode pembelajaran jarak jauh berkelanjutan (PJJ).
Kaspersky melakukan uji coba Toluna Satu investigasi. institusi yang ditunjuk. Survei ini dilakukan antara bulan April dan Mei 2021. Responden dari kawasan Asia Pasifik mencakup 517 orang tua, guru, dan 64 anak yang belajar online.
Lebih dari separuh responden mengatakan mereka akan membantu anak-anak mereka menggunakan alat yang mereka perlukan untuk belajar on line. Keluarga di Asia Pasifik (49%) Perlu membeli atau menyewa peralatan untuk mendukung pembelajaran. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Afrika (62%). Senang rasanya melihat lebih dari separuh (59%) anak-anak di Asia Pasifik mengakses pembelajaran online melalui ponsel cerdas mereka.
Tiga dari lima (60%) anak-anak dalam domain yang terkait dengan pembelajaran online adalah teknisi masalah . Sebagian besar (79%) mendapat bantuan dari orang tuanya untuk mengoperasikan perangkat tersebut. Namun, 16 persen anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.
Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Chris Connell mengatakan di seluruh kawasan Asia Pasifik, pembelajaran virtual terus menjadi norma yang dibutuhkan. Kaspersky melihat ini masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Studi Kaspersky, kata Connell, membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis.
“Banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sekolah jika mereka menawarkan opsi ini, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet,” komentar Connell melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Senin (19/7).
“Ini terbukti menjadi salah satu kesulitan bagi orang tua dan anak-anak. Tapi saya berharap pengalaman yang diperoleh dari menjelajahi dunia online dapat membantu kita melihat secara lebih terbuka akan format pembelajaran offline tradisional dan kedepannya menjadi mahir menggunakan alat digital yang lebih efektif dengan aman,” tambah Connell.
Untuk dapat tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstall program tambahan di perangkat mereka. Misalnya, 38 persen mulai menggunakan layanan konferensi video baru dan 43 persen mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya. Beberapa orang tua (23 persen) juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.
Direktur Hubungan Univeristas di Mail.ru Group Sergey Mardanov mengatakan ketika pandemi Covid-19 memicu migrasi massal ke pembelajaran jarak jauh, banyak guru dan siswa menyambut pengalaman pertama mereka dalam bekerja dan belajar online.
Sumber: republika.co.id
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikburistek) berencana kembali menerapkan pembelajaran tatap muka di seluruh sekolah mulai Juli 2021. Namun perkembangan pandemi Covid-19 belum menunjukkan penurunan yang signifikan. bahkan di beberapa daerah masih terus meningkat, dan beberapa daerah masuk dalam kategori zona merah. Variasi Praktik Pembatasan Kegiatan Masyarakat (CPP) di setiap daerah memang meresahkan, terutama bagi orang tua dan guru. Namun anak-anak semakin merindukan suasana sekolah sehingga meningkatkan keinginan mereka untuk kembali ke pendidikan reguler.
Strategi pembelajaran perubahan dan keterbatasan kemampuan siswa
Untuk mengatasi ancaman intrusi, beberapa sekolah menerapkan kebijakan pembelajaran dengan pertukaran siswa . (penularan). memasuki Misalnya, hanya sebagian kecil siswa yang bersekolah, selebihnya belajar di rumah. Jumlah siswanya juga dibatasi, misalnya hanya 25% dari jumlah kelas. Meski langkah ini dilakukan untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan, namun terdapat pertanyaan mengenai efektivitas kegiatan pembelajaran dalam kondisi tersebut.
Tantangan pembelajaran tatap muka terbatas
Pembelajaran tatap muka terbatas memiliki beberapa pertanyaan dan tantangan, seperti bagaimana guru dapat secara efektif melayani semua siswa dengan keterbatasan ini. Ditambah lagi, bagaimana anak-anak homeschooling dapat tetap terhubung dan mendapatkan pengalaman belajar serupa dengan teman-temannya di sekolah. Guru juga menghadapi tantangan untuk mengembangkan kurikulum yang tetap dapat diakses bahkan ketika siswa berganti nilai. Semua ini menjadi tantangan besar bagi guru dan pengembang teknologi pembelajaran.
Konsep flipped class sebagai solusi
Dengan kondisi seperti ini, konsep pembelajaran flipped class merupakan salah satu solusi yang diusulkan. Flipped Classroom merupakan model pembelajaran yang mengubah tradisi pembelajaran konvensional. Siswa mempelajari materi inti melalui bahan pembelajaran yang disediakan di rumah dan kemudian menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan tatap muka di kelas. Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar mandiri di rumah, sedangkan waktu kelas digunakan untuk kegiatan yang memerlukan pemahaman tingkat lanjut.
Implementasi flipped class dan tiga fase pembelajaran
Flipped class memiliki model dasar dengan dua fase utama: latihan di rumah sebelum kelas dan belajar di kelas. Model ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan sekolah, ada pula yang berkembang menjadi tiga dan empat tahap. Beberapa langkah tersebut antara lain pembelajaran mandiri siswa di rumah, pembelajaran tatap muka di sekolah, penilaian dan monitoring. Model pembelajaran ini menawarkan alternatif yang dapat menjawab tantangan pembelajaran pandemi dan pascapandemi.
Sumber: kemdikbud.go.id